Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN TN. IK DENGAN PNEUMONIA + STATUS ASMATIKUS
DI R. PARU LAKI, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 4 7 FEBRUARI 2002

( DISUSUN SEBAGAI BAHAN LAPORAN KASUS PRAKTEK


KEPERAWATAN PROFESI
DI RUANG PARU LAKI, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA)

OLEH:
SUBHAN
NIM 010030170 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS DENGAN JUDUL:

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN TN. IK DENGAN PNEUMONIA + STATUS ASMATIKUS
DI RUANG PARU LAKI, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 4 7 FEBRUARI 2002

DISAHKAN SEBAGAI BAHAN LAPORAN KASUS

DI RUANG PARU LAKI, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA


TANGGAL 08 FEBRUARI 2002

PEMBIMBING AKADEMIK, PEMBIMBING


RUANGAN,

TINTIN SUKARTINI, S.KP NY. SUPINI, S.KM


NIP. NIP.
KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN:
PNEUMONIA + STATUS ASMATIKUS
DI RUANG PENYAKIT PARU LAKI, RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

A. KONSEP PENYAKIT
1. STATUS ASMATIKUS
a. Definisi
Status asmatikus adalah salah satu kedaruratan medis karena serangan asma
akut yang refraktori, keadaan ini tidak berespon terhadap terapi dengan -
adrenergik atau teofilin intravena.
b. Etiologi
1) Faktor genetik
2) Faktor lingkungan
3) Bahan alergen
4) Infeksi saluran nafas (terutama virus)
5) Polusi udara
6) Faktor makanan
Faktor pencetus biasanya:
1) alergen
2) fisik
3) bahan kimia
4) infeksi
5) faktor mekanik
6) faktor psikis

c. Manifestasi Klinis
1) Pasien menunjukkan gambaran dramatis ansietas akut,
usaha bernafas dengan keras, takikardia, dan berkeringat.
2) Penyimpangan fungsi paru menyebabkan hipoventilasi
alveolar dengan hipoksemia lanjut, hiperkapnia, dan asidemia.
3) Peningkatan PCO2 adalah indikasi objektif pertama.
4) Dehidrasi, batuk kronis, nafas pendek, mengii, obstruksi
jalan nafas, hiperinflasi dan hipoksemia skunder terhadap ketidakcocokan
ventilasi/perfusi dan penyimpangan pertukaran gas.
d. Patofisiologi
Asma

Pohon bronkial hiperaktif

Bronkospasme

Penyempitan jalan nafas

Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan O2 Peningkatan kehilangan air tak


tampak
sebagai penguapan
ekshalasi

Takikardia Penurunan masukan oral

Takipnea Plak mukosa

Gelisah Atelektasis

Hipoksemia
(Hudak & Gallo, 1997: 567)

e. Penatalaksanaan
1) Terapi O2, koreksi dehidrasi, koreksi nutrisi.
2) Terapi farmakologi: bronkodilator, metilksantin, amin
simpatomimetik, dan kortikosteroid.

2. PNEUMONIA
a. Definisi
Pneumonia adalah peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.

b. Macam macam pneumonia, etiologi, manifestasi klinis dan


farmakoterapi:

Tipe Etiologi Faktor resiko Tanda dan gejala Farmakoterapi


Sindroma Strekokus Penyakit sickle sel, Onset mendadak Obat terpilih:
tipikal pneumonia, tanpa hipogamaglobulinemia dingin, menggigil, Penisilin G procain, IM
0
penyulit. , multiple myeloma. demam (39-40 C), aqueous cystalline
Strekokus nyeri dada pleuritis, penisilin G, IV penisilin
pneumonia,denga batuk produktif, sputum V.
n penyulit hijau dan purulen dan Obat efektif lainnya:
(empyema mungkin mengandung eritromisin,
penyebaran bercak klindamisisn,
infeksi). darahberkarat, cephalosprin, penisilin
hidung kemerahan, laintrimetropin dan
retraksi sulfametoksazol.
interkostal,penggunaa
n otot aksesorius,
timbul sianosis.
Sindroma Haemophilus Usia tua, COPD, Penisilin G, ampisil.
atipikal influenzae. influenza terakhir. Obat efektif
Stafilokokus lainnya;kloramfenikol
aureus. (cefamandole,
trimetroprim,
sulfametoksazol,
nafsilin).

Penyebab umum: Anak-anak, dewasa Onset bertahap dlm 3- Obat


Mycoplasma muda. 5 hari, malaise, nyeri terpilih;eritromisisn.
pneumonia, virus kepala, nyeri Obat efektif lainnya:
patogen. tenggorokan, batuk tetrasiklin.
kering, nyeri dad
karena batuk.

Penyebab tak ISN terbaru influenza. Seperti di atas Obat terpilih:


umum: ditambah nyeri eritromisin.
Legionella abdomen, diare, suhu Obat efektif
0
pneumophilia. >40 C, distres lainnya:rifampisin,
pernafasan. gentamisin.

pneumocystic Transplantasi Gagal ginjal, Trimetroprim,


carinii. ginjal,penyakit hiponatremia, pentamidine.
otoimun,defisit hipofosfatemia,
imunologi,debilitas. kreatinin
fosfokinase/onset
bertahap dengan
peningkatan dispneu,
batuk kering, takipneu,
hipoksemia,
rontgen:gambaran
interstitial diffus.

Sindroma Aspirasi: basil Alkoholisme debilitas, Anaerob Terapi antibiotika


aspirasi gram negatif, perawatan (misal campuran:mulanya tergantung pada
klebsiela, infeksi nosokomial), onset perlahan, penyebab infeksi.
pseudomonas, gangguan kesadaran. demam rendah, batuk,
serratia, sputum produksi/bau
enteribacter, busuk, foto
escherichia dada:jaringan
proteus, basil gram interstitial yang terkena
positif. tergantung bagian
Stafilokokus, parunya.
aspirasi asam Infeksi gram
lambung. positif/negatif.

