Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengertian Kesehatan menurut WHO adalah keadaan sejahtera dari


badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Definisi sehat ini berlaku bagi perorangan maupun
penduduk (masyarakat). Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh
empat faktor yang saling berinteraksi, yaitu lingkungan, perilaku, keturunan dan
pelayanan kesehatan.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi tekanan hidup yang wajar, mampu bekerja produktif dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,
menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya, merasa nyaman bersama
dengan orang lain.

Agar pelayanan kesehatan jiwa dapat berjalan dengan baik maka


Puskesmas Talang Ratu menyusun Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di
Puskesmas Talang Ratu.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Umum
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan jiwa komunitas.
2. Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa
b. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang masalah
kesehatan jiwa komunitas
c. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan petugas terkait
lainnya dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan jiwa
komunitas di semua tatanan pelayanan
d. Mendorong terwujudnya pengembangan berbagai model pelayanan
kesehatan jiwa komunitas sesuai dengan kondisi dan situasi
setempat

1
C. SASARAN PEDOMAN
a. Petugas kesehatan yang bekerja dalam pelayanan kesehatan jiwa
masyarakat.
b. Petugas non-kesehatan (profesi lain) yang bekerja dalam pelayanan
kesehatan jiwa.
c. Pekerja yang berkontak dengan masalah dan upaya kesehatan jiwa
(misalnya: polisi, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, dll)
d. Masyarakat peduli kesehatan jiwa dan kader kesehatan jiwa, yang
bekerja atau telah dilatih dalam pekerjaan terkait pelayanan
kesehatan jiwa.

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN


a. Sarana pelayanan non-kesehatan, seperti Panti Rehabilitasi, Lapas,
Pesantren, Sekolah, dll
b. Sarana pelayanan kesehatan dasar, misalnya Puskesmas, Balai
Kesehatan Jiwa Masyarakat, Dokter praktek swasta, Perawat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, Bidan, Psikolog Klinis, Pekerja Sosial dan Terapis
okupasi
c. Sarana pelayanan kesehatan sekunder, yaitu Rumah Sakit Umum
d. Sarana pelayanan kesehatan tersier, yaitu Rumah Sakit Jiwa.

E. BATASAN OPERASIONAL
.
Bentuk unit pelayanan institusional adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas
berbasis Rumah Sakit dan unit pelayanan kesehatan jiwa komunitas oleh klinik-
klinik di masyarakat, praktek dokter pibadi, dan pusat pelayanan rehablitasi
psikososial, baik yang dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat maupun
perkumpulan para penderita gangguan jiwa dan keluarganya.
Di wilayah cakupan ini kasus dikelola dengan sistem rujukan. Pembagian
wilayah dilakukan untuk mempermudah akses pelayanan dan pelaporan.

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tenaga Pelayanan Kesehatan Jiwa adalah setiap orang yang telah lulus
pendidikan minimal Diploma Tiga (DIII) di bidang keperawatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Kualifikasi sumber daya manusia yang dibutuhkan program Kesehatan Jiwa
yaitu sebagai berikut.

No. Jenis Tenaga Standar Kondisi di


Kualifikasi Puskesmas

1 Penanggung jawab 1 orang 1 orang


2 Tenaga Keperawatan 1 orang 1 orang

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Talang Ratu berdasarkan standar
ketenagaan Permenkes No.75 tahun 2014
Standar Menurut Kondisi di
No Jenis tenaga Permenkes Puskesmas
No.75/2014
1 Dokter atau Dokter Layanan Primer 1 2
2 Dokter Gigi 1 1
3 Perawat 5 7
4 Bidan 4 11
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat 2 3
6. Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 1
7. Ahli Teknologi laboratorium medik 1 1
8. Tenaga Gizi 1 1
9. Tenaga Kefarmasian 1 2
10. Tenaga Administrasi 3 3
11. Pekarya 2 2

