PENDAHULUAN
1
mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien
(Firmansyah, 2014).
Angka kejadian luka bakar di Indonesia cukup tinggi, lebih dari 250
jiwa/tahun meninggal akibat luka bakar hingga 2012. Dikarenakan jumlah anak
anak dan lansia cukup tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anakanak dan
lansia untuk menghindari terjadinya kebakaran. Maka, usia anakanak dan lansia
menyumbang angka kematian tertinggi akibat luka bakar yang terjadi di Indonesia
hingga tahun. (Arian, 2014).
Prevalensi penderita luka bakar di Provinsi Aceh tidak diketahui secara
pasti namun pada sebuah Rumah Sakit ternama di Provinsi Aceh, RSUD Zainal
Abidin Banda Aceh pada tahun 2012 terdapat 71% penderita dengan luka bakar
yang berjenis kelamin laki-laki sedangkan pada perempuan hanya 28,6%,
persentase tersebut menunjukkan bahwa pria lebih banyak menderita luka bakar
bila dibandingkan dengan wanita, hasil penelitian yang didapatkan data bahwa
pasien luka bakar yang disebabkan oleh api sebesar 57,1% dan yang disebabkan
oleh tegangan listrik 42,9%. (Medina 2012).
Peran perawat sebagai Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif
diharapkan mampu melakukan perawatan pada klien luka bakar baik biologis
maupun psikis klien, dan salah satu fungsi perawat sebagai konselor diharapkan
mampu membantu permasalahan klien. Perawat dapat memberikan dorongan dan
motivasi kepada klien kearah pemecahan masalah. Dukungan perawat diharapkan
akan dapat meningkatkan rasa percaya diri pada klien, sehingga klien mampu
menerima keadaan tubuhnya sesuai dengan kondisi yang terjadi (Arian, 2014).
2
7. Pengkajian keperawatan ?
8. Diagnose keperawatan ?
9. Intervensi keperawatan ?
3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2 Etiologi
Menurut Wijaya (2013. Hal. 108) penyebab terjadinya luka bakar adalah sebagai
berikut :
1) Luka bakar termal
Agen pecendera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek
panas, luka bakar api berhubungan dengan asap /cedera inhalasi (cedera terbakar,
kontak dan kobaran api).
2) Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan
insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering memasukan benda
konduktif kedalam colokan listrik dan menggigil atau menghisap kabel listrik
yang tersambung. Terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi
4
panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf
memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan terbesar) Dasar cedera
menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat.
3)Luka bakar kimia
Terjadi dari tife/kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
4) Luka Bakar Radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahn radioaktif dosis tinggi.
2.1.3 Patofisiologi
Luka bakar yang hanya mengenai kulit dangkal dikenal sebagai luka bakar
superficial atau luka bakar tingkat pertama. Ketika kerusakan menembus ke
beberapa lapisan lebih jauh, maka disebut luka bakar dengan ketebalan parsial
atau luka bakar tingkat dua. Luka bakar dengan kerusakan ketebalan penuh atau
cedera maluas keseluruh lapisan kulit, maka disebut luka bakar derajat tiga.
Sedangkan luka bakar derajat empat melibatkan cedera pada jaringan yang lebih
dalam, seperti otot atau tulang.
Luka bakar yang dikarenakan suhu yang panas akan menyebabkan
kehilangan dan kerusakan protein sehingga menimbulkan kerusakan sel dan
jaringan kulit. Kerusakan sekunder kulit oleh panas dapat berupa gangguan
sensasi kulit, penurunan kemampuan untuk mencegah kehilangan air melalui
penguapan dan mengendalikan suhu tubuh, gangguan membran sel yang
menyebabkan sel kehilangan akan elektrolit seperti kalium, natrium, dan ion
lainnya.
