Ekonomi Sosialis Dan Campuran
Ekonomi Sosialis Dan Campuran
Kegiatan perekonomian tidak jauh dari penerapan sebuah sistem ekonomi. Sistem
ekonomi hasil pemikiran para ilmuan ini berawal dari kegalauan terhadap penerapan sistem
perekonomian yang tidak lagi sesuai kondisi masyarakat. Ideologi-ideologi yang berbeda
tersebut memiliki kekuatan idealisme yang masing-masing mudah dipertahankan. Bagi yang
mendalami ilmu ekonomi, pastilah tidak jauh dari dua buah paham yang sering melakukan
perdebatan yaitu Kapitalis vs Sosialis dua ideology tersebut berada pada paham yang
berbeda yang dikenal dengan ekstrem kanan dan kiri.
Pandangan optimis tersebut ternyata memiliki sisi kelemahannya. Hal ini dapat terjadi
terutama di negara-negara berkembang ketika sektor swasta tidak memiliki kesempatan untuk
merespon dan menciptakan lapangan pekerjaan baru, atau karena tingkaat suku bunga yang
tinggi sehingga sektor swasta tidak mampu melakukan investasi yang dibutuhkan.1 Ditengah
persaingan antar sektor swasta tersebut untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.
Ideology of Socialism
Karena adanya unsur kegalauan tersebut sehingga munculah anti tesis yang di cetus
oleh ilmuan paling berpengaruh dalam ideologi sosialisme yaitu Karl Marx. Istilah sosialisme
sering digunakan untuk menunjukkan sistem ekonomi, aliran filsafah, ideology, cita-cita
ajaran atau gerakan. Ideologi ini timbul karena kepedulian terhadap kaum buruh dan
banyaknya pengangguran karena ulah kaum kapitalisme pada abad ke 20. Ini ditandai
1
Lihat Hasbi Siraj (Directur C.O.I.N.S 2014-2015). Overview of Economic Liberalition
berdirinya Uni Republik Soviet Sosialis atau Uni Soviet di Rusia dan beberapa negara
lainnya pada tahun 1922.
Marx melihat adanya sumber konflik antar kelas yaitu sekelompok orang (pemilik
modal) dan sekelompok kaum proletar2 yang seperti sudah ditakdirkan untuk selalu
menduduki posisi kelas bawah. Ini tidak jauh dari teori pertentangan kelas yang dicetus oleh
Marx dalam buku The Communist Manivesto (1848). Bagaimana Marx menganggap bahwa
kaum proletar dihisap dan diperas oleh para pemilik capital berdasarkan Theory of surplus
value3. Semakin rendah nilai upah yang diberikan kepada buruh, semakin besar nilai surplus
yang dinikmati pemilik modal yang bisa digunakan untuk memperluas usaha atau membuka
lapangan usaha baru yang kemudian akan menambah kekayaan mereka.
Marx beranggapan bahwa untuk mengindari eksploitasi kekayaan oleh para kaum
pemilik modal, maka harus diadakan sebuah gerakan social untuk mengurangi kaum nestapa.
Dari sisi ekonomi, agar masyarakat bisa merasakan pembangunan sebuah negara maka pelru
diubah sistem dalam masyarakat itu sendiri. Hal yang perlu diperhatikan ialah segala bentuk
kekayaan produktif, terutama modal dan tanah secara berangsur-angsur harus dikuasai oleh
negara. Yang kemudian negara mendistribusikan kekayaan produktif tersebut untuk
digunakan dan hasilnya dibagikan secara merata di seluruh lapisan masyarakat.
Mixed Economy
2
Kelas yang mendeskripsikan mereka yang harus menjual kekuatan kerjanya sebagai keharusan untuk bertahan
hidup tetapi tidak mendapatkan profit dari proses perputaran kapital, dan mereka, tak memiliki kontrol atas
bagaimana hidup mereka akan digunakan.
3
Surplus value merupakan kelebihan nilai produktivitas kerja atas upah alami yang diberikan kepada buruh.
Tingkat surplus ini menurut Marx dijadikan sebagai ukuran eksploitasi (s) terhadap kaum buruh yang bisa
diukur dengan membangdingkan nilai surplus (s) dengan upah yang diberikan (v). s = s/v
Setelah perang dingin berakhir, sistem ekonomi terpusat telah jarang digunakan
secara utuh. Diantara kedua ekstrem tersebut, seorang pakar yang percaya bahwa
perekonomian dapat diserahkan kepada mekanisme pasar namun masih pada pengawasan dan
campur tangan pemerintah, ia adalah Keynes4. Sistem ekonomi campuran yang menerapkan
sistem ekonomi terpusat pada sektor tertentu dan dikombinasikan dengan sistem ekonomi
pasar pada sektor lainnya.
Dalam hal ini, pemerintah dapat melakukan intervensi dengan membuat peraturan,
menetapkan kebijakan fiskal, moneter, membantu dan mengawasi kegiatan swasta. Keynes
paling vocal dalam menyarankan agar pemerintah ikut campur dalam perekonomian,
terutama jika sistem pasar tidak berjalan sesuai kondisi yang diharapkan, kebijakan fiskal dan
moneter bisa menyeimbangi dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Jika perekonomian
negara berjalan dengan lancar, maka keputusan ekonomi dapat diserahkan kepada pihak
swasta dan pemerintah menjaga agar tingkat full-employment tercapai.
Namun ilmuan-ilmuan di era setelah Keynes tetap kekeh pada keterlibatan pemerintah
dalam pereknomian hanya digunakan seminimal mungkin. Menimbulkan kecenderungan mix
economy tidak bertahan lama melihat penganut ekstrim kanan lebih dominan. Sehingga pihak
swasta lebih banyak berperan dengan kebebasannya.
Melihat berbagai macam paham ideologi tersebut, tidak adanya keseimbangan yang
tercipta karena banyaknya kepentingan masing-masing didalamnya. Namun perlu kita ketahui
pada dasarnya, ilmuan pencetus menerapkan sistem itu bukan karena kepentingan tapi untuk
memperbaiki keadaan perekonomian dan mengikuti perkembangan masyarakat yang terus
berkembang dan dinamis.
4
Lihat Deliarnov (1995) Perkembangan Pemikiran Ekonomi