Anda di halaman 1dari 5

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Nikel

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan


menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit
besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel
diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury
Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel
ditemukan dalam mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan
butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam
tanah yang terletak di atas batuan basa. Di indonesia, tempat ditemukan nikel
adalah Sulawesi tengah dan Sulawesi Tenggara. Nikel yang dijumpai
berhubungan erat dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam
peridotit itu sendiri, melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral
nikelnya adalah garnerit.
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan
logam berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong
dalam logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan
terhadapoksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu
yang ekstrim (Cotton danWilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai
aplikasi komersial dan industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung
tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri
tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan
alat-alat laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk
pertanian, dan berbagai fungsi lain (Gerberding J.L., 2005).

4
5

2.2 Materi Pembentuk Nikel

Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang
mengandung nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam
paduan) antara besi (ferrum) dan nikel.

Baja menggunakan produk alloy ini Nickel bisa berasal dari Laterite
(Ni Oxides) hasil proses pelapukan batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni
Sulphides) hasil dari proses magmatisme. Sumber batual Ultramafik bisa dari
Dunite, Peridotite, Lherzolite,Serpentinite, dll.

Orebody dengan Ni grade yg tinggi umumnya didapat dari proses


pelapukan batuan (bedrock) yg kaya Olivine karena memang kandungan Ni
di Olivine lebih tinggi dibanding mineral mafik yg lain. Kandungan Ni di
bedrock sebenar nya kecil sekali (<0.7%), kandungan dibedrock didominasi
oleh silica (>40%) dan magnesia (>30%), proses pengkayaaan Ni terjadi
karena adanya proses Leaching dimana elemen-elemen yg mudah larut dan
punya mobilitas tinggi terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air sehingga
%Ni yg tinggal di profile jadi tinggi (>2%).

Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana


curah hujan tinggi dan banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam.
Morfologi yg "gentle" termasuk plateua karena sirkulasi air bagus untuk
"mencuci/mengeluarkan" Silica dan magnesia, jika terlalu terjal hasil
pelapukan akan tererosi sehingga profile yang akan dihasilkan tipis. Kalo
terlalu landai seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang bagus.
Struktur geologi yang intensif karena penetrasi air ke bedrock akan lebih
efektif.

Proses leaching membentuk profile Limonite (bagian atas/zona


oksidasi) dan Saprolite (bagian bawah/zona reduksi) dimana pada lapisan
limonite proses pelapukan sudah sangat lanjut sehingga hampir semua Silica
6

dan magnesia sudah tercuci dan sisa-sisa struktur/tekstur batuan sudah boleh
dikatakan hilang (semua lapisan bedrock sudah jadi tanah), lapisan limonite
mengandung Fe yang sangat tinggi karena memang Fe sangat suka
lingkungan oksidasi. Kalo saprolite boleh dikatakan setengah lapuk dimana
masih ditemukan sisa-sisa batuan dasar. Kandungan Ni tertinggi akan didapat
pada zona saprolite karena Ni lebih stabil di zona reduksi.

2.3 Pengolahan Bijih Nickel

proses pengolahan nickel. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan


proses pengelolahan nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing,
Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.

1. Crushing

Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar
mineral berharga bisa terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan
pengolahan emas, dalam tahap ini untuk nikel ore ini hanya
dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan
crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.

2. Pengeringan di Tanur Pengering (Dryer)

Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder.


Di apron feeder ore mengalami penyaringan dan pengaturan beban
sebelum diangkut dengan belt conveyor menuju dryer atau tanur
pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat alat pembakar
yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut
minyak residu sebagai bahan bakar. Dalam tahap pengeringan ini
hanya dilakukan penguapan sebagian kandungan air dalam bijih
basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian dihancurkan dan
kemudian dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).

3. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi


7

Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih,


mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan
sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan di
gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara
sempurna, karena itulah tahapan ini bertujuan untuk
menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi
nikel oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam
tanur reduksi. Bijih dari gudang dimasukkan dalam tanur reduksi
dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu untuk
menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai
dengan operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula
batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi pada tanur
reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi
reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh
udara maka ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini
disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700oC

4. Peleburan di Tanur Listrik

Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk


fasa lelehan matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur
reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan kedalam surge
bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat
penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga
terbentuk fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi
dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui
balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat
jenisnya. Slag kemudian diangkut kelokasi pembuangan dengan
kendaraan khusus.
8

5. Pengkayaan di Tanur Pemurni

Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari


sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki
berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni /
converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses
yang terjadi dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan
penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida dan
membentuk ikatan yang memiliki

6. Granulasi dan Pengemasan

Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi


butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan
dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus
menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini
menghasilkan nikel matte yang dingin yang berbentuk butiran-
butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan
dan siap dikemas.

Anda mungkin juga menyukai