Anda di halaman 1dari 42

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT DEMAM THYFOID

1. Pengertian

Demam Thyfoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang

biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari

1 minggu dan gangguan kesadaran. (Salemba medika 2005, Asuhan

keperawatan bayi dan anak)

Menurut Ngastyah 1997, demam Thyfoid adalah penyakit infeksi akut

yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari

1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.

Dema Thyfoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh

salmonella thypi, dengan gejala utama demam, gangguan saluran pencernaan

serta gangguan susunan saraf pusat/kesadaran. (Standar Pelayanan Medik Tim

Bagian Kesehatan Anak Makassar, 2003)

Demam thyfoid adalah penyakit infeksi yang biasanya mengenai saluran

cerna dengan gejala demam, lebuh dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna

dan gangguan pada kesadaran. (Mansjoer,2003)


9

Suardi dan Yuliani 2001, menyatakan bahwa demam thyfoid adalah

penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala

demam lebih dari 1 minggu dan terdapat gangguan kesadaran.

2. Anatomi saluran pencernaan

System pencernaan atau system gastrointestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah system organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energy, menyerap

zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak

dapat dicerna atau merupakan sisa proses dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut , tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. System

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan,

yaitu pankreas, hati, dan kandung empedu.

3. Etiologi

Penyebab dari demam thyfoid adalah salmonella thyposa (thypi) basil

gram negative, bergerak dengan rambut getar tidak berspora. Salmonella

thyposa mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik) terdiri dari zat
10

komplek lipopolisakarida, tidak menyebar. Antigen H (flagella) menyebar,

terdapat hurlagella dan bersifat termolabil, antigen vi meliputi tubuh dan

melindungi antigen terhadap fagositosis. Dalam serum penderita terdapat zat

anti (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Masa inkubasi 10-20

hari.

4. Patofisiologi

Salmonella thyipi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang

tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi

masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak peyeri di ileum

terminalis dan hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi

intestinal kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai

kelenjar limfe mesenterial, dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus.

Salmonella thypi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.

Salmonella thypi bersarang di plak peyeri limfe hati dan bagian-bagian lain

system retikuloendotelial. Endotoksin salmonella thypi berperan dalam proses

inflamasi local pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak.

Salmonella thypi dan endotoksinnya merangsanga sintetis dan pelepasan zat

pirogen dan leukosit pada jaringan yang merata, sehingga terjadi demam.

5. Gambran klinik
11

a. Masa inkubasi

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada

umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala

penyakit tidaklah khas berupa anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian

depan, nyeri otot, lidah kotor, gangguan perut (perut meragam dan sakit).

b. Gambaran klasik demam thyfoid

Biasanya jika gejala khas itu yang tampak diagnosis kerja pun bias

langsung ditegakkan. Yang termasuk gejala khas demam thyfoid adalah

sebagai berikut :

1) Minggu pertama (awal terinfeksi)

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya

sama dengan penyakit infeksi akut lainnya, seperti demam tinggi yang

berpanjangan yaitu 39oC-40oC, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia,

mual, muntah batuk, nadi 80-100x/m denyut lemah, pernafasan semakin cepat,

perut kembung dan merasa tak enak, sedangkan diare dan sembelit silih berganti.
12

Pada akhir minggu pertama diare paling sering terjadi. Khas lidah pada penderita

adalah kotor di tengah, tepid an ujung merah serta bergetar atau tremor.

2) Minggu kedua

Jika pada minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap

hari, biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada malam hari.

Karena itu pada minggu kedua suhu tubuh terus menerus dalam keadaan tinggi

(demam). Terjadi perlambatan relative nadi penderita. Yang semestinya nadi

meningkat bersamaan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat

dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan

darah menurun. Perut kembung dan sering berbunyi, gangguan kesadaran,

mengantuk terus-menerus mulai kacau jika berkomunikasi.

3) Minggu ketiga

Suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu.

Hal itu terjadi jika tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan

membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatut mulai menurun. Jika

denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis local maupun umum, maka

hal ini menunjukan telah terjadinya perforasi usus, sedangkan keringat dingin,

gelisah, sukar bernafas, dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya member

gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan


13

penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam thyfoid pada minggu

ketiga.

4) Minggu keempat

Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat

dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

(www.wordpress.com.2009/05/08demam-thyfoid)

6. Diagnosis

Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menguji sampel najis atau darah bagi

mengesan kehadiran bakteri salmonella thypi dalam darah penderita, dengan

membiakkan darah pada hari 14 yang pertama dari penyakit. Selain itu tes widal (O

dan H agglutinin mulai positif pada hari ke sepuluh dan titer akan semakin

meningkat sampai berakhirnya penyakit. Pengulangan tes widal selang 2 hari

menunjukan peningkatan progresif dari titer agglutinin (diatas 1:200) menunjukan

diagnosis positif dari infeksi aktif demam thyfoid.

Biakan tinja dilakukan pada minggu ketiga serta biakan urin pada minggu ketiga

dan keempat dapat mendukung diagnosis dengan ditemukannya salmonella.

Gambaran darah juga dapat membantu menentukan diagnosis. Tidak selalu mudah

mendiagnosis karena gejala yang ditimbulkan oleh penyakit. Ada orang yang setelah
14

terpapar dengan kuman salmonella thypi, hanya mengalami demam sedikit

kemudian sembuh tanpa diberi obat.

