Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan lingkungan di kota-kota besar cenderung terus meningkat,


bahkan di beberapa daerah sudah mencapai pada titik kritis. Dua diantara banyak
masalah lingkungan yang sangat berat adalah pencemaran udara dan pencemaran
sumber daya air. Pencemaran terhadap sumber daya air sudah menyebabkan
munculnya krisis air bersih. Air permukaan (sungai dan situ) dan air tanah
dangkal sebagian besar sudah tercemar berat, sehingga apabila ingin dijadikan
sebagai sumber iar baku untuk air bersih dibutuhkan biaya pengolahan yang
cukup mahal. Permasalahan sumber daya air tidak hanya menyangkut kualitas,
tetapi juga kuantitas. Hal itu ditunjukkan dengan adanya masalah kekeringan pada
saat musim kemarau dan terjadinya banjir besar pada musim penghujan. Run off
atau laju alir limpasan air hujan di Jakarta sudah terlalu besar dan fungsi tanah
untuk peresapan sudah hampir hilang karena permukaan tanah tertutup oleh aspal,
semen atau telah mengalami pengerasan (Rahardjo, 2007).
Dalam mengatasi masalah lingkungan tersebut, khususnya masalah
pengelolaan sumber daya air, Pemerintah sudah mulai melaksanakan program-
program yang sangat baik, misalnya Prokasih (program kali bersih) dan program
optimalisasi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dalam program optimalisasi RTH
terdapat suatu kegiatan, yaitu pelaksanaan rencana strategis dalam pengelolaan
taman-taman kota. Kegiatan tersebut intinya dimaksudkan untuk mengoptimalkan
fungsi ekologis seluruh taman kota. Dalam upaya meningkatkan fungsi ekologis
taman-taman kota dibutuhkan konsep yang matang, yaitu konsep Ecopark.
Dengan konsep tersebut setiap taman dikembangkan secara maksimal agar segala
proses yang terjadi di areal taman itu berlangsung secara alamiah.
1.2 Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah mengkaji sistem pengelolaan sumber daya air untuk
aplikasi konsep Ecopark pada taman-taman kota. Dan juga kami ingin mencoba
melakukan water treatment kolam air tawar yang terdapat di Hutan Kota Tibang
Banda Aceh. Tujuan lanjut adalah memberikan masukan pada Pemerintah Prov.
Aceh, khususnya Dinas Pertamanan Provinsi Aceh, dalam mengaplikasikan
konsep Ecopark dan mengembangkannya pada taman-taman kota yang berukuran
besar agar dapat mengoptimalkan fungsi ekologis taman tersebut, terutama dalam
hal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air.
BAB II
PERMASALAHAN

Salah satu favorit desainer lanskap dalam merancang taman kota yaitu
dengan menghadirkan elemen air pada rancangannya. Harapan perancang kolam
ini akan mampu berfungsi sebagaioase lingkungan perkotaan yang cenderung
panas, massif dan kaku. Namun dewasa ini, elemen kolam banyak dihindari oleh
pengelola ruang kota terutama kota-kota di Indonesia karena mahalnya biaya
pemeliharaan kolam air ini.
Kolam dan danau di taman-taman kota merupakan elemen taman buatan
manusia maupun alami yang tetap mempunyai siklus kehidupan. Barebo (1994)
menyatakan bahwa pada awalnya kolam tersebut tampak seimbang, bersih, segar
dan jernih dengan mekanisme pembersihan air yang alami. Selanjutnya pada
tahap/usia pertengahan dimana terlihat peningkatan kandungan air diluar
keseimbangan danau, peningkatan berlebih mekanisme pembersihan alami,
menyebabkan pertumbuhan gulma dan alga. Pada akhirnya, memasuki "usia tua",
kolam menjadi tanah rawa yang dangkal atau tanah berawa-rawa.
Banyak alasan yang menunjukkan fakta bahwa air merupakan salah satu
sumber daya alami yang sangat dibutuhkan namun juga sangat disepelekan
dengan sedikit pengelolaan/manajemen yang benar. Ketidaktahuan akan
pengelolaan air telah menyebabkan banyak persoalan-persoalan penting terutama
di perkotaan. Kurangnya pengetahuan tersebut menjadikan beberapa
orang/individu sebagai seorang ahli. Pada saat kita tidak mengetahui akar
permasalahan yang sebenarnya kita dapat menggunakan opini/pendapat para ahli
tersebut.
Pada bab ini akan didiskusikan tentang pengelolaan kolam taman kota
dengan permasalahan umumnya yang dapat dihubungkan dengan kolam buatan,
diantaranya; pertumbuhan alga dan gulma air yang berlebihan, bau busuk,
matinya ikan-ikan, dan tumbuh kembangnya nyamuk dan serangga lain secara
berlebihan. Kita akan membahas ekologi kolam, apa penyebab persoalan
pengelolaan air, metode pengelolaan alternatif, aerasi, dengan keuntungan-
keuntungannya.
Sebagai praktisi dan ahli lingkungan, kita sadar akan tanggung jawab kita
sebagai penjaga lingkungan. Taman kota dan bentukan lanskap lainnya telah
terbukti mempunyai dampak yang positif pada lingkungan. Penelitian yang telah
dilakukan mengindikasikan bahwa sumber daya air sepatutnya juga di kelola di
taman-taman kota dan tempat lainnya, sehingga air yang keluar dari taman kota
kualitasnya akan lebih baik dibanding saat masuk. Kita akan menitik beratkan
pada keseimbangan. Disaat kita membiarkan kolam keluar dari keseimbangan,
kita akan mendapatkan masalah pengelolaannya. Untuk memperoleh banyak dari
bahan materi ini, sangat penting untuk diingat yaitu issue keseimbangan kritis dan
apa yang menyebabkannya.

