Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN

INFERTILITAS

Dosen Pembimbing :
Rodiyah, S.Kep,Ns.,M.Kes

Oleh
Kelompok 5 tingkat 2A

1. Adinda Vici Pandulum (151001002)


2. Faridatul Umroh (151001014)
3. Hasri Provitasari (151001019)
4. Irma Maulinda Damayanti (151001021)
5. Makfiatul Abadyah (151001023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
S1 KEPERAWATAN/2A
TAHUN AJARAN 2016/2017
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Infertilitas yang sederhana ini tidak kurang dari pada waktunya.

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk
memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Sistem Digestif. Pada
kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami pun sadar
bawasannya kami hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa
kami nanti dalam upaya evaluasi diri.

Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan


penulisan dan penyusunan makalah ini memberikan manfaat atau bahkan hikmah
bagi kami, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi Keperawatan.

Jombang, 25 April 2017

Kelompok 5

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan


setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung. Infertilitas (pasangan
mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun
dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi,
tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Gangguan konsep diri seksual seringkali dialami individu. Pasangan yang


meminta bantuan untuk mengatasi gangguan fertilitas pasti telah memutuskan
untuk memiliki seorang anak. Kehidupan dalam keluarga tanpa kehadiran
anak, terasa tidak lengkap, sebab salah satu fungsi keluarga belum terpenuhi.
Keluarga merasa tersisih, masing-masing anggota keluarga merasa tidak
normal dibanding keluarga lainnya. Mereka merasa rendah diri, mudah
tersinggung, emosinya labil, gairah untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi
berkurang, karena merasa tidak punya generasi penerus yang bisa
meneruskan cita-citanya. Melihat kondisi seperti ini harus segera diatasi,
karena tekanan jiwa atau emosi yang berkelanjutan bisa menurunkan
kesuburan pasangan, sehingga makin tertekan jiwanya semakin sulit untuk
mendapatkan keturunan.

3
Tekanan jiwa pada istri akan menyebabkan terganggunya ovulasi, sel telur
tidak bisa dan jarang berproduksi.Pada tekanan ini pula bisa menyebabkan
saluran telur mengalami (spasme), sehingga sulit dilewati sel telur atau
spermatozoa. Selain itu, karena tekanan jiwa, hubungan suami istri menjadi
terganggu, malas dan tidak bergairah. Keadaan ini semuanya menyebabkan
kesuburan tersebut lebih parah lagi (Samsul, 2004).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari infertilitas?


2. Apa saja klasifikasi dari infertilitas?
3. Apa penyebab dari infertilitas?
4. Bagaimana patofisiologi dari Infertilitas?
5. Apa saja manifestasi klinis dari infertilitas?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari infertilitas?
7. Apa saja penatalaksanaan dari Infertilitas?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan infertilitas?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari infertilitas


2. Untuk mengetahui klasifikasi dari infertilitas
3. Untuk mengetahui penyebab dari infertilitas
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari infertilitas
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari infertilitas
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari infertilitas
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada infertilitas
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan infertilitas

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk


mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung
(Keperawatan Medikal Bedah)
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998).Infertilitas
adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas
primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri
pernah hamil.(Siswandi, 2006).Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil
interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi
hidup.

2.2 Klasifikasi Infertilitas

5
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :

1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun


bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan
penah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun
bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilanselama 12 bulan berturut- turut.

2.3 Etiologi Infertilitas

1. Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri) :


a. Faktor penyakit

Endometriosisadalah jaringan endometrium yang semestinya berada


di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan
tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah
dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga
adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur,
atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul

6
terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-
infertilitas.
Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran
reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran
telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi
panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan
dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam,
dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi
panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik
yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
Mioma Uteriadalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan
otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat
terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.
Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah
mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).
Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita
dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan
mengecil atau sembuh.
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-
remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina.
Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan
uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia.Terdapat berbagai macam jenis kista, dan
pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya
adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi
mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis
kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom
ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid),

7
hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi
normal maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran
indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon
yang mempengaruhi reproduksi wanita.
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias
tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan rntgen
(sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang
umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan
sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi
adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya
direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki
siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama
haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu
semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.

b. Faktor fungsional

Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan


bawaan (immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh
ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi
ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses
pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan
hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang
normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen

8
yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini
mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam
darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel
sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada
gilirannya ovulasi juga akan terganggu.
Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu,
maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam
rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang
mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan
rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka
gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran
telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma.
Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak
bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan
oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory
Disease) atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan
adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma
tidak dapat bertemu.
Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur
dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio,
selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium.
Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah,
cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini

9
disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium
tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai.

2 Penyebab pada laki-laki (suami).

a. Kelainan pada alat kelamin

Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara


lain pada permukaan testis.
Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam
kandung kemih.
Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh
zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak
spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya
untuk menimbulkan kehamilan.
Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak
turun.

b. Kegagalan fungsional

Kemampuan ereksi kurang.


