Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Uji Validitas dan Reliabilitas Tes

www.wawasan-edukasi.web.id /2017/01/pengertian-uji-validitas-dan.html

Wawasan Edukasi - Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, perlu diikuti oleh peningkatan kualitas
seluruh aspek yang berkaitan dengan pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran adalah memperhatikan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar siswa menjadi
penting untuk diperhatikan karena pada dasarnya penilian yang berkualitas akan mampu meningkatkan
pembelajaran. (Baca: Pengertian dan Definisi Hasil Belajar)

Secara mendasar, agar penilaian yang dikembangkan dapat


menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya, maka
hal yang perlu diperhatikan adalah validitas dan reliabilitas
instrumen. Validitas dan reliabilitas menjadi hal yang penting
karena validitas berkaitan dengan ketepatan isi dari instrumen
dengan tujuan pengembangan instrumen. Sedangkan reliabilitas
berkaitan dengan keajegan atau kestabilan instrumen apabila
digunakan berkali-kali. Beberapa ahli mengemukakan
pengertian validitas dan reliabilitas, sebagai berikut:

Secara sederhana, validitas merupakan bukti yang menunjukan


bahwa instrumen yang digunakan dapat memberikan gambaran
secara akurat mengenai variabel yang hendak diketahui sesuai
dengan tujuan penelitian. Sedangkan, Saifuddin Azwar (2015: 8) menjelaskan bahwa,validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya.
Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan
gambaran mengenai variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut.

Kemudian, Djemari Mardapi (2012: 38) menjelaskan bahwa, validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap
penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Oleh karena itu, validitas merupakan fundamen paling
dasar dalam mengembangkan dan mengevaluasi suatu tes. Proses validasi meliputi pengumpulan bukti-bukti untuk
menunjukan dasar saintifik penafsiran skor seperti yang direncanakan.

Heri Retnawati (2016: 16) mengemukakan bahwa, validitas akan menunjukkan dukungan fakta empiris dan alasan
teoretis terhadap interpretasi skor tes atau skor suatu instrumen, dan terkait dengan kecermatan suatu instrumen.
Serupa dengan pendapat yang dikemukakan oleh Heri Retnawati, Bambang Sumintono (2015: 8) menegaskan
bahwa, validitas adalah masalah proses pembuktian yang berkelanjutan, mengacu pada sejauh mana bukti dan
teori mendukung interpretasi terhadap skor tes sesuai tujuan tes. Proses validasi melibatkan proses pengumpulan
bukti untuk memberikan dasar ilmiah untuk interpretasi skor tes. Validitas adalah masalah interpretasi terhadap nilai
tes, bukan tes itu sendiri, karena validitas tidak seberapa terkait dengan bentuk atau jenis tes, tetapi interpretasi
terhadap skor tes.

Validitas sendiri terbagi ke dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak
(construct validity), dan validitas yang berdasar kriteria (criterion-related validity). Berikut ini penjelasan mengenai
ketiga validitas tersebut:

a. Validitas Isi ( Content Validity)


Saifuddin Azwar (2015: 42) menjelaskan bahwa validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
1/3
terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert
judgment. Kemudian, Heri Retnawati (2016: 17) menjelaskan bahwa validitas isi terkait dengan analisis rasional
terhadap domain yang hendak diukur untuk mengetahui keterwakilan instrumen dengan kemampuan yang hendak
diukur.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa validitas isi berkaitan dengan ketepatan isi suatu instrumen dengan
materi yang hendak diungkap dan tujuan dari penilian. Validitas tampang ini dapat dilakukan dengan
mengkonsultasikan isi instrumen dengan pakar/ahli/ expert judgment. Hasil dari telaah pada tampang beberapa ahli
tersebut kemudian diolah untuk mencari koefisien validitas isi, untuk memenuhi validitas logis, sehingga validitas isi
terpenuhi secara keseluruhan.

b. Validitas Konstruk (Construct Validity)


Saifuddin Azwar (2015: 116) menjelaskan bahwa validasi konstruk membuktikan apakah hasil pengukuran yang
diperoleh melalui item-item tes berkorelasi tinggi dengan konstruk teoritik yang mendasari penyusunan tes
tersebut.

