ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN TN. IK DENGAN PNEUMONIA + STATUS ASMATIKUS
DI R. PARU LAKI, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 4 7 FEBRUARI 2002
OLEH:
SUBHAN
NIM 010030170 B
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN TN. IK DENGAN PNEUMONIA + STATUS ASMATIKUS
DI RUANG PARU LAKI, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 4 7 FEBRUARI 2002
A. KONSEP PENYAKIT
1. STATUS ASMATIKUS
a. Definisi
Status asmatikus adalah salah satu kedaruratan medis karena serangan asma
akut yang refraktori, keadaan ini tidak berespon terhadap terapi dengan -
adrenergik atau teofilin intravena.
b. Etiologi
1) Faktor genetik
2) Faktor lingkungan
3) Bahan alergen
4) Infeksi saluran nafas (terutama virus)
5) Polusi udara
6) Faktor makanan
Faktor pencetus biasanya:
1) alergen
2) fisik
3) bahan kimia
4) infeksi
5) faktor mekanik
6) faktor psikis
c. Manifestasi Klinis
1) Pasien menunjukkan gambaran dramatis ansietas akut,
usaha bernafas dengan keras, takikardia, dan berkeringat.
2) Penyimpangan fungsi paru menyebabkan hipoventilasi
alveolar dengan hipoksemia lanjut, hiperkapnia, dan asidemia.
3) Peningkatan PCO2 adalah indikasi objektif pertama.
4) Dehidrasi, batuk kronis, nafas pendek, mengii, obstruksi
jalan nafas, hiperinflasi dan hipoksemia skunder terhadap ketidakcocokan
ventilasi/perfusi dan penyimpangan pertukaran gas.
d. Patofisiologi
Asma
Bronkospasme
Gelisah Atelektasis
Hipoksemia
(Hudak & Gallo, 1997: 567)
e. Penatalaksanaan
1) Terapi O2, koreksi dehidrasi, koreksi nutrisi.
2) Terapi farmakologi: bronkodilator, metilksantin, amin
simpatomimetik, dan kortikosteroid.
2. PNEUMONIA
a. Definisi
Pneumonia adalah peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.
Gambaran klinik
mungkin sama dengan
pneumonia klasik,
distres respirasi
mendadak, dispneu
berat, sianosis, batuk,
hipoksemia, diikuti
tanda-tanda infeksi
skunder.
Hematogen Aspirasi zat inert: Kateter intravena yang Gejala pulmonal timbul Obat terpilih: nafcilin
air, barium, bahan infeksi, endokarditis, minimal jika IV,ampisiln IV +
makanan. Terjadi penyalahgunaan obat, dibandingkan gejala gentamisisn/tobramisin,
bila kuman abses intra abdomen, septikemia, batuk non klindamisin IV, +
patogen menyebar pyonefrosis, empyema produktif dan nyeri gentamisisn/tobramisin.
ke paru-paru kandung kemih. pleuritik sama seperti
melalui aliran pada emboli paru
darah; merupakan keluhan
stafilokokus, E.coli, tersering.
anaerob enterik.
c. Patofisiologi
Asma
Bronkospasme
Gelisah Atelektasis
Hipoksemia
Aspirasi dari sekret yang berasal dari orofaring Kerusakan
pertukaran gas
Inhalasi butiran-butiran dahak halus (droplet)
Saluran darah dari sumber infeksi yangberada diluar paru (hematogen)
d. Pemeriksaan diagnostik:
1) JDL menunjukkan peningkatan sel darah putih, pada
pneumonia karena pneumokokus, legionella, klebsiella, stafilokokus dan
hemophylus influenza dan akan normal pada pasien dengan pneumonia viral
dan pneumonia mikoplasma.
2) Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada psien dnegan
pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiella dan pneumonia hemophylus
influenza. Pada pneumonia mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat
infiltrat kemerahan.
3) Kultur spuutm menunjukkan adanya bakteri tapi pada
pneumonia viral negatif.
4) Kultur darah akan positif jika pneumonia didapat dari
penularan hematogen (staphylokokus aureus).
5) Pewarnaan gram positif jika infeksi disebabkan oleh bakteri
gram negatif atau gram positif.
6) Aglutinin dingin dan fiksasi komplemen dilakukan untuk
pemeriksaan viral.
7) Analisa gas darah arteri menunjukkan hipoksemia (PaO2
kurang dari 80 mmHg) dan kemungkinan hipokapnia (PaCO2 kurang dari 35
mmHg).