Hal itu bisa terjadi karena tidak semua penderita yang secara tidak sengaja menelan

kuman ini langsung sakit. Tergantung banyaknya jumlah kuman dan tingkat

kekebalan seseorang dan daya tahannya, termasuk apakah sudah imun atau kebal.

Bila jumlah kuman yang sedikit masuk ke saluran cerna, bisa saja langsung

dimatikan oleh system pelindung tubuh manusia. Namun demikian, penyakit ini

tidak bisa dianggap enteng, misalnya nanti juga sembuh sendiri.

(www.wordpress.com.thyfoid.2009)

7. Komplikasi

a. Komplikasi Intestinal yaitu perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik.

b. Komplikasi Ekstra-Intestinal

Komplikasi Kardiovaskuler yaitu kegagalan sirkulasi peri fer (renjatan

septik),miokarditis,trombosis dan tromboflebitis. Komplikasi darah yaitu

anemia hemolitik ,trombositopenia, Intravascular Coagulation (OIC) dan

Sindrom uremia hemolitik. Komplikasi paru yaitu pneumonia,empiema,dan

pleuritis. Komplikasi hepar dan kandung empedu yaitu hepatitis dan kolesistitis.

Komplikasi ginjal yaitu glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

Komplikasi tulang yaitu osteomielitis, periostitis, spondilitisdan Artritis.

Komplikasi Neuropsikiatrik yaitu delirium, menmglsmus, meningitis, peritonitis


15

perifer, sindrom guillain-barre, psikosis. ( www.wordpress.com. 2007/09/18.

komplikasi-tyfes)

8. Pengobatan

a. Perawatan umum

Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi

dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampal minimal 7 hari bebas

demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk

mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi

pesien harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan

pasien.

Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada

waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan

dekubitus.

Defekasi dan buang air kecil hams diperhatikan karena kadang-kadang

terjadi obstipasi dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk

menekan gejala-gejala simtomatik yang dijumpai seperti demam, diare,

sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila lebih dari 3 hari perlu

dibantu dengan parafin atau lavase dengan glisterin. Obat bentuk laksan ataupun

enema tidak dianjurkan karena dapat memberikan akibat perdarahan maupun

perforasi intestinal.

Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan penderita,

misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan keseimbangan


16

cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid

untuk mempercepat penurunan demam.

b. Diet

Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar

dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian

makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran

dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.

c. Obat

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah kloramfeniko1.

Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien demam tifoid.

Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oral atau intravena, sampai

7 hari bebas demam. Penyuntikan kloramfenikol siuksinat intramuskuler tidak

dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Dengan kloramfenikol, demam

pada demam tifoid dapat turun rata 5 hari.

Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama

dengan kloramfenikoJ. Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol

lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam

pada demam tiofoid dapat turun rata-rata 5-6 hari

Kotrimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan ulfametoksazol) Efektivitas

kotrimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikoJ. Dosis untuk orang

dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet
17

mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol) dengan

kotrimoksazol demam rata-rata turun dan setelah 5-6 hari.

Ampislin dan Amoksisilin : dalam hal kemampuan menurunkan demam,

efektivitas ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengan

kloramfenikoJ. Indikasi mutlak penggunannnya adalah pasien demam tifoid

dengan leukopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kgBB

sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam. Dengan Amoksisilin dan

Ampisilin,demam rata-rata turun 7-9 hari.

Sefalosporin generasi ketiga : beberapa uji klinis menunjukkan bahwa

sefalosporin generasi ketiga antara lain sefoperazon, seftriakson, dan sefotaksim

efektif untuk demam tifoidtetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum

diketahui dengan pasti.

Fluorokinolon : fluorokinolon efektif untuk demam tifoidtetapi dosis dan

lama pemberian belum diketahui dengan pasti. Furazolidon.

( www.wordpress.com.2008/03/ 18.pengobatan-tyjoid. 2008)

9. Pencegahan

Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil tifoid dan

paratifoid A dan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali

pemberian dengan interval 10 hari merupakan tindakan yang praktis untuk

mencegah penularan demam tifoid Jumlah kasus penyakit itu di Indonesia cukup

tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan

imunisasi tifoid boleh dilakukan setiap dua tahun manakala vaksin oral diambil
18

setiap lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi tidak memberikan jaminan

perlindungan 100 %.

Minum air yang telah dimasak saja. Masak air sekurang-kurangnya lima

menit penuh (apabila air sudah masak, biarkan ia selama lima menit lagi).

Sekiranya sedang dalam perjalanan, gunakan air botol atau minuman berdesis

berkarbonat tanpa es. Anda hendaklah lebih berhati-hati dengan es kacang atau air

batu campur yang menggunakan es hancur, terutama sekali dalam keadaan

sekarang.

Makan makanan yang baru dimasak. Jika terpaksa makan di kedai, pastikan

makanan yang dipesan khas dan berada dalam keadaan 'berasap' karena baru

diangkat dari dapur. Tudung semua makanan dan minuman agar tidak dihinggapi

lalat. Letakkan makanan di tempat tinggi.

Gunakan penjepit, sendok atau garpu bersih untuk mengambil makanan.

Buah-buahan hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan. Cuci tangan dengan

sabun dan air bersih sebelum menyedia atau mernakan makanan, membuang

sampah sarap, rnemegang bahan mentah atau selepas mernbuang air besar.

(Braunwald. Harrison's Principles of Internal Medicine. 16th Edition, New York,

2005.)

B. Konsep Dasar Hipertermi

1. Pengertian Hipertermi

Hipertermi adalah suhu tubuh yang tinggi dan disebabkan

oleh mekanisme pengaturan panas hipotalamus.


