Anda di halaman 1dari 32

KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN


DI KAWASAN PERKOTAAN
TAHUN 2007-2011

DAFTAR ISI

Halaman

I. Pendahuluan.......................................................................... 1
II. Maksud Dan Tujuan ............................................................. 2
III. Landasan Hukum ................................................................. 3
IV. Permasalahan dan Tantangan............................................. 4
V. Misi dan Kebijakan ............................................................... 6
VI. Tujuan Pembangunan Rumah Susun ................................ 7
VII. Sasaran Pembangunan Rumah Susun ............................... 8
VIII. Prinsip Dasar Pembangunan Rumah Susun..................... 9
IX. Dasar Perencanaan Rumah Susun...................................... 10
X. Percepatan Pembangunan Rumah Susun ......................... 13
X1. Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan
Rumah Susun............................................................... 15
X2. Rencana Strategis Percepatan Pembangunan
Rumah Susun............................................................... 17
X3. Indikator Kinerja Percepatan Pembangunan
Rumah Susun............................................................. 19
XI. Rencana Pembangunan dan Biaya................................... .. 20

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Strategis dan Indikator Kinerja Percepatan


Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan
Lampiran 2 : Rencana Kerja dan Anggaran Percepatan
Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan

1
KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN
DI KAWASAN PERKOTAAN
TAHUN 2007-2011

I. Pendahuluan

Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di


tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun
membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin
meningkat, sementara itu ketersediaan lahan menjadi semakin
langka. Kelangkaan ini menyebabkan semakin mahalnya harga
lahan di pusat kota, sehingga mendorong masyarakat
berpeng-hasilan menengah-bawah tinggal di kawasan
pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja. Kondisi ini
menyebabkan meningkatkan biaya transportasi, waktu
tempuh, dan pada akhirnya akan menurunkan mobilitas dan
produktivitas masyarakat. Sedangkan sebagian masyarakat
tinggal di kawasan yang tidak jauh dari pusat aktivitas
ekononomi, sehingga menyebabkan ketidak-teraturan tata
ruang kota dan dapat menumbuhkan kawasan kumuh baru.

Untuk mendekatkan kembali masyarakat berpenghasilan


menengah-bawah ke pusat aktivitas kesehariannya dan
mencegah tumbuhnya kawasan kumuh di perkotaan, maka
direncanakan suatu pembangunan hunian secara vertikal,
berupa Rumah Susun (Rusun). Dengan pembangunan Rusun
2
di pusat-pusat kota, dengan intensitas bangunan tinggi,
diharapkan dapat mendorong pemanfaatan lahan dan
penyediaan PSU yang lebih efisien dan efektif.

Namun semenjak Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta


Rumah (GNPSR) dicanangkan pada tahun 2003, pencapaian
pasokan Rumah Susun bagi masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah masih berjalan lambat. Untuk itu diperlukan
upaya percepatan pembangunan Rusun, baik milik maupun
sewa, yang tidak jauh dari pusat aktivitas masyarakat,
khusunya di kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk
lebih dari 1,5 jiwa.

Diharapkan percepatan pembangunan Rusun ini dapat


mempercepat pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan
terjangkau bagi masyarakat, peningkatan efisiensi penggunaan
tanah sesuai peruntukan dan tata ruang, serta dapat
meningkatkan daya tampung, mobilitas, produktivitas, dan
daya saing kota.

II. Maksud dan Tujuan

Kebijakan dan Rencana Strategis Pembangunan Rumah Susun


di Kawasan Perkotaan Tahun 2007-2011 dimaksudkan sebagai
pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam penyelenggaraan pembangunan Rusun di kawasan
perkotaan.

Sejalan dengan maksud tersebut, Kebijakan dan Rencana


Strategis ini bertujuan untuk :

3
1) Memberikan arah kebijakan, strategis dan rencana tindak
pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan;
2) Menciptakan keterpaduan dan keserasian gerak para
pemangku kepentingan dalam pembangunan rumah susun
di kawasan perkotaan; serta
3) Memberikan indikator kinerja pembangunan rumah susun
di kawasan perkotaan.

III. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Kebijakan dan Rencana


Strategis Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan
Tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;


2) Undang-Undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun;
3) Undang Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok pokok Agraria;
4) Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman;
5) Undang Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang;
6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
7) Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;

4
8) Peraturan Presiden RI No 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004
2009;
9) Keputusan Presiden RI No 22 Tahun 2006 tentang Tim
Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di
Kawasan Perkotaan
10) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat N0. 4 Tahun
2006 tentang Rencana Strategis Kementerian Negara
Perumahan Rakyat Tahun 2005-2009.

IV. Permasalahan dan Tantangan

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 Badan


Pusat Statistik, menyebutkan bahwa: terdapat 55,0 juta
keluarga dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 217,1 juta
jiwa. Sebanyak 5,9 juta keluarga belum memiliki rumah.
Sementara setiap tahun terjadi penambahan kebutuhan rumah
akibat penambahan keluarga baru rata-rata sekitar 820.000 unit
rumah.