Maka, untuk dapat memenuhi validitas konstruk ini dapat dilakukan melalui penelaahan definisi operasional variabel
yang akan diukur, indikator yang dikembangkan dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun.

Kemudian, untuk mendapatkan ketepatan konstruk, tidak hanya diperlukan penelaahan namun juga pengujian
secara empiris. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Djemari Mardapi (2008: 16) yang menyatakan bahwa, bukti
kesahihan konstruk diperoleh validitas dari hasil penggunaan tes, yaitu data empirik. Djemari Mardapi (2008: 20-21)
menjelaskan bahwa,validasi bisa mencakup studi empiris bagaimana catatan pengamat atau judge dan evaluasi
data bersamaan dengan analisis ketepatan proses dengan penafsiran definisi konstruk. Bukti berdasarkan pola
respons mencakup konstruk validiti, yaitu sejauh mana hasil pengukuran dapat ditafsirkan sesuai dengan definisi
yang digunakan. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari teori yang digunakan. Oleh karena itu harus ada
pembahasan teori yang menjadi penentuan konstruk suatu instrumen atau tes.

Selanjutnya, Saifudin Azwar (2015: 45) juga mengemukakan bahwa validitas konstruk merupakan validitas yang
menunjukkan sejauh mana hasil tes mampu mengungkap suatu trait atau suatu konstrak teoritik yang hendak
diukurnya. Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan
konsep mengenai trait yang diukur. Hasil dari uji empiris ini, dapat diketahui validitasnya baik melalui teori tes klasik
maupun teori respon butir.

c. Validitas Berdasarkan Kriteria


Saifuddin Azwar menjelaskan (2015: 131) dalam prosedur validasi berdasar kriteria (criterion-related validity), tes
yang akan diestimasi validitas hasil ukurnya disebut sebagai prediktor. Statistik yang digunakan dalam pendekatan
validasi ini adalah statistik korelasi antara distribusi skor tes sebagai prediktor.

2. Reliabilitas Tes
Secara sederhana relibilitas dipahami sebagai keajegan atau konsistensi suatu alat ukur. Pengertian realibilitas
berkaitan dengan konsistensi. Bambang Subali (2012: 47) menjelaskan bahwa, suatu alat ukur yang dinyatakan
reliabel/andal jika memberikan hasil yang sama pada berkali-kali pengulangan pengukuran. Lebih jelas lagi Djemari
2/3
Mardapi (2012: 51) menjelaskan bahwa reliabilitas atau keandalan merupakan koefisien yang menunjukkan tingkat
keajegan atau konsistensi hasil pengukuran suatu tes. Konsistensi berkaitan dengan tingkat kesalahan hasil suatu
tes yang berupa skor. Tes yang digunakan di berbagai tempat dengan tujuan yang sama, seperti tes hasil belajar,
hasilnya yang berupa skor harus dapat dibandingkan antar tempat. Hasil tes ini juga harus dapat dibandingkan
antar waktu untuk mengetahui perkembangan hasil belajar yang dicapai.

Selanjutnya, Frisbie dalam (Bambang Subali, 2012: 47-48) menyatakan bahwa reliabilitas tes hasil belajar
diinterpretasikan dengan mengacu pada kriteria (criterion-reference) sehingga item-itemnya memiliki tingkat
kesulitan item bervariasi dari mudah sampai sukar (sebagai cerminan tingkat keberhasilan belajar) dan tidak boleh
memiliki indeks daya pembeda yang negatif (sebagai cerminan tidak ada/peserta ujian yang cerdas menjawab
salah). Oleh karena itu, estimasi error didasarkan pada tingginya indeks konsistensi (indeks yang tinggi
menunjukkan semua testi/peserta ujian yang sudah belajar pasti dapat mengerjakan dengan benar, sementara
semua testi/peserta ujian yang belum belajar pasti tidak dapat mengerjakan dengan benar).

Baca: Pengembangan Instrumen Tes

Subscribe to receive free email updates:

3/3

Anda mungkin juga menyukai