Kelainan pembentukan spermatozoa

10
Gangguan pada sperma.

c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya


terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan
hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis
dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma
dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan
keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan
testosterone adalah dengan terapi hormon.
d. Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu bila
terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi,
selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga
produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis
sebagai pabrik sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada
suhu tubuh, yaitu 3435 C, sedangkan suhu tubuh normal 36,537,5
C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 23 C saja, proses
pembentukan sperma dapat terganggu.
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di
saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar,
biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak
lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta
vasektomi yang memang disengaja.
f. Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma
dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak
terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan
penyakit atau? kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
g. Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat
mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

3. Penyebab pada suami dan istri

a. Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat


menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi

11
prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik
seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.

b. Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).

Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil


Masalah dalam pendidikan
Emosi karena didahului orang lain hamil.

c. Manifestasi klinis.

Belum ada tanda-tanda kehamilan meski sudah diupayakan terus


menerus
Adanya menstruasi terus menerus setelah diupayakan terus menerus.

2.4 Patofisiologi

a. Wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya


gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan
pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam
pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik
yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi
sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera
tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan
hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi
fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.
Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain
yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang
dengan baik.

12
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi
imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak
bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan
yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang
berujung pada abortus.

b. Pria

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi


hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Wanita

a. Terjadi kelainan system endokrin


b. Hipomenore dan amenore
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetic
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara
yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal
13
2. Pria
a. Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma
e. Disfungsi ereksi berat
f. Ejakulasi retrograt
g. Hypo/epispadia
h. Mikropenis
i. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
j. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)\
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m. Abnormalitas cairan semen

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan fisik

a. Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat


b. Pembesaran kel. Tiroid
c. Galaktorea
d. Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
e. PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa

2. Pemeriksaan penunjang
a. Analisis Sperma :
Jumlah > 20 juta/ml
Morfologi > 40 %
Motilitas > 60 %

14
b. Deteksi ovulasi :
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus
ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi :
Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi :
lendir serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan
gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
3. Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus
ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus
Anovulatoar
4. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
LH serum : 15 - 60 mIU/ml
Estradiol : 200 - 600 pg/ml
Progesteron : 5 - 20 mg/ml
Prolaktin : 2 - 20 mg/ml

5. USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
6. Histerosalpinografi
a. Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.
Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba
uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara
terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
b. Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus,
Duplex), mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
c. Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum
perkiraan ovulasi
d. Keterbatasan : tidak bisa menilai

15
e. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
f. Fimbria : Fimosis fimbria
g. Perlengketan genitalia Int.
h. Endometriosis
i. Kista ovarium
j. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas
CO2)
7. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan
intra uterin.
8. Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :
Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu
sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat
seperti daun pakis.
Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir
serviks. Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
a. Analisa semen.
Parameter
Warna putih keruh
Bau bunga akasia
Ph 7,2 7,8.
Volume 2-5 ml
Vikositas 1,6 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50 %
Bentuk normal > 60 %
Kecepatan gerak sperma 0,18 1,2 detik
Persentasi gerak motil > 60 %
Aglutinasi tidak ada

16
Sel sel sedikit, tidak ada
Uji fruktosa 150 650 mg/dl.
9. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh
Menilai faktor :
Peritoneum/endometriosis
Perlengketan genitalia Interna
Tuba : patensi, dinding, fimbria
Uterus : mioma
Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif

2.7 Penatalaksanaan Medis


1. Medikasi
a. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
Klomifen sitrat
Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
1 x 50 mg selama 5 hari
Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhir
Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/hari
3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 -
10.000 IU
Epimestrol
Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 -
10 mg/hari
Bromokriptin
Menghambat sintesis & sekresi prolactin
Indikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore

17
Dosis sesuai kadar prolaktin :
Oligomenore 1,25 mg/hari
Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari
Gonadotropin
HMG (Human Menopausal Gonadotropine)
FSH & LH : 75 IU atau 150 IU
Untuk memicu pertumbuhan folikel
Dosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5
siklus haid
HCG
5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi
Diameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginal
Mahal, sangat beresiko :
Perlu persyaratan khusus
Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi
Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron
Terapi hormonal pada endometriosis
Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis
Danazol
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian
Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari
GnRH agonis
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 3,75 mg/IM/bulan
Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang
b. Tindakan Operasi Rekontruksi
Koreksi :
Kelainan Uterus
Kelainan Tuba : tuba plasti

18
Miomektomi
Kistektomi
Salpingolisis
Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus
endometriosis + infertilitas
Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi
Varicokel.
c. Rekayasa Teknologi Reproduksi
Metode lain tidak berhasil
Inseminasi Intra Uterin (IIU)
Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang
paling sederhana. Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi
kedalam kavum uteri saat ovulasi. Syarat : tidak ada hambatan
mekanik : kebuntuan tuba Falopii, Peritoneum/endometriosis
Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :
Serviks
Gangguan ovulasi
Endometriosis ringan
Infertilitas Idiopatik
Angka kehamilan 7 - 24 % siklus
Fertilisasi Invitro (FIV)
Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati
alamiah.Metode ini menjadi alternatif atau pilihan terakhir
Syarat :
Uterus & endometrium normal
Ovarium mampu menghasilkan sel telur
Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml
Angka kehamilan : 30 - 35 %

Intracytoplasmic Ssperm Injection (ICSI)

