Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Kanker serviks atau kanker leher rahim Salah satu kanker yang

menimbulkan rasa khwatir pada perempuan. Jenis kanker ini merupakan

tebanyak di derita perempuan yang angka kematian cukup tinggi yaitu

pembunuh wanita nomor 2 di dunia setelah kanker payudara. perempuan

sebagian besar cenderung mengabaikan status kesehatan diri sendiri dan

Mereka hanya mengunjungi pusat-pusat kesehatan ketika merasakan ada

masalah dengan kondisi kesehatanya (Rahayu, 2015 ; Shadine, 2011)

Di Indonesia dan Negara berkembang lainya, kanker serviks

menduduki peringkat pertama yang diperkirakan setiap tahun sekitar 500.000

penderita baru diseluruh dunia dan umumnya terjadi di Negara berkembang.

Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan

kematian dalam jangka waktu relatif cepat. (Mappaware, 2011)

Prevalensi kanker serviks di dunia menurut Age Standardized Rate

(ASR) per 100.000 populasi berdasarkan semua umur ialah, di Asia 54

kasus, Africa 16 kasus, Amerika Selatan 15 kasus, Amerika Utara 3 kasus,

dan Eropa 12 kasus sedangkan di asia tenggara angka kejadian kanker


2

serviks 175.229 kasus (19.3%) dan yang menyebabkan kematian sekitar

94.294 (17%). (WHO, 2013).

Insidensi kanker serviks di Indonesia terdapat sekitar 100 kasus per

100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Biasanya tanpa

gejala pada stadium dini. Namun lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah

sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut (Bustan, 2015). Jika diestimasi

jumlah penderita kanker serviks di Indonesia pada tahun 2013 diketahui

bahwa ada enam provinsi memiliki angka kasus kanker serviks tertinggi

antara lain Jawa Timur 21.313 kasus, Jawa Tengah 19.734 kasus Jawa Barat

15.635 kasus DKI Jakarta 5.919 kasus, Sumatra utara 4.694, Sulawesi

Selatan 3.400 kasus sedangkan provinsi dengan kasus terendah hanya

terdapat di dua provinsi yaitu Papua Barat 40 kasus dan Gorontalo 0 kasus

(Kemenkes RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Data

Rutin Subdit Pengendalian Penyakit Kanker Dit. Penanggulangan Penyakit

Tidak Menular, Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan, 2015)

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Selatan bidang P2PL, jumlah penderita kanker serviks dari tahun ke tahun

mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 tercatat 1.011 kasus, 1.141 kasus

(2010), 210 kasus (2011), 2.066 kasus (2012), dan 536 kasus (2013).

Berdasarkan survailans rutin yang merupakan laporan tahunan penyakit tidak

menular untuk kanker serviks baik rawat jalan maupun rawat inap yang
3

terdapat di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 tertinggi pada Kabupaten

Enrekang sebanyak 127 kasus, kemudian Kabupaten Bone 83 kasus dan

Makassar menempati urutan ketiga sebanyak 60 kasus. Pada tahun 2011

Kabupaten Enrekang masih menempati urutan tertinggi sebanyak 25 kasus

dan urutan kedua Makassar sebanyak 18 kasus (Profil dinkes, 2014).

Angka kejadian kanker serviks dari tahun ke tahun mengalami

perubahan baik peningkatan maupun fluktuatif, ini disebabkan karena sekitar

sepertiga dari kasus-kasus kanker serviks datang ketempat pelayanan

kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah

menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh sehingga biaya pengobatan

semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi. Disisi lain kesadaran dan

pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk faktor-faktor risiko dan

upaya pencegahannya masih kurang. Padahal 90-95 % faktor risiko terkena

kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan. Karena itu perlu ada

suatu gerakan bersama, menyeluruh dan berkesinambungan untuk

meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker terutama kanker

serviks. (Seta Dkk, 2014)

Kanker serviks meningkat salah satunya dipengaruhi karena perilaku

seksual yaitu bergantiganti pasangan utamanya pada wanita pekerja seks

komersial (PSK). Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual

menyebabkan terjadinya infeksi menular seksual yang merupakan transmisi

atau penularan Human Papilloma Virus (HPV) yaitu virus penyebab terbesar
4

kanker serviks. Seorang wanita yang berganti pasangan seksual lebih dari 5x

dalam 2 tahun akan mengalami peningkatan risiko terkena kanker serviks

sebesar 12 kali lipat (Nurcahyo, 2010).

Pada penelitian yang dilakukan oleh wiyono dkk. di Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Kariadi Semarang tahun 2008 dari berbagai kriteria sampel mulai

dari usia menikah, paritas, kontrasepsi, usia pertama kali hubungan seksual

semuanya tergolong risiko rendah sedang kelompok risiko tinggi adalah

bekerja sebagai pekerja seksual komersial dengan persentase 10% lebih

besar mengalami gejala kanker serviks dibandingkan dengan kriteria sampel

lainya (Wiyono dkk, 2008).