8) Pemeriksaan fungsi paru-paru menunjukkan penurunan
kapasitas vital kuat (KVK).
9) Bronkoskopi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
b. Resiko kekurangan volume cairan b/d demam, diaforesis dan
masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.
c. Intolerans aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
d. Perubahan kenyamanan: nyeri dada pleuritik dan demam b/d
pneumonia.
e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.
3. RENCANA INTERVENSI
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
Batasan karakteristik: batuk produktif menetap,nafas cepat, sesak nafas, rales,
analisa gas darah menunjukkan hasil tidak normal, warna kulit sianosis
atau keabua-abuan, bunyi nafas tidak normal, pemeriksaan fungsi paru,
volume tidal rendah.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemostrasikan perbaikan ventilasi.
Kriteria evaluasi: bunyi nafas jelas, analisa gas darah dalam batas-batas
normal, frekuensi nafas 12-24 per menit, frekuensi nadi 60-100
kali/menit, tidak ada batuk, meningkatnya volume inspirasi pada
spirometer insentif.
Intervensi Rasional
Me
Pantau:status pernafasan @ 8 ngidentifikasi kemajuan atau
jam, tanda vital@4 jam, hasil penyimpangan dari hasil yang
analisa gas darah, foto diharapkan.
rontgen, pemeriksaan fungsi
paru-paru.
Eks
Berikan ekspektoran sesuai pektoran membantu mengencerkan
dnegan anjuran dan evaluasi sekresi sehingga sekresi dapat keluar
keefektifannya. pada sat batuk.
Me
Doorng pasien untuk minum mbantu mengeluarkan sekresi. Cairan
minimal 2-3 liter cairan per juga untuk membnatu mengalirkan obat-
hari. obatan di dalam tubuh.
Pe
nghisapan membersihkan jalan nafas.
Lkaukan penghisapan jika
pasien menderita kongesti
paru tetapi refleks batuk tidak
baik atau terjadi penurunan
kesadaran. Nik
otin dapat menyebabkan penyempitan.
Doorng pasien untuk berhenti
merokok. Po
sisi tegak lurus memungkinkan ekspansi
Pertahankan posisi fowler atau paru lebih penuh dengan cara
semi fowler. menurunkan tekanan abdomen pada
diagfragma.
Pe
Berikan oksigen tambahan mberian oksigen tambhan dapat
sesuai dnegna anjuran, menurunkan kerja pernafasan dengan
sesuaikan kecepatan aliran menyediakan lebih bnayak oksigen
dengan hasil analisa gas untuk dikirim ke sel, walaupun
darah. konsentrasi oksigen yang lebih tinggi
dapat dilairkan mellaui masker oksigen,
namun hal tersebut seringkali
mencetuskan perasaan terancam bagi
pasien, khususnya pada pasien dnegan
distres pernafasan.
Me
Ikuit prosedur pencegahan ncegah penyebaran penyakit.
secara umum atau
pencegahan khusus
(menggunakan masker untuk
penceghaan penularan
melalui pernafasan,
menggunakna sarung tangan
bila menangani sekresi
tubuh/darah). Pa
sien cenderung melakukan ekspnasi
Pertahankan kontrol nyeri yang toraks terbatas untuk mengontrol nyeri
adekuat, jika pasien secara pleuritik. Ekspansi toraks yang terbatas
verbal menyatakan sakit pada dapat menunjang terjadinya hipoventilasi
pleura (nyeri pleuritik) dan atelektasis.
khususnya sebelum latihan
tarik nafas dalam. Naf
as dalam dapat mengembangkan
Doorng paisen untuk alveolus dan mencegah atelektasis.
melakukan nafas dalam tiap 2 Spirometer insentif dapat membantu
jam seklai dengan meningkatkan nafa sdalam dan
menggunakan spirometer memungkinkan ukuran yang objektif
insentif dan catat terhadap kemajuan pasien.
perkembangannya.
Intervensi Rasional
Me
Pantau: persentase jumlah ngidentifikasi kemajuan atau
makanan yang dikomsumsi penyimpanagn dari sasaran yang
setiap kali makan, timbang diharapkan.
BB tipa hari, hasil
pemeriksaan protein total,
albumin dan osmolalitas.
Berikan perawatan mulut tiap 4 Bau
jam jika spuutm berbau yang tidak menyenangkan dapat
busuk. Pertahankan mempengaruhi nafsu makan.
kesegaran ruangan.