19
Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm
injection = ICSI) merupakan teknik mikromanipulasi yang
menyuntikkan satu spermatozoon ke dalam sitoplasma oosit
mature telah digunakan untuk penanganan infertilitas pria sejak
lebih dari satu dekade ini (Palermo et al, 1992).
Segera setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada
pria azoospermia dengan menyuntikkan spermatozoa dari testis
dan epididymis. Teknik ini memberikan harapan yang nyata pada
pria infertil dengan oligo-astheno-teratozoospermia berat maupun
azoospermia, dengan penyebab apapun. Dengan berkembangnya
teknologi dimana ICSI dapat dilaksanakan dengan tidak terlalu
rumit, maka ketersediaan sarana yang melaksanakan ICSI
berkembang dengan sangat pesat (Hinting, 2009).
Klinik-klinik diberbagai tempat didunia berkembang terus
melaksanakan ICSI dengan angka keberhasilan yang
memuaskan. Kurang dari 10% oocytes rusak dengan prosedur ini
dan angka fertilisasi berkisar antara 50-75%. Embryo transfer
dapat dilaksanakan pada lebih dari 90% pasangan dan
menghasilkan angka kehamilan berkisar antara 25-45%. Hasil-
hasil ini tidak berbeda antara sperma ejakulat, epididymis
maupun testis (Palermo et al, 2001; Hinting et al, 2001).

20
BAB III

ASKEP TEORI

3.1 IDENTITAS KLIEN


Nama : No. Reg :

Umur : ..Tahun Tgl. MRS :


(Jam..)

Jenis Kelamin : L/P Diagnosis medis :


Suku/Bangsa : . Tgl
Pengkajian:(Jam)

Agama : .

Pekerjaan : .

Pendidikan : .

Alamat : .

3.2 RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1. Keluhan utama :
Singkat dan jelas, 2 atau 3 kata yang merupakan keluhan yang membuat
pasien meminta bantuan kesehatan.

Jika pengkajian dilakukan setelah beberapa hari pasien MRS maka


keluhan utama diisi dengan keluhan yang dirasakan saat pengkajian.
Misalnya: keluhan utama pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan:
sesak nafas, batuk.

21
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Provokatif Qualitas Regio Skala Time ( analisis gejala keluhan utama
yang meliputi awitan, waktu, durasi, karakteristik, tingkat keparahan,
lokasi, faktor pencetus, gejala yang berhubungan dengan keluhan utama,
dan faktor yang menurunkan keparahan).

Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai


di bawa ke pelayanan kesehatan. Jika pengkajian dilakukan beberapa hari
setelah pasien rawat inap, maka riwayat penyakit sekarang ditulis dari
permulaan pasien merasakan keluhan sampai kita melakukan pengkajian.

Upaya yang telah dilakukan :

Upaya pasien yang dilakukan untuk mengatasi masalah sebelum dilakukan


pengkajian.

Terapi/operasi yang pernah dilakukan :

Pengobatan/ operasi yang pernah di dapatkan berhubungan dengan kasus


sekarang sebelum Rawat inap di pelayanan kesehatan.

3. Riwayat Kesehatan Terdahulu


Penyakit berat yang pernah diderita : akut, kronis atau fraktur ( semua
riwayat penyakit yang pernah di derita, operasi ).

Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep atau dengan bebas
atau herbal ( sebutkan jenis dan kegunaannya)

Kebiasaan berobat : pelayanan kesehatan dan non tenaga kesehatan.

Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan :


kebiasaan merokok, minuman ( penambah energy, suplemen
makanan/minuman,alkohol), makanan siap saji.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit yang dialami satu anggota keluarga, bila merupakan penyakit
keturunan, mengkaji 3 generasi ke atas. Mencangkup setiap kelainan

22
genetic keluarga ( HT, DM )/ penyakit dengan kecenderungan keluarga (
cancer), penyakit menular ( TBC,Hepatitis, HIV/AIDS ), gangguan
psikiatrik ( skizofrenia ) dan penyalah gunaan obat.

Genogram :

Genogram dituliskan dalam 3 generasi keatas.

Ket : .

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Khusus untuk penyakit infeksi/ penyakit yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan. Identifikasi lingkungan rumah/ keluarga, pekerjaan atau hobi
klien ( yang berhubungan dengan penyakit klien ), fokuskan pada adanya
paparan yang menyebabkan penyakit tersebut (debu, asbestosis, silica atau
zat racun lainnya) tanyakan keadaan lingkungan klien, lingkungan yang
penuh (crowded) resiko peningkatan infeksi pada saluran pernafasan
seperti TBC, Virus dll.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S : C (SUHU. axial, rectal, oral) N : . x/menit ( NADI. teratur, tidak
teratur, kuat, lemah) TD : ../..mmHg (lengan kiri, lengan kanan,
berbaring, duduk) RR : .x/menit (regular/ irregular)

TB : cm BB : . Kg ( cara menghitung berat badan ideal : TB -100 (


10% dari hasil ).

3.4 PEMERIKSAAN PER SISTEM


1. Sistem Pernapasan
Anamnesa :

23
Karakteristik batuk (batuk produktif dan non produktif, serangan batuk
kuat dan hebat), karakteristik sputum (warna, konsistensi, bau),
pengobatan yang sudah dilakukan, sesak nafas, nyeri dada (PQRST),
demam, kelemahan, berkeringat pada malam hari.

Hidung:

Inspeksi: Nafas cuping hidung, Secret / ingus, epistaksis, polip, warna


mukosa, oedem pada mukosa, kebersihan, intak septumnasi, deformitas,
naso faringeal tube, pemberian O2: nasal, masker.

Palpasi: nyeri tekan, adakah fraktur tulang nasal.

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir (sianosis), Alat bantu nafas ETT, oro faringeal
tube.

