Anda di halaman 1dari 29

TUGAS #1 - KL 4220 PIPA BAWAH LAUT

Dosen: Prof. Ricky Lukman Tawekal


Diberikan: Jumat, 27 Januari 2017 (Kelas 1 & 2) Dikumpulkan: Senin, 6 Februari 2017 (Kelas 1 & 2)

SOAL 1 Mengenal Proses Instalasi Pipa Bawah Laut (20%)


Buatlah resume berupa paparan detail dari video berdurasi 47 menit mengenai proyek besar
instalasi pipa bawah laut dan juga flowchartnya)! Bila dirasakan perlu, Anda dapat men-capture
(print screen) tampilan pada video tersebut untuk memperjelas paparan Anda. Paparan yang
detail dan beralur baik memperoleh nilai lebih. Pastikan Anda meresume sendiri karena bagi yang
terdeteksi menyontek/menjiplak sebagian atau keseluruhan pekerjaan temannya tidak diberi
nilai sama sekali.

File video sudah diupload di ftp dengan judul : National Geographic Megastructures Super
Pipeline
(Saran: Sebaiknya Anda meresume dengan menonton sendiri video ini karena pemahaman fisik pipeline melalui wahana
audio visual ini akan banyak membantu Anda saat mengerjakan Tugas Besar tentang Analisa Instalasi yang akan diberikan
pada pertemuan ke 6 atau ke 7 (sebelum UTS) kuliah ini serta membantu Anda memiliki pemahaman yang baik saat paparan
akhir tugas besar (di akhir kuliah)).

SOAL 2 Lingkup Standar Internasional Utama untuk Desain Pipa Bawah Laut (20%)
Aktif dalam dunia kerja dan bisnis oil & gas maupun dunia kerja teknik kelautan lainnya, memerlukan
wawasan yang luas dan pengetahuan multi-disiplin yang beragam. Salah satu kemampuan yang sangat
Anda perlukan dalam dunia kerja kelak adalah kemampuan membaca dan pelaporan (reporting). Untuk
topik desain pipa bawah laut saja, banyak sekali code, standar, referensi yang berpeluang untuk dapat
Anda fahami hingga tingkatan aplikatif. Untuk itu, sebaiknya Anda mulai mengenal berbagai macam
standar yang lazim dipakai sejak dini seperti ASME B31.8, ASME B31.4, DnV OS F101, DnV 1981, API RP
1111. Nah, soal ini khusus didesain untuk menstimulasi Anda agar lebih proaktif banyak membaca.

Berikut beberapa bagian introduksi dari standar yang perlu Anda baca:

No Kode Tugas
1. ASME B31.8- Gas Transmission Sec. 802 (hal 1)
and Sec. 804 Piping Systems Component Definitions
Distribution Piping System Sec. 805 Design, Fabrication, Operation, and Testing Terms and
Definitions
Sec. A801 general (hal 98)
Sec. A802 scope & intent (hal 98)
Sec. A803 Offshore Gas Transmission Terms and Definition (hal 98-
99)
2. ASME B31.4 - Liquid Sec 400.1 Scope
Transportation System Sec.400.2 Definition
Sec 401. Design condition
No Kode Tugas
for Hydrocarbons and other
Liquids
3. DnV OS F101 Submarine Sec. 1 General
Pipeline Systems Sec. 2 Safety Philosophy
4. DnV 1981 - Rules for Sec.1 General Regulations
Submarine Pipelines
5. API RP 1111 - Design, Sec. 1 Scope
Construction, Operation Sec 2.1 Definitions
and Maintenance of Offshore Sec. 4.1 Design Conditions
Hydrocarbon
Pipelines

Tugas Anda:
a. Jelaskan perbedaan skup (scope) yang ada pada kelima standar di atas! Untuk kondisi pipa
apa saja dan seperti apa masing-masing standar tersebut berlaku?

b. Dari definisi-definisi yang Anda baca dalam kelima standar di atas (Sec 1 part C200 di OSF101,
Sec 1.3 DNV 1981, Sec 400.2 di ASME B31.4, Sec 803-805 di ASME B31.8, dan Sec 2.1 di API
RP1111), bandingkan/ jelaskan perbedaan (DALAM BENTUK TABEL) masing2 definisi (yang
mirip) dari kelima code di atas! Misalkan Anda menjelaskan perbedaan definisi pipeline antara
code ASME B31.8 dan API RP 1111. Atau Anda menjelaskan perbedaan definisi design pressure
antar kelima code di atas. Gunakan Bahasa Anda sendiri dan dalam Bahasa Indonesia dalam
pemaparan Anda (bukan copy paste).!