2.1. Permasalahan Kolam

a. Pertumbuhan Alga dan Gulma Air


Menurut Blackburn dan Boyd dalam Barebo (1994) salah satu indikasi
pertama miskinnya kualitas air, terutama tingginya tingkat kandungan fosfat
adalah pertumbuhan alga dan gulma air secara hebat. Berkembang secara hebat
alga microskopik dan filamentous yang tidak dapat dilihat dan dapat merusak
semua ketenangan kolam dan danau. Alga planktonik adalah tanaman bersel satu
dan banyak yang dapat ditemukan di dekat permukaan atau epilimnion. Mereka
sering dijumpai berwarna hijau terang. Sebuah danau dengan alga plankton yang
berlimpah berjalan dalam resiko yang disebabkan oleh habisnya oksigen atau
keadaan bahaya stress. Sering selama hari berawan atau malam akhir, jenis alga
ini menggunakan semua persediaan oksigen dan membuat terbunuhnya ikan-ikan
yang ada.
Perkembangan alga planktonik yang berlebihan dapat digunakan sebagai
filter sinar ultraviolet, sehingga dapat melindungi tanaman-tanaman penting yang
berakar di dasar kolam atau alga filamentatous. Kualitas air yang jelek
ditunjukkan oleh beberapa efek samping yang negatif, diantaranya:
Pertumbuhan tanaman dan alga yang hebat,
Tersumbatnya kepala sprinkler,
Tersumbatnya aliran irigasi,
Terbentuknya lumpur (pengurangan kapasitas menahan air),
Bau yang tidak menyenangkan,
Bentuk keindahan yang tidak menyenangkan.

Kejadian biasa tentang berkembangnya alga dan pertumbuhan hebat gulma


mengindikasikan tingkat hara di dalam kolam terlalu tinggi. Hal ini disebabkan
oleh meningkatnya lumpur di dasar kolam, rendahnya tingkat kandungan oksigen,
atau anak sungai memberikan tambahan endapan ke dalam kolam. Demikian juga
dengan kondisi air yang menghangat yang disebabkan stratifikasi panas dan
kehilangan kedalaman danau yang menimbulkan tanah berawa, dan selanjutnya
dasar kolam meningkat terus persoalan-persoalan yang dialami.

b. Bau
Persoalan bau di kolam secara umum disebabkan oleh empat penyebab,
antara lain; rendahnya tingkat kandungan oksigen menyebabkan kondisi anaerob,
beberapa tipe alga, polusi kimia, dan kondisi geologi. Dengan peningkatan tingkat
kandungan oksigen dan berputarnya air kaya oksigen di dalam kolam, kondisi
anaerob dapat diminimalkan dan gas bau dapat dihilangkan dari air. Persoalan bau
yang disebabkan polusi kimia dapat diselesaikan dengan cara pencarian lokasi
sumber bau dan menghentikan masuknya zat kimia tersebut kedalam kolam.
Disamping itu terkadang zat dasar geologi tanah area kolam seperti kandungan
sulfur (belerang) dan besi yang sangat tinggi dapat pula menyebabkan bau kurang
sedap. Kondisi-kondisi tersebut secara umum tidak dapat diatasi dengan aplikasi
filter (saringan).