Sinus paranasalis

Inspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis

Palpasi : nyeri tekan

Leher

Inspeksi : trakheostomi.

Palpasi : Nyeri tekan, adanya massa, pembesaran kelenjar limfe, posisi


trachea.

Faring :

Inspeksi : kemerahan, oedem / tanda-tanda infeksi, pseudomembran

Area dada:

Inspeksi: pola nafas, penggunaan otot Bantu pernafasan, rytme dan


kedalaman inspirasi, pergerakan dada simetris/tidak, waktu inspirasi
ekspirasi (rasio inspirasi : ekspirasi/ normalnya 1:2), perbedaan

24
kesimetrisan intercosta kiri dan kanan, kesimetrisan supraklavikula,
bentuk dada ( barrel chest, pigeon chest, funnelchest, normal, dada
cembung atau cekung), trauma dada, pembengkakan, penyebaran warna
kulit, cikatrik.

Palpasi: nyeri tekan, kelainan pada dinding thorax, bengkak (konsistensi,


suhu, denyutan, dapat di gerakkan / tidak), kulit terasa panas, krepitasi,
vocal fremitus melemah / mengeras kanan dan kiri sama atau tidak.

Perkusi : pada daerah anterior posterior ( resonansi diatas seluruh


permukaan paru, pekak di intercoste V kanan, intercoste II-V kiri, tympani
di intercoste VI kanan).

Auskultasi : suara nafas trakeal, bronkial, bronkovesikuler, vesikuler


(sesuai dengan lokasi), ronkhi, wheezing, stridor, pleural friction rub,
crakcles.

2. Cardiovaskuler Dan Limfe


Anamnesa: nyeri dada (PQRST), sesak saat istirahat/beraktivitas, tidur
dengan berapa bantal, mudah lelah, diaphoresis, perubahan berat badan,
pusing (sesuai dengan etiologi), tension headache.

Wajah

Inspeksi : sembab, pucat, oedem periorbital, sianosis, pembuluh darah


mata pecah, konjungtiva pucat/tidak.

Leher

Inspeksi : bendungan vena jugularis

Palpasi : Arteri carotis communis (frekuensi, kekuatan, irama), nilai JVP


untuk melihat fungsi atrium dan ventrikel kanan.
Dada

25
Inspeksi : Pulsasi dada, ictus cordis, bentuk dada sinistra
cembung/cekung.
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis
midklavikula sinistra) apabila tidak dapat diinspeksi, pergeseran ke arah
lateral menunjukkan pembesaran
Perkusi : batas jantung dengan adanya bunyi redup, apakah terjadi
pelebaran atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) atau ada kelainan
bunyi jantung (gallop, murmur, friction rub, BJ3(fibrasi pengisian
ventrikel), BJ4(tahanan pengisian ventrikel setelah kontraksi atrium,
terdengar antara BJ 1 dan BJ 2)).
Ekstrimitas Atas

Inspeksi : sianosis, clubbing finger, perfusi (merah, pucat

Palpasi : CRT, suhu akral, perfusi (hangat, dingin, kering, basah)

Ekstrimitas Bawah

Inspeksi : Varises, sianosis, clubbing finger, oedem

Palpasi : CRT, pulsasi arteri (iliaka, femoralis, dorsalis pedis), suhu akral,
pitting oedem

3. Persyarafan
Anamnesis : nyeri kepala berputar-putar, nyeri kepala sebelah, hilang
keseimbangan, mual muntah(tergantung etiologi), perubahan berbicara,
tremor, parastesia, anasthesia, parese, paralisis, koordinasi antar anggota
badan, reaksi terhadap suara.

Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan


persyarafan):

1. Uji nervus I olfaktorius ( pembau)

26
Dengan menggunakan bau-bauan ( minyak kayu putih, kopi, dan
tembakau), dengan cara : anjurkan klien menutup mata dan uji satu
persatu lubang hidung klien dan anjurkan klien untuk membedakan
bau-bauan tersebut. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan
adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza karena dapat
memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak
valid.

Normal : klien mampu membedakan aroma( normosmi).

Abnormal : kehilangan kemampuan membedakan aroma : anosmia (


tidak dapat membau) atau parosmia ( kemampuan membau secara
partial yaitu penciuman tidak sesuai dgn yg sebenarnya ) dan hiposmi (
daya cium kurang).

2. Uji nervus II opticus ( penglihatan)

Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan


misalnya : katarak, infeksi konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien
menggunakan kaca mata tetap diperkenankan dipakai.

a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai
apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa
lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak
baca klien tersebut.

Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang


dilihat jelas/kabur, dua bentuk atau tidak terlihat sama sekali /buta.

b. Lapangan penglihatan
Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari
pemeriksa. Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa
duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan
sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien
berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh

27
pemeriksa pada bidang tengah kedalam sampai pasien melihat objek,
catat berapa derajat lapang penglihatan klien.

3. Uji nervus III oculomotorius

Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena,


levator palpebra dan konstriktor pupil.

Cara pemeriksaan : Diobservasi apakah terdapat edema kelopak mata,


hipermi konjungtiva,hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis), celah
mata sempit (endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus)

4. Nervus IV toklearis
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang
diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal
dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil
dan midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran
antara kedua pupil (isikor / sama, anisokor / tidak sama), dan reak pupil
terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak
ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil
(diperiksa dengan funduskopi).

5. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah)


Pemeriksaan reflek masester : klien diminta membuka mulut dan
bersuara aaaa, pemeriksa menempatkan jari telunjuk tangan kiri di
garis tengah dagu klien dgn palu reflek mengetukan pda jari telunjuk
pemeriksa.Normalnya klien menutupkan mulut tiba-tiba.

Sensibilitas wajah.

Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung


memanjang, dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari
area normal ke area dengan kelainan.

Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.

28
Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul.
Tanyakan pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai
dari area normal ke area dengan kelainan.

Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol
berisi air dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin).
Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan.

Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien


diminta menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah).

Rasa gelar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu
penala yang dientuhkan ke wajah pasien.

6. Nervus VI abdusen :
Diperiksa bersama-sama karena sama-sama mengatur otot-otot
ekstraokuler.

Pemeriksaan :tatap mata klien dan anjurkan klien menggerakkan mata


dari dalam ke luar. Observasi kelopak mata, kesimetrisan gerakan bola
mata, bentuk pupil.

Nistagmus : gerakan bola mata yang cepat akibat lesi di serebellum.

Strabismus (juling) atau diplopia (penglihatan ganda).

7. Uji nervus VII facialis dengan cara :


Anjurkan klien untuk merengut, menggembungkan pipi, dan
menaikkan dan menurunkan alis mata lihat adanya kesimetrisan.
8. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS :
Pendengaran : kaji kemampuan klien mendengarkan kata-kata yang
diucapkan atau diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di
ruang yang disunyi. Telinga diuji bergantian dengan menutup salah
telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik arloji 1 meter.
Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami
penurunan pendengaran. Kalau perlu gunakan garpu tala.

29
Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien
kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang
(keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat berdiri/berjalan
dengan seimbang.

9. Nervus IX glosoparingeal : Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan


tongs patel keposterior faring pasien. Timbulnya reflek muntah adalah
normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah.
10. Nervus X vagus: untuk menguji gerakan lidah, menelan dan rasa,
sensasi farings dan laring, dan gerakan pita suara. Anjurkan klien untuk
mengatakan ah observasi palatum dan gerakan faring.
11. Nervus XI aksesorius : gerakan kepala dan bahu. Anjurkan klien
menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan anjurkan mengangkat bahu
dan beri tekanan pada bahu untuk mengetahui kekuatannya.
12. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : minta klien untuk menjulurkan
lidah ke garis tengah dan menggerakkannya ke samping kanan dan ke
samping kiri.

4. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa

Nyeri saat miksi / disuria (PQRST), menggigil /panas tubuh, saat BAK
mengejan, inkontinensia urine (ketidakmampuan seseorang untuk
menahan urin yang keluar dari buli-buli baik disadari maupun tidak
disadari), poliuria (banyak kencing > 1500 cc/24 jam), anuria (jumlah urin
< 200 ml/24 jam), oliguri (jumlah urin 600 ml/24 jam), skrotum
membesar, karakteristik urin (jumlah, warna, bau), gatal, nafas berbau
amoniak/ureum, nokturi (sering kencing pada malam hari). Urgensi (rasa
sangat ingin kencing sehingga terasa sakit), hesitansi (sulit untuk memulai
kencing, sehingga untuk memulai kencing kadang-kadang harus
mengejan), terminal dribbling ( masih didapatkannya tetesan-tetesan urin
pada akhir miksi), intermitensi ( terputus-putusnya pancaran urin pada saat
miksi), residual urine (masih terasa ada sisa urine yang belum tuntas

30
setelah miksi), retensi urine (ketidakmampuan buli-buli untuk
mengeluarkan urin yang telah melampaui batas kapasitas maksimalnya),
polakisuri (frekuensi kencing yang lebih sering dari biasanya), disuria
(perasaan nyeri saat kencing), enuresis/ ngompol ( keluarnya urin secara
tidak dasadari pada saat tidur), chiluria ( urin yang berwarna putih seperti
cairan limfe)

a. Genetalia eksterna :
Laki-Laki :

Penis

Inspeksi : Mikropenis, makropenis, hipospadia, epispedia, stenosis


meatus uretra eksterna, fistel uretrocutan, ulkus, tumor penis, warna
kemerahan, kebersihan, adanya luka atau trauma

Palpasi : nyeri tekan

Scrotum

Inspeksi : pembesaran, transiluminasi/ penerawangan (untuk


membedakan massa padat dan massa kistus yang terdapat pada isi
scrotum dengan cara penerawangan dilakukan pada tempat yang gelap
dan menyinari scrotum dengan cahaya terang, jika isi scrotum tampak
menerawang berarti berisi cairan dan dikatakan transiluminasi positif
atau deafanoskopi positif), hipoplasi kulit (sering dijumpai pada
kriptorkismus), luka /trauma, tanda infeksi, kebersihan.

Palpasi : nyeri tekan, penurunan testis

b. Genetalia eksterna
Perempuan :

Inspeksi : odema, kemerahan, tandatanda infeksi, pengeluaran per


vagina

(cairan), varises, kondiloma, kebersihan, bartolinitis, luka/trauma.

31
Palpasi : benjolan, nyeri tekan.

Kandung kemih:

Inspeksi : adanya massa/ benjolan, jaringan parut bekas irisan atau


operasa di suprasimfisis, pembesaran kandung kemih dan
keteganganya, sistostomi

Palpasi : adanya nyeri tekan, tahanan lunak diatas simpisis pubis, teraba
massa

Ginjal :

Inspeksi : pembesaran daerah pinggang (karena hidronefrosis atau


tumor di daerah retroperitoneum).