Gambaran klinik
mungkin sama dengan
pneumonia klasik,
distres respirasi
mendadak, dispneu
berat, sianosis, batuk,
hipoksemia, diikuti
tanda-tanda infeksi
skunder.
Hematogen Aspirasi zat inert: Kateter intravena yang Gejala pulmonal timbul Obat terpilih: nafcilin
air, barium, bahan infeksi, endokarditis, minimal jika IV,ampisiln IV +
makanan. Terjadi penyalahgunaan obat, dibandingkan gejala gentamisisn/tobramisin,
bila kuman abses intra abdomen, septikemia, batuk non klindamisin IV, +
patogen menyebar pyonefrosis, empyema produktif dan nyeri gentamisisn/tobramisin.
ke paru-paru kandung kemih. pleuritik sama seperti
melalui aliran pada emboli paru
darah; merupakan keluhan
stafilokokus, E.coli, tersering.
anaerob enterik.
c. Patofisiologi
Asma

Pohon bronkial hiperaktif

Bronkospasme

Penyempitan jalan nafas


Resiko kekurangan
volume cairan
Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan O2 Peningkatan kehilangan air tak


tampak
sebagai penguapan
ekshalasi
Bakteri/virus/zat alergen
Takikardia Penurunan masukan oral

Takipnea Plak mukosa

Gelisah Atelektasis

Hipoksemia
Aspirasi dari sekret yang berasal dari orofaring Kerusakan
pertukaran gas
Inhalasi butiran-butiran dahak halus (droplet)
Saluran darah dari sumber infeksi yangberada diluar paru (hematogen)

Kuman masuk ke alveoli


Perubahan
nutrisi:kurang
dari kebutuhan
tubuh
Reaksi radang meluas : Kohn dan sal.nafas ke parenkhim paru. Perubahan
kenyamanan:
Nyeri dada pleuritik dan
demam

Proses konsolidasi memenuhi satu segmen satu lobus. Intolerans aktifitas

Jaringan paru padat hepatisasi


d. Penatalaksanaan
1) Koreksi kelainan yang mendasari.
2) Tirah baring.
3) Obat-obat simptomatis seperti: parasetamol (pada
hipereksia), morfin (pada nyeri hebat).
4) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan batuan
infus, dekstrose 5%,normal salin atau RL.
5) Pemilihan obat-obat anti infeksi: tergantung kuman
penyebab.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Riwayat atau adanya faktor resiko:
1) penyakit paru obstruktif menahun (PPOM).
2) Perokok berat.
3) Imobilisasi fisik lama.
4) Pemberian makanan melalui selang secara terus-menerus.
5) Obat-obatan imunosupresif (kemoterapi,kortikosteroid),
mengisap.
6) Penyakit yang melemahkan (AIDS, kanker).
7) Menghirup atau aspirasi zat iritasn.
8) Terpapar polusi udara terus-menerus.
9) Terpasang selang endotrakeal atau trakeostomi.
10) Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma,
koma).

b. Pemeriksaan fisik, tergantung agen penyebab:


1) Demam tinggi dan menggigil (awitan mungkin tiba-tiba dan
berbahaya).
2) Nyeri dada pleuritik.
3) Takipnea dan takikardia.
4) Rales.
5) Pada awalnya batuk tidak produktif tapi selanjutnya akan
berkembnag menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-
kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan atau kemerahan dan seirngakli berbau
busuk.Dispnea
6) Kelemahan danmalaise.
7) Kulit berwarna keabu-abuan atau sianosis
8) Keringat hilang timbul sesuai penurunan atau peningaktan
demam
9) Periode sakit kepala selama 24-48 jam, mialgia, malaise,
diikuti dengan demam, disosiasi nadi dan suhu (nadi relatif lambat pada
demam tinggi. Normalnya nadi meningkat jika suhu mengingkat). Hal
tersebut merupakan tanda klasik pada pneumonia legionella, viral dan
mikoplasma.

c. Cari sumber infeksi saluran pernafasan atas (ISPA: luka


tenggorok, kongesti nasal, bersin, demam ringan).

d. Pemeriksaan diagnostik:
1) JDL menunjukkan peningkatan sel darah putih, pada
pneumonia karena pneumokokus, legionella, klebsiella, stafilokokus dan
hemophylus influenza dan akan normal pada pasien dengan pneumonia viral
dan pneumonia mikoplasma.
2) Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada psien dnegan
pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiella dan pneumonia hemophylus
influenza. Pada pneumonia mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat
infiltrat kemerahan.
3) Kultur spuutm menunjukkan adanya bakteri tapi pada
pneumonia viral negatif.
4) Kultur darah akan positif jika pneumonia didapat dari
penularan hematogen (staphylokokus aureus).
5) Pewarnaan gram positif jika infeksi disebabkan oleh bakteri
gram negatif atau gram positif.
6) Aglutinin dingin dan fiksasi komplemen dilakukan untuk
pemeriksaan viral.
7) Analisa gas darah arteri menunjukkan hipoksemia (PaO2
kurang dari 80 mmHg) dan kemungkinan hipokapnia (PaCO2 kurang dari 35
mmHg).
8) Pemeriksaan fungsi paru-paru menunjukkan penurunan
kapasitas vital kuat (KVK).
9) Bronkoskopi.

e. Kaji respons emosional terhadap kondisinya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
b. Resiko kekurangan volume cairan b/d demam, diaforesis dan
masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.
c. Intolerans aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
d. Perubahan kenyamanan: nyeri dada pleuritik dan demam b/d
pneumonia.
e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.