SOAL 3 Regulasi Nasional


Sama seperti soal nomor 2, tapi Anda boleh copy paste untuk nomor ini. Soal ini bertujuan untuk
memastikan Anda pernah membaca contoh referensi regulasi yang diberikan.
Bacalah :
1. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997
2. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998
3. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 129 Tahun 2016 Tentang Alur-Pelayaran di Laut dan
Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan
Tugas :
Ref 1 dan 2:

a. Berapa meter ROW (right of way) untuk pipa gas di darat?


b. Berapa meter pipa harus dikubur kalau crossing sungai?
c. Pipa boleh tidak dikubur di laut untuk kedalaman berapa meter?
d. Dalam hal apa analisis resiko wajib diperlukan terhadap pipa?
e. Pemeriksaan keselamatan kerja dilakukan terhadap instalasi apa saja?
Ref 3:
f. Apa kriteria pemendaman untuk pipa dan kabel?
g. Apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk pipa yang dikecualikan untuk dipendam? (Jelaskan beserta
lokasinya yang diperbolehkan untuk pengecualian pemendaman)
h. Aspek apa saja yang diliput untuk risk assessment pipa bawah laut?

SOAL 4 Radius Kurvatur pada Pipa Bawah Laut (20%)

Sebuah pipa bawah laut yang akan dilakukan routing memiliki data sbb:
Diameter Pipa (OD) = 20 inch
Material API 5L X42, dg SMYS = 42000 psi
Modulus Elastisitas Baja, E = 200 GPa
a. Hitunglah radius curvature minimum (Rmin) pada pipa dalam satuan meter dengan persamaan:
Bending stress
Janseen VH
Gunakan faktor keamanan f = 10 %
b. Bila material pipa pada soal 2a diganti dengan API 5L X65 dengan SMYS=65000 psi, Cek dengan
kedua persamaan di atas apakah masih aman jika radius curvaturenya R=1500 meter?

SOAL 5 Rute Pipa Bawah Laut (20%)

Tentukan rute yang paling optimal sesuai kaidah-kaidah dan kriteriakriteria yang berlaku agar
pipa tetap aman beroperasi! (Lihat peta dibawah) harap di gambar/plot garis rute yg dipilih!
Ada berapa jumlah crossing dengan pipa existing dan cable existing yang dilalui? (Hint:
perhatikan legenda dengan baik, crossing dapat terjadi untuk pipa-pipa, pipa-kabel, kabel-kabel)
Tentukan jenis pipeline route survey yang anda ketahui dan tentukan lebar korider surveynya
- Jangan lupa untuk melampirkan nama mahasiswa/i, NIM, dan soal tugas pada
jawaban tugas -
SOAL 1 Mengenal Proses Instalasi Pipa Bawah Laut

Latar belakang dari adanya proyek ini adalah kebutuhan gas yang semakin membesar di
Inggris karena sebagian besar gas diperuntukkan untuk menjalankan turbin listrik sehingga
gas yang diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari belum cukup. Para insinyur dari
Norwegia melihat potensi ini beriringan dengan ditemukannya ladang gas di Ormen. Ladang
gas ini terletak sejauh 120 km di utara Norwegia. Sedalam 3000 m dari permukaan air laut
terdapat sumur yang mampu mencukupi kebutuhan gas sebanyak 20 persen penduduk
Inggris selama 40 tahun.

Rencananya, jalur pipa akan direncanakan sebagai berikut:

1. Dari proses drilling di deposit, gas dialirkan menuju Processing Plant yang terletak di
Nyhamna.
2. Setelah dilakukan pemrosesan, gas selanjutnya ditranspor menuju Inggris.

Perjalanan keseluruhan menempuh jarak mencapai 1200 kilometer. Ilustrasi dari jalur pipa
rencana ditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 1 Jalur Pipa Bawah Laut Rencana


(Sumber: http://en.hartcomm.org)
Kondisi alam di laut sekitar Ormen menjadi suatu tantangan karena kedalaman laut yang
terlalu dalam serta kondisi cuaca ekstrim di permukaan. Struktur rig di permukaan laut
dianggap tidak mampu bertahan dalam kondisi cuaca yang terlalu ekstrim. Sehingga muncul
sebuah pemikiran untuk membawa struktur tersebut ke dasar laut yang dinamakan Template.

Selain itu, tantangan lainnya adalah kondisi topografi di dasar perairan yang sangat kasar.
Adanya fenomena longsornya dasar perairan menyebabkan dasar perairan ini memiliki jurang
yang sangat curam dan bergunung-gunung.

Secara keseluruhan proses instalasi pipa bawah laut di kawasan Ormen ini ditunjukkan dalam
Gambar 2.

Gambar 2 Keseluruhan Proses Instalasi Pipa Bawah Laut pada Ladang Ormen

Penjelasan lebih lanjut tiap tahapannya akan dijelaskan dalam poin-poin berikut.