Kanker serviks dapat diketahui secara dini jika dilakukan dengan

berbagai cara yaitu pemeriksaan sitologi berupa Pap tes konvensional atau

sering dikenal dengan Tes Pap dan pemeriksaan sitologi cairan (Liquid Base

Cytology /LBC) serta pemeriksaan DNA HPV, pada pemeriksaan visual

berupa inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) serta inspeksi visual

dengan lugol iodin (VILI). (Marliana, 2014) Tes Pap Smear memiliki

sensifitas untuk deteksi neoplasia epitel servik (NIS) sebesar Sensitifitas :

65%-96% dan Spesifitas : 54%-98% dan inspeksi visual dengan asam asetat

(IVA) memiliki keakuratan dalam mendeteksi lesi atau luka pra kanker yaitu

sensifitas : 70%-80% dan spesifitas :90%-95%. (Nugroho, 2010)


5

Data dari Dinas Sosial Kota Makassar terdapat sekitar 400 berprofesi

sebagai pekerja seks komersial yang tersebar di seluruh kota dengan 75%

diantanya sudah bekerja minimal 5 tahun dengan rata-rata usia 20-40 tahun.

Wanita yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial tercatat hanya

sekitar 20% yang perna melakukan skrining kanker serviks baik itu IVA

(Inspeksi Visual Asam Asetat) maupun Papsmear, selebihnya tidak perna

melakukan scrining jenis apapun sehingga jika ada terdiagnosa kanker

serviks rata-rata sudah stadium lanjut. (Dinsos, 2016)

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah mendeteksi kanker serviks

dikalangan wanita pekerja seks komersial dengan melakukan pemeriksaan

IVA gratis pada tahun 2008 namun hal tersebut tidak berkelanjutan. Tidak

adanya fasilitas yang menunjang, kurangnya kesadaran dan pengetahuan

serta sikap yang tertutup menjadi tantangan sehingga penderita kanker

serviks dikalangan wanita dengan multipartner ini masih sulit terdeteksi

secara dini. (Dinsos, 2016)

Berdasarkan uraian tersebut peneliti merasa perlu melakukan penelitian

khusus mengenai efektivitas IVA terhadap deteksi dini kanker serviks pada

wanita risiko tinggi yaitu wanita pekerja seks komersial (PSK).


6

B. Rumusan Masalah

Kejadian kanker serviks pada wanita dengan berganti-ganti pasangan

seksual yaitu 12x lipat lebih tinggi dari yang hanya memiliki 1 pasangan

seksual, hal ini menunjukkan perlunya perhatian khusus utamanya dengan

program skrining kanker serviks, salah satu cara yang efektif adalah

Pemeriksaan inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yang digunakan dalam

menemukan kondisi lesi prakanker serviks. Berdasarkan uraian tersebut,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana efektivitas IVA

terhadap deteksi dini kanker serviks pada wanita pekerja seks komersial?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas Inspeksi Visual Asam (IVA) terhadap deteksi dini

kanker serviks pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di kota Makassar

2. Tujuan Khusus

1) Diketahuinya karakteristik pekerja seks komersial.


7

2) Diketahuinya karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan

papsmear dan inspeksi visual asam asetat (IVA) pada pekerja seks

komersial

3) Diketahuinya hasil pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) dan

hasil pemeriksaan pap smear pada pekerja seks komersial.

4) Diketahuinya efektifitas inspeksi visual asam asetat (IVA) melalui uji

sensitifitas dan spesifitas inspeksi visual asam asetat (IVA)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini menjadi landasan keilmuan dari aspek kesehatan

reproduksi dalam mendeteksi dini kanker serviks yang selanjutnya di lakukan

tindak lanjut untuk follow up guna mencegah penyebaran virus penyebab

kanker serviks sehingga dapat menurunkan insidensi kasus kanker serviks.

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menjadi

bahan pertimbangan dalam pengembangan ilmu kebidanan, khususnya

pencegahan kanker serviks melalui deteksi dini kanker serviks baik pada

wanita pekerja seks komersial (PSK) maupun masyarakat umun sehingga


8

dapat dilakukan pengobatan guna menurunkan angka kematian wanita

karena kanker serviks dan menekan penyebaran virus penyebab kanker

serviks.

E. Ruang Lingkup/ Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional study dan

metode pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer

dengan menggunakan intervensi langsung terhadap pekerja seks komersial

intervensi yang digunakan yaitu pemeriksaan inspeksi visual asam asetat

(IVA) dan pap smear. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita

pekerja seks komersial dengan lama profesi minimal 5 tahun yang ada di

Pusat Pelayanan Satuan Karya Wanita Mattirodeceng Kota Makassar

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar pembahasan pada proposal penelitian ini terbagi

dalam beberapa bagian, antara lain:

Bab I Pendahuluan yang menguraikan latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup/batasan

penelitian dan sistematika penelitian


9

Bab II Tinjauan Pustaka yang menjelaskan tentang tinjauan tentang

kanker serviks, tinjauan tentang deteksi dini kanker serviks dengan

IVA dan pap smear, kerangka teori, kerangka konseptual, hipotesis

dan definisi operasional

Bab III Metode Penelitian yang berisi jenis penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, populasi dan sampel, instrumen pengumpul data, teknik

pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data.

Anda mungkin juga menyukai