3
C. JADWAL KEGIATAN

No Jenis Pelayanan Waktu Keterangan


1 Pelayana Kesehatan Jiwa 08 12.30
di dalam gedung
puskesmas
2 Pembinaan keluarga Sesuai jadwal kunjungan
dengan pasien gangguan rumah
jiwa

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa dilakukan oleh
Penanggung jawab program yang masih bergabung dengan poli lansia.
Tata ruang pelayanan kesehatan jiwa Puskesmas Talang Ratu Palembang

BED
PASIEN

MEJA

KURSI

PINTU TIMBANGAN

B. STANDAR FASILITAS

FASILITAS YANG DI KONDISI


NO FASILITAS
BUTUHKAN PUSKESMAS
1 Ruang Konsultasi Ruangan untuk konsultasi ada
kesehatan jiwa yang teritegrasi
dengan pelayanan kesehatan
lainnya
2 Peralatan 1 buah ada
- Stetoskop

- Tensimeter 1 buah ada


3 Media Komunikasi Leaflet, brosur ada
Informasi dan edukasi

5
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP PELAYANAN

Menurut tingkatan pelayanannya, pelayanan kesehatan jiwa terdiri


dari tingkat Primer, Sekunder dan Tersier.
Pelayanan tingkat primer ialah pelayanan tingkat dasar, diberikan oleh
fasilitas pelayanan yang menjadi ujung tombak di komunitas, yaitu
Puskesmas, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Dokter praktek swasta,
Perawat Kesehatan Jiwa Masyarakat, Bidan, Psikolog Klinis, Pekerja
Sosial dan Terapis okupasi yang telah mendapat pelatihan. Pelayanan
tingkat sekunder diberikan oleh Rumah Sakit Umum, dan pelayanan
kesehatan tersier diberikan di Rumah Sakit Jiwa.
Walaupun secara umum pelayanan kesehatan jiwa formal terdiri dari
tiga tingkatan (primer, sekunder dan tersier), secara kenyataan juga ada
pelayanan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Di samping itu juga
variasi yang berkembang di masyarakat sebagai jawaban terhadap
kondisi dan kebutuhan lingkungan setempat. Sebagai contoh adalah
keberadaan perawat kesehatan jiwa komunitas yang memberikan
pelayanan dalam rangka mengisi kekosongan pelayanan kesehatan jiwa
dasar di wilayah setempat. Pelayanan kesehatan jiwa komunitas oleh
masyarakat mempunyai bentuk sangat beragam, baik secara
kelembagaan seperti Posbindu, Panti Pemulihan, Pesantren, dan lain-
lain, maupun non-lembaga seperti perawatan mandiri oleh keluarga,
konseling oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat, pengobatan alternatif
yang telah mendapat sertifikat dari Departemen Kesehatan RI, dan lain-
lain.
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas lainnya yang diberikan oleh tenaga-
tenaga yang terlatih dan terorganisasi, seperti kader kesehatan jiwa,
guru, polisi, dan lintas sektor terkait.

6
B. METODE
Pusat pelayanan kesehatan berada di Puskesmas. Puskesmas
menerima kasus secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
kasus datang sendiri atau dibawa oleh keluarga atau pengantar. Secara tidak
langsung kasus dirujuk oleh pihak lain yang ada di masyarakat baik
perorangan maupun lembaga. Kasus juga bisa dijemput oleh Puskesmas
setelah mendapat laporan/permintaan dari masyarakat. Selain itu, kasus juga
dapat dirujuk dari fasiltas dengan tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah
Sakit atau lembaga non-kesehatan yang ada di masyarakat.