1. Konstruksi Processing Plant di Nyhamna

Gambar 3 Rencana Processing Plant di Nyhamna


Rencana dari struktur Processing Plant dapat dilihat pada Gambar 3. Processing Plant
ini adalah lokasi untuk konversi gas yang dibawa menggunakan pipa bawah laut
menjadi gas yang siap digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Lokasi yang dipilih sebagai tempat konstruksi adalah lokasi dengan jumlah komunitas
yang kecil, tidak merusak lingkungan, serta mengganggu kegiatan para nelayan.

Gambar 4 Keadaan Site saat Konstruksi Berjalan

Gambar 5 Hotel Sementara sebagai Tempat Tinggal para Pekerja

Proses berjalannya konstruksi tidak pernah berhenti dan selalu sibuk seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 4. Para pekerja yang tinggal, makan, dan beristirahat pada
hotel sementara yang berdiri di sekitar site konstruksi yang dapat dilihat pada Gambar
5. Saat konstruksi selesai, bangunan tersebut akan dihilangkan.

Sebelum konstruksi dilakukan, pemodelan 3 dimensi dari tiap-tiap komponen


Processing Plant dilakukan sebagai visualisasi dari apa saja serta letak-letak dari
sistem Processing tersebut. Pemodelan 3 dimensi ini dilakukan secara detail seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Visualisasi Pemodelan 3D Processing Plant

2. Fabrikasi dan Instalasi Template

Gambar 7 Proses Fabrikasi Template

Template merupakan Platform yang tersusun dari baja di bawah laut yang berfungsi
untuk meng-guide alat drill menuju ladang gas dan mengontrol aliran gas tersebut.
Struktur ini ditancapkan pada seabed karena kondisi permukaan yang terlalu ganas.
Gas yang telah diambil akan dialirkan menuju pesisir pantai/shore.

Keseluruhan unit proses ini diatur dari jarak jauh. Template yang difabrikasi berjumlah
4 sehingga akan menghasilkan 24 titik wellhead. Proses fabrikasi dapat dilihat dalam
Gambar 7.
Gambar 8 Proses Transpor Template menggunakan Kapal Barge

Setelah selesai difabrikasi, struktur Template di-loadout, dan dibawa menggunakan


kapal barge menuju drop site. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 8. Selanjutnya yang
menjadi tantangan adalah instalasi struktur karena kedalamannya yang mencapai
1000 meter. Sebelum dilakukan instalasi, operator berlatih untuk meletakkan struktur
tersebut menggunakan simulasi 3 dimensi.

Pada drop side, terdapat semi-submersible crane vessel bernama THIALF yang akan
melakukan eksekusi instalasi. Proses instalasi akan dimulai ketika cuaca baik.

Gambar 9 Kapal THIALF sedang mengambil Struktur Template


Gambar 10 Instalasi Dimulai

Instalasi pun dimulai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9 dan Gambar 10.
Ketika instalasi dimulai, Remote Operated Vehicles atau disingkat ROV diluncurkan
untuk mengawasi berjalannya proses instalasi. Alat ini dikontrol dari jauh oleh para
operator yang diilustrasikan dalam Gambar 11. Gambar pun juga dikirim kepada
operator crane dalam prosesnya meletakkan struktur Template. Sedangkan Insinyur
mengawasi koordinat peletakaan struktur serta mengecek tekanan.

Gambar 11 Para operator mengontrol ROV

Pada akhirnya, proses instalasi sukses dengan galat sejauh 40 sentimeter dari
koodinat yang seharusnya.
3. Proses Drilling melalui Template

Gambar 12 Kapal Drilling West Navigator

Untuk melakukan drilling pada 8 titik diperlukan waktu selama 2 tahun. Sebuah kapal
bernama West Navigator yang ditunjukkan pada Gambar 12 adalah kapal yang akan
melakukan drilling menuju ladang gas. Proses drilling dilakukan menggunakan power
drill head yang dikontrol langsung dari kapal.

Proses drilling dilakukan melalui struktur Template. Ketika posisi drill head sudah tepat
maka proses drilling dimulai dan diarahkan menuju deposit gas seperti yang
ditampilkan dalam Gambar 13.

Gambar 13 Proses mengarahkan Drill Head menuju Deposit Gas

Setiap pergerakan drill head dimonitor dan disimpan dalam sebuah Virtual Database.
Dari database tersebut dijadikan menjadi sebuah model 3 dimensi yang dapat dicek
oleh para insinyur untuk melihat kondisi deposit gas.
4. Fabrikasi dan Instalasi Umbilical
Umblical merupakan sebuah komponen untuk mengontrol jarak jauh serta
mengalirkan listrik pada sistem-sistem yang ada di dasar laut, seperti Template. Kabel
ini memiliki komponen berupa power cables, fiber optic lines, suplai hydraulic, inhibitor
dan annulus bleed lines. Potongan kabel dapat dilihat melaui Gambar 14.