3. RENCANA INTERVENSI
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
Batasan karakteristik: batuk produktif menetap,nafas cepat, sesak nafas, rales,
analisa gas darah menunjukkan hasil tidak normal, warna kulit sianosis
atau keabua-abuan, bunyi nafas tidak normal, pemeriksaan fungsi paru,
volume tidal rendah.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemostrasikan perbaikan ventilasi.
Kriteria evaluasi: bunyi nafas jelas, analisa gas darah dalam batas-batas
normal, frekuensi nafas 12-24 per menit, frekuensi nadi 60-100
kali/menit, tidak ada batuk, meningkatnya volume inspirasi pada
spirometer insentif.
Intervensi Rasional
Me
Pantau:status pernafasan @ 8 ngidentifikasi kemajuan atau
jam, tanda vital@4 jam, hasil penyimpangan dari hasil yang
analisa gas darah, foto diharapkan.
rontgen, pemeriksaan fungsi
paru-paru.
Eks
Berikan ekspektoran sesuai pektoran membantu mengencerkan
dnegan anjuran dan evaluasi sekresi sehingga sekresi dapat keluar
keefektifannya. pada sat batuk.
Me
Doorng pasien untuk minum mbantu mengeluarkan sekresi. Cairan
minimal 2-3 liter cairan per juga untuk membnatu mengalirkan obat-
hari. obatan di dalam tubuh.
Pe
nghisapan membersihkan jalan nafas.
Lkaukan penghisapan jika
pasien menderita kongesti
paru tetapi refleks batuk tidak
baik atau terjadi penurunan
kesadaran. Nik
otin dapat menyebabkan penyempitan.
Doorng pasien untuk berhenti
merokok. Po
sisi tegak lurus memungkinkan ekspansi
Pertahankan posisi fowler atau paru lebih penuh dengan cara
semi fowler. menurunkan tekanan abdomen pada
diagfragma.
Pe
Berikan oksigen tambahan mberian oksigen tambhan dapat
sesuai dnegna anjuran, menurunkan kerja pernafasan dengan
sesuaikan kecepatan aliran menyediakan lebih bnayak oksigen
dengan hasil analisa gas untuk dikirim ke sel, walaupun
darah. konsentrasi oksigen yang lebih tinggi
dapat dilairkan mellaui masker oksigen,
namun hal tersebut seringkali
mencetuskan perasaan terancam bagi
pasien, khususnya pada pasien dnegan
distres pernafasan.
Me
Ikuit prosedur pencegahan ncegah penyebaran penyakit.
secara umum atau
pencegahan khusus
(menggunakan masker untuk
penceghaan penularan
melalui pernafasan,
menggunakna sarung tangan
bila menangani sekresi
tubuh/darah). Pa
sien cenderung melakukan ekspnasi
Pertahankan kontrol nyeri yang toraks terbatas untuk mengontrol nyeri
adekuat, jika pasien secara pleuritik. Ekspansi toraks yang terbatas
verbal menyatakan sakit pada dapat menunjang terjadinya hipoventilasi
pleura (nyeri pleuritik) dan atelektasis.
khususnya sebelum latihan
tarik nafas dalam. Naf
as dalam dapat mengembangkan
Doorng paisen untuk alveolus dan mencegah atelektasis.
melakukan nafas dalam tiap 2 Spirometer insentif dapat membantu
jam seklai dengan meningkatkan nafa sdalam dan
menggunakan spirometer memungkinkan ukuran yang objektif
insentif dan catat terhadap kemajuan pasien.
perkembangannya.

b. Resiko kekurangan volume cairan b/d demam, diaforesis dan


masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.
Batasan karakteristik: menyatakan haus, hipernatremia, mukosa membran
kering, urine kental, turgor buruk, berta badan berkurang tiap hari,
frekuensi nadi lemah, tekanan darah menurun.
Hasil pasien: mendemonstarsikan perbaikan status cairan dan elektrolit.
Kriteria evaluasi: haluaran urine lebih besar dari 30 ml/jam, berta jenis urine
1,005-1,025, natrium serum dalam batas normal, mukosa membran
lembab, turgor kulit baik, tidak ada penurunan berta badan, tidak
mengeluh kehausan.
Intervensi Rasional
Men
Pantau: masukan dan haluaran gidentifikasi kemajuan atau
setiap 8 jam, timbang BB tiap penyimpangan dari sasaran yang
hari, hasil pemeriksaan diharapkan.
analisa urine dan elektrolit
serum, kondisi kulit dan
mukosa membran tiap hari.

Berikan terapi intravena sesuai Sel
dnegna anjuran dan berikan ama fase akut, paisen sering terlalu
dosis pemeliharaan dan lemah dan sesak, unutk meminum cairan
tindakan-tindakan per oral secara adekuat dan untuk
pencegahan. mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Jika ada demam maka kebuuthna cairan
akan meningkat, karena jika demam
kehilangan cairan akan meningkat,
sebab: keringat yang berlebihan, yang
terjadi jika demam membaik;
meningkatnya penguapan yang terjadi
karena vasodilatasi perifer, hal tersebut
terjadi sebagai mekanisme kompensasi
yang digunakan oleh tubuh untuk
mengeluarkan panas.
Berikan caran per oral Cair
sekurang-kurangnya tiap 2 an membantu distribusi obat-obatan
jam sekali. Dorong pasien dalam tubuh, serta membantu
untuk minum cairan yang menurunkan demam. Cairan bening
bening dan mengandung membnatu mencairkan mukus, kalori
kalori. mambantu mennaggulangi kehilangan
BB.
Lapor dokter jika ada tanda- Ini
tanda kekurangan cairan merupakan tanda-tanda kebuuthan
menetap atau bertambah cairan yang meningkat atau mulai
berat. timbulnya komplikasi.

c. Intolerans aktifitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder


terhadap pneumonia.
Batasan karakteristik: menyatakan sesak nafas dan lelah dengan aktifitas
minimal, diafoersis, takipnea dan takikardia pada katifitas minimal.
Hasil pasien: mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Kriteria evaluasi: pasien dapat melakukan AKS, dapat berjalan lenih jauh
tanpa mengalami nafas cepat, sesak nafas dan kelelahan.
Intervensi Rasional
Me
Monitor frekuensi nadi dan nidentifikasi kemajuan atau penyimpangan
frekuensi nafas sebelum dan dari sasarn yang diharapkan.
sesudah aktifitas.
Gej
Tunda aktifitas jika frekuensi ala-gejala tersebut merupakan tanda
nadi dan frekuensi nafas adanya intoleransi aktifitas. Komsumsi
meningkat secara cepat dan oksigen meningkat jika aktifitas meningkat,
apsien mengeluh sesak nafas daya tahan dapat lebih lama, jika ada
dan kelelahan, tingkatkan waktu istirahat diantara aktifitas.
katifitas secara bertahap
untuk meningkatkan
toleransi. Me
nyimpan energi.
Bnatu paisen dalam
melaksanakan AKS sesuai
dnegan kebutuhannya. Beri
pasien istirahat tanpa
diganggu diantara berbagai Akti
aktfiitas. fitas fisik meningkatkan kebuuthan oksigen
dan sistem tubnuh akan berusaha
Pertahankan terapi oksigen menyesuaikannya. Keseluruhan sistem
selama aktifitas, lakukan berlangsung dalam tempo yang lebih
tindakan pencegahan lambat saat tidak ada aktifitas fisik (tirah
terhadap komplikasi akibat baring). Tindakan perawatan yang spesifik
imobilisasi, jika paisen dapat memininmalkan komplikasi dari
dianjurkan tirah baring lama. imobilisasi.
Hal
tersebut dapat merupakan tanda awal dari
Konsul dokter jika sesak nafas komplikasi khususnya gagal nafas.
tetap ada atau bertambah
berat saat istirahat.
d. Perubahan kenyamanan: nyeri dada pleuritik dan demam b/d
pneumonia.
Batasan karakteristik: mengatakan nyeri dada pada saat bernafas atau batuk,
auskultasi pleural rub, foto rontgen dada menunjukkan adanya pleuritis,
suhu di atas 37C, diaforesis intermitten, leukosit di atas 10.000/mm3,
kultur sputum positif.
Haisl pasien: mendemonstrasikan bebas dari ketdaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri dada pleuritik, ekspresi wajah rilkes,
suhu tubuh 37C, kultur sputum negatif, dan kadar leukosit antara
5.000-10.000/mm3.
Intervensi Rasional
Me
Pantau: suhu @ 4jam, hasil ngidentifikasi kemajuan atau
pemeriksaan SDP, hasil penyimpanagn dari sasaran yang
kultur sputum. diharapkan.