Rujuk kepada ahli diet untuk Ahli
membantu memilih makanan diet ialah spesialisasi dalam hal nutrisi
yang dapat memenuhi yang dapat membantu paisen memilih
kebutuhan nutrisi selama makanan yang memenuhi kebutuhan
sakit panas. kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai
dnegna keadaan sakitnya, usia, tinggi
Dorong pasien untuk dan Bbnya.
mengkomsumsi makanan Pen
tinggi kalori tinggi protein. ingkatan suhu tubuh meningkatkan
metabolisme, masukan protein yang
adekuat, vitamin, mineral dan kalori
Berikan makanan dnegna porsi untuk aktifitas anabolik dan sintesis
sedikit tapi sering yang antibodi.
mudah dikunyah jika ada Ma
sesak nafas berat. kanan porsi sedikit tapi sering
memerlukan lebih sedikit energi.
DAFTAR PUSTAKA
(1) PENGKAJIAN
Pengakajian dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2002 pada pukul 10.00 WIB.
1. Identitas
Nama : Tn. Ik. Tgl MRS : 31 1 - 2002
Umur : 78 tahun Register :
Jenis kelamin : Laki-laki Diagnose : Pneumonia + Status
asmatikus
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan pegawai PJKA
Pendidikan : SMP
Alamat :Jl.Dinoyo III/7 surabaya
Keluhan utama : sesak nafas.
sebelumnya :
Klien datang dengan keluhan sesak nafas hilang timbul sejak 2 bulan yll dan
sesak meningkat sejak 5 hari yll. Sesak dirasakan bila habis berjalan jauh. Riwayat
asma (+) sejak lk. 10 tahun yll. Keluhan istirahat tidur sulit, klien dapat tidur dengan
berbaring pada 2 bantal. Batuk (+), dahak (+) putih kental. Sebelum dirawat di Ruang
Paru Laki, klien dirawat di ruang interne karena gastritis yang diderita kambuh,
setelah dinyatakan sembuh dari gastritis, sesak klien bertambah parah dan mulai batu-
batuk berdahak sehingga klien dipindah rawat ke ruang Paru Laki.
II Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya: Sesak sejak 10 tahun yll hilang timbul, HT
(-), DM (-), gastritis (+).
2.2 Riwayat penyakit sekarang : Saat pengkajian, kleuhan sesak masih
ada, nyeri dada (-), pusing (+), mual muntah (-)
2.3 Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit yang sama pada
keluarga tidak ada, HT (-), DM (-).
Genogram:
Keterangan:
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada : taa
Pusing : ++ bila berubah posisi ke duduk.
Kram kaki :--
Sakit kepala : --
Palpitasi : --
Clubing finger :--
Suara jantung : S1 S2 tunggal.
Edema : taa
Kapilari refill : 2 dtk.
Lainnya : --
3.3 Persarafan
Kesadaran : CM
GCS : E4V5M6
Kepala dan wajah : dbn
Mata : anemis (-), sianosis (-).
Sklera : putih
Konjunctiva : merah muda.
Pupil : isokor
Leher : DVJ (-).
Reflek fisiologis : dbn
Reflek patologis : taa
Pendengaran : dbn
Penciuman : dbn
Pengecapan : dbn
Penglihatan : dbn
Perabaan : dbn
Lainnya : --
Extremitas :
- Atas : pergerakan baik, kekuatan otot baik.
- Bawah : pergerakan baik, kekuatan otot baik.
- Tulang belakang:dbn
Kulit:
- Warna kulit :sawo matang, kulit keriput.
- Akral :hangat, oedem (--)
- Turgor : baik
3.9 Reproduksi
Laki laki: klien menduda setelah ditinggal meninggal oleh istri 2 tahun yll, fungsi
seksual tidak dikaji.
4.0 Psikososial
Konsep diri: --
Citra diri:
- Tanggapan tentang tubuh: taa
- Bagian tubuh yang disukai: taa
- Bagian tubuh yang tidak disukai: taa
- Persepsi thd kehilangan bagian tubuh: taa
- Lainnya, sebutkan: taa
Identitas:
- Status klien dalam keluarga: ayah, seorang kakek, kepala rumah tangga
- Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas
- Kepuasan klie thd jenis kelamin: puas
- Lainnya, sebutkan: taa
Peran:
- tanggapan klien thd perannya: cukup puas.
- Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup melaksanakan
peran.
- Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.
Ideal diri/harapan:
- harapan klien thd:
= Tubuh: suapaya cepat sembuh.
= Posisi (dlm pekerjaan): taa
= Status dlm keluarga: taa
= Tugas/pekerjaan:taa.