Pada luka bakar yang luas akan timbul respon inflamasi yang signifikan
dan menyebabkan peningkatan kebocoran cairan dari kapiler, sehingga jaringan
akan mengalami edema pada tahap berikutnya. Lambat laun, kebocoran cairan ini
dapat menyebabkan kehilanga volume darah dan kehilangan plasma yang
signifikan, memuat darah lebih pekat dan memperburuk aliran darah ke organ
seperti ginjal dan saluran pencernaan. Jika tidak mendapatkan pertolongan segera,
maka dapat menyebabkan gagal ginjal.
5
Kebanyaakan luka bakar superficial akan sembuh tanpa masalah. Luka
bakar sederhana dapat dikelola dalam perawatan primer namun luka bakar yang
kompleks harus ditangani secara komprehensif (Suriadi, 2015, hal. 14
6
7
2.1.4 Pathway
Arus listrik , lidah api , bahan ,
Keracunan
kimia ,air panas , benda CO2
monoksida Inhalasi CO2
panas,radiasi , dll
Obstruksi saluran
LUKA BAKAR napas atas
8
Resiko perubahan
Effendi 1999,
nutrisi kurang dari
Perubahan nutrisi
hipoproteinemia hudak 1994
kebutuhan tubuh
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Majid (2013, hal 35) Berat ringannya luka bakar tergantung pada
jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka bakar :
1) Luka bakar derajat 1
Merupakan luka bakar yang pal;ing ringan. Kulit yang terbakar menjadi
merah, nyeri, sangat sensitive terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak.
Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih dan belum terbentuk bulat
2) Luka bakar derajat 2
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. kulit melepuh, dasarnya
tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yan jernih. Jika
disentuh warnanya berubah menjadi putih terasa nyeri.
3) Luka bakar derajat 3
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna
putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah
merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah
terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu ditempat tersebut
mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tida timbul rasa nyeri karena ujung
saraf pada kulit telah mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan
merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada luka
bakar yang luas, kahilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut
bisa menyebabkan terjadinya syok. Tekanan darah rendah sehingga darah yang
mengalir ke otak dan organ lainnya sedikit.
Luka bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan luasnya luka bakar,
yaitu dengan menghitung seberapa luas luka bakar tersebut. Beberapa ahli
membuat suatu metode untuk menentukan luasnya luka bakar. Beberapa metode
yang digunakan untuk menentukan luas luka bakar diantaranya adalah metode
rule of nine. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan metode
tersebut. Untuk mengetahui ukuran luka bakar ditentukan dengan menghitung
prosestase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari
perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman
seseorang dalam menentukan luas luka bakar.
9
Rumus Rule of Nine atau Rule of Wallace pada orang dewasa adalah sebagai
berikut:
Kepala : 9%
Lengan masing-masing 9% : 18%
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
Tungkai masing-masing 18% : 36%
Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Sedangkan rumus Rule of Nine atau Rule of Wallace pada anak anak
yaitu :
Kepala dan leher : 18%
Lengan masing-masing 9% : 18%
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
Tungkai masing-masing 13,5% : 27%
Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
10
Terdapat beberapa kondisi lain yang juga membutuhkan pertolongan medis
secepatnya, jika:
1. Luka bakar yang terjadi luas atau dalam.
2. Luka bakar yang disebabkan bahan kimia dan listrik.
3. Luka bakar dalam yang terjadi pada wajah, tangan, lengan, kaki, telapak kaki,
alat kelamin, bokong dan persendian.
4. Luka bakar berukuran apa pun yang menyebabkan kulit menjadi putih atau
hangus.
Bagi yang mengalami luka bakar karena panas matahari, waspadai terhadap
terjadinya sengatan panas. Sengatan panas yang tidak diatasi dengan cepat bisa
merusak otak, jantung, dan ginjal. Jika penanganan ditunda, kondisi akan
memburuk dengan cepat dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
Jika mencurigai terjadi kelelahan karena panas matahari, segera pindahkan
penderita ke tempat teduh. Pastikan minum banyak air untuk menghindari
dehidrasi, dan longgarkan pakaian mereka. Penderita disarankan untuk menyiram
tubuh dengan air dingin untuk menurunkan suhu pada bagian kulit yang terbakar.