19

( www.wordpress.com. hipertermi. 2007)

Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas

rentang normal. ( www.wordpress.com. 2008/05/20. hipertermi)

Menurut Lynda Jual, 2006 (dikutip dalam buku Saku Diagnosa Keperawatan)

Hipertermi adalah Keadaan dimana seorang individu mengalami peningkatan

suhu tubuh di atas 37,80C peroral atau 38,80C perrektal karena faktor eksternal.

Hperterrni adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh

normal, yaitu mencapai sekitar 40C.

(www.wordpress.com. 2010/03/21. beranda-hipertermi)

2. Etiologi

Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu . Zat yang dapat menyebabkan efek

perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam

disebut pirogen . Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat

lain. terutama toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang

dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama

keadaan sakit.

Fase - fase terjadinya hipertermi

Fase I : awal adalah peningkatan denyut jantung, peningkatan laju dan

kedalaman pemapasan. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat, kulit pucat

dan dingin karena vasokonstriksi, merasakan sensasi dingin, dasar kuku


20

mengalami sianosis karena vasokonstriksi, rambut kulit berdiri, pengeluaran

keringat berlebih, peningkatan suhu tubuh.

Fase II : Proses demam adalah proses menggigil lenyap, kulit terasa hangat /

panas, merasa tidak panas / dingin, peningkatan nadi & laju pemapasan,

peningkatan rasa haus, dehidrasi ringan sampai berat, mengantuk, delirium /

kejang akibat iritasi sel saraf, lesi mulut herpetic, kehilangan nafsu makan,

kelemahan , keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein.

Fase III : Pemulihan adalah kulit tampak merah dan hangat, berkeringat,

menggigil ringan, kemungkinan mengalami dehidrasi.

3. Patofisiologi

Pada aktivitas fisik yang berat (pembentukan panas tubuh meningkat) dan/atau

lingkungan yang panas, mekanisme pengaturan suhu pad a organisme menjadi

sangat terbebani, terutama bila disertai kekurangan cairan dan kelembapan udara

yang tinggi. Berlawanan dengan keadaan demam, pada hipertermia suhu inti

tubuh tidak dapat lagi dipertahankan pada set level 37C. Saat berdiri, vasodilatasi

(pembuluh darah melebar) menyebabkan sebagian darah tertimbun di kaki dan

volume ekstrasel menjadi berkurang karena berkeringat. Akibatnya, curah jantung

dan tekanan darah menurun, terutama karena vasodilatasi pada kulit akan

mengurangi resistensi (tahanan) pembuluh darah perifer. Bahkan, pada suhu inti

dibawah 39C dapat terjadi perasaan lemas, pusing, mual dan kehilangan

kesadaran akibat "penurunan tekanan darah" (heat collapse). Posisi berbaring dan

pemberian cairan dapat meningkatkan kembali tekanan darah.


21

Keadaan yang lebih berbahaya adalah bila suhu inti tubuh mencapai 40,5 0C

karena pada suhu tersebut otak sudah tidak dapat lagi menoleransinya. Sebagai

perlindungan dari "heat stroke/hilang kesadaran", untuk sementara otak dapat

dipertahankan menjadi lebih dingin daripada bagian lain dari tubuh karena suhu

inti yang meningkat menyebabkan pengeluaran keringat yang hebat di kepala

(bahkan dengan dehidrasi), terutarna pada wajah. Darah yang mengalarni

pendinginan melalui cara ini mencapai sistem vena endokranial dan sinus

kavernosus, yang akan menurunkan suhu pada arteri di sekitarnya. Hal ini

tampaknya merupakan satu-satunya penjelasan terhadap fakta bahwa pada pelari

maraton yang mengalami peningkatan suhu inti sarnapi 41,90C dalam waktu yang

singkat tidak terkena "heat stroke". Bila terjadi peningkatan suhu inti dalam waktu

yang lama antara 40,5 dan 43C, "pusat pengatur suhu" di otak tengah akan gagal

dan pengeluaran.

4. Penatalaksanaan

Tindakan yang diberikan meliputi bina hubungan saling percaya, kenakan

pakaian yang tipis, beri banyak minum, beri banyak istirahat, beri kompres, beri

obat penumn panas. (www.wordpress.com.2010/03/21.berandahipertermi)

C. Konsep Dasar Kompres Hangat

1. Pengertian

Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain I handuk yang

telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu.

( www.wordpress.com. kompres-hangat. 2008)


22

Manfaat kompres hangat adalah dapat memberikan rasa nyaman dan

menurunkan suhu tubuh dalam menangani kasus klien yang mengalami

pireksia. Pada kompres hangat yang terjadi adalah pusat pengatur suhu akan

menangkap sinyal bahwa disekitar tubuh hangat maka pusat pengatur suhu akan

menurunkan suhu tubuh untuk mengimbangi. Respon pada tubuh akan terjadi

vasodilatasi. Vasodilatasi ini yang menyebabkan pembuangan atau pelepasan

panas dari dalam tubuh melalui kulit sehingga suhu tubuh akan menurun. Inilah

efek yang diinginkan dalam penggunaan kompres yaitu untuk menurunkan

demam. (www.wordpress.com. kopres-hangatdingin.2007)

Hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan kompres:

a. Gunakan air hangat atau setidaknya air keran.

b. Lakukan kompres aktif, jangan hanya meletakkan kain basah di atas dahi

anak.