- Harapan klien thd lingkungan: taa
- Harapan klien thd penyakit yg diderita: penyakitnya dapat segera disembuhkan.
Harga diri:
- Tanggapan klien thd harga dirinya: taa
- Lainnya, sebutkan: taa
Sosial/interaksi:
- Hubungan dengan klien: ayah dan mertua.
- Dukungan keluarga: baik
- Dukungan kelompok/teman/masyarakat: baik
- Reaksi saat interaksi: kooperatif, komunikasi lancar dan jelas.
- Konflik yang terjadi terhadap: taa
3.11 Spiritual:
- Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah SWT.
- Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Allah SWT, tenaga dokter dan perawat serta
dukungan keluarga.
- Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: dapat melaksanakan sholat dengan baik
(selama dirawat klien sholat di TT).
- Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan
saat ini: taa
- Upaya kesehatan yang bertentangan dgn keyakinan agama: taa
- Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit
saat ini: sangat yakin Tuhan akan membantu kesembuhan.
- Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: sangat yakin.
- Persepsi thd penyebab penyakit: .
Pemeriksaan penunjang:
1. Tanggal 31 1- 2002
a. Pemeriksaan DL:
1) Hb: 13,3 g/dl; leko: 21,7x 109 g/dl; trombo: 181x109g/dl; PCV: 0,39.
b. Pemeriksaan radiologi:
Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru kanan.
c. Pemeriksaan AGD:
PH: 7,342; PCO2: 44,0 mmHg; PO2: 71,2 mmHg; HCO3: 23,3mmol/l; BE: - 2,4
mmol/l dengan O2 saturasi: 93,4%.
Kesimpulan:asidosis respiratorik dengan kompensasi.
2. Tanggal 1 2 - 2002
a. Pemeriksaan sedimen urine:
Protein urine (-), glukosa hijau, bilirubin (-), urobilin (-), sel darah merah: 0-1/lp; sel
darah putih: 1-2 /lp; sel epitel: 1-2/lp.
b. Pemeriksaan sputum: basil tahan asam, BTA (-).
Terapi:
Tanggal 4 Februari 2002:
Diet TKTP, O2 2lt/mnt, IFVD RL:D5% (1:1) + Aminopilin 1 amp 14 tts/mnt; Cefo. inj 3x1 gr;
ciprofloxacin 2x500 mg; nebulizer: bisolvon 20 tts + ventolin 1 amp tiap 8 jam.
Analisa Data:
Data Etiologi Patofisiologi Masalah
S: Klien mengeluh Pneumonia Proses peradangan pada Kerusakan
nafas rterasa sesak, parenkhim paru pertukaran gas
badan lemah, sesak
dirasa terutama Meluas hingga satu lobus
pada malam hari
dan bila klien Terjadi pemadatan/konsolidasi
berubah posisi. paru
O: S: 36,8; N: 80; RR:
24; TD: 110/70, Penurunan pengembangan paru
nafas klien tampak
tersengal-sengal, Suplay O2 menurun, demand O2
batuk (+), sputum (+) meningkat
putih kental, ronchi
kasar (+), krekels Usaha untuk meningkatkan RR
minimal, mengii
(+).leko: 21,7x 109 Sesak nafas
g/dl, pemeriksaan
radiologi:Terdapat
gambaran infiltrat
pada bagian lobus
bawah paru kanan,
AGD: asidosis
respiratorik dengan
kompensasi
11.00 Memberi inj: Cefo 1 gr Klien dan keluarga mengatakan
Memasang cairan cipro 500
mg.
Memberi penjelasan kepada
klien dan keluarga tentang;
- Meningkatkan intake
minum hangat unutk
mengencerkan dahak.
12.30 Bab 1x, konsistensi lembek, lendir
- Menghabiskan
(-), Bak lk 200 cc.
asupan makanan
yang diberikan dari
dapur.
- Merubah jam tidur bila
memungkinkan.
- Perlunya membatasi
pengunjung.
Membantu klien Bab dan bak.
5-2-2002
07.30 Meja, tt dan lingkungan klien rapi
Merapikan meja, tt dan dan bersih.
08.30 lingkungan apsien. TD: 120/70; RR; 24; N: 76; S:
08.45 36,4.
09.00 Mengukur vital sign. Ma hbs porsi, mi 200 cc, mual
(-).
Membantu klien ma/mi. Sesak dirasa berkurang, RR: 24
09.15 x/mnt.