Palpasi : dengan cara ( memakai dua tangan, tangan kiri diletakkan


disudut kostevertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan
tangan kanan meraba ginjal dari depan), adanya nyeri tekan abdomen
kuadran I dan II diatas umbilikus, suhu kulit, massa

Perkusi : nyeri ketok (dengan cara memberikan ketokan pada sudut


kostavertebra, yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan
tulang vertebra)

5. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi (KDM ganguan eliminasi sec


teori...?)
Anamnesa

Nafsu makan, pola makan klien, porsi makan dan jumlah minum per hari,
alergi terhadap makan, keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, telan,
melakukan diet, disfagia, riwayat penggunaan pencahar. Jika ada keluhan
nyeri perut dijelaskan secara PQRST. Gangguan defekasi (diare,
konstipasi/obstipasi), nyeri BAB, pola BAB, karakteristik feses meliputi

32
bentuk/konsistensi, bau, warna, darah, lendir dalam feses, flatus,
hemorroid, perubahan BB,

Mulut:

Inspeksi : mukosa bibir, labio/palatoschiziz, gigi (jumlah, karies, plak,


kebersihan, gingitivis), Gusi (berdarah, lesi/bengkak, edema), mukosa
mulut (stomatitis, nodul/benjolan, kebersihan). Produksi saliva,
pembesaran kelenjar parotis

Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut, massa

Lidah

Inspeksi : Posisi, warna dan bentuk, simetris, kebersihan, warna,


gerakan,tremor, lesi

Palpasi : Nodul, oedema, nyeri tekan

Faring - Esofagus :

Inspeksi : hiperemi, warna dan bentuk palatum. Tonsil (bentuk, warna dan
ukuran)

Palpasi : pembesaran kelenjar

Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)

Inspeksi: pembesaran abnormal (asites, distensi abdomen), spider navy,


tampak vena porta hepatika, bekas luka, luka (colostomy, CAPD, hernia),
umbilikus (kebersihan, menonjol,)

33
Auskultasi : peristaltik usus

Perkusi : tymphani, hipertympani, batas batas hepar, nyeri

Palpasi:

Kuadran I:

Hepar hepatomegali, nyeri tekan, shifting dullness

Kuadran II:

Gaster nyeri tekan abdomen, distensi abdomen

Lien splenomegali

Kuadran III:

Massa (skibala, tumor), nyeri tekan

Kuadran IV:

Nyeri tekan pada titik Mc Burney

6. Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Anamnese : Adakah nyeri, kelemahan extremitas, Cara berjalan,
Bentuk tulang belakang (lordosis:keadaan tulang belakang condong ke
arah depan, kiposis: keadaan tulang condong ke arah belakang, skoliosis:
keadaan tulang condong ke arah samping)

Warna kulit

34
Hiperpigmentasi, hipopigmentasi (dikaji dengan pemeriksaan sensasi
panas/nyeri), icterus, kering, mengelupas, bersisik (di sela-sela jari
kaki/tangan)

Kekuatan otot :

Keterangan:

0: Tidak ada kontraksi

1: Kontaksi (gerakan minimal)

2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi

3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi

4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan


ringan

5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan


penuh

Fraktur

Look : Deformitas,Bengkak (Swelling), pemendekan (Shortening), luka


terbuka

Feel :Nyeri, pulsasi (nadi bagian distal), Perfusi (normal : hangat, kering,
merah), krepitasi tulang.

Move : kekakuan (Stiffness), Kontraktur sendi.

Luka :

35
Inspeksi : adanya tanda radang, warna (merah/vaskularisasi baik,
kuning/peradangan, hitam/nekrosis), karakteristik (kedalaman, luas, jenis
cairan yang kluar)

Palpasi : warna cairan yang keluar (luka jahitan), suhu (panas,dingin)

Lesi kulit :

Makula : kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata


Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh
darah kapiler yang reversibel
Urtika : edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan
Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari
cm garis tengah dan memp.dasar.
Pustul : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah
vesikel disebut vesikel hipopion
Bula : vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal istilah bula hemoragik,
bula purulen, dan bula hipopion
Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Isi kista
terdiri atas hasil dindingnya yaitu serum, getah bening, keringat, sebum,
sel-sel epitel lapisan tanduk dan rambut

Abses : merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit


terdapat di bagian kutis atau subkuti. Batas antara ruangan yang berisi
nanah dan jaringan sekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari
infiltrat radang.
Papul : penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter kurang
dari cm, berisikan zat padat
Nodus :massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan dapat
menonjol jika ukurannya < 1 cm, disebut nodulus

36
7. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa :

Menanyakan bagaimana riwayat nutrisi dan eleminasi (3P : Poliuria,


polifagia, polidipsia), lemah, kejang/kram, adanya disfungsi gonad
(kemampuan ereksi, dispareunia, pruritus), pandangan kabur, perubahan
berat badan dan tinggi badan, kesulitan menelan, berkeringat, tremor, hot
flushes (panas pada wajah)

Riwayat KB : Ditanyakan apakah klien pernah ikut KB, metode apa yang
digunakan, kapan menggunakannya, alasan mengikuti KB, alasan
berhenti, side efek.

Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut, ketebalan, kerontokan ( hirsutisme),
alopesia (botak), moon face

Leher
Inspeksi : bentuk, pembesaran kelenjar thyroid, perubahan warna
Palpasi : pembesaran kelenjar (thyroid, parathyroid), nyeri tekan,
suhu

Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae (pada laki-laki)

Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis ( distribusi, ketebalan, kerontokan),
kebersihan, pengeluaran (darah, cairan, lendir).
Palpasi : adakah benjolan, kegagalan penurunan testis
(kriptokismus),

Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting

37
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa :

1. Menanyakan bagaimana riwayat haid yang meliputi: menarche, cyclus


haid, lama haid, banyaknya darah & sifatnya (cair, bergumpal), flour
albus (warna, bau, jumlah), disminore. Menorhagia, metrorhagia.
keluhan waktu coitus (nyeri, pengeluaran darah)
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, Keluarga berencana
a. Untuk riwayat kehamilan ditanyakan, sudah pernah hamil, berapa
kali hamil, pernah keguguran atau tidak, adakah penyulit
kehamilan. jarak kehamilannya anak ke-1 dan ke-2 dst.
b. Untuk riwayat persalinan ditanyakan jenis persalinannya
bagaimana, spontan atau dengan bantuan alat, SC

Payudara
Inspeksi : bentuk, kebersihan, warna areola, bentuk papilla mamae,
adanya massa, kulit seperti kulit jeruk, adanya luka,
kesimetrisan payudara
Palpasi : ada /tidak benjolan abnormal, pengeluaran ( cairan, darah ), nyeri
tekan,

Axilla :
Inspeksi : tampak /tidak adanya benjolan abnormal,
Palpasi : teraba/ tidak benjolan abnormal

Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen , luka post SC, strie ( albican,
livide).
Palpasi : pembesaran (kontur, ukuran), adakah massa.

Genetalia :

38
Inspeksi : Rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan, pengeluaran
(darah, cairan, lendir), adakah tanda-tanda infeksi.
Palpasi : adakah benjolan/ massa dan nyeri tekan.

Laki-laki :

Anamnesa :

keluhan waktu coitus (kemampuan ereksi ,rasa nyeri, ejakulasi dini),

Genetalia :
Inspeksi : bentuk, rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan,
pengeluaran (darah, cairan, lendir), turunnya testis, luka/keadaan luka.
priapismus

Palpasi: adakah benjolan,

9. Persepsi sensori :
Anamnesa : tanyakan pada klien :

Apakah ada nyeri yang dirasakan pada mata, Keluhan penurunan tajam
penglihatan, Keluhan mata berkunang-kunang, kabur, penglihatan ganda (
diplopia )., Keluhan mata berair, gatal, kering, adanya benda asing dalam
mata

Tinnitus (berdenging), penurunan pendengaran, terasa penuh pada telinga,


nyeri.

Rasa sengau pada hidung

Mata

Inspeksi :

39
Kesimetrisan mata, bentuk mata, lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna,
cairan yang keluar ), Bulu mata (pnyebaran, posisi masuk :Enteropion,
keluar :ksteropion), produksi air mata.

Kornea : Normal berkilau, transparan

Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil

Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin putih
seputar iris (Arkus senilis)

Sclera ; warna ( putih, ikterik)

Palpasi:

Teraba lunak/ keras, nyeri dan pembengkakan kelopak mata, palpasi


kantong lakrimal, pemeriksaan TIO

D. Penciuman (Hidung) :

Palpasi; Sinus (maksilaris, frontalis, etmoidalis, sfenoidalis), Palpasi fossa


kanina ( nyeri/ tidak),Pembengkakan, Deformitas
Perkusi : pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan
apabila palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat

10. POLA KONSEP DIRI


1. CitraTubuh :
Adalah bagaimana sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.

2. Ideal Diri :

40
Bagaimana klien mempersepsi ia harus berperilaku sesuai dengan
standar perilaku.Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan
pribadi.

3. HargaDiri :
Bagaimana penilaian klien terhadap hasil pencaian yang dicapai
dengan menganalisis sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ideal
diri. Jika individu selau sukses maka cenderung harga dirinya akan
tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga dirinya rendah.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.

4. Peran Diri :
bagaimana pola, perilaku nilai yang diharapkan klien berdasarkan
fungsinya di dalam masyarakat.

5. Identitas Diri
Bagaimana kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

11. POLA PERSEPSI TATA LAKSANA HIDUP SEHAT


1. Bagaimana kebiasaan klien dalam tata cara hidup sehat (pola makan
termasuk Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan aktivitas fisik
setiap hari, Tidak merokok/ tidak konsumsi minuman/makanan
beralkohol/ napza , menggunakan air bersih, Mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, Menggunakan jamban sehat).
2. Pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan yang terdekat dalam
mengatasi permasalahan kesehatan ( PKM, Tenaga kesehatan, dukun,
alternatif, ramuan obat obatan herbal, membeli obat obat bebas di
toko obat/ apotek ).
3. Kebiasaan sehari-hari : mandi, keramas, sikat gigi, memotong kuku,
ganti pakaian dll yang berhubungan dengan pola hidup sehat.

41
12. POLA NILAI DAN KEPERCAYAAN/ SPIRITUAL
Konsep klien tentang kepercayaan/ keyakinan terhadap Tuhan YME,
sumber kekuatan/ harapan saat sakit. Bagaimana cara yang klien lakukan
dalam melaksanakan pendekatan terhadap Tuhan YME saat sakit.
Bagaimana cara klien melaksanakan kegiatan keagamaannya/
kepercayaannya saat sakit di Rumah Sakit.