Gambar 14 Potongan Kabel Umbilical

Proses fabrikasi kabel ini dilakukan di dalam dock. Pengelasan dari kabel harus
menyamai pengelasan yang dilakukan pada pipa nantinya. Proses fabrikasi
diilustrasikan dalam Gambar 15.

Gambar 15 Proses Fabrikasi Kabel Umbilical

Setelah kabel selesai difabrikasi, kabel digulung pada spool di atas dock. Ketika
seluruh proses fabrikasi dan penggulugan selesai, kabel selanjutnya diinstalasi untuk
menghubungkan ruang control dengan struktur Template.
5. Fabrikasi dan Instalasi Pipeline End Termination Unit
Pipeline End Termination Unit atau biasa disingkat PLET merupakan komponen utama
yang menghubungkan struktur Template dengan pipa bawah laut. Struktur dapat
dilihat dalam Gambar 16. Sama halnya seperti Template, struktur ini difabrikasi di yard
yang ada di daratan dan tersusun atas baja.

Gambar 16 Struktur Pipeline End Termination Unit (PLET)

Setelah struktur sampai pada dasar laut selanjutnya adalah pemasangan komponen-
komponen yang disebut modules yang dapat dilihat pada Gambar 17. Modules
merupakan komponen paling penting dalam menghubungkan struktur Template
dengan pipa. Seluruh proses pemasangan modules dikontrol oleh remote operating
vehicles yang diilustrasikan dalam Gambar 18.

Gambar 17 Pemasangan Modules pada struktur Template


Gambar 18 Pemasangan Modules dikontrol oleh Remote Operating Vehicles

6. Trenching Jalur Pipa

Gambar 19 Ekskavator Raksasa Spider

Dasar perairan di Ormen memiliki bentuk bergunung-gunung dan memiliki dasar yang
sangat kasar sehingga dibutuhkan sebuah ekskavator raksasa yang mampu menggali
gunung-gunung tersebut. Proses penggalian dinamakan dengan Trenching.
Ekskavator raksasa tersebut bernama Spider seperti yang ditampilkan pada Gambar
19. Penggalian terbesar memiliki lebar 4 meter dengan kedalaman 4 meter.

Terdapat dua jenis Spider. Yang pertama memilki kapasitas shovel untuk melakukan
penggalian sebesar 3 ton, yang lainnya memiliki suction nozzle untuk menyedot
sandbed setelah disemprot dengan water jet.
Pada akhirnya kedua alat ini berhasil menggali 3000 meter kubik sandbed dan
menghasilkan jalur yang aman bagi pipa bawah laut.

Kemudian pada tempat lain ditemukan gundukan yang sudah mengeras sehingga
diperlukan alat khusus untuk menggalinya. Proses penggaliannya menggunakan Clay
Hybrid Water Jet dengan hasil galian selebar 7 meter dan kedalaman 5 meter. Selama
keberjalanan penggalian seluruh proses diawasi menggunakan ROV.

7. Fabrikasi dan Instalasi dengan sistem S-Lay


Fabrikasi Pipa (Line Pipe)
Bahan penyusun pipa terbuat dari lembaran baja yang kemudian dilas menggunakan
metode longitudinal seam welding seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 20.
Material pipa harus mampu menahan tekanan yang berada pada dasar perairan.

Selanjutnya pipa dilapisi oleh baja penguat (reinforced steel) dan beton sebagai
pemberat pipa agar tetap pada posisinya saat berada di dasar perairan yang
diilustrasikan dalam Gambar 21.

Gambar 20 Pengelasan Pipa dengan sistem Longitudinal Seam Welding


Gambar 21 Pelapisan Pipa dengan Reinforced Concrete dan Beton

Setelah seluruh pipa selesai difabrikasi, selanjutnya diangkut menuju kapal barge S-
Lay untuk dilakukan pengelasan dan drop-out.

Pengelasan Pipa menjadi Pipeline


Dalam kapal barge, terdapat stasiun-stasiun pengelasan pipa. Stasiun pertama
dilakukan hot rolling, kemudian dilakukan pengelasan antar pipa seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 22. Setelah dilakukan pengelasan, hasil lasan harus
diperiksa apakah masih terdapat celah atau pun retak. Proses pengecekan dilakukan
menggunakan X-Ray dan inspeksi langsung dengan mata. Jika ada, maka harus
segera dilas kembali. Setelah itu, baja yang masih terekspos harus ditutup dengan
plastik yang dalam pemasangannya harus dipanaskan. Terakhir, bagian tersebut
ditutup dengan foam untuk menghindari korosi.