c. Perkembangbiakan Serangga
Beberapa type serangga, khususnya nyamuk, dapat bertelur hanya di air
yang diam. Populasi nyamuk yang tidak dikehendaki dapat dikurangi dengan
perputaran konstan dari permukaan air danau atau kolam serta dengan mengurangi
kemungkinan penempatan telur serangga tersebut. Tanaman alga yang mengapung
dipermukaan kolam atau gulma air dapat juga digunakan sebagai tempat bertelur
beberapa serangga yang kemungkinan sebagai penyebar penyakit bagi manusia.

d. Kekurangan Oksigen dalam Air


Kekuarangan oksigen dalam air disebabkan oleh gas yang dihasilkan oleh
kotoran dan urien ikan (amoniak). Dapat pula karena tidak memakai system
penyaringan yang benar.

2.2. Pemecahan Masalah


a. Kontrol Mekanik
Barebo (1994) menyatakan bahwa beberapa metode dapat diterapkan
untuk menyelesaikan masalah yang meliputi semua aspek kolam dan danau. Mari
kita melihat beberapa metode umum dalam pengelolaan kolam. Kontrol mekanik
merupakan metode tertua pengelolaan alga dan gulma air. Mesin penggali lumpur,
menuai gulma, penggaruk, pembatas benthic, dan cara mekanikal lainnya yang
digunakan untuk menghilang-kan/ memindahkan keluar alga dan tanaman air
beserta sistem perakarannya. Metode-metode tersebut dapat efektif dalam
beberapa cara. Dengan memindahkan materi tanaman dari air atau menutupinya
dalam kasus pembatas benthic sehingga penampilan kolam dapat diperbaiki.
Penuai merupakan salah satu solusi yang digunakan untuk mengambil
gulma yang mengapung, alga dan puing-puing sisa dari kolam dengan
mengambilnya dari permukaan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah dan
efektif menghilangkan gulma dan kumpulan akibat hara lainnya dari kolam secara
permanen. Bagaimanapun juga proses/cara ini membutuhkan biaya yang mahal
dan mempunyai efek jangka pendek.
Ketika kolam menjadi eutropic dan lumpur terbentuk di dasar kolam,
kemungkinan tidak ada alternatif lain tetapi mesin penggaruk/penggali lumpur
dapat dilakukan. Dengan menghilangkan material tanaman, sumber hara potensial
juga hilang dari kolam. Bagaimanapun juga, kontrol mekanik terbilang mahal,
kerja buruh yang intensif dan diulangi jika tanaman tumbuh kembali. Metode ini
dilakukan jika mulai tampak gejala rendahnya kualitas air dan pengelolaan kolam
yang minim daripada mencari penyebabnya. Pembuangan materi tanaman air dan
materi penggarukkan kembali dengan cepat akan menjadi biasa dan mahal.
Penggunaan Filter Arang Aktif

Salah satu media filter untuk kolam ikan yang sering dipakai adalah
karbon aktif atau arang aktif. Karbon aktif adalah senyawa karbon yang
mempunyai bentuk amorf dengan luas permukaan yang besar (450-1500 m2/g).
Luas permukaan yang besar menunjukkan bahwa struktur pori internalnya juga
besar, sehingga dapat digunakan untuk menyerap zat-zat yang tidak diinginkan di
dalam air maupun gas. Karena sifatnya yang mampu menyerap zat kimia
pencemar kolam, arang aktif menjadi pilihan sederhana sebagai media filter.
Selain itu arang aktif relatif mudah dan murah dicari. Karakteristik arang aktif
memiliki pori-pori yang halus dan luas dapat menjebak molekul-molekul polutan
air kolam, hal ini menjadikan air kolam jernih dan bebas dari zat kimia berbahaya.
Namun lambat laun kemampuan arang aktif menyerap kotoran ini akan jenuh
sehingga perlu dilakukan penggantian arang aktif yang baru secara berkala.

Pada air kolam kotoran bisa berasal dari sampah organik kotoran ikan, sisa
makanan, daun-daun yang jatuh ke kolam dan lain sebagainya. Setelah melewati
filter mekanis, zat-zat kimia tadi belum hilang dari air kolam sehingga perlu
disaring pada filter kimia yang salah satu medianya arang aktif. Dalam
pengolahan air kolam, karbon aktif umumnya digunakan untuk menyerap material
organik yang tidak diinginkan, seperti warna, phenol, detergen, cresol, serta bahan
toksik yang tidak dapat diuraikan.