Pesatnya urbanisasi di kota-kota besar dan metropolitan telah


menyebabkan permasalahan ketersediaan lahan bagi
perumahan. Akibat langka dan semakin mahalnya tanah di
perkotaan, pembangunan perumahan baru layak huni bagi
masyarakat berpenghasilan rendah cenderung menjauh dari
tempat kerja (urban sprawl). Keadaan ini menimbulkan ketidak-
teraturan penataan ruang dan kawasan, permasalahan
mobilitas manusia dan barang, beban investasi dan operasi
dan pemeliharaan PSU, penurunan produktifitas kerja, serta
berdampak buruk terhadap kondisi sosial dan lingkungan.
5
Lahan merupakan masalah utama pembangunan perumahan
sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan hak dasar rakyat.
Terbatasnya lahan perkotaan menyebabkan pemerintah kota
dituntut untuk dapat memanfaatkan lahan secara efisien
dengan meningkatkan intensitas penggunaannya. Tuntutan
akan penggunaan lahan perkotaan cenderung semakin
meningkat seiring diterapkannya otonomi daerah. Hal ini
antara lain disebabkan Pemerintah Kota dituntut untuk dapat
memanfaatkan sumber daya ruang dan tanah secara maksimal
bagi peningkatan pendapatan daerah, di sisi lain adanya
tuntutan masyarakat yang semakin kritis dalam mendapatkan
pelayanan umum, termasuk penyediaan sarana dan prasarana
sosial, budaya, taman dan ruang terbuka hijau.

Selain langka dan mahalnya harga tanah/lahan di pusat kota


untuk pembangunan perumahan serta keterbatasan pasokan
Rusun dikarenakan beberapa permasalahan mendasar berupa:
beban biaya yang tinggi dalam pengurusan proses perijinan
(ijin pemanfaatan ruang, ijin lokasi, sertifikasi tanah, dan ijin
mendirikan bangunan); beban pajak; keterbatasan dukungan
prasarana, sarana, dan utilitas (PSU); serta masih tingginya
beban bunga pinjaman.

Sedangkan dari sisi permintaan Rusun, masih terkendala


antara lain: terbatasnya daya beli masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah, terbatasnya penyediaan uang muka,
rendahnya kemampuan meminjam akibat tenor pinjaman yang
pendek, serta permasalahan sosial dan budaya.

6
V. Misi dan Kebijakan

Misi dan Kebijakan pembangunan Rusun didasarkan pada


sasaran utama pembangunan perumahan yang telah
diamanatkan dalam RPJMN Tahun 2004-2009, yakni
peningkatan pemenuhan kebutuhan rumah yang layak huni
serta peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan
permukiman.

Pada dasarnya, pembangunan perumahan dan permukiman


merupakan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat.
Pemerintah, sebagai salah satu unsur pemangku kepentingan,
bertindak selaku pemberdaya (enabler), pendorong dan
fasilitator, untuk penciptaan iklim yang kondusif bagi
berlangsungnya pembangunan Rusun perkotaan oleh seluruh
pemangku kepentingan.

Berlandaskan hal-hal tersebut di atas, maka Misi dan


Kebijakan pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan
adalah sebagai berikut:

1) Menciptakan iklim yang kondusif bagi percepatan


pembangunan Rusun, dengan arah kebijakan:
 menyelenggarakan tata kepemerintahan dan tata kelola
perusahaan yang baik;
 mendorong percepatan pembangunan rumah susun di
kawasan perkotaan.
2) Meningkatkan pendaya-gunaan sumber daya dan
kapasitas pelaku pembangunan, dengan arah kebijakan:
 mendorong peranserta dan kapasitas Pemerintah
daerah, badan usaha / masyarakat;

7
 meningkatkan pendaya-gunaan sumber daya;
 meningkatkan pendaya-gunaan dan pengelolaan
rumah susun.
3) Mempercepat pembangunan rumah susun dan
meningkatkan kualitas kawasan perkotan, dengan arah
kebijakan:
 meningkat pemenuhan kebutuhan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan menengah-bawah;
 meningkatkan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas
perkotaan.

VI. Tujuan Pembangunan Rumah Susun

Pembangunan Rusun bertujuan untuk pemenuhan


kebutuhan Rusun layak huni dan terjangkau bagi masyarakat
berpenghasilan menengah-bawah di kawasan perkotaan
dengan penduduk di atas 1,5 juta jiwa, sehingga akan
berdampak pada:

1) Peningkatan efisiensi penggunaan tanah, ruang dan daya


tampung kota;
2) Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah dan pencegahan tumbuhnya kawasan
kumuh perkotaan;
3) Peningkatan efisiensi prasarana, sarana dan utilitas
perkotaan;
4) Peningkatan produktivitas masyarakat dan daya saing
kota;

8
5) Peningkatan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan menengah-bawah.
6) Peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan
ekonomi.

VII. Sasaran Pembangunan Rumah Susun

Sasaran pembangunan Rusun tahun 2007-2011, yakni


pemenuhan kebutuhan Rusun layak huni sebanyak 1.000
menara atau sekitar 350.000 unit Rusun, dengan harga
sewa/jual yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah di kawasan perkotaan yang berpenduduk
lebih dari 1,5 juta jiwa.