2. Mekanisme tubuh terhadap kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke

hipothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka

terhadap panas dihipotalamus dirangsang, sistem effektor mengeluarkan sinyal

yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh

darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,

dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.

Terjadinya vasodilatasi Inl menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas


23

melalui kulit meningkat ( berkeringat ), diharapkan akan terjadi penurunan suhu

tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali.

4. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengertian Keperawatan

Beberapa defenisi atau pengertian Keperawatan yang dikemukakan oleh para

ahli, di antaranya :

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada

ilmu dan kiat keperawatan dengan bentuk pelayanan biologis, psikologis,

social dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu,

kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup

seluruh proses kehidupan manusia. (kustanto, 2005)

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat

professional dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia (bologis, psikologis,

social, spiritual) yang data ditujukan pada individu, keluarga atau masyarakat

dalam rentang sehat - sakit. (Hidayat,2004)

2. Tujuan Keperawatan

Tujuan keperawatan adalah :

a. Untuk membantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang

dirasakan serta mengajak individu dan masyarakat untuk berpartisipasi

meningkatkan kesehatannya
24

b. Membantu individu untuk mengembangkan potensunya dalam memelihara

kesehatan seoptimal mungkin agar tidak tergantung pada orang lain

didalam memelihara kesehatannya.

c. Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang

seoptimal mungkin. ( Kustanto, 2005)

3. Falsafah Keperawatan

a. Memandang pasien sebagai manusia yang utuh (holistic) yang harus dipenuhi

segala kebutuhannya, diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan

secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.

a. Pelayanan yang diberikan hams secara langsung dengan memperhatikan

aspek kemanusiaan.

c. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan

suku, kepercayaan, status social, agama dan ekonomi.

d. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari system elayanan

kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan

sendiri - sendiri.

e. Pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan

penerima jasa yang pasif.

4. Proses Keperawatan

a. Pengertian proses keperawatan

Menurut Hidayah Alimul,2004 menyebutkan bahwa proses keperawatan

yang merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien
25

dalam menentukan kebutuhan asuhan keerawatan dengan melakukan

pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan

dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah

diberikandengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan, setiap tahap

saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan.

Pendapat Malinda murray, 1998, mengemukakan proses keperawatan

adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk

menganalisa masalah paslen secara sistematis, menentukan cara

pemecahannya, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang

dilaksanakan.

b. Tujuan proses keperawatan

Menurut Kustanto 2005, tujuan proses keperawatan adalah :

1) Untuk mempraktekan metode pemecahan masalah (problem sovling) dalam

praktek keperawatan.

2) Menggunakan standar untuk praktek keperawatan

3) Untuk memperoleh metode yang baku, sesuai dengan rasional serta sistematis

4) Memperoleh metode dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat

digunakan dalam segala situasi

5) Agar memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan kualitas yang tinggi

c. Azas - azas proses keperawatan

Menurut Ali (2001), dalam melaksanakan proses keperawatan di anut asas asas

sebagai berikut :
26

1) Keterbukaan, kebersamaan, kemitraan

2) Manfaat, semua kebutuhan/tindakan yang diambil harus bermanfaat bagi

kepentingan pasien, tenaga keperawatan, dan institusi

3) Interdependensi, terdapat saling ketergantungan antara tenaga keperawatan

dalam merawat pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama yang baik

diantara keduanya

4) Saling menguntungkan masing - masing pihak yang terlibat dalam hal ini

perawat, pasien dan institusi memperoleh kepuasan.

d. Manfaat Proses Keperawatan

Menurut Ali (2001), manfaat proses keperawatan adalah :

1) Manfaat untuk pasien

a) Mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu, efektif dan efesien.

b) Pasien bebas mengemukakan pendapat/kebutuhannya.

c) Melalui proses sistematis, proses kesembuhan dapat dipercepat dan pasien

mendapat kepuasan dari pelayanan yang diberikan.

2) Manfaat untuk tenaga keperawatan

a) Kemampuan intelektual dan teknis tenaga keperawatan dapat berkembang.

b) Meningkatkan kemandirian tenaga keperawatan.

c) Kepuasan yang dirasakan pasien akan semakin meningkatkan citra

perawat di masyarakat.

3) Manfaat untuk institusi (Rumah sakit)

Citra rumah sakit akan bertambah baik dimata masyarakat


27

4) Masyarakat mendapat pelayanan yang berkualitas

5. Tahap - tahap Proses Keperawatan

Lima tahap dalam proses keperawatan ini sangat saling berkaitan dan saling

mempengaruhi, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, serta evaluasi yang membentuk satu mata rantai.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah pem ikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar

dapat mengidentifikasi, mengenali masalah - masalah, kebutuhan kesehatan

dan keperawatan paslen baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan.

(Effendy,l995)

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan

dengan mengumpulkan data - data yang akurat dari klien sehingga akan

diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Alimul, 2004)

Langkah -langkah pengkajian :

l) Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan data yang sistematis tentang

pasien termasuk kekuatan dan kelemahan pasien, atau data - data dari

paslen yang meliputi unsure bio, psiko, social, spiritual yang

komprehensif.
28

a). Sumber data

Data - data didapat dari paslen sendiri, keluarga paSJen,orang terdekat,

tenaga kesehatan,catatan yang dibuat oleh perawat, hasil pemeriksaan.

b). Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data yaitu observasi,

anamneses/wawancara, dan pemeriksaan fisiko

c). Ada 2 jenis data yaitu, data objektif merupakan data yang dilihat, diobservasi,

diukur oleh perawat. Dan data subjektif merupakan pernyataan yang

disampaikan oleh pasien selama wawancara pengkajian keperawatan.