Di dalam Puskesmas berturut-turut dilalui proses sebagai berikut:


1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan fisik
3. Penilaian Psikiatrik
4. Tindakan Medis

Sedangkan pelayanan yang diperoleh:


1. Penyuluhan
2. Deteksi dini
3. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
4. Pelayanan Rawat Jalan
5. Pelayanan Rujukan
6. Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visit)

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Perencanaan
Perencanaan pelayanan kesehatan jiwa dilaksanakan terintegrasi dengan
perencanaan upaya puskesmas lainnya baik upaya kesehatan wajib
maupun pengembangan.
2. Pelaksanaan dan pengendalian
Pelaksanaan dan pengendalian merupakan rangkaian penyelenggaraan,
pemantauan serta penilaian terhadap upaya kesehatan jiwa
3. Monitoring
Monitoring adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pencapaian dan pelaksanaa program kesehatan jiwa. Monitoring
dapat dilakukan baik internal maupun eksternal. Mekanisme monitoring
dapat dilakukan dengan cara melakukan pelaporan pelaksanaan dan
pencapaian program kesehatan jiwa di puskesmas, yang disampaikan

7
oleh pengelola program kesehatan jiwa di puskesmas setiap bulannya
(secara langsung ataupun melalui mini lokakarya bulanan puskesmas).
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun untuk menilai proses dan hasil
pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan indikator kinerja program kesehatan jiwa
Puskesmas Talang Ratu. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur
keterkaitan, efektivitas, efisiensi dan dampak suatu program, dilakukan
dengan Tujuan Memperbaiki rancangan, Menentukan suatu bentuk
kegiatan yang tepat, Memperoleh masukan untuk digunakan dalam proses
perencanaan yang akan datang dan Mengukur keberhasilan suatu
program.
5. Pelaporan
Menyampaikan laporan pelayanan kesehatan jiwa setiap bulan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang. Pencatatan dan pelaporan
pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Talang Ratu Palembang tercatat
dalam laporan puskesmas.

8
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program


Pelayanan Kesehatan Jiwa direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas
program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan pelayanan kesehatan jiwa yang
akan dilaksanakan. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan
menggunakan anggaran dari semua penganggaran yang diterima oleh Puskesmas
Talang Ratu Palembang diantaranya dari sumber anggaran Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) dan dana retribusi puskesmas.

9
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa


kegiatan perlu diperhatikan keselamatan sasaran kegiatan/program dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran kegiatan
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

10
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Setiap kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan program sampai selesai
dapat menimbulkan bahaya atau resiko terhadap petugas.
Untuk mengurangi dan mencegah bahaya yang akan terjadi, setiap
pemegang program harus mengerjakan pekerjaannya dengan hati-hati.

11
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang di rancang untuk mengukur
dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pasien. Pengendalian
mutu pada pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga
kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjamin mutu
pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai model manajemen
kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model
PDCA (Plan, Do, Chek, Action) yang akan menghasilkan pengembangan
berkelanjutan (continuous improvement) mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M, terkenal dengan dengan konsep Trilogi mutu dan
mengidentifikasinya dalam tiga kegiatan :
1. Perencanaan mutu meliputi siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan
produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi.
2. Pengendalian mutu mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu :
Merencanakan (PLAN): sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan tujuan dan
apa kreteria keberhasilan
a. Pelaksanaan (DO): melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan, termasuk
proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan yang terjadi
dan mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan solusi.
b. Cek (CHEK): amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa yang di
peroleh dari tindakan yang sudah di lakukan.
c. Bertindak (ACTION): ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran
yang di peroleh dari tindakan yang sudah diambil.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa pedoman yang tertulis dan dapat di jadikan
pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pedoman yang di tunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur untuk melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkanproses pelaksanaan baru yang akan
mengerjakan suatu aktifitas
3. Kegiatan yang dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis akan menjamin
konsistensi hasil yang di capai.
4. Standar operasional prosedur dan instruksi kerja di buat oleh penanggung
jawab program.

12
BAB IX
PENUTUP

Buku pedoman pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas merupakan sarana


penunjang yang sangat di butuhkan oleh petugas kesehatan di lapangan, agar dapat
meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa
komunitas.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik, Direktorat Bina Pelayanan


Kesehatan Jiwa 2009 tentang pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa
Komunitas

14
15

Anda mungkin juga menyukai