Prioritas utama pembangunan Rusun ditujukan pada kota-


kota dengan tingkat urbanisasi dan kekumuhan yang tinggi.
Kota-kota yang menjadi prioritas pembangunan, antara lain
meliputi: Medan, Batam, Palembang, Jabodetabek (Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Banjarmasin, dan Makassar.

Selain daripada itu, agar pembangunan Rusun mencapai


kelompok sasaran yang dituju, yakni masyarakat
berpenghasilan menengah-bawah, maka diperlukan upaya
yang sinergis dan sistematis dari seluruh pemangku
kepentingan agar harga jual/sewa Rusun dapat dijangkau oleh
kelompok sasaran dimaksud. Melalui berbagai penciptaaan
iklim yang kondusif bagi berkembangnya pembangunan
Rusun.

9
Sasaran pembangunan Rusun juga dilakukan melalui
pernaikan sistem pasokan, antara lain berupa: fasilitasi
pengadaan tanah bagi pembangunan Rusun, berupa
percepatan proses pembebasan dan sertifikasi tanah;
percepatan proses perijinan; pengurangan/ penangguhan/
pembebasan biaya perijinan dan beban pajak, dukungan
pembiayaan investasi pembangunan Rusun. Melalui perbaikan
dari sisi permintaan, antara lain berupa: peningkatan kapasitas
dayabeli dan kapasitas meminjam masyarakat, melalui upaya
pemberdayaan masyarakat dan dukungan kebijakan fiskal
yang dapat mendorong tumbuhnya pasar Rusun di perkotaan.

VIII. Prinsip Dasar Pembangunan Rumah Susun

Pembangunan Rusun di kawasan perkotaan didasarkan pada


konsep pembangunan berkelanjutan, yang menempatkan
manusia sebagai pusat pembangunan. Dalam pelaksanaannya,
menggunakan prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik
(good governance) dan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance).

Prinsip dasar pembangunan Rusun meliputi:

1) Keterpaduan: pembangunan Rusun dilaksanakan prinsip


keterpaduan kawasan, sektor, antar pelaku, dan
keterpaduan dengan sistem perkotaan;

2) Efisiensi dan Efektivitas: memanfaatkan sumber daya


yang tersedia secara optimal, melalui peningkatan
intensitas penggunaan lahan dan sumberdaya lainnya;

10
3) Penegakan Hukum: mewujudkan adanya kepastian
hukum dalam bermukim bagi semua pihak, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan yang hidup di
tengah masyarakat;

4) Keseimbangan dan Keberkelanjutan: mengindahkan


keseimbangan ekosistem dan kelestarian sumberdaya yang
ada;

5) Partisipasi: mendorong kerjasama dan kemitraan


Pemerintah dengan badan usaha dan masyarakat untuk
dapat berpartisipasi dalam proses perencanaan,
pembangunan, pengawasan, operasi dan pemeliharaan,
serta pengelolaan Rusun.

6) Kesetaraan: menjamin adanya kesetaraan peluang bagi


masyarakat berpenghasilan menengah-bawah untuk dapat
menghuni Rusun yang layak bagi peningkatan
kesejahteraannya.

7) Transparansi dan Akuntabilitas: menciptakan


kepercayaan timbal-balik antara pemerintah, badan usaha
dan masyarakat melalui penyediaan informasi yang
memadai, serta dapat mempertanggung-jawaban kinerja
pembangunan kepada seluruh pemangku kepentingan.

IX. Dasar Perencanaan Rumah Susun

Undang-Undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun


menyebutkan bahwa Rumah Susun adalah: bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan
11
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki
dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian,
yang dilengkapi dengan bagian Bersama, benda bersama, dan
tanah bersama.

Rusun sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan


perumahan yang layak bagi masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah. Memerlukan standar perencanaan Rusun
sebagai dasar pembangunannya. Standar perencanaan Rusun
ini diperlukan agar harga jual/sewa Rusun dapat terjangkau
oleh kelompok sasaran yang dituju, tanpa mengurangi asas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, keserasian Rusun
dengan tata bangunan dan lingkungan kota.

Standar perencanaan Rusun di kawasan perkotaan adalah


sebagai berikut:

1) Kepadatan Bangunan

Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan


diperlukan perbandingan yang tepat meliputi luas lahan
peruntukan, kepadatan bangunan, Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan


antara luas dasar bangunan dengan luas lahan/persil,
tidak melebihi dari 0.4;

 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah perbandingan


antara luas lantai bangunan dengan luas tanah, tidak
kurang dari 1,5;

12
 Koefisien Bagian Bersama (KB) adalah perbandingan
Bagian Bersama dengan dengan luas bangunan, tidak
kurang dari 0,2.

2) Lokasi

Rusun dibangun di lokasi yang sesuai rencana tata ruang,


rencana tata bangunan dan lingkungan, terjangkau layanan
transportasi umum, serta dengan mempertimbangkan
keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

3) Tata Letak

Tata letak Rusun harus mempertimbangkan keterpaduan


bangunan, lingkungan, kawasan dan ruang, serta dengan
memperhatikan faktor-faktor kemanfaatan, keselamatan,
keseimbangan dan keserasian.

4) Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian

Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan


berdasarkan persyaratan terhadap bahaya kebakaran,
pencahayaan dan pertukaran udara secara alami,
kenyamanan, serta kepadatan bangunan sesuai tata ruang
kota.