Berikan analgetik sesuai dnegan An
anjuran untuk mengatasi algetik membantu mengontrol nyeri
nyeri pleuritik jika perlu dan dengan memblok jalan rangsnag nyeri.
evaluasi keefektifannya. Nyeri dada pleuritik yang berat seringkali
Konsul dokter jika analgesik memerlukan anlgetik narkotik utnuk
tidak efektif dalam dapat mengontrol nyeri dengan efektif.
mnegontrol nyeri. Nyeri yang tidak dapat diatasi dnegan
analgesik memerlukan penyelidikan
lebih lanjut dan merupakan tanda awal
Berikan antibiotika sesuai adanya komplikasi.
dnegan anjuran dan Ant
evaluasi keefektifannya. ibiotika diperlukan untuk mengatasi
Tinjau kembali semua obat- infeksi, efek terapeutik maksimum yang
obatan yang diberikan. efektif dapat dicapai jika kadar obta yang
Untuk menghindari efek ada dalam darah konsisten dan dapat
merugikan akibat interaksi dipertahankan. Resiko akibat interaksi
obat, jadwalkan pemberian obat-obatan yang diberikan menongkat
obat dalam kadar darah dnegan adanya farmakoterapi multiple.
yang konsisiten. Efek samping akibat interaksi satu obat
dengan yang lainnya dapat mengurangi
keefektifan pengobatan salah satu obat
atau kedua-duanya.
Konsultasi dokter jika demam Ta
dan reaksi yang tidak nda-tanda tersebut merupakan gejala
diinginkan keracunan antibiotika dan pengobatan
(kemerahan,gangguan tersebut harus dihentikan.
saluran pencernaan,
menurunnya jumlah urine,
menurunnya fungsi
pendengaran, meningkatnya
kelelahan).
Tin
Berikan tindakan untuk dakan tersebut akan meningkatkan
memebrikan rasa nyaman relaksasi. Pelembab membantu
seperti mengelap bagian mencegah kekeringan dan pecah-pecah
punggung pasien, di mulut dan bibir.
mengganti alat tenun yang
kering setelah diaforesis,
memberi minum hangat,
lingkungan yang tenang
dnegan cahaya yang redup
dan sedatif ringan jika
dianjurkan serta
memberikan pelembab pada Ma
kulit dan bibir. ndi dnegan air dingin dan selimut yang
tidak terlalu tebal memungkinkan
Lakukan tindakan-tindakan terjadinya pelepasan panas secara
untuk mengurangi demam konduksi dan evaporasi (penguapan).
seperti: mandi air dingin, Antipiretika dapat megontrol demam
selimut yang tidak terlalu dengan mempengaruhi pusat pengatur
tebal (mempertahankan suhu di hipotalamus. Cairan dapat
selimut cukup untuk membantu mencegah dehidrasi karena
mencegah mneingkatnya metabolisme. Menggigil
kedinginan/menggigil), beri menandakan tubuh memerlukan panas
antipiretik yang diresepkan, lebih banyak.
tingkatkan masukan cairan. Hal
etrsebut merupakan tanda
berkembangnya komplikasi.
Konsul dokter jika nyeri dan
demam tetap ada atau
makin memburuk.

e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan


metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.
Batasan karakteristik: mengatakan anoreksia, makan kurang 40% dari yang
seharusnya, penurunan BB dan mengeluh lemah.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemonstrasikan masukan makanan yang adekuat
untuk memnuhi kebuuthan dan metabolisme tubuh.
Kriteria evaluasi: peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan BB lebih
lanjut, menyatakan perasaan sejahtera.

Intervensi Rasional
Me
Pantau: persentase jumlah ngidentifikasi kemajuan atau
makanan yang dikomsumsi penyimpanagn dari sasaran yang
setiap kali makan, timbang diharapkan.
BB tipa hari, hasil
pemeriksaan protein total,
albumin dan osmolalitas.

Berikan perawatan mulut tiap 4 Bau
jam jika spuutm berbau yang tidak menyenangkan dapat
busuk. Pertahankan mempengaruhi nafsu makan.
kesegaran ruangan.

Rujuk kepada ahli diet untuk Ahli
membantu memilih makanan diet ialah spesialisasi dalam hal nutrisi
yang dapat memenuhi yang dapat membantu paisen memilih
kebutuhan nutrisi selama makanan yang memenuhi kebutuhan
sakit panas. kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai
dnegna keadaan sakitnya, usia, tinggi
Dorong pasien untuk dan Bbnya.
mengkomsumsi makanan Pen
tinggi kalori tinggi protein. ingkatan suhu tubuh meningkatkan
metabolisme, masukan protein yang
adekuat, vitamin, mineral dan kalori
Berikan makanan dnegna porsi untuk aktifitas anabolik dan sintesis
sedikit tapi sering yang antibodi.
mudah dikunyah jika ada Ma
sesak nafas berat. kanan porsi sedikit tapi sering
memerlukan lebih sedikit energi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jilid I,


Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
3. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit
Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
4. Jan Tambayonmg (2000), Patofisiologi Unutk Keperawatan, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta.
5. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta.
6. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4
Buku 2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
7. Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TN. IK. DENGAN PNEUMONIA + STATUS ASMATIKUS
DI RUANG PENYAKIT PARU LAKI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 4 7 FEBRUARI 2002

(1) PENGKAJIAN
Pengakajian dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2002 pada pukul 10.00 WIB.
1. Identitas
Nama : Tn. Ik. Tgl MRS : 31 1 - 2002
Umur : 78 tahun Register :
Jenis kelamin : Laki-laki Diagnose : Pneumonia + Status
asmatikus
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan pegawai PJKA
Pendidikan : SMP
Alamat :Jl.Dinoyo III/7 surabaya
Keluhan utama : sesak nafas.
sebelumnya :
Klien datang dengan keluhan sesak nafas hilang timbul sejak 2 bulan yll dan
sesak meningkat sejak 5 hari yll. Sesak dirasakan bila habis berjalan jauh. Riwayat
asma (+) sejak lk. 10 tahun yll. Keluhan istirahat tidur sulit, klien dapat tidur dengan
berbaring pada 2 bantal. Batuk (+), dahak (+) putih kental. Sebelum dirawat di Ruang
Paru Laki, klien dirawat di ruang interne karena gastritis yang diderita kambuh,
setelah dinyatakan sembuh dari gastritis, sesak klien bertambah parah dan mulai batu-
batuk berdahak sehingga klien dipindah rawat ke ruang Paru Laki.

Upaya yang telah dilakukan : Berobat ke klinik swasta tidak ada


perubahan.

Therapi/operasi yang pernah dilakukan : Operasi hernia 3 kali


dinyatakan sembuh.

II Riwayat Keperawatan

2.1 Riwayat penyakit sebelumnya: Sesak sejak 10 tahun yll hilang timbul, HT
(-), DM (-), gastritis (+).
2.2 Riwayat penyakit sekarang : Saat pengkajian, kleuhan sesak masih
ada, nyeri dada (-), pusing (+), mual muntah (-)
2.3 Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit yang sama pada
keluarga tidak ada, HT (-), DM (-).

Genogram:

Keterangan:

= laki-laki = meninggal = tinggal dalam satu


rumah.

= perempuan = klien Tn. Ik

2.4 Keadaan kesehatan lingkungan : Menurut keluarga, lingkunagn rumah


cukup bersih karena kebiasaan keluarga dan masyarakat sekitar membersihkan rumah dan
lingkunagn sekitar setiap minggu sekali.
2.5 Riwayat kesehatan lainnya : taa
2.6 Alat bantu yang dipakai
Gigi palsu : ya
Kaca mata :--
Pendengaran :taa
Lain-lain :taa

III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : sadar CM, terbaring di tt, kondisi umum terlihat lemah.
2. Tanda vital :S: 36,8 0C, N: 80 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, RR: 24 x/mnt.
3. Body System
3.1 Pernafasan
Hidung : sekret (+), terpasang O2 2 lt/mnt.
Trachea : taa
Dada :
- Bentuk : simetris
- Gerakan : simetris, nyeri dada (-).
Suara nafas dan lokasi : mengii (+), krekels minimal.
ronchi kasar (minimal) hampir di sebagian besar lapang
paru.
Jenis nafas : hidung
Batuk : ya, sering
Sputum : Ya , putih kental
Cyanosis : taa
Frekwensi nafas : 24 x/mnt.

3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada : taa
Pusing : ++ bila berubah posisi ke duduk.
Kram kaki :--
Sakit kepala : --
Palpitasi : --
Clubing finger :--
Suara jantung : S1 S2 tunggal.
Edema : taa
Kapilari refill : 2 dtk.
Lainnya : --

3.3 Persarafan
Kesadaran : CM
GCS : E4V5M6
Kepala dan wajah : dbn
Mata : anemis (-), sianosis (-).
Sklera : putih
Konjunctiva : merah muda.
Pupil : isokor
Leher : DVJ (-).
Reflek fisiologis : dbn
Reflek patologis : taa
Pendengaran : dbn
Penciuman : dbn
Pengecapan : dbn
Penglihatan : dbn
Perabaan : dbn
Lainnya : --

3.4 Perkemihan Eliminasi Urine


Produksi urine : 600 800 cc /hari, klien Bak/bab di kamar mandi diantar
keluarga.
Warna urine : kuning pekat.
Gangguan saat kencing : taa.
. Lainnya : --
3.5 Pencernaan - Eliminasi Alvi
Mulut : bersih, gigi sdh tidak lengkap (klien pakai gigi palsu), mukosa bibir
lembab.
Tenggorokan : sakit menelan (-).
Abdomen : distensi (-), peristaltik usus baik.
Rectum : dbn
Bab : --
Obat pencahar : --
Lavement : --
Lain-lain : --

3.6 Tulang Otot Integumen


Kemampuan pergerakan sendi: 5 5
5 5

Extremitas :
- Atas : pergerakan baik, kekuatan otot baik.
- Bawah : pergerakan baik, kekuatan otot baik.
- Tulang belakang:dbn
Kulit:
- Warna kulit :sawo matang, kulit keriput.
- Akral :hangat, oedem (--)
- Turgor : baik

3.7 Sistem Endokrin


Terapi hormon : --
Karakteristik seks sekunder: dbn
Riwayat pertumbuhan dan perkembnagan fisik: taa

3.8 Sistem Hematopoietik


Diagnosis penyakit hematopoietik yang lalu: --
Type darah: O

3.9 Reproduksi
Laki laki: klien menduda setelah ditinggal meninggal oleh istri 2 tahun yll, fungsi
seksual tidak dikaji.
4.0 Psikososial
Konsep diri: --
Citra diri:
- Tanggapan tentang tubuh: taa
- Bagian tubuh yang disukai: taa
- Bagian tubuh yang tidak disukai: taa
- Persepsi thd kehilangan bagian tubuh: taa
- Lainnya, sebutkan: taa
Identitas:
- Status klien dalam keluarga: ayah, seorang kakek, kepala rumah tangga
- Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas
- Kepuasan klie thd jenis kelamin: puas
- Lainnya, sebutkan: taa
Peran:
- tanggapan klien thd perannya: cukup puas.
- Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup melaksanakan
peran.
- Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.
Ideal diri/harapan:
- harapan klien thd:
= Tubuh: suapaya cepat sembuh.
= Posisi (dlm pekerjaan): taa
= Status dlm keluarga: taa
= Tugas/pekerjaan:taa.
- Harapan klien thd lingkungan: taa
- Harapan klien thd penyakit yg diderita: penyakitnya dapat segera disembuhkan.
Harga diri:
- Tanggapan klien thd harga dirinya: taa
- Lainnya, sebutkan: taa
Sosial/interaksi:
- Hubungan dengan klien: ayah dan mertua.
- Dukungan keluarga: baik
- Dukungan kelompok/teman/masyarakat: baik
- Reaksi saat interaksi: kooperatif, komunikasi lancar dan jelas.
- Konflik yang terjadi terhadap: taa