09.30 Memberi obat inhalasi:
bisolvon 20 tts + ventolin 1 Reaksi alergi (-), obat sudah
12.30 amp. masuk.
Membantu makan siang.
Membantu klien bak.
Mengobservasi klien.
6-2-2002
14.30 Klien sedang duduk di tt, sesak
15.00 Mengobservasi klien. (-).
15.30 TD: 110/70; RR: 24; S: 36,2; N:
Mnegukur vital sign 84.
Obta sudah masuk, sesak (-),
16.00 Memberi obat inhalasi: sputum (+) putih kental.
16,30 bisolvon 20 tts + ventolin 1
amp. Reaksi alergi (-).
Kleuarga maklum.
17.00 Memberi inj: cefo 1 gr.
18.00 Menjelaskan pentingnya Pengunjung maklum.
19.00 lingkungan yang tenang
bagi klien. Klien rapi.
dipakai.
09.15 Melatih klien nafas dalam dan Reaksi alergi (-).
10.00 batuk yang efektif. Posisi semi fowler tinggi.
Evaluasi keperawatan:
Diagnosa keperawatan Evaluasi
Tanggal 7-2-2002, pk. 11.00 WIB. S: Klien mengatakan sesak berkurang, nafas sudah
1. tidak tersengal-sengal lagi, malam sudah
Kerusakan pertukaran gas b/d dapat tidur dengan baik, bila berubah posisi
pneumonia. tidak tersaa sesak lagi.
Data penunjang: O: S: 36,2; RR: 20; N: 84; TD: 110/70 mmHg. Klien
S: Klien mengeluh nafas rterasa tampak tenag, duduk di tepi tt sambil
sesak, badan lemah, sesak mneggoyang-goyangkan kaki, batuk (+) sudah
dirasa terutama pada malam agak berkurang, sputum berkurang lk 25 cc,
hari dan bila klien berubah ronchi menurun, krekels minimal, mengi (+/-).
posisi. A: masalah teratasi.
O: S: 36,8; N: 80; RR: 24; TD: P: pertahankan status umum klien.
110/70, nafas klien tampak
tersengal-sengal, batuk, sputum
(+) putih kental, ronchi kasar (+),
krekels minimal, mengii (+).leko:
21,7x 109 g/dl, pemeriksaan
radiologi:Terdapat gambaran
infiltrat pada bagian lobus
bawah paru kanan, AGD:
asidosis
Tanggal 7-2-2002, pk. 11.30 WIB. S: Klien mengatkan sesaknya sudah berkurang,
2. batuk menurun, dahak juga sudah berkurang,
Resiko gangguan perfusi jaringan klien mnegatkan makan habis 2/3 porsi ditambah
b/d ketidakseimbangan suplay 1 buah pisang.
O2 dengan demand. O: TD: 110/70 ; N: 84; RR; 20; S: 36,2, ronchi
Data penunjang: minimal, krekels minimal, mengi (+/-), akral
S: Klien mengluh sesak nafas, hangat dan kering, sianosis (-). Oedem (-).
sesak dirasa bila klien A: Masalh teratasi
berubah posisi, badan tersaa P: Pertahankan agar gangguan perfusi jaringan
lemah. tidak terjadi.
O: TD: 110/70; RR: 24; N: 80,
nafas klien tampak tersengal-
sengal, keadaan umum
tampak lemah, ronchi (+),
mengi (+), krekels minimal,
leko: 21,7x 109 g/dl,
Pemeriksaan
radiologi:Terdapat gambaran
infiltrat pada bagian lobus
bawah paru kanan, AGD:
asidosis respiratorik dengan
kompensasi
Tanggal 7-2-2002, pk. 10.00 WIB. S: Klien mengatakan sudah dapat ke kamar sendiri
3. dengan jalan kaki, pusing (-), sesak dirasa
Defisit pemenuhan ADL b/d berkurang.
ketidakseimbangan suplay O2 O: TD: 110/70; RR; 20; N: 84; klien dapat ma/mi
dengan demand. sendiri tanpa dibantu, klien dapat ke kamar
Data penunjang: mandi sendiri tanpa dipapah, nafas tersengal (-),
S:Klien mengeluh sesak bila pucat (-).
berubah posisi, sesak dirasa A: Masalh teratasi
berkurang dalam posisi P: Pertahankan status umum klien sampai pasien
setengah duduk, klein pulang.
mengatakan sulit berjalan
sendiri ke kamar mandi.
O: TD: 110/70; RR:24; N: 80,
nafas terlihat tersengal-sengal,
KU tampak lemah.