5) Jenis Fungsi Rumah Susun

Jenis fungsi peruntukkan Rusun adalah untuk hunian dan


dimungkinkan dalam satu Rusun/ kawasan Rusun
memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.

13
6) Luasan Satuan Rumah Susun

Luas sarusun minimum 21 m2, dengan fungsi utama


sebagai ruang tidur/ruang serbaguna dan dilengkapi
dengan kamar mandi dan dapur.

7) Kelengkapan Rumah Susun

Rusun harus dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas yang


menunjang kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan
penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
8) Transportasi Vertikal

 Rusun bertingkat rendah dengan jumlah lantai


maksimum 6 lantai, menggunakan tangga sebagai
transportasi vertikal;

 Rusun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari


6 lantai, menggunakan lift sebagai transportasi vertikal.

Agar dapat menurunkan harga sewa dan jual Rusun,


pembangunan Rusun juga menerapkan teknologi bahan
bangunan dan konstruksi yang memenuhi standar pelayanan
minimal dari aspek keamanan konstruksi, kesehatan, dan
kenyamanan, yang berbasis potensi sumber daya dan kearifan
lokal. Pemanfaatan potensi sumber daya dan kearifan lokal ini
diharapkan dapat mengurangi beban biaya sosial yang terjadi
pada saat persiapan, pelaksanaan pembangunan, serta biaya
operasi dan pemeliharaan Rusun.

14
X. Percepatan Pembangunan Rumah Susun

Laju pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, akibat


pertumbuhan alami maupun urbanisasi, telah menyebabkan
permasalahan perumahan dan permukiman yang semakin
majemuk. Pesatnya pertumbuhan kota yang tidak diimbangi
dengan kecepatan penyediaan prasarana, sarana dan ulititas
kota, serta ditambah dengan ketidak-mampuan masyarakat
untuk dapat memperbaiki perumahan dan lingkungannya,
menjadi salah satu penyebab tumbuhnya beberapa kawasan
kumuh perkotaan tidak jauh dari pusat-pusat aktivitas
masyarakat.

Data pada 10 kawasan perkotaan, yakni Medan, Batam,


Palembang, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Banjarmasin, dan Makassar, menunjukkan bahwa:
terdapat lebih dari 4.795 lokasi kawasan kumuh dengan luasan
tidak kurang dari 14.620 ha.

Sementara itu, data pasokan penyediaan Rumah Susun


Sederhana Sewa (Rusunawa) 2 tahun terakhir hanya mencapai
pasokan sebanyak 56,5 twinblock dengan kapasitas 4.300
sarusun selama 2 tahun atau hanya sebesar 18 % dari rata-rata
sasaran tahunan yang ditetapkan dalam RPJMN sebanyak
12.000 sarusun. Sedangkan Rumah Susun Sederhana Milik
(Rusunami) dari total target RPJMN sebanyak 25.000 sarusun
melalui mekanisme pasar, pasokannya hanya mencapai 144
sarusun, atau hanya mencapai 1,44 % selama 2 tahun.

15
Pembangunan Rusun membutuhkan biaya investasi yang
tinggi. Baik yang menyangkut penyediaan tanah, bangunan,
dan PSU. Besarnya nilai investasi ini acapkali pula disertai
dengan tambahan beban biaya proses perijinan, tidak
tranparannya peraturan, berbelitnya birokrasi, sehingga
menambah beban investasi pembangunan Rusun.

Untuk itu diperlukan upaya terobosan bagi terselenggaranya


percepatan pembangunan Rusun yang layak, sehat dan
terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah
di kawasan perkotaan yang berpenduduk lebih dari 1,5 juta
jiwa.

X.1. Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun


Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2006 menetapkan
pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan
Rumah Susun di Kawasan Perkotaan, dengan tugas
pokok sebagai berikut:
a. merumuskan kebijakan, strategi dan program
percepatan pembangunan rumah susun di kawasan
perkotaan;
b. menetapkan langkah langkah strategis yang
diperlukan dalam rangka pelaksanaan percepatan
pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan;
c. mengkoordinasikan, memantau, dan melakukan
evaluasi pelaksanaan kebijakan percepatan
pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan
oleh menteri terkait dan Pemerintah Daerah;

16
d. menetapkan langkah langkah upaya penyelesaian
permasalahan strategis di bidang perijinan,
perpajakan, pertanahan, pembiayaan dan
infrastruktur yang terkait dengan percepatan
pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan;
e. memberikan arahan kepada Tim Koordinasi Daerah
dalam rangka percepatan pembangunan rumah
susun di kawasan perkotaan.
Dengan susunan keanggotaan Tim Koordinasi sebagai berikut
:
a. Ketua merangkap anggota : Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian;
b. Ketua Harian merangkap anggota : Menteri Negara
Perumahan Rakyat;
c. Anggota : 1. Menteri Dalam Negeri;
2. Menteri Keuangan;
3. Menteri Pekerjaan Umum;
4. Menteri Sosial;
5. Menteri Pertahanan;
6. Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional / Kepala
Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
7. Kepala Badan Pertahanan
Nasional;
8. Direktur Utama Bank Tabungan
Negara;
d. Sekretaris I : Sekrtetaris Menteri Negara

17
Perumahan Rakyat;
e. Sekrtetaris II : Deputi Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian
Bidang Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah;

Penyelenggaran tugas Tim Koordinasi sehari hari


dibantu oleh Tim Pelaksana yang diketuai oleh Menteri
Negara Perumahan Rakyat. Sedangkan keanggotaan
Tim Pelaksana, terdiri dari unsur eselon I kementerian/
lembaga dan pihak lain yang terkait, yang ditetapkan
oleh Ketua Tim Koordinasi.