3.11 Spiritual:
- Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah SWT.
- Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Allah SWT, tenaga dokter dan perawat serta
dukungan keluarga.
- Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: dapat melaksanakan sholat dengan baik
(selama dirawat klien sholat di TT).
- Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan
saat ini: taa
- Upaya kesehatan yang bertentangan dgn keyakinan agama: taa
- Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit
saat ini: sangat yakin Tuhan akan membantu kesembuhan.
- Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: sangat yakin.
- Persepsi thd penyebab penyakit: .

Pemeriksaan penunjang:
1. Tanggal 31 1- 2002
a. Pemeriksaan DL:
1) Hb: 13,3 g/dl; leko: 21,7x 109 g/dl; trombo: 181x109g/dl; PCV: 0,39.
b. Pemeriksaan radiologi:
Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru kanan.
c. Pemeriksaan AGD:
PH: 7,342; PCO2: 44,0 mmHg; PO2: 71,2 mmHg; HCO3: 23,3mmol/l; BE: - 2,4
mmol/l dengan O2 saturasi: 93,4%.
Kesimpulan:asidosis respiratorik dengan kompensasi.

2. Tanggal 1 2 - 2002
a. Pemeriksaan sedimen urine:
Protein urine (-), glukosa hijau, bilirubin (-), urobilin (-), sel darah merah: 0-1/lp; sel
darah putih: 1-2 /lp; sel epitel: 1-2/lp.
b. Pemeriksaan sputum: basil tahan asam, BTA (-).

Terapi:
Tanggal 4 Februari 2002:
Diet TKTP, O2 2lt/mnt, IFVD RL:D5% (1:1) + Aminopilin 1 amp 14 tts/mnt; Cefo. inj 3x1 gr;
ciprofloxacin 2x500 mg; nebulizer: bisolvon 20 tts + ventolin 1 amp tiap 8 jam.

Analisa Data:
Data Etiologi Patofisiologi Masalah
S: Klien mengeluh Pneumonia Proses peradangan pada Kerusakan
nafas rterasa sesak, parenkhim paru pertukaran gas
badan lemah, sesak
dirasa terutama Meluas hingga satu lobus
pada malam hari
dan bila klien Terjadi pemadatan/konsolidasi
berubah posisi. paru
O: S: 36,8; N: 80; RR:
24; TD: 110/70, Penurunan pengembangan paru
nafas klien tampak
tersengal-sengal, Suplay O2 menurun, demand O2
batuk (+), sputum (+) meningkat
putih kental, ronchi
kasar (+), krekels Usaha untuk meningkatkan RR
minimal, mengii
(+).leko: 21,7x 109 Sesak nafas
g/dl, pemeriksaan
radiologi:Terdapat
gambaran infiltrat
pada bagian lobus
bawah paru kanan,
AGD: asidosis
respiratorik dengan
kompensasi

S:Klien mengeluh Ketidakseimbang Proses peradangan paru Defisit


sesak bila berubah an suplay O2 pemenuhan ADL
posisi, sesak dirasa dengan Suplay O2 tidak seimbang
berkurang dalam kebutuhan dnegan demand
posisi setengah tubuh.
duduk, klein Usaha peningkatan nafas
mengatakan sulit
berjalan sendiri ke Sesak, nafas tersengal-sengal.
kamar mandi.
O: TD: 110/70; RR:24; Perfusi jaringan menurun
N: 80, nafas terlihat
tersengal-sengal, KU Metabolisme menurun
tampak lemah.
Kelemahan fisik

Defisit pemenuhan ADL.


S: Klien mengluh sesak Ketidakseimbang Proses peradangan pada Resiko gangguan
nafas, sesak dirasa an suplay O2 parenkhim paru perfusi jaringan
bila klien berubah dengan demand.
posisi, badan tersaa Meluas hingga satu lobus
lemah.
O: TD: 110/70; RR: 24; Terjadi pemadatan/konsolidasi
N: 80, nafas klien paru
tampak tersengal-
sengal, keadaan Penurunan pengembangan paru
umum tampak
lemah, ronchi (+), Suplay O2 menurun, demand O2
mengi (+), krekels meningkat
minimal, leko: 21,7x
109 g/dl, Usaha untuk meningkatkan RR
Pemeriksaan
radiologi:Terdapat Sesak nafas
gambaran infiltrat
pada bagian lobus O2 jaringan menurun
bawah paru kanan,
AGD: asidosis Perfusi jaringan menurun
respiratorik dengan
kompensasi