Gambar 22 Proses Pengelasan di dalam Kapal Barge


Instalasi Pipa dengan metode S-Lay
Selanjutnya ada proses drop-off pipa yang diilustrasikan dalam Gambar 23. Pada
bagian atas, pipa ditahan oleh suatu alat bernama rubber tensioner agar tidak
langsung jatuh ke laut. Sistem S-Lay diaplikasikan pada laut yang dangkal, yakni
sebelum mencapai lereng Storengga.

Gambar 23 Proses Laying Pipa

8. Penguburan Jalur Pipa pada Seabed


Setelah pipa diletakkan di dasar laut, dilakukan penguburan pipa tersebut. Proses ini
dilakukan menggunakan alat penggali bernama Plough. Klemnya mengangkat pipa
kemudian bergerak sejalur dengan pipa. Alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24 Alat Trenching Plough milik Saipem


9. Proses Tie-in dengan Platform Sleipner
Adanya Platform Sleipner ini adalah untuk mengawasi dan melakukan pengecekan
terhadap kualitas dari gas yang ditranspor melalui pipa. Platform ini terletak di tengah-
tengah perjalanan pipa dari Norwegia menuju Inggris.
10. Fabrikasi dan Instalasi Pipa dengan sistem J-Lay
Sistem Instalasi sama seperti S-Lay, namun menggunakan metode J-Lay. Digunakan
metode ini karena dari lereng Storengga hingga drilling site memilki kedalaman yang
sangat dalam.

Kegiatan lainnya di samping tahap-tahapan ini adalah proses penimbunan batuan di


beberapa titik yang dianalisis dapat menimbulkan kerusakan pada pipa akibat adanya
free-spanning.

SOAL 2 Lingkup Standar Internasional Utama untuk Desain Pipa Bawah Laut

a. Jelaskan perbedaan skup (scope) yang ada pada kelima standar. Untuk kondisi pipa
apa saja dan seperti apa masing-masing standar tersebut berlaku?
Perbedaan terletak pada penetapan kriteria yang menyesuaikan dengan kegunaan
masing-masing pipa yang akan dibuat.
Scope untuk masing-masing standar adalah sebagai berikut.
ASME B31.8 Gas Transmission and Distribution Piping System meliputi
desain, fabrikasi, instalasi, inspeksi, dan pengujian fasilitas pipa transportasi
gas. Kode ini juga mencakup keamanan aspek operasi dan pemeliharaan fasilitas
tersebut. Kode ini hanya berfokus pada aspek keamanan dari bahan bakar gas
cair ketika mereka diuapkan dan digunakan sebagai bahan bakar.
Seluruh persyaratan yang berhubungan dengan desain, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan dari fasilitas piping harus diaplikasikan pada sistem yang mengatus
gas butane, propane, atau campuran dari kedua gas tersebut.
ASME B31.4 Liquid Transportation System for Hydrocarbons and other
Liquids mengatur persyaratan untuk desain, bahan, konstruksi, perakitan,
inspeksi, dan pengujian pipa transportasi cairan, seperti minyak mentah,
kondensat, bensin alam, gas alam cair, bahan bakar gas cair, karbon dioksida,
alkohol cair, amonia anhidrat cair, dan produk petroleum cair di antara fasilitas
produksi, pabrik pengolahan gas alam, kilang, stasiun, pabrik amoniak, terminal
(laut, kereta api, dan truk), dan penerimaan pengiriman lainnya.
Selain itu, scope lainnya adalah sebagai berikut.
1) Piping (yang terdiri atas pipa, flange, katup, baut, fittings, gaskets, relief
devices, dan komponen lainnya yang biasa terkena tekanan) utama maupun
komponen tambahan yang membawa bahan bakar gas cair dan ammonia
anhidrat cair.
2) Tangki penyimpanan dan kerja.
3) Aspek kemananan dan operasi dari Liquid Pipeline System yang berhubungan
dengan kemanan dan perlindungan terhadap public, personil dari perusahaan
operasi, lingkungan, properti, dan sistem perpipaan.
DnV OS F101 Submarine Pipeline Systems memberikan panduan tentang
kriteria dan konsep pengembangan, desain, konstruksi, operasi dan abandonment
atau pengabaian dari sistem pipa bawah laut. Standar ini menjelaskan sistem
pada industri minyak bumi dan gas alam pada umumnya.
DnV 1981 Rules for Submarine Pipelines berisi aturan-aturan yang berlaku
untuk sistem pipa bawah laut yang saling berhubungan. Digunakan untuk
transportasi pengangkut cairan dan gas hidrokarbon. Aturan ini juga dapat
diterapkan, seluruhnya atau sebagian, untuk sistem pipa yang membawa produk
lain. Dilakukan pemeriksaan menggunakan aturan ini terhadap konsep sistem
pipeline untuk mengidentifikasi titik lemah atau desain yang tidak diterima.
API RP 1111 Design, Construction, Operation and Maintenance of Offshore
Hydrocarbon Pipelines menetapkan kriteria untuk desain, konstruksi, pengujian,
pengoperasian, dan pemeliharaan saluran pipa baja lepas pantai yang digunakan
dalam produksi, dukungan produksi, atau transportasi hidrokarbon, yaitu
gerakan dengan pipa cairan hidrokarbon, gas, dan campuran dari hidrokarbon
tersebut dengan air.