Untuk menunjang pelaksanaan tugasnya, Tim


Koordinasi dibantu oleh Sekretariat, yang secara
fungsional dilakukan oleh unit kerja di lingkungan
Kementerian Negara Perumahan Rakyat.

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Tim


Koordinasi, Gubernur membentuk Tim Koordinasi
Daerah, yang diketuai oleh Gubernur. Anggota Tim
Koordinasi Daerah adalah unsur unsur Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota dan Pejabat
Pemerintah terkait yang dipandang perlu, serta Badan
Usaha.

Sedangkan tugas pokok Tim Koordinasi Daerah adalah:


merumuskan kebijakan, strategi, dan program, dan
menetapkan langkah langkah upaya pemecahan
permasalahan percepatan pembangunan rumah susun di
kawasan perkotaan di wilayahnya sesuai kebijakan,

18
strategi dan pedoman serta arahan yang ditetapkan oleh
Tim Koordinasi.

X.2 Rencana Strategis Percepatan Pembangunan Rumah Susun

Rencana Strategis Percepatan merupakan cara untuk


dapat mencapai suatu tujuan dan sasaran pembangunan
Rusun di kawasan perkotaan, yang merupakan
komitmen kebijakan dan program, serta rencana tindak
untuk pemecahan permasalahan percepatan
pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan.

Rencana Strategis Percepatan Pembangunan Rusun di


Kawasan Perkotaan adalah sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan tata kepemerintahan yang baik,


melalui koordinasi percepatan pembangunan rumah
susun, yang meliputi koordinasi dan sinkronosasi
pelaksanaan kebijakan; pemantauan, pengendalian
dan evaluasi kebijakan; serta fasilitasi dan mediasi
antara Pemerintah, badan usaha dan masyarakat;
2) Mendorong percepatan pembangunan rumah susun
di kawaan perkotaan, melalui perumusuan,
penetapan dan sosialisasi kebijakan, peraturan dan
norma, standard, pedoman dan manusal (NSPM)
pendukung percepatan pembangunan rumah susun;
3) Mendorong peranserta dan kapasitas Pemerintah
Daerah, badan usaha dan masyarakat, melalui
sosialisasi percepatan pembangunan rumah susun;
serta fasilitasi peningkatan kapasitas Pemerintah,

19
badan usaha dan masyarakat dalam pembangunan
rumah susun.
4) Meningkatkan pendaya-gunaan sumber daya,
melalui fasilitasi Pemerintah Daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan Rencana Tindak
Pembangunan Rumah Susun; serta fasilitasi
pembiayaan dan investasi pembangunan rumah
susun.
5) Meningkatkan pendayagunaan dan pengelolaan
rumah susun, melalui pembentukan Badan Layanan
Umum Rumah Susun; serta fasilitasi penghunian dan
pengelolaan rumah susun.
6) Meningkatkan pemenuhan kebutuhan perumahan
bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah,
melalui fasilitasi perencanaan kawasan rumah susun
yang berbasis pada penataan ruang wilayah
perkotaan; fasilitasi dan stimulasi percepatan
pembangunan 1.000 unit menara Rusun; serta
dukungan failitas subsidi kredit pemilikan rumah
susun.
7) Meningkatkan kualitas prasarana, sarana dan utilitas
perkotaan, melalui failitasi dan stimulasi penyediaan
prasarana dan sarana perkotaan; serta fasilitasi dan
stimulasi penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas
kawasan dan lingkungan rumah susun.

X.3. Indikator Kinerja Percepatan Pembangunan Rumah Susun

20
Untuk mengukur pencapaian kinerja pembangunan
Rusun, diperlukan indikator yang dapat menunjukkan
pencapaian kinerja sebagai salah satu piranti
pengendalian program dan kegiatan, serta sebagai bahan
masukan evaluasi kebijakan dan strategi percepatan
pembangunan Rusun di kawasan perkotaan.

Indikator kinerja percepatan pembangunan Rusun


dituangkan dalam Lampiran1 : Rencana Strategis dan
Indikator Kinerja Percepatan Pembangunan Rumah
Susun di Kawasan Perkotaan Tahun 2007-2011.

XI. Rencana Pembangunan dan Biaya

Pembangunan Rusun selama 5 tahun (2007-2011) direncanakan


sebanyak 1.000 unit menara Rusun di kawasan perkotaan yang
berpenduduk lebih dari 1,5 juta jira dengan tingkat
kekumuhan yang tinggi. Rencana pembangunan Rusun Tahun
2007-2011, diperlihatkan dalam bagan berikut ini:

RENCANA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN


DI KAWASAN PERKOTAAN TAHUN 2007-2011

1,200

1,000
Jum lah M enara (kum ulatif)

800

600

400

200
21
-
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Biaya keseluruhan pembangunan Rusun diperkirakan sebesar
Rp 56,889 trilyun selama 5 tahun. Sumber pembiayaannya
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
(APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Propinsi/Kabupaten/Kota sebesar 6,154 trilyun, sedangkan
sebesar Rp 50,735 trilyun direncanakan berasal dari badan
usaha dan masyarakat.