Rumusan Diagnosa Keperawatan Berdasarkan prioritas

1. Kerusakan pertukaran gas b/d


pneumonia.
Data penunjang:
S: Klien mengeluh nafas rterasa sesak, badan lemah, sesak dirasa terutama pada malam
hari dan bila klien berubah posisi.
O: S: 36,8; N: 80; RR: 24; TD: 110/70, nafas klien tampak tersengal-sengal, batuk, sputum
(+) putih kental, ronchi kasar (+), krekels minimal, mengii (+).leko: 21,7x 10 9 g/dl,
pemeriksaan radiologi:Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru
kanan, AGD: asidosis respiratorik dengan kompensasi
Tujuan jangka pendek: klien dapat mengontrol sesak dan memilih alternatif mengurangi
sesak.
Tujuan jangka penjang: Setelah diberikan askep selama 3 hari, sesak berkurang.
Kriterai hasil: Klien mengatakan sesak berkurang, klien tidak tersengal-sengal, N: 60-80
x/mnt; RR: 16-20 x/mnt; batuk berkurang, sputum berkurang, pemeriksaan AGD
membaik ke normal, suara-suara nafa stambahan (ronchi, krekels, mengi) berkurang.
Rencana intervensi:
a. Pantau:status pernafasan @ 8 jam, tanda vital@4 jam, hasil analisa gas darah, foto
rontgen, pemeriksaan fungsi paru-paru.
b. Berikan ekspektoran sesuai dnegan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
c. Doorng pasien untuk minum minimal 2-3 liter cairan per hari.
d. Lkaukan penghisapan jika pasien menderita kongesti paru tetapi refleks batuk tidak
baik atau terjadi penurunan kesadaran.
e. Doorng pasien untuk berhenti merokok.
f. Pertahankan posisi fowler atau semi fowler.
g. Berikan oksigen tambahan sesuai dnegna anjuran, sesuaikan kecepatan aliran
dengan hasil analisa gas darah.
h. Ikuit prosedur pencegahan secara umum atau pencegahan khusus (menggunakan
masker untuk penceghaan penularan melalui pernafasan, menggunakna sarung
tangan bila menangani sekresi tubuh/darah).
i. Pertahankan kontrol nyeri yang adekuat, jika pasien secara verbal menyatakan sakit
pada pleura (nyeri pleuritik) khususnya sebelum latihan tarik nafas dalam.
j. Doorng paisen untuk melakukan nafas dalam tiap 2 jam seklai dengan menggunakan
spirometer
2. Resiko gangguan perfusi jaringan b/d
ketidakseimbangan suplay O2 dengan demand.
Data penunjang:
S: Klien mengluh sesak nafas, sesak dirasa bila klien berubah posisi, badan tersaa
lemah.
O: TD: 110/70; RR: 24; N: 80, nafas klien tampak tersengal-sengal, keadaan umum
tampak lemah, ronchi (+), mengi (+), krekels minimal, leko: 21,7x 10 9 g/dl,
Pemeriksaan radiologi:Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru
kanan, AGD: asidosis respiratorik dengan kompensasi
Tujuan jangka pendek: kebutuhan O2 klien terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan askep selama 3 hari, Gangguan perfusi
jaringan tidak terjadi.
Kriteria hasil: N: 60-80 x/mnt; RR: 16-20 x/mnt, akral hangat dan kering, klien tidak
sesak, sura nafa stambahan (-), oedem (-).
Rencana intervensi:
a. Monitor adanya perubahan vital sign yang tiba-tiba, gangguan mental kontinu
(letargi, pinsan).
b. Observasi adanya pucat, sianosis, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi
perifer.
c. Dorong latihan kaki pasif/aktf.
d. Kaji adanya tanda Homan (nyeri pada betis).
e. Pantau pernafasan.
f. Pantau intake output dalam 24 jam.

3. Defisit pemenuhan ADL b/d


ketidakseimbangan suplay O2 dengan demand.
Data penunjang:
S:Klien mengeluh sesak bila berubah posisi, sesak dirasa berkurang dalam posisi
setengah duduk, klein mengatakan sulit berjalan sendiri ke kamar mandi.
O: TD: 110/70; RR:24; N: 80, nafas terlihat tersengal-sengal, KU tampak lemah.
Tujuan jnagka pendek: kebuthhan ADL klien trepenuhi (makan, minum, mandi,
berpakaian, eleminasi).
Tujuan jangka penjang: setelah diberikan askep selama 3 hari, tidak terjadi gangguan
pemenuhan ADL yang berdampak terhadap defisit perawatan diri.
Kriteria hasil: Kebutuhan klien dapat dipenuhi secara mandiri, sesak berkurang, klien
merasa nyaman.
Rencana intervensi:
a. Monitor frekuensi nadi dan frekuensi nafas sebelum dan sesudah aktifitas.
b. Tunda aktifitas jika frekuensi nadi dan frekuensi nafas meningkat secara cepat dan
apsien mengeluh sesak nafas dan kelelahan, tingkatkan aktifitas secara bertahap
untuk meningkatkan toleransi.
c. Bnatu paisen dalam melaksanakan AKS sesuai dnegan kebutuhannya. Beri pasien
istirahat tanpa diganggu diantara berbagai aktfiitas.
d. Pertahankan terapi oksigen selama aktifitas, lakukan tindakan pencegahan terhadap
komplikasi akibat imobilisasi, jika paisen dianjurkan tirah baring lama.
e. Konsul dokter jika sesak nafas tetap ada atau bertambah berat saat istirahat.
Implementasi keperawatan:
Dilaksanakan mulai tgl 4 s/d 7 Februari 2002.
Tgl/jam No Dx. Implementasi Evaluasi
4-2-2002
08.00 Klien dan keluarga kooperatif.
Memperkenalkan diri pada
08.30 klien dan keluarga. TD: 110/70; S: 36,8; N: 80; RR:
24, kesadran CM, KU lemah.
08.45 Mengukur vital sign. Obat sudah masuk, sesak dirasa
berkurang, sekret (+) banyak,
putih kental.
09.00 Memberi obat per inhalasi: Reaksi alergi (-).
10.00 Ventolin 1 amp dan Klien tidur, nafas reguler.
10.10 bisolvon 20 tts. Infus sudah terpasang.


11.00 Memberi inj: Cefo 1 gr Klien dan keluarga mengatakan

mengerti dan berjajnji untuk

Mengobservais klien. melaksankan anjuran petugas.


Memasang cairan cipro 500
mg.

Memberi penjelasan kepada
klien dan keluarga tentang;
- Meningkatkan intake
minum hangat unutk
mengencerkan dahak.
12.30 Bab 1x, konsistensi lembek, lendir
- Menghabiskan
(-), Bak lk 200 cc.
asupan makanan
yang diberikan dari
dapur.
- Merubah jam tidur bila
memungkinkan.
- Perlunya membatasi
pengunjung.

Membantu klien Bab dan bak.

5-2-2002
07.30 Meja, tt dan lingkungan klien rapi
Merapikan meja, tt dan dan bersih.
08.30 lingkungan apsien. TD: 120/70; RR; 24; N: 76; S:
08.45 36,4.
09.00 Mengukur vital sign. Ma hbs porsi, mi 200 cc, mual
(-).
Membantu klien ma/mi. Sesak dirasa berkurang, RR: 24
09.15 x/mnt.
09.30 Memberi obat inhalasi:
bisolvon 20 tts + ventolin 1 Reaksi alergi (-), obat sudah
12.30 amp. masuk.