Dari hasil penelitian arang aktif yang berasal dari tempurung kelapa
merupakan jenis filter granular terbaik untuk mengurangi kadar pencemar pada air
kolam. Kemampuan serapan terhadap zat-zat kimia arang aktif bisa mencapai
50%. Meski manfaat arang aktif cukup besar sebagai media filter air kolam,
sebelum mengaplikasikan pada filter kolam perlu dicuci hingga bersih sehingga
tidak mengotori kolam. Perlu beberapa kali cuci hingga karbon aktif siap
diaplikasikan. Selain itu arang aktif perlu dimasukkan ke dalam wadah seperti
kain kasa sebelum masuk ke sistem filter kolam.

Gambar 1a. Kondisi Air Kolam Before Arang Aktif

Gambar 1b. After penamabahan arang aktif (Asumsi)

Dari gambar 1a diatas dapat dilihat bahwa kondisi air kolam sebelum
penambahan arang aktif hijau dan tidak terlihat ikan yang hidup didalam air,
sedangkan gambar 1b adalah salah satu contoh kolam yang menggunakan arang
aktif, sehingga air kolam tampak jernih dan lebih menarik.
b. Kontrol Biologi
Metode penting ketiga dalam pengelolaan kolam dan danau adalah kontrol
biologi. Metode paling populer dan banyak digunakan yaitu dengan mengenalkan
ikan pemakan gulma atau rumput air. Ikan-ikan ini dapat secara efektif dalam
mengontrol pertumbuhan gulma air yang hebat. Teknik ini merupakan cara yang
murah dengan jangka waktu yang lama dan akibatnya tidak dibutuhkan tenaga
kerja untuk menghilangkan persoalan kolam.
Ikan-ikan ini termasuk pemakan yang tidak pilih-pilih, tumbuh sampai
seberat 20 kilogram. Bagaimanapun juga, mereka hanya memakan tanaman air
yang ada serta memakan alga jika tanaman air tidak ditemukan. Penggunaan jenis
yang tidak merupakan spesies asli berakibat penghancuran ikan spesies asli serta
merusak rantai makanan yang telah ada. Dengan hilangnya semua pertumbuhan
tanaman air dalam kolam mengakibatkan sumber oksigen hilang dan akhirnya
menghasilkan bau serta beberapa masalah kualitas air terbentuk.
Metode kontrol biologi kedua adalah mengenalkan lahan basah/area berair
(wetland) di area dimana air dan aliran permukaan (run-off) menuju kedalam
kolam. Area lahan basah ini dapat membantu dengan dua fungsi. Pertama, untuk
memperlambat pergerakan air ke dalam kolam, mengurangi erosi dan masalah
aliran air. Kedua, pertumbuhan tanaman intensif di area lahan basah digunakan
sebagai pengendap hara bagi air kaya hara yang mengalir menuju kolam.
Tanaman-tanaman pada lahan basah secara nyata menyerap hara sebelum mereka
masuk ke dalam kolam. Hal ini akan menyebabkan kualitas air sangat tinggi dan
tingkat hara organik yang rendah.
Metode ketiga dalam kontrol biologi ini adalah penggunaan vaskular, akar
tanaman sebagai penghalang. Teknik ini diawali sekitar lima tahun yang lalu oleh
Dr. Blackburn, dimana orang menyebutnya "aquascaping". Dr Blackburn
menyebut teknik ini sebagai "lini pertama pertahanan". Dengan penanaman
beberapa tanaman pada zona littoral, mereka akan menyerap hara sebelum masuk
ke dalam kolam. Hal ini akan menolong merendahkan kandungan hara,
pertumbuhan gulma air, serta bakteri negatif.
Benthic mat merupakan gulma sederhana atau lembaran polyethylene yang
dapat dipasang sebagai pembatas di dasar kolam. Bahan-bahan ini secara nyata
telah efektif menghentikan tumbuhnya akar tanaman di dalam zona benthic atau
dasar kolam.
Bentuk yang sangat efektif yaitu dengan pembatasan masuknya hara
kedalam kolam dengan cara membuat pembatas atau aplikasi zona bebas
pemupukan di sekeliling kolam. Pembatas ini merupakan bentukan topologikal
sederhana dimana menghalangi terjadinya aliran permukaan dari sekeliling kolam
yang mengalir langsung ke dalam air. Perangkap hara di area tanah digunakan
sebagai pencuci air ke dalam kolam. Dan masalah sederhana untuk membuat zona
di sekeliling kolam anda dimana pemupukan minimalis digunakan.
Bentuk akhir dari kontrol biologi adalah mengenalkan cara penambahan
bakteri tambahan ke dalam kolam. Beberapa perusahaan swasta telah
memproduksi bakteri. Mereka diaplikasikan dengan bentuk cair maupun bubuk.
Bakteri aerob mengkonsumsi oksigen dan membantu mempercepat penghancuran
hara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan aerasi dan bakteri
secara bersama-sama, 2 sampai 6 inch pengendapan dasar kolam dapat dikurangi
per tahunnya.
Hal ini merupakan catatan menarik terhadap semua metode diatas yang
dapat mengatasi semua permasalahan. Keputusan terhadap gejala telah
berlawanan dengann penyebab sebenarnya dari rendahnya kualitas air. Semakin
awal kita dapat mengidentifikasi tiga faktor rendahnya kualitas air yaitu suhu,
hara dan oksigen, semakin cepat menemukan akar permasalahan pengelolaan
kolam dan danau. Tidak ada metode yang paling tepat untuk mengatasi secara
total ketiga faktor tersebut (Blackburn dalam Barebo, 1994).