b. Bandingkan/ jelaskan perbedaan (DALAM BENTUK TABEL) masing2 definisi (yang
mirip) dari kelima kode!
Dari kelima kode tersebut ditemukan perbedaan dalam definisi berikut.
1) Pipeline System

Kode Definisi

System atau Pipeline system adalah keseluruhan infrastruktur


ASME B31.8 pipeline milik operator atau sebagian besar infrastruktur yang
memiliki titik awal dan pemberhentian yang jelas.
Kode Definisi

Recommended Practice ini mendefinisikan pipeline


systemdalam bentuk ilustrasi. Ilustrasi tersebut
ASME B31.4
menggambarkan keseluruhan sistem pipeline yang terhubung
satu sama lain.

Pipeline system adalah pipeline dengan kompresor atau


stasiun pompa, stasiun kontrol tekanan, stasiun kontrol aliran,
metering tankage, kontrol supervisi dan sistem akuisisi data
DnV OS F101
SCADA), sistem keamanan, sistem perlindungan korosi, dan
alat, fasilitas atau bangunan lainnya yang digunakan dalam
trasportasi cairan.

Pipeline system adalah sistem yang terkoneksi dari pipa


DnV 1981 bawah laut, riser pipa, supports, seluruh komponen
terintegrasi, sistem perlindungan korosi dan weight coating.

Pipeline system adalah pipeline dan seluruh komponennya


termasuk stasiun kompresor dan stasiun pompa yang
API RP 111
mengalami tekanan internal oleh cairan hidrokarbon yang
ditranspor.

Definisi Pipeline System dari kelima code tersebut hampir sama dan memiliki inti,
yakni pipa beserta seluruh komponennya termasuk infrastruktur pendukung pipa
yang mendukung dalam transportasi cairan, gas, dan bahan lainnya.

Namun pada DnV OS F101, infrastruktur dan komponen yang disebutkan lebih
spesifik yaitu kompresor atau pompa stasiun, stasiun kontrol tekanan, stasiun
kontrol aliran, dan sebagainya yang digunakan dalam transportasi cairan.
Pada API RP 1111 didefinisikan pipa dan komponen-komponennya, termasuk
stasiun kompresor dan stasiun pompa yang mengalami tekanan internal oleh
cairan hidrokarbon yang diangkut.
2) Splash Zone
Kode Definisi
Splash Zone adalah area pipeline riser atau komponen
ASME B31.8 pipeline lainnya yang sesekali basah dan kering karena
adanya gelombang dan pasang surut.
Splash Zone adalah area pipeline riser atau komponen
ASME B31.4 pipeline lainnya yang sesekali basah dan kering karena
adanya gelombang dan pasang surut.
Splash Zone adalah permukaan eksternal suatu struktur
DnV OS F101 yang masuk dan keluar air secara bergantian karena
pengaruh gelombang dan pasang surut.
Kode Definisi
Splash Zone adalah rentangan pasang surut astronomis
ditambah dengan tinggi gelombang yang memiliki probilitas
terlampaui 0.01. Batas atas dari splash zone ditentukan
DnV 1981
dengan mengasumsikan 65% tinggi gelombang berada di
atas HAT dan batas atas dengan mengasumsikan 35% di
bawah LAT.
Splash Zone adalah area pipeline riser atau komponen
API RP 111 pipeline lainnya yang sesekali basah dan kering karena
adanya gelombang dan pasang surut.

Definisi Splash Zone menurut ASME B31.8, ASME B31.4, dan API RP 1111
adalah daerah pipa atau komponen pipa yang secara berulang menjadi basah dan
kering akibat pengaruh dari gelombang dan pasang surut.

Menurut DnV OS F101 adalah permukaan luar dari struktur atau pipa yang secara
periodik masuk dan keluar dari air akibat pasang surut dan gelombang.

DnV 1981 mendefinisikan lebih spesifik mengenai rentang pasang surut astronomi
ditambah ketinggian gelombang, memiliki probabilitas terlampaui sebesar 0.01.
Batas atas splash zone ditentukan dengan mengasumsikan 65% dari tinggi
gelombang di atas HAT dan batas bawah dengan asumsi 35% di bawah LAT.

SOAL 3 Regulasi Nasional

Ref 1 dan 2:

a. Berapa meter ROW (right of way) untuk pipa gas di darat?