Porsi terbesar dana APBN dipergunakan untuk dukungan


fasilitas subsidi Kredit Pemilikan Rusun yang diperkirakan
mencapai Rp 4,300 trilyun, serta bersama-sama dengan dana
APBD, dengan perkiraan dana sebesar Rp 1,700 trilyun
dipergunakan untuk kegiatan fasilitasi dan stimulasi
peningkatan kualitas penyediaan prasarana, sarana dan utilitas
kawasan perkotaan dan lingkungan Rusun. Sedangkan
sisanya sebesar Rp 0,154 trilyun, merupakan dukungan
terhadap penciptaan iklim yang kondusif terhadap percepatan
pembangunan Rusun.

Sementara itu, sumber dana terbesar berasal dari badan usaha


dan masyarakat, yakni sebesar Rp 50,735 trilyun. Diharapkan
dapat membiayai keseluruhan pembangunan 1.000 unit Rusun
di kawasan perkotaan, termasuk biaya penyediaan tanah serta
prasarana, sarana, dan utilitas Rusun.

22
Perkiraan biaya pembangunan Rusun diperlihatkan dalam
Lampiran 2: Rencana Kerja dan Anggaran Pembangunan
Rumah Susun di Kawasan Perkotaan.

23
LAMPIRAN

24
Lampiran 1 : RENCANA STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA
PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN DI
KAWASAN PERKOTAAN TAHUN 2007-2011

RENCANA KERJA
TUJUAN KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR KINERJA
POKOK
Misi 1 :
Menciptakan Iklim
yang Kondusif bagi
Percepatan
Pembangunan Rumah
Susun

1.1 Menyelenggarakan Koordinasi  Terlaksananya Tahun 2007-


tata Percepatan koordinasi dan 2011
kepemerintahan Pembangunan sinkronisasi
dan tata kelola Rumah Susun pelaksanaan kebijakan;
perusahaan yang
baik  Terlaksananya Tahun 2007-
pemantauan, 2011
pengendalian, dan
evaluasi kebijakan;

 Terlaksananya fasilitasi Tahun 2007-


dan mediasi antara 2011
Pemerintah, Badan
Usaha dan masyarakat.

1.2 Mendorong Perumusan,  Terbitnya Peraturan /


percepatan Penetapan, NSPM tentang :
pembangunan dan Sosialisasi 1. Kebijakan dan Strategi Maret 2007
rumah susun di Kebijakan, Percepatan
kawasan perkotaan Peraturan, dan Pembangunan Rumah
NSPM Susun;
Pendukung
Percepatan 2. Pertanahan, Tata
Pembangunan Ruang dan
Rusun Lingkungan Hidup;
- Penyediaan tanah Sept. 2007
bagi pembangunan
Rusun;

1
RENCANA KERJA
TUJUAN KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR KINERJA
POKOK

- Konsolidasi tanah Des. 2007


bagi pembangunan
Rusun;
- Penetapan lokasi Juni 2007
kawasan Rusun;
- Penyelenggaraan Sept. 2007
pembangunan Lisiba
BS Rusun.

3. Fasilitasi dan mediasi


antara Pemerintah,
Badan Usaha dan
Masyarakat;
- Penyederhanaan Des. 2007
proses peruijinan
pembangunan
Rusun;
- Kelembagaan Des. 2007
penyelenggaraan
pembangunan
Rusun;

4. Pembiayaan dan
Investasi;
- Penyusunan studi Des. 2007
kelayakan Rusun
- Pembebasan Maret 2007
pengenaan PPn
Rusun;
- Dukungan subidi Maret 2007
perumahan melalui
KP Rusun;
- Pola bangunan Juni 2007
pembiayaan Rusun
bagi MBR;
- Pola kerjasama Des. 2007
pembiayaan /
investasi pemb.

2
RENCANA KERJA
TUJUAN KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR KINERJA
POKOK
Rusun.

5. Prasarana, Sarana dan


Utilitas
Perkotaan;
- Penyediaan Maret 2007
prasarana dan
sarana perkotaan;
- Penyediaan Juni 2007
prasarana, sarana
dan utilitas kawasan
/ lingkungan Rusun.

6. Sosialisasi dan
Pemberdayaan
Masyarakat;
- Pendampingan dan Des. 2007
Pemberdayaan
masyarakat

7. Pembangunan;
- Teknologi dan Des. 2007
rancang bangun
Rusun;
- Pola pembangunan Des. 2007
rusun di kawasan
perkotaan

8. Pengelolaan.
- Penghunian Rusun; Des. 2007
- Pengelolaan Rusun; Sept. 2007
- Operasi dan Des. 2007
pemeliharaan
Rusun.