2) Pengelompokan data

Cara pengumpulan data menurut Maslow, bahwa manusla mempunyai

kebutuhan dasar yang terdiri dari : data fisiologi/biologi, data psikologi, data sosial

dan data spiritual. Sehubungan dengan pasien Demam Tyfoid pada anak maka data

yang diuraikan :

a). Identitas pasien meliputi nama, usia/tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,

pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medic,

rencana terapi.

b). ldentitas penanggung jawab/orang tua meliputi nama ayah dan ibu, usia ayah

dan ibu, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, alamat ayah dan ibu.

c). Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, hubungan, status

kesehatan.

d). Keluhan utama/alas an masuk RS :


29

Umurnnya alasan masuk rumah sakit adalah untuk mendapatkan perawatan dan

pengobatan sehubungan dengan penyakitnya. Sedangkan keluhan utama yang

biasanya ditemukan pada pasien Demam Tyfoid adalah suhu tubuh meningkat,

nafsu makan menurun, perut kembung, terasa nyeri abdomen, lemas, mual dan

muntah, demam.

e). Riwayat kesehatan

(1). Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi waktu timbulnya penyakit, awal munculnya penyakit, keadan

penyakit dengan yang sebelumnya, dan usaha yang dilakukan untuk

mengatasi keluhan.

(2). Riwayat kesehatan masa lalu

( Khusus untuk anak dengan usia 0 - 5 tahun)

Prenatal care meliputi kapan mulai melakukan perawatan selama hamil,

pernah dirawat selama hamil, bagaimana pola makan dan kenaikan BB,

imunisasi yang didapatkan, dan golongan darah ayah/ibu. Natal meliputi

tempat melahirkan,lama dan jenis persalinan, penolong persalinan, cara unuk

memudahkan persalinan dan komplikasi waktu lahir. Post natal meliputi

kondisi bayi (BB, PB, Apgar skor), keadaan bayi selama 28 hari, apakah ada

penyakit ( kuning , kebiruan, kemerahan dan BB tidak stabil) untuk semua

usia.

Penyakit yang pernah dialami pada mas a anak - anak misalnya batuk,

demam, diare, kejan g, dan lain - lain. Kecelakaan yang pernah dialami
30

misalnya jatuh, tenggelam, lalu lintas, dan keracunan. Pernah dioperasi dan

dirawat di rumah sakit. Alergi makanan dan obat - obatan, konsumsi obat -

obatan bebas.

(3). Riwayat kesehatan keluarga

Identifikasi penyakit yang merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang

menular misalnya DM, alergi, asma TBC, jantung, syok, hipertensi, anemia,

hemophilia, arthritis, migrant, kanker.

(4). Riwayat imunisasi

Meliputi imunisasi yang didapatkan, waktu pemberian dan menimbulkan reaksi

apa. Adapun jenis - jenis imunisasi adalah BCG, DPT - III, Polio I - IV, campak

dan hepatitis.

(5). Riwayat tumbuh kembang

Pertumbuhan fisik meliputi BB, TB, waktu tumbuh gigi dan perkembangan tiap

tahap untuk anak saat ini meliputi berguling, duduk, berdiri, beljalan, merangkak,

senyum kepada orang lain, bicara pertama kali.

(6). Riwayat nutrisi

Pemberian asi, pertama kali disusui, cara pemberian, lama pemberian. Pemberian

susu formula meliputi alas an pemberian, jumlah pemberian. Pemberian makanan

tambahan meliputi pertama kali diberikan pada usia berapa, dan jenis yang

diberikan.

(7). Riwayat psikososial


31

Anak tinggal dimana lingkungan berada didesa atau di kota, apakah rumah

berada, didekat sekolah, ada tempat bermain, hubungan antar keluarga, siapa

yang mengasuh anak.

(8). Riwayat spiritual

Meliputi support system dalam keluarga dan kegiatan keagamaan.

(9). Reaksi hospitalisasi

Pemahaman keluarga tentang rawat ngunap meliputi alas an ibu membawa anak

ke RS, apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak, perasaan orang tua saat

ini, apakah orang tua akan selalu berkunjung, siapa yang akan tinggal dengan

anak. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat nginap meliputi alas an orang tua

membawa anak ke RS, apa penyebab anak sakit.

(10). Aktivitas sehari - hari

Pol a nutrisi, bagaimana selera makan, menu makan serta frekuensi

makan pasien dalam sehari sebelum dan saat sakit. Biasanya pasien dengan

Demam Tyfoid . kurang nafsu makan.

Cairan, bagaimana kebutuhan cmran paslen baik sebelum maupun saat

sakit, baik jenis minuman maupun frekuensi minum. Pasien dengan Demam

Tyfoid kebutuhan cairannya kurang. Pola eleminasi, berapa kali BAB dan BAK

dalam sehari bagaimana wama, bau, konsistensi sebelum dan saat sakit.

lstirahat dan tidur, berapa jam sehari istirahatltidur, adakah kebiasaan sebelum

tidur dan kesulitan tidur sebelun dan saat sakit. Pasien dengan Demam Tyfoid
32

istirahat kurang akibat peningkatan suhu tubuh. Personal hygiene, berapa kali

membersihkan tubuh dalam sehari.