Jawaban Regulasi
Untuk pipa yang digelar di daratan, Keputusan Menteri Pertambangan dan
jarak minimum yang ditetapkan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997:
sepanjang 9 meter.
Pasal 9 ayat 1:
Pipa Transmisi Gas dan Pipa Induk yang
digelar di daratan tekanan lebih dari 16
(enam belas) bar, harus dirancang sesuai
ketentuan klasifikasi lokasi kelas 2 (dua)
sertu memenuhi ketentuan pasal 7
dengan Jarak Minimum ditetapkan
sekurang-kurangnya 9 (sembilan) meter.
b. Berapa meter pipa harus dikubur kalau crossing sungai?
Jawaban Regulasi
Jika crossing sungai, pipa dikubur Keputusan Menteri Pertambangan dan
sekurang-kurangnya 2 meter di Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997:
bawah dasar normalisasi sungai atau
saluran irigasi. Pasal 13 ayat 1:
Pipa Penyalur yang digelar melintasi
sungai atau saluran irigasi wajib ditanam
dengan kedalaman sekurang-kurangnya 2
(dua) meter di bawah dasar normalisasi
sungai atau saluran irigasi

c. Pipa boleh tidak dikubur di laut untuk kedalaman berapa meter?


Jawaban Regulasi
Pipa bawah laut tidak boleh dikubur Keputusan Menteri Pertambangan dan
untuk kedalaman lebih dari 13 Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997:
meter.
Pasal 13 ayat 3:
Pipa Penyalur yang digelar di laut wajib
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam hal kedalaman dasar laut
kurang dari 13 meter maka pipa
harus ditanam sekurang-kurangnya
2 (dua) meter di bawah dasar laut
(sea bed), serta dilengkapi dengan
sistem pemberat agar pipa tidak
tergeser atau berpindah, atau
disanggah dengan pipa pancang.
b. Dalam hal kealaman dasar laut 13
(tiga belas) meter atau lebih maka
pipa dapat diletakkan di dasar.
d. Dalam hal apa analisis resiko wajib diperlukan terhadap pipa?
Jawaban Regulasi
Analisis resiko wajib dilakukan jika Keputusan Menteri Pertambangan dan
terjadi perubahan kondisi Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997:
lingkungan pada jalur pipa.
Pasal 15 ayat 1:
Dalam hal terjadi perubahan kondisi
lingkungan pada jalur pipa, pengusaha
wajib melakukan analisis risiko untuk
menetapkan langkah pengaman
tambahan.

e. Pemeriksaan keselamatan kerja dilakukan terhadap instalasi apa saja?


Jawaban Regulasi
Pemeriksaan dilakukan terhadap Keputusan Direktur Jenderal Minyak
instalasi dalam bidang: dan Gas Bumi Nomor 84. K / 38 / DJM /
a. Eksplorasi dan eksploitasi, 1998:
seperti alat untuk melakukan
pengeboran, produksi, Pasal 2 ayat 1:
pengumpulan, dan lain-lain. Pemeriksaan Keselamatan Kerja
b. Pemurnian dan Pengolahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yakni alat-alat untuk dilakukan terhadap Instalasi dan
memurnikan, mengolah hasil Peralatan yang :
pengeboran, melakukakan a. akan dipasang atau didirikan;
pembongkaran dan pemuatan, b. sedang dipasang atau didirikan;
dan lain-lain. c. telah dipasang atau didirikan;
c. Penimbunan dan
Pemasaran, yakni instalasi Instalasi yang wajib dilaksanakan
depot, stasiun pengisian pemeriksaan keselamatan kerja:
bahan bakar, transit terminal, 1. Instalasi Eksplorasi dan Eksploitasi :
dan lain-lain. a. Instalasi pemboran ;
b. Instalasi produksi ;
c. Instalasi pengumpul ;
d. Instalasi lainnya yang terkait dengan
kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi.
Jawaban Regulasi
2. Instalasi Pemurnian dan Pengolahan :
a. Instalasi Pemurnian dan Pengolahan ;
b. Pembongkaran dan Pemuatan ;
c. Instalasi lainnya yang terkait dengan
kegiatan Pemurnian dan Pengolahan
baik langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan
termaksud.

3. Instalasi Penimbunan dan Pemasaran


yang dimaksud adalah :
a. Instalasi Seafed Depot ;
b. Instalasi Inland Depot ;
c. Instalasi Depot Pengisian Pesawat
Udara (DPPU) ;
d. Instalasi Transit Terminal ;
e. Instalasi Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum (SPBU) dan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) ;
f. Instalasi lainnya yang terkait dengan
Kegiatan penimbunan dan pemasaran.

Ref 3:

f. Apa kriteria pemendaman untuk pipa dan kabel?


Untuk pipa
1) Kriteria pemendaman berdasarkan kedalaman:

Kedalaman perairan Kriteria pemendaman

2 meter di bawah permukaan dasar


<20 meter
perairan.
Digelar di atas permukaan dasar
20 meter atau lebih
perairan.