3
RENCANA KERJA
TUJUAN KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR KINERJA
POKOK

Misi 2 :
Meningkatkan
Pendayagunaan
Sumberdaya dan
Kapasitas Pelaku
Pembangunan

2.1 Mendorong Sosialisasi Terlaksananya Tahun 2007-


peranserta dan percepatan sosialisasi percepatan 2011
kapasitas pembangunan pembangunan Rusun;
Pemerintah Rusun;
Daerah, Badan
Usaha/masyarakat Fasilitasi Terlaksananya Tahun 2007-
peningkatan fasilitasi peningkatan 2011
kapasitas kapasitas Permerintah
Permerintah dan Badan Usaha /
dan Badan Masyarakat dalam
Usaha / pembangunan Rusun.
Masyarakat
dalam
pembangunan
Rusun.

2.2 Meningkatkan Fasilitasi Terlaksananya Tahun 2007-


pendaya-gunaan Pemda dalam fasilitasi Pemda dalam 2011
sumber daya penyusunan penyusunan dan
dan pelaksa- pelaksanaan
naan Rencana Rencana Tindak
Tindak Pembangunan Rusun;
Pembangunan
Rusun;

2.3 Meningkatkan Fasilitasi Terlaksananya Tahun 2007-


pendaya-gunaan pembiayaan fasilitasi pembiayaan 2011
dan pengelolaan dan inveatasi. dan inveatasi.
Rusun
Pembentukan Terlaksananya Des. 2007

4
RENCANA KERJA
TUJUAN KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR KINERJA
POKOK
Badan Layan- Pembentukan Badan
an Umum Layanan Umum
Rusun; Rusun;
Misi 3 :
Mempercepat
Pembangunan Rumah
Susun dan
Meningkatkan
Kualitas Kawasan
Perkotaan
Fasilitasi Terlaksananya Tahun 2007-
3.1 Meningkatkan pe- penghunian fasilitasi penghunian 2011
menuhan dan dan pengelolaan
kebutuhan pengelolaan Rusun;
perumahan bagi Rusun.
masyarakat
berpenghasilan Fasilitasi Tahun 2007-
menengah perencanaan Terlaksananya 2011
bawah. kawasan fasilitasi perencanaan
Rusun yang kawasan Rusun yang
berbasis pada berbasis pada
penataan penataan ruang
ruang wilayah wilayah perkotaan;
perkotaan,

Fasilitasi dan Tahun 2007-


stimulasi 2011
percepatan Terlaksananyaa
pembangunan fasilitasi dan stimulasi
1.000 unit percepatan
Rusun; pembangunan 1.000
unit Rusun;
Fasilitas Tahun 2007-
subsidi Kredit 2011
Pemilikan Terlaksananya fasilitas
Rusun. subsidi Kredit
Pemilikan Rusun.
Fasilitasi dan Tahun 2007-
stimulasi 2011

5
RENCANA KERJA
TUJUAN KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR KINERJA
POKOK
3.2 Meningkatkan penyediaan Terlaksananya
kualitas prasarana, prasarana dan fasilitasi dan stimulasi
sarana, dan utilitas sarana penyediaan prasarana
perkotaan. perkotaan; dan sarana perkotaan;

Fasilitasi dan Tahun 2007-


stimulasi 2011
penyediaan, Terlaksananya
sarana dan fasilitasi dan stimulasi
utilitas penyediaan, sarana
kawasan / dan utilitas kawasan /
lingkungan lingkungan Rusun
Rusun.

6
Lampiran 2
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN DI KAWASAN PERKOTAAN
TAHUN 2007 - 2011
PELAKSANAAN RENCANA ANGGARAN ( Jutaan Rp) SUMBER DANA
BADAN
NO. MISI/ Arah Kebijakan/Kegiatan Pokok APBN/
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 TOTAL USAHA /
APBD
MASY.

I MENCIPTAKAN IKLIM YANG KONDUSIF PERCEPATAN


6.800 9.350 6.250 9.150 7.450 39.000 39.000 -
PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN
1,1 Menyelenggarakan tata kepemerintahan dan tata kelola perusahaan yang baik; 1.500 2.400 3.000 3.150 3.550 13.600 13.600 -
1.1.1 Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun
i. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan 500 800 1.000 1.200 1.300 4.800 4.800 0
ii. Pemantauan, pengendalian dan evaluasi kebijakan 600 700 1.000 1.200 1.500 5.000 5.000 0
iii. Fasilitasi dan mediasi antara Pemerintah, badan usaha dan masyarakat 400 900 1.000 750 750 3.800 3.800 0

1,2 Mendorong percepatan pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan 5.300 6.950 3.250 6.000 3.900 25.400 25.400
Perumusan, Penetapan dan Sosialisasi Kebijakan, Peraturan, dan NSPM
1.2.1
Pendukung Percepatan Pembangunan Rusun
1.2.1.1 Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan Rusun 250 250 - 750 650 1.900 1.900 0