(11). Pemeriksaan fisik

Keadaan umum pasien, bagaimana keadaan umum pasien apakah baik,

lemas, maupun sakit berat. Tanda - tanda vital, suhu meningkat, nadi cepat dan

kecil, Respirasi umumnya normal/tachipnea, dan Tekanan Darah

normal/menurun. Antropometrinya, apakah Tinggi Badan sesuai dengan Berat

Badan. Berat Badan menurun akibat anoreksia. System pemafasan, pada

thoraks terdapat adanya kesulitan bernafas, ada batuk/tidak, pada auskultasi

ditemikan adanya ronchi. System cardiovaskuler, pada nadi dapat terjadi

bradikhardi relative.

System pencernaan, bibir kering dan pecah - pecah, bau nafas tidak

sedap, lidah typoid/lidah tampak kering yang dilapisi selaput tebal dibagian

belakang nampak lebuh pucat dibagian uJung dan tepi kemerahan dan mungkin

ditemukan tremor ( lidah kotor dan pecah - pecah). System indra, mata

normal/anemis, hidung terjadi epitaksis dikarenakan karena suhu yang tinggi

sehingga pembuluh darah vasodilatasi, telinga normal. System syaraf meliputi,

fungsi serebral, fungsi motorik ditemikan adanya kelemahan otot akibat bedrest

yang lama, fungsi sensorik, reflex. System muskuluskeletal, bentuk kepala,

lutut, kaki, tangan, system integument, rambut kusam, kotor, berbau/muda


33

rontok yang dapat terjadi akibat pengaruh suhu tubuh. Kulit umumnya tampak

pucat pada ujungjari.

System endokrin, system perkemihan, system reproduksi, system Imun.

Pemeriksaan tingkat perkembangan, 0 - 6 tahun dengan menggunakan DDST

yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa, 6 tahun keatas dengan

menggunakan perkembangan kognitif, perkembangan psikosexual,

perkembangan psikososial

Test diagnostic yaitu pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan

darah sehingga terdapat gambaran anemia, dan peningkatan laju endapan darah,

leucopenia, limfositosis relative.

3) Analisa adalah kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan

penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,

pengalaman, dan pengertian keperawatan. (Effendy, 1995)

b. Diagnose Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pemyataan tentang masalah

ketidaktahuan/ketidakmampuandan atau ketidakmampuan pasien, baik dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari maupun dalam penanggulangan masalah

kesehatan tersebut berhubungan dengan penyebab atau gejala. (Ali,2003)

Diagnose keperawatan pada pasien dengan Demam Tyfoid yang dapat muncul

men. Doengoes 2000 adalah sebagai berikut :

1) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia.
34

2) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi

usus.

3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

4) Gangguan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan intake

cairan kurang, peristaltic usus meningkat.

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisiko

6) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang program

pengobatan.

7) Resiko terjadinya gangguan keseimbangan calran dan elektrolit

berhubungan dengan hipertermi.

c. Perencanaan

Rencana Asuhan Keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan, dan penilain

rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis pengkajian, agar

masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi. (Ali,2001)

Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang

dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah masalah

klien. (Alimul,2004)

Berdasarkan dignosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan Demam

Tyfoid maka perencanaan asuhan keperawatan men. Doengoes 2000 sebagai

berikut :

Dignosa keperawatan I

1). Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


35

anoreksia.

Tujuan : Nutrisi kembali adekuat dengan criteria menyiapkan pola diit untuk

meningkatkan dan mempertahankan BB yang diharapkan.

Intervensi :

(a). Berikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi yang

adekuat.

Rasional : Nutrisi yang ad eku at sangat membantu dalam

penyembuhan penyakit.

(b). Berikan makanan sesuai dengan diit dalam porsi kecil tapi

sering dan disajikan dengan menarik.

Rasional : Untuk meningkatkan nafsu makan anak

(c). Hindari makanan yang dapat merangsanga mukosa

lambung

Rasional :Mencegah terjadinya komplikasi

(d). Jaga kebersihan mulut

Rasional : Meningkatkan rasa makan dan mencegah nafas.

(e). Observasi input dan output makanan

Rasional : Memberikan rasa control pada paslen untuk meningkatkan masukan

makanan.

(f). Timbang BB tiap hari


36

Rasional : Memberikan catatan tentang laju penurunan/peningkatan berat badan

yang adekuat.

(g). Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : Mendapatkan nutrisi yang tepat dengan protein dan kalori yang tinggi

sesuai sengan diit bagi anak.

Diagnose keperawatan II

2). Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi usus.

Tujuan : Nyeri teratasi dengan criteria nyeri terkontrol dan anak tampak rileks

serta mampu beristirahat dengan baik.

Intervensi :

(a). Kaji tingkat nyeri dan penyebab nyeri

Rasional : Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan

penyakit dan dapat menunjukan pencetus nyeri.

(b). Ajarkan anak untuk tindakan relaksasi, atau teknik distraksi

Rasional : Mengurangi rasa nyeri.

(c). Atur posisi pasien yang nyaman

Rasional : Menurunkan tegangan abdomen

(d). Libatkan orang tua dalam pemilihan pengobatan

Rasional : Orang tua tahu yang terbaik bagi anaknya.

(e). Observasi Tanda- Tanda Vital


37

Rasional : Dapat menunjukan terjadinya obstruksi

usus karena inflamasi.

(f). Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic

Rasional : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan

perlu penanganan untuk mengurangi rasa nyeri.

Diagnose III

3). Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Diharapkan suhu tubuh kembali normal

Intervensi :

(a). Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penyebab panas.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang

penyebab panas.