Cipro sudah masuk.


13.30 Memberi obnat inj: cefo 1 gr.
14.00 Ma hbs porsi, mi 150 cc.

Memasang Cipro infusion 500 Bak kuning jernih, 200 cc.

mg. Klien tennag, gelisah (-), sesak (-).


Membantu makan siang.

Membantu klien bak.

Mengobservasi klien.

6-2-2002
14.30 Klien sedang duduk di tt, sesak
15.00 Mengobservasi klien. (-).
15.30 TD: 110/70; RR: 24; S: 36,2; N:
Mnegukur vital sign 84.
Obta sudah masuk, sesak (-),
16.00 Memberi obat inhalasi: sputum (+) putih kental.
16,30 bisolvon 20 tts + ventolin 1
amp. Reaksi alergi (-).

Kleuarga maklum.
17.00 Memberi inj: cefo 1 gr.

18.00 Menjelaskan pentingnya Pengunjung maklum.
19.00 lingkungan yang tenang
bagi klien. Klien rapi.

Infus netes lancar 14 tts/mnt.


19.30 Membatasi pengunjung yang
besuk.
Bak kuning jernih, 150 cc.

Membantu klien berpakaian.

Memasang cairan infus D5%
+ 1 amp Aminopilin 14
tts/mnt.

Membantu klien Bak.
7-2-2002
07.30 Klien mnegatkan sulit tidur karena
Menanaykan keadaan sesak sering timbul malam hari.
08.00 istirahat tidur klien Ma hbs 2/3 porsi, ditambah 1
semalam. buah pisang, mi 200 cc.
08.15 Meja, tt, lingkungan klien rapi dan
Membantu klien ma/mi bersih.
08.30 Klien mau mnegikuti petunjuk
petugas.
Membersihkan meja, tt dan
lingkungan pasien.

08.45 Memberi penjelasan tentang Klien aktif mencoba melatih

pentingnya melatih nafas perawatan nafas yang diajarkan

dalam dan menggerak- petugas.


09.00 gerakkan kaki sesering Obat sudah masuk, sesak dirasa

mungkin. berkurang, klien melepas O2 yang

dipakai.
09.15 Melatih klien nafas dalam dan Reaksi alergi (-).
10.00 batuk yang efektif. Posisi semi fowler tinggi.

11.00 Bak kuning jernih, 200 cc.


12.00 Memberi obat inhalasi: Klien tidur, gelisah (-), sesak (-),

bisolvon 20 tts + ventolin 1 ronchi minimal, menggi (+),

amp. krekels minimal, sputum (++)


banyak putih kental.

Member inj: cefo 1 gr.

Membantu klien merubah
posisi.

Membantu klien Bak.

Mengobservais klien.

Evaluasi keperawatan:
Diagnosa keperawatan Evaluasi
Tanggal 7-2-2002, pk. 11.00 WIB. S: Klien mengatakan sesak berkurang, nafas sudah
1. tidak tersengal-sengal lagi, malam sudah
Kerusakan pertukaran gas b/d dapat tidur dengan baik, bila berubah posisi
pneumonia. tidak tersaa sesak lagi.
Data penunjang: O: S: 36,2; RR: 20; N: 84; TD: 110/70 mmHg. Klien
S: Klien mengeluh nafas rterasa tampak tenag, duduk di tepi tt sambil
sesak, badan lemah, sesak mneggoyang-goyangkan kaki, batuk (+) sudah
dirasa terutama pada malam agak berkurang, sputum berkurang lk 25 cc,
hari dan bila klien berubah ronchi menurun, krekels minimal, mengi (+/-).
posisi. A: masalah teratasi.
O: S: 36,8; N: 80; RR: 24; TD: P: pertahankan status umum klien.
110/70, nafas klien tampak
tersengal-sengal, batuk, sputum
(+) putih kental, ronchi kasar (+),
krekels minimal, mengii (+).leko:
21,7x 109 g/dl, pemeriksaan
radiologi:Terdapat gambaran
infiltrat pada bagian lobus
bawah paru kanan, AGD:
asidosis
Tanggal 7-2-2002, pk. 11.30 WIB. S: Klien mengatkan sesaknya sudah berkurang,
2. batuk menurun, dahak juga sudah berkurang,
Resiko gangguan perfusi jaringan klien mnegatkan makan habis 2/3 porsi ditambah
b/d ketidakseimbangan suplay 1 buah pisang.
O2 dengan demand. O: TD: 110/70 ; N: 84; RR; 20; S: 36,2, ronchi
Data penunjang: minimal, krekels minimal, mengi (+/-), akral
S: Klien mengluh sesak nafas, hangat dan kering, sianosis (-). Oedem (-).
sesak dirasa bila klien A: Masalh teratasi
berubah posisi, badan tersaa P: Pertahankan agar gangguan perfusi jaringan
lemah. tidak terjadi.
O: TD: 110/70; RR: 24; N: 80,
nafas klien tampak tersengal-
sengal, keadaan umum
tampak lemah, ronchi (+),
mengi (+), krekels minimal,
leko: 21,7x 109 g/dl,
Pemeriksaan
radiologi:Terdapat gambaran
infiltrat pada bagian lobus
bawah paru kanan, AGD:
asidosis respiratorik dengan
kompensasi
Tanggal 7-2-2002, pk. 10.00 WIB. S: Klien mengatakan sudah dapat ke kamar sendiri
3. dengan jalan kaki, pusing (-), sesak dirasa
Defisit pemenuhan ADL b/d berkurang.
ketidakseimbangan suplay O2 O: TD: 110/70; RR; 20; N: 84; klien dapat ma/mi
dengan demand. sendiri tanpa dibantu, klien dapat ke kamar
Data penunjang: mandi sendiri tanpa dipapah, nafas tersengal (-),
S:Klien mengeluh sesak bila pucat (-).
berubah posisi, sesak dirasa A: Masalh teratasi
berkurang dalam posisi P: Pertahankan status umum klien sampai pasien
setengah duduk, klein pulang.
mengatakan sulit berjalan
sendiri ke kamar mandi.
O: TD: 110/70; RR:24; N: 80,
nafas terlihat tersengal-sengal,
KU tampak lemah.

Anda mungkin juga menyukai