1.2.1.2 Pertanahan, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 1.000 1.000 750 750 750 4.250 4.250 0

i. Penyediaan tanah bagi pembangunan Rusun


7

ii. Konsolidasi tanah bagi pembangunan Rusun;


iii. Penetapan lokasi kawasan Rusun
iv. Penyelenggaraan pembangunan Lisiba BS Rusun
1.2.1.3 Fasilitasi dan mediasi antara Pemerintah, badan usaha dan masyarakat 500 750 500 500 500 2.750 2.750 0
i. Penyederhanaan proses perijinan pembangunan Rusun
ii. Kelembagaan penyelenggaraan pembangunan Rusun

1.2.1.4 Pembiayaan dan Investasi 1.700 1.800 2.000 1.000 1.000 7.500 7.500 0

i. Penyusunan studi kelayakan Rusun


ii. Pembebasan pengenaan PPN Rusun
iii. Dukungan subsidi perumahan melalui KP Rusun
iv. Pola bantuan pembiayaan Rusun bagi MBR
v. Pola kerjasama pembiayaan / investasi pemb. Rusun

1.2.1.5 Prasarana, Sarana dan Utilitas perkotaan 300 500 - 500 - 1.300 1.300 0

i. Penyediaan prasarana dan sarana perkotaan


ii. Penyediaan prasana, sarana dan utilitas kawasan/ lingkungan Rusun

1.2.1.6 Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat 250 750 - 500 - 1.500 1.500 0

i. Pendampingan dan Pemberdayaan masyarakat

1.2.1.7 Pembangunan 800 1.200 - 1.500 1.000 4.500 4.500 0

i. Teknologi dan rancang bangun Rusun


ii. Pola pembangunan rusun di kawasan perkotaan
PELAKSANAAN RENCANA ANGGARAN ( Jutaan Rp) SUMBER DANA

NO. MISI/ Arah Kebijakan/Kegiatan Pokok BADAN


APBN/
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 TOTAL USAHA /
APBD
MASY.

1.2.1.8 Pengelolaan 500 700 - 500 - 1.700 1.700 0

i. Penghunian Rusun
ii. Pengelolaan Rusun
iii. Operasi dan pemeliharaan Rusun

II MENINGKATAN PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA DAN KAPASITAS


5.400 9.600 12.500 11.500 12.500 51.500 51.500 -
PELAKU PEMBANGUNAN
Mendorong peranserta dan kapasitas Pemerintah Daerah, Badan
2,1 1.550 2.700 3.500 3.000 3.000 13.750 13.750 -
Usaha/masyarakat
2.1.1 Sosialisasi percepatan pembangunan Rusun 750 1.500 2.000 2.000 2.000 8.250 8.250 0

Fasilitasi peningkatan kapasitas pemerintah dan badan usaha / masyarakat


2.1.2 800 1.200 1.500 1.000 1.000 5.500 5.500 0
dalam pembangunan Rusun.

2,2 Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya 3.100 5.400 7.000 6.000 6.000 27.500 27.500 0

Fasilitasi Pemda dalam penyusunan dan pelaksanaan Rencana Tindak


2.2.1 1.000 1.500 2.000 2.000 2.000 8.500 8.500 0
Pembangunan Rusun
2.2.2 Fasilitasi pembiayaan dan investasi 1.000 2.000 2.500 1.500 1.000 8.000 8.000 0
8

2,3 Meningkatkan pendayagunaan dan pengelolaan Rusun 750 1.500 2.000 2.500 3.500 10.250 10.250 0

2.3.1 Pembentukan Badan Layanan Umum Rusun 500 1.000 1.500 2.000 2.500 7.500 7.500 0
2.3.2 Fasilitasi penghunian dan pengelolaan Rusun 250 500 500 500 1.000 2.750 2.750 0

MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN DAN KUALITAS


III 1.410.700 9.061.800 21.355.000 18.069.500 6.901.500 56.798.500 6.063.500 50.735.000
KAWASAN PERKOTAAN
Meningkatkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat
3,1 1.350.700 8.701.800 20.477.500 17.327.000 6.601.500 54.458.500 4.308.500 50.150.000
berpenghasilan menengah-bawah.
Fasilitasi perencanaan kawasan Rusun yang berbasis pada penataan ruang
3.1.1 700 1.800 2.500 2.000 1.500 8.500 8.500 0
wilayah perkotaan;
3.1.2 Fasilitasi dan stimulasi percepatan pembangunan 1.000 Menara 1.250.000 8.100.000 18.850.000 15.950.000 6.000.000 50.150.000 0 50.150.000

3.1.3 Dukungan fasilitas subsidi Kredit Pemilikan Rusun 100.000 600.000 1.625.000 1.375.000 600.000 4.300.000 4.300.000 0

3,2 Meningkatkan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas perkotaan 60.000 360.000 877.500 742.500 300.000 2.340.000 1.755.000 585.000

3.2.1 Fasilitasi dan stimulasi penyediaan prasarana dan sarana perkotaan 20.000 120.000 292.500 247.500 100.000 780.000 585.000 195.000

Fasilitasi dan stimulasi penyediaan prasarana, sarana dan utilitas


3.2.2 40.000 240.000 585.000 495.000 200.000 1.560.000 1.170.000 390.000
kawasan/lingkungan Rusun
JUMLAH RENCANA ANGGARAN
1.422.900 9.080.750 21.373.750 18.090.150 6.921.450 56.889.000 6.154.000 50.735.000
(Jutaan Rp)

Anda mungkin juga menyukai