2) Pemendaman harus duduk stabil pada posisinya.


Untuk kabel
1) Kriteria pemendaman berdasarkan jarak dari garis pantai:

Jarak dari garis pantai (GP) Kriteria pemendaman

2 meter di bawah permukaan dasar


0 10 meter
perairan.
1 meter di bawah permukaan dasar
10 15 meter
perairan.
0.5 meter di bawah permukaan
>15 meter
dasar perairan.

2) Pemendaman harus duduk stabil pada tempatnya.

g. Apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk pipa yang dikecualikan untuk dipendam?
(Jelaskan lokasinya yang diperbolehkan untuk pengecualian pemendaman)
Lokasi yang diperbolehkan untuk dilakukan instalasi tanpa harus dilakukan
pemendaman adalah sebagai berikut.
a. Dasar perairan yang keras berupa batuan atau karang.
b. Persilangan dengan instalasi yang telah ada sebelumnya (eksisting).
c. Pengaruh terhadap daya hantar.
d. Daerah-daerah lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Aspek apa saja yang diliput untuk risk assessment pipa bawah laut?
Sesuai dengan pasal 82 ayat 3, penilaian resiko (risk assessment) yang dilakukan
oleh pihak perseorangan maupun lembaga yang memiliki bidang kajian teknis
meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Teknis persilangan (crossing) pipa dan/atau kabel, daya hantar dan kondisi alam
(dasar laut yang keras).
b. Teknis pengamanan (protection) pipa dan/atau kabel selain dengan
pemendaman.
c. Teknis keselamatan pelayaran dari keberadaan instalasi pipa dan/atau dengan
analisa kejatuhan jangkar (dropped anchor), garukan jangkar (dragged anchor)
dan kapal tenggelam (ship sinking).
d. Teknis lain yang sifatnya strategis.
SOAL 4 Radius Kurvatur Pipa Bawah Laut

Diketahui:

Diameter Pipa (OD) = 20 in = 508 mm

Material API 5L X42, SMYS = 42000 psi = 290 MPa

Modulus Elastisitas Baja, E = 200 GPa

Safety factor, f = 10%

Pertanyaan:

a. Hitung radius kurvatur minimum.


Bending stress
. 200 . 508
= =
2. . 2 . 0,1 . 290
= 1734,5
Dengan persamaan bending stress, didapatkan radius kurvatur minimum sebesar
1734.5 meter.
Jansen VH
3 . . 3 . . 3 . 200 . 508
= = =
4 . 4 . . 4 . 0,1 . 290
= 2627,6
Dengan persamaan Jansen VH, didapatkan radius kurvatur minimum sebesar
2627.6 meter.
b. Hitung radius kurvatur bila material pipa diganti dengan API 5L X65, amankah jika
radius kurvaturnya 1500 meter?
Material API 5L X65, SMYS = 65000 psi = 448 MPa.
Bending stress
. 200 . 508
= =
2. . 2 . 0,1 . 448
= 1041
Dengan persamaan bending stress, didapatkan radius kurvatur minimum sebesar
1041 meter.
Jansen VH
3 . . 3 . . 3 . 200 . 508
= = =
4 . 4 . . 4 . 0,1 . 448
= 1561,5
Dengan persamaan Jansen VH, didapatkan radius kurvatur minimum sebesar
1561.5 meter.

Dengan menggunakan persamaan bending stress, radius kurvatur 1500 meter sudah
tidak aman. Sedangkan menggunakan persamaan Jansen VH, radius kurvatur 1500
meter masih aman.
SOAL 5 Rute Pipa Bawah Laut

Rute yang dipilih adalah yang ditunjukkan oleh garis berwarna kuning. Rute ini
ditentukan dengan mempertimbangkan bentuk kontur seabed, menghindari kontur yang
memiliki perbedaan kedalaman yang besar atau landslide, serta meminimalisir kurvatur
yang terjadi.
Rute ini melintasi 2 jalur pipa eksisting yang ditunjukkan oleh garis berwarna coklat, 4
jalur kabel eksisting yang ditunjukkan garis berwarna biru, dan jalur Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) ditandai dengan garis berwarna hijau.
Pipeline route survey yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Side scan sonar, diperlukan untuk memeriksa kondisi dasar laut terutama di area
yang terdapat pipeline yang sudah ada sebelumnya (dekat Platform KL).

2) Sub-bottom profiler, diperlukan untuk memeriksa kondisi lapisan tanah dasar laut
yang akan dilalui oleh pipeline.

3) Magnetometer, diperlukan untuk memeriksa keberadaan debris, bangkai kapal,


atau pipa/kabel yang terbenam di dasar laut sehingga terhindar dari gangguan
yang tidak diinginkan.

Lebar koridor mengacu pada aturan minimum sebesar 500 meter.

Anda mungkin juga menyukai