Penderita seharusnya segera membaik. Jika tidak segera membaik, segera bawa ke
rumah sakit terdekat sebelum mereka mengalami sengatan panas.
11
3.Perban,
Berfungsi menciptakan kondisi lembap untuk mencegah infeksi dan
membantu penyembuhan luka bakar.
4.Cairan infus.
Dokter biasanya akan memberikan cairan infus secara berkelanjutan pada
pasien dengan luka bakar. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi
dan juga kegagalan fungsi organ tubuh manusia.
5.Krim dan salep luka bakar.
Ini akan mempercepat penyembuhan, mencegah infeksi, menjaga
kelembapan luka, dan mengurangi nyeri.
6.Suntikan tetanus.
Suntikan ini mungkin akan disarankan dokter sebagai langkah
pencegahan.
Berikut ini adalah langkah pembedahan dan prosedur lain untuk menangani luka
bakar, yaitu:
1. Membuang koreng di sekitar luka bakar, agar tidak menghambat aliran
darah.
2. Selang makanan, masuk melewati hidung ke perut untuk menyalurkan
nutrisi ke tubuh penderita.
3. Pencangkokan kulitpada bagian yang terbakar dengan menggunakan kulit
dari bagian tubuh lain atau kulit dari mayat atau babi.
4. Operasi plastik. Dokter bedah plastik bisa memperbaiki penampilan kulit
yang terbakar. Persendian yang terbakar hingga tidak berfungsi sempurna
juga bisa ditingkatkan fleksibilitasnya oleh dokter bedah.
5. Alat bantu pernapasan. Jika wajah atau leher yang terbakar, tenggorokan
beresiko mengalami pembengkakan sehingga penderita kesulitan bernapas.
Dokter akan memasukkan selang pernapasan untuk mengalirkan oksigen
ke paru-paru.
6. Setelah operasi luka bakar, sebaiknya Anda menghindari sinar matahari
langsung mengenai luka bakar yang terjadi. Pajanan langsung sinar
matahari terhadap luka bakar bisa mengakibatkan kulit melepuh.
12
Penatalaksanaan pada pasien luka bakar menurut Grace, (2007, hal. 87) ialah
sebagai berikut :
1. Mulai resusitasi, buat jalur intra vena, berikan O2
2. Nilai ukuran luka bakar (aturan 9 dari Wallace)
3. Luka bakar >20% pada dewasa dan >10% pada anak.
4. Pantau nadi, tekanan darah, suhu, keluaran urin, berikan analgesia adekuat
intra vena dan pertimbangkan selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT),
berikan profilaksis tetanus.
5. Berikan cairan intra vena berdasarkan formula muir-barclay : % luka bakar
x berat badan dalam kg/2 = satu aliquot cairan.
6. Berikan 6 aliquot cairan selama 36 jam pertama dengan urutan 4, 4, 4, 6,
6, 12 jam dari waktu terjadinya luka bakar. Biasanya menggunakan larutan
koloid, albumin atau plasma.
7. Terapi terbuka bersihkan luka bakar dan biarkan terpapar pada
lingkungan khusus yang bersih.
8. Debridement eskar dan skin graft.
13
2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan
2.2.1Pengkajian
Menurut Wijaya (2013, hal. 118) adapun pengkajian keperawatan pada klien
dengan luka bakar adalah adalah sebagai berikut :
1. Identitas pasien: Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2
tahun dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur
2 tahun lebih rentan terkena infeksi.
6. Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
14
8. Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan
otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
10. Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;
aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
11. Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon
pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung
saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan edema dan efek
dari inhalasi , obstruksi lumen d/d sekresi berwarna dan kental.
3. Kurang volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar dan
4. Nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan serta saraf dan dampak
emosional dari luka bakar d/d meringis kesakitan .
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan luka bakar terbuka
epidermis dan dermis d/d turgor kulit jelek , belum ada jaringan nekrotik.
6. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan edema luka bakar, rasa
nyeri dan pergerakan menurun d/dklien susah bergerak , tambah luka yang
baru.
7. Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan
terganggunya respon imun.
16
2.1.3 Intervensi Keperawatan
17
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
paten dan bersihan 2. Beri O2 lembab. 2. Ekspektorasi.
saluran napas 3. Dorong klien agar mau 3. Meningkatkan pembuangan
adekuat. membalikkan tubuh, sekresi.
KE: batuk dan napas dalam.
Jalan napas paten.
Sekresi respirasi
minimal, tidak
berwarna dan encer.
Frekuensi
respirasi, pola dan
bunyi napas
normal.
3. Diagnosa keperawatan: Kurang volume cairan yang berhubungan dengan
dari daerah luka bakar dan hipovolemia, hipokalemia d/d klien tampak
dehidrasi.
Pemulihan 2. Amati tanda vital, 1. Resusitasi berlebihan dapat
keseimbangan haluaran urine. menyebabkan kelebihan
cairan dan elektrolit3. Beri cairan intravena beban cairan.
yang optimal dan dengan tepat. 2. Mempertahankan
perfusi organ-organ 4. Naikkan bagian kepala keseimbangan cairan dan
vital. dan tinggikan ekstremitas elektrolit.
KE: yang terbakar. 3. Meningkatkan aliran balik
Kadar elektrolit vena.
(N).
Haluaran urine
0,5-1,0 ml/kg/jam.
TD> 90/60 mmHg.
N< 120 x/mt.
Sensori jernih.
Urine jernih, BJ
18
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
Normal.
4. Diagnosa keperawatan: Nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan
serta saraf dan dampak emosional dari luka bakar d/d meringis kesakitan .
Pengendalian rasa 1. Kaji tingkat nyeri (skala 1. Mengevaluasi evektivitasnya
nyeri. 1-10) tindakan mengurangi nyeri.
KE: 2. Beri analgetik. 2. Menurunkan nyeri.
Menyatakan 3. Beri dukungan 3. Mengurangi ketakutan dan
tingkat nyeri emosional. ansietas akibat luka bakar.
menurun.
Tidak ada petunjuk
nonverbal tentang
nyeri.
5. Diagnosa keperawatan: Kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan luka bakar terbuka epidermis dan dermis d/d turgor kulit jelek ,
belum ada jaringan nekrotik.
19
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
optimal. rentang gerak. 3. Peningkatan pemakaian otot-
KE: 3. Bantu klien untuk otot.
Turut ambulasi dini. 4. Mempertahankan posisi sendi
berpartisipasi dalam4. Fisioterapi. yang benar.
aktivitas sehari- 5. Dorong perawatan 5. Mempercepat kemandirian.
hari. mandiri sesuai
kemampuan klien.
7. Diagnosa keperawatan: Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan
hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun.
20
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
KE: asupan kalori tiap hari. metabolisme.
Peningkatan BB 3. Beri suplemen vitamin 2. Menentukan apakah
tiap hari. dan mineral. kebutuhan makan telah
Tidak 4. Beri nutrisi enteral dan terpenuhi.
memperlihatkan parenteral. 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi.
tanda-tanda 5. Laporkan distensi 4. Menjamin terpenuhinya
defisiensi protein, abdomen, volume nutrisi.
vitamin dan residu yang besar atau 5. Tanda yang menunjukkan
mineral. diare kepada dokter. intoleransi terhadap jalur atau
Memenuhi seluruh tipe pemberian nutrisi.
kebutuhan nutrisi
lewat asupan oral.
Kadar protein
serum normal.
21
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama
terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang melindungi tubuh
dari infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu
tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses
aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit
yang sebagian besar dapat dicegah.
Luka bakar adalah kerusakan atau keghilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi.
Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi.
3.2 Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar, tingkat luka
bakar, tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi
pembaca dan masyarakat umum.
22