(b). Monitor Tanda- Tanda Vital

Rasional : Untuk mengetahui perubahan pada kondisi anak

(c). Beri kompres hangat pada daerah dahi, lipatan axila dan lipatan paha.

Rasional : Merangsang hypothalamus sebagai pengatur

suhu tubuh.

(d). Menambah sirkulasi udara dan meningkatkan suhu

lingkungan

Rasional : Suhu ekstemal yang lebih rendah dari suhu tubuh akan membantu

menurunkan suhu tubuh.


38

(e). Kolaborasi medis dalam pemberian antipiuretik dan pemeriksaan

laboratorium (leukosit).

Rasional : Untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut dan untuk

mengetahui terjadi paradangan.

(f). Beri pakaian yang tipis dan mudah menyerap pengetahuan.

Rasional : Pakaian yang tipis memungkinkan sirkulasi udara

yang cukup.

Diagnose IV

4). Gangguan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan intake dan

peristaltik usus menurun.

Tujuan : BAB kembali normal dengan criteria keseimbangan cairan terpenuhi.

Intervensi :

(a). Jelaskan pada anak dan keluarga tentang penyebab konstipasi

Rasional : Meningkatkan kooperatif anak dan meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang penyebab konstipasi.

(b). Anjurkan anak untuk banyak minum.

Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan dan mengurangi resiko

konstipasi.

(c). Lakukan bowel training bila keadaan memungkinkan

Rasional : Bowel trining dilakukan bila menutup kemungkinan pasien

menahan BAB.
39

(d). Ambulansi dini setelah 7 hari bebas panas

Rasional : Ambulansi untuk mempengaruhi aktivitas usus.

Diagnosa V

5). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : Kebutuhan aktivitas anak kembali normal dengan

kriteria anak dapat melakukan aktivitas kembali.

Intervensi :

(a). Kaji kekuatan otot pasien

Rasional : Mengetahui seberapa besar kekuatan otot anak.

(b). Observasi TTV

Rasional : Untuk mengetahui kondisi anak

(c). Bantu anak dalam beraktivitas

Rasional : Membantu anak beraktivitas

(d). Jauhkan benda - b~nda berbahaya dari anak

Rasional : Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan pada anak

(e). Anjurkan keluarga untuk selalu menjaga anak

Rasional : Anak tidak terlepas dan pantauan orang tua.

Diagnosa VI

6). Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang program pengobatan.

Tujuan : Proses penyakit, program pengobatan dapat dipahami dengan kriteria

orang tua dapat berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi :
40

(a). Jelaskan kepada orang tua tantang proses penyakit.

Rasional : Mengurangi tingkat kecemasan orang tua.

(b). Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan

pada orang tua.

Rasional : Orang tua mengetahui tentang setiap tindakan yang dilakukan.

(c). Libatkan keluarga saat melakukan tindakan.

Rasional : Orang tua mampu memberikan dukungan psikologi pada anak.

(d). Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga ten tang

penyakit.

Rasional : Orang tua mengerti tentang program pengobatan pada anak, dan

membantu dalam pelaksanaan program pengobatan.

Diagnosa VII

7). Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan

suhu tubuh

Tujuan : Masukan cairan kembali normal dengan kriteria mempertahankan cairan

dan memperbaiki defisit cairan.

Intervensi :

(a). Awasi intake dan output cairan.

Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan Cairan dan

menentukan status dehidrasi.

(b). Pertahankan pemasukan cairan


41

Rasional : Untuk mencegah terjadinya dehidrasi

(c). Awasi Tanda-Tanda Vital dan timbang Berat Badan tiap

hari

Rasional : Indikator keadekuatan volume sirkulasi hipotensi, demam dan

takikardi adalah efek dari kehilangan cairan, selta status nutrisi.

(d). Kaji hygienis kulit dan membrane mukosa

Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi

d. Pelaksanaan

Menurut Effendy (1995), pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disususn pada tahap perencana. Jenis tindakan

yang dilakukan antara lain:

1. Secara mandiri (independen)

Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien

dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stresor

(penyakit)

2. Saling ketergantungan/kolaborasi (Interdependen)

Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama antar tim perawatan atau

dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, analisis kesehatan dan

sebagainya.

3. Rujukan/ketergantungan (Dependen)

Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, diantaranya

dokter, psikologi, psikiater, ahli gizi, fisiotherapi, dan sebagainya.


42

Pelaksanaan adalah melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan

keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam

melaksanakan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan jenis

mandiri dan tindakan kolaborasi.( A.A,2004)

e. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang

kesehatan paslen dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan paSlen dan tenaga kesehatan

lainnya. (Effendy, 1995)

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan

cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak. (A.A,2004)

5. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan Pada Pasien Demam Tifoid

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan

Demam tifoid maka perencanaan asuhan keperawatan Menurut Doengoes, 2000

adalah sebagai berikut :

a. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan : Nutrisi kembali adekuat dengan criteria menyiapkan pola diit untuk

meningkatkan dan mempertahankan BB yang diharapkan.

Intervensi :

1) Berikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.


43

Rasional : Nutrisi yang adekuat sangat membantu dalam penyembuhan

penyakit.

2) Berikan makanan sesuai dengan diit dalam porsi kecil tapi sering dan

disajikan dengan menarik.

Rasional : Untuk meningkatkan nafsu makan anak

3) Hindari makanan yang dapat merangsanga mukosa lambung Rasional :Mencegah

terjadinya komplikasi

4) Jaga kebersihan mulut

Rasional : Meningkatkan rasa makan dan mencegah bau nafas.