d. Metode Aerasi
Definisi aerasi adalah penambahan oksigen ke dalam air. Bagian penting
kedua tentang aerasi yang berhubungan dengan industri kita adalah aerasi
merupakan sirkulasi dan penghancuran stratifikasi panas air dalam kolam. Aerasi
dalam disiplin ilmu yang ditemukan di Inggris selama revolusi industri.
Mahabesar Archimedes mengemukakan bentuk air kedalam udara, dengan kata
lain menangkap oksigen atmosfer dan memindahkannya kedalam kolom air.
Dengan meletakkan oksigen kedalam air, aerator mendorong koloni yang
kuat terhadap bakteri aerob yang mana dapat turun ke dasar kolam sehingga dapat
membersihkan hara organik dan sampah yang terbentuk. Tingkat oksigen yang
tinggi menghalangi pencernaan oleh bakteri anaerob, yang dapat mengakibatkan
siklus hara dan bau busuk. Terjadinya proses penghancuran oksigen di dasar
kolam dapat mengakibatkan terhalangnya keluarnya phosfor (P) dari endapan,
sehingga membatasi sumber penyediaan hara.

Gambar 2a. Metode Aerasi yang sudah Diterapkan

Metode aerasi yang ada di Taman Hutan Kota Tibang seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 2a ini menurut kelompok kami kurang efektif karena
aliran airnya kecil sehingga tidak dapat mengcover luas kolam, sehingga aerasi
yang terjadi tidak efektif. Sehinnga kami mengusulkan metode aerasi yang lebih
efektif seperti yang terlihat dalam gambar 2b, pancaran airnya lebih kuat, air
mancur ini dapat diaplikasikan di beberapa titik kolam sehingga metode aerasi
dapat lebih efektif dan bentuk air mancurnya lebih indah sehingga menambah
nilai estetika taman kota.
Gambar 2b. Metode Aerasi yang akan diaplikasikan