5) Observasi input dan output makanan

Rasional : Memberikan rasa kontrol pada pasien untuk meningkatkan masukan

makanan.

6) Timbang berat badan tiap hari

Rasional : Memberikan catatan tentang laju penurunan/peningkatan berat badan

yang adekuat.

7) Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : Mendapatkan nutrisi yang tepat dengan protein dan kalori yang tinggi

sesuai sengan diit bagi anak.

b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inf1amasi

Tujuan : Nyeri teratasi dengan criteria nyeri terkontrol dan anak tampak rileks

serta mampu beristirahat dengan baik.

Intervensi :
44

1) Kaji tingkat nyeri dan penyebab nyeri

Rasional : Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran

penyakit dan dapat menunjukan pencetus nyeri.

2) Ajarkan anak untuk tindakan relaksasi, atau teknik distraksi

Rasional : Mengurangi rasa nyeri.

3) Atur posisi pasien yang nyaman

Rasional : Menurunkan tegangan abdomen

4) Libatkan orang tua dalam pemilihan pengobatan

Rasional : Orang tua tahu yang terbaik bagi anaknya.

5) Observasi Tanda- Tanda Vital

Rasional : Dapat menunjukan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi.

6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic

Rasional : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk

mengurangi rasa nyeri.

c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan

suhu tubuh

Tujuan : Masukan cairan kembali normal dengan criteria mempertahankan cairan

dan memperbaiki defisit cairan.

Intervensi :

1) Awasi intake dan output cairan.

Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cmran dan

menentukan status dehidrasi.


45

2) Pertahankan pemasukan cairan

Rasional : Untuk mencegah terjadinya dehidrasi

3) Awasi Tanda-Tanda Vital dan timbang Berat Badan tiap hari

Rasional : Indikator keadekuatan volume sirkulasi hipotensi, demam dan

takikardi adalah efek dari kehilangan cairan, serta status nutrisi.

4) Kaji hygienis kulit dan membran mukosa Rasional : mencegah terjadinya

dehidrasi

d. Gangguan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan intake dan

peristaltik usus menurun.

Tujuan : BAB kembali normal dengan criteria keseimbangan cairan terpenuhi.

Intervensi :

1) Jelaskan pada anak dan keluarga tentang penyebab konstipasi

Rasional : Meningkatkan kooperatif anak dan meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang penyebab konstipasi.

2) Anjurkan anak untuk banyak minum.

Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan dan mengurangi resiko konstipasi.

3) Lakukan bowel training bila keadaan memungkinkan

Rasional : Bowel trining dilakukan bila menutup kemungkinan paslen

menahan BAB.

4) Ambulansi dini setelah 7 hari bebas panas

Rasional : Ambulansi untuk mempengaruhi aktivitas usus.

e. lntoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


46

Tujuan : Kebutuhan aktivitas anak kembali normal dengan kriteria anak dapat

melakukan aktivitas kembali.

Intervensi :

1) Kaji kekuatan otot pasien

Rasional : Mengetahui seberapa besar kekuatan otot anak.

2) Observasi Tanda- Tanda Vital

Rasional : Untuk mengetahui kondisi anak

3) Bantu anak dalam beraktivitas

Rasional : Membantu anak beraktivitas

4) Jauhkan benda - benda berbahaya dari anak

Rasional : Mengurangi resiko terjadinya keeelakaan pada anak

5) Anjurkan keluarga untuk selalu menjaga anak

Rasional : Anak tidak terlepas dari pantauan orang tua.

f. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Diharapkan suhu tubuh kembali normal (36C- 37C)

Intervensi :

1) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penyebab panas.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyebab panas.

2) Monitor Tanda- Tanda Vital

Rasional : Untuk mengetahui perubahan pada kondisi anak

3) Beri kompres hangat pada daerah dahi

Rasional : Merangsang hypothalamus sebagai pengatur suhu tubuh.


47

4) Menambah sirkulasi udara dan meningkatkan suhu lingkungan

Rasional : Suhu ekstemal yang lebih rendah dari suhu tubuh akan membantu

nenurunkan suhu tubuh.

5) Kolaborasi medis dalam pemberian antipiuretik dan pemeriksaan laboratorium

(leukosit).

Rasional : Untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut dan untuk

mengetahui terjadi paradangan.

6) Beri pakaian yang tipis dan mudah menyerap pengetahuan.

Rasional : Pakaian yang tipis memungkinkan sirkulasi udara yang cukup.

g. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang program

pengobatan.

Tujuan : Proses penyakit, program pengobatan dapat dipahami dengan criteria

orang tua dapat berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi :

1) Jelaskan kepada orang tua tantang proses penyakit.

Rasional : Mengurangi tingkat kecemasan orang tua.

2) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan pada orang tua.

Rasional : Orang tua mengetahui tentang setiap tindakan yang dilakukan.

3) Libatkan keluarga saat melakukan tindakan.

Rasional : Orang tua mampu memberikan dukungan psikologi pada anak.

4) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit.


48

Rasional : Orang tua mengerti tentang program pengobatan pada anak, dan

membantu dalam pelaksanaan program pengobatan.

F. KERANGKA KONSEP

ASUHAN
KEPERAWATAN :

1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA HIPERTERMI
3. PERENCANAAN
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI

TEKNIK KOMPRES
HANGAT

Keterangan :

: Variabel Independen
49

: Variabel Dependen

: Masalah yang diteliti

Gambar. 3

Kerangka konsep penelitian

Anda mungkin juga menyukai