Tingkat pemompaan dan tingkat sirkulasi yang tinggi suatu aerator dapat
mematahkan stratifikasi panas, mencampur air dingin di dasar kolam dengan air
hangat di permukaan air, dapat menyebarkan oksigen ke semua bagian kolam.
Dengan mendorong air dingin di dasar ke atas bagian kolam maka lapisan air di
permukaan menjadi dingin sehingga pertumbuhan alga lambat. Alga bersel satu
tercampur di dasar kolam dimana meningkatkan waktu pertumbuhan di area gelap
dapat mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya.
Berdasarkan hal diatas anda dapat melihat, aerasi efektif berpengaruh
terhadap tiga faktor utama; suhu, hara dan oksigen. Sebagai tambahan, ketiga
faktor itu membantu reaksi kimia yang menguntungkan akibat aerasi dalam air.
Aerasi menambah oksigen ke dalam air yang membantu proses oksidasi. Oksidasi
dapat membantu air melepaskan diri dari pengaruh kandungan besi (Fe) dan
melarutkan phosfor (P). Persoalan yang timbul yang berhubungan dengan
pertumbuhan rumput adalah kondisi besi yang tinggi, besi dalam air irigasi dapat
menyebabkan noda di jalan dan gedung.
Federasi pengontrol polusi air memberitahukan kepada kita bahwa
kandungan besi yang dapat menyebabkan noda sekitar berjumlah 0.3 ppm atau
mg/l. Pada sistem aerasi, konsentrasi dapat diturunkan sampai konsentrasinya
pada 0.1 ppm atau mg/l. Bukti ilmiah menunjukkan aerasi dapat menolong
memperlunak atau merendahkan pH air yang tinggi. Bagian ini yang
menyebabkan bercampurnya karbondioksida yang banyak di dasar kolam
dibanding dikeseluruhan kolom air.
Pada akhirnya penelitian yang menunjukkan phosfor sebagai unsur
terbesar penyumbang hebatnya pertumbuhan tanaman air. Dengan aerasi air, kita
dapat mengoksidasi phosfor. Ini merupakan reaksi kimia yang menyebabkan
sedikitnya partikel phosfor pada padatan (koagulat) dan saat mereka menjadi
terlarut air maka tidak dapat di cerna oleh tanaman air.
Keuntungan Aerasi
Aerasi dapat menolong mempertahankan tiga faktor ekologi kolam yaitu
suhu, hara dan oksigen dalam keseimbangan. Dengan meningkatnya kualitas air
maka menjadi kecil pertumbuhan gulma air dan ledakan alga, sedikit terbentuk
lumpur di dasar kolam, bau hilang dan perkembangan serangga terhambat. Hal ini
merupakan dampak positif dari efisiensi sistem irigasi dan pemompaan,
lingkungan dan estetika. Aerasi dapat secara langsung menyerang akar
permasalahan yaitu rendahnya kualitas air. Hal ini merupakan metode pengelolaan
kolam paling ekonomis dan menjanjikan. Tidak terdapat efek samping dan dapat
membantu ekosistem alami. Dengan mencatat setiap penyebab miskinnya kualitas
air maka dapat dilakukan tindakan pencegahan dan proaktif di alam. Tindakan
pencegahan merupakan pengelolaan kolam yang paling baik. Tidak ada tindakan
yang selalu benar di lapangan dalam pengelolaan kualitas air.

e. Menambah Nilai Estetika Kolam


Kondisi kolam taman hutan kota Tibang saat ini masih belum maksimal
dalam hal pengelolaannya, terlihat seperti Gambar 3a kondisi pinggiran kolam
masih dibatasi kayu-kayu yang mana hal ini kurang efektif karena semakin
bertambahnya waktu kayu ini akan lapuk terkena air sehingga kolam akan
mengalami erosi/terkikisnya tanah pada pinngiran kolam. Untuk mengatasi hal ini
maka kami menyarankan agar pada pinggiran kolam diletakkan batu-batu besar
yang disusun rapi, dan ditambah tanaman air seperti keladi, teratai air, sehingga
dapat membuat kolam lebih indah.

Gambar 3a. Kondisi Kolam sebelum Treatment

Gambar 3b. Kondisi Kolam Setelah Penambahan Bebatuan Di Pinggiran Kolam


Gambar 3c Kondisi Kolam Setelah Penanaman Tanaman Di Pinggiran Kolam
BAB III
KESIMPULAN

1. Permasalahan umum yang terjadi di taman kota, diantaranya; pertumbuhan


alga dan gulma air yang berlebihan, kurangnya oksigen dalam air, air yang
keruh, matinya ikan-ikan, dan tumbuh kembangnya nyamuk dan serangga
lain secara berlebihan.
2. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode,
diantaranya dengan kontrol mekanik, kontrol biologi, dan metode aerasi.
3. Media arang aktif merupakan senyawa karbon yang mempunyai bentuk amorf
dengan luas permukaan yang sehingga dapat digunakan untuk menyerap zat-
zat yang tidak diinginkan di dalam air maupun gas.
4. Menambah nilai estetika kolam di taman kota dapat dilakukan dengan
penanaman tanaman air, dan menambah bebatuan di pinggiran kolam.
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, Nugroho, 2007, Kajian Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Aplikasi
Konsep Ecopark pada Taman Kota yang Berukuran Besar di DKI
Jakarta, Jurnal Teknik Lingkungan: 2007, Pusat Teknologi
Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Anda mungkin juga menyukai