Bagaimana budaya untuk mencari pengobatan saat sakit yang


berhubungan dengan nilai kepercayaan dan keagamaan yang dianut.
Bagaimana kepercayaan/ keyakinan klien terhadap situasi sakit dan
penyebab sakitnya, serta cara penanganannya/ penanggulangannya .

13. POLA MEKANISME KOPING


Mengkaji bagaimana individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak
menyenangkan terhadap diri klien sendiri atau dalam menghadapi masalah
/ penyakit yang sedang di alaminya.

Strategi koping : strategi koping apa yang digunakan klien bila


menghadapi masalah.

14. HUBUNGAN PERAN


Bagaimana peran klien dalam masyarakat saat sebelum sakit dan
bagaimana setelah sakit , apakah perannya terganggu ataukah ada yang
menggantikan perannya saat klien sakit.

15. POLA ISTIRAHAT TIDUR


Apa kebiasaan yang dilakukan klien sebelum tidur, berapa lama klien tidur
pada siang hari dan malam hari, kebiasaan klien tidur siang pukul berapa
dan tidur malam berapa lama.

Aktivitas klien sehari

42
16. POLA PSIKOSOSIAL
Meliputi reaksi psikologi atau Verbal & Non verbal klien:

Mengamati ekspresi muka, apakah menunjukkan kemarahan, kesedihan,


kesakitan, apa gelisah, melamun, takut, bingung, pendiam, agresif, banyak
bicara, bicara lambat atau menangis, ada perasaan bersalah dan hanya
berespon bila ditanya.

Bagaimana respon psikologis yang digunakan : tmenurunkan


ketegagangan , Menarik diri, kecemasan, HDR.

Bagaimana Interaksi klien dengan orang lain. Siapa hubungan klien yang
palin dekat / paling

Bagaimana dukungan keluarga, kelompok dan masyarakat pada klien saat


sakit.

Bagaimana interaksi klien dengan perawat, klien di dekatnya dan dokter.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

43
Ny A usia 27 tahun datang ke RSUD Jombang tanggal 2 Januari 2017. Klien
mengeluh belum memiliki anak setelah menikah 4 tahun yang lalu dan ingin
memiliki anak. Klien mengatakan hubungan seks dilakukan secara teratur dan
tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Klien merasa khawatir jika tidak
dapat memiliki anak. Klien tampak cemas dan gelisah.Dari pemeriksaan fisik di
dapatkan hasil TTV : - TD : 110/70 mmHg - Suhu: 36,4C - Nadi : 80 x/menit
- RR : 21 x/menit TB/BB : 160 cm / 69 kg

4.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN:

Nama : Ny. A
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Wringin Pitu Mojowarno Jombang Kel. Wringin pitu
No. Reg : 13-08-96
Tgl. MRS : 08-01-2017 (Jam 09.00)
Diagnosis medis : Infertilitas
Tgl Pengkajian: 08 januari 2017
2. PENANGGUNG JAWAB PASIEN
Nama : Pardi
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Wringin pitu mojowarno

4.2 RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1. KELUHAN UTAMA
Klien cemas karena tidak medapatkan anak selama 4 tahun

44
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien merasa khawatir jika tidak dapat memiliki anak. Klien tampak
gelisah.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit kanker, hipertensi, maupun
DM sebelumnya
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Suami pasien mempunyai penyakit hipertensi
GENOGRAM :

5. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN


Tempat tinggal pasien bersih dan sehat
4.3 PEMERIKSAAN FISIK
Suhu : 36,4 0C
Nadi : 80 x/menit
TD : 110/70 mmHg
RR : 21 x/menit
4.4 PEMERIKSAAN PERSISTEM
1. Sistem Pernafasan
Anamnesa : tidak mengeluh sesak
a. Hidung
Kebersihan : bersih
Polip : tidak ada
b. Mulut
carries gigi : tidak ada
lidah : bersih
c. Area dada
Inspeksi : simetris
Palpasi : nyeri tekan (-)
Auskultasi : vesikuler
2. Sistem Cardiovaskular dan Limfe
Anamnesa : pasien tidak mengeluh nyeri dada

45
a. Wajah
Inspeksi : konjungtiva normal, pucat (-)
b. Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
c. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler
d. Ekstremitas atas
Inspeksi : sianosis (-)
Palpasi : CRT <2
e. Ektremitas bawah
Inspeksi : edema (-)
Palpasi : akral hangat
3. Persyarafan
a. Uji Nervus 1 olfaktorius (pembau) : normal
b. Uji Nervus II Opticus (penglihatan) : baik
c. Uji Nervus III oculomotorius : normal
d. Uji Nervus IV toklearis : normal
e. Uji Nervus V trigeminus : normal
f. Uji Nervus VI abdusen : normal
g. Uji Nervus VII facialis : normal
h. Uji Nervus VIII additorius/akustikus : normal
i. Uji Nervus IX glosoparingeal : normal
j. Uji Nervus X vagus : normal
k. Uji Nervus XI aksesorius : normal
l. Uji Nervus hypoglossal : normal
4. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : anoreksia
a. Mulut

46
Inspeksi : sianosis (-), stomatitis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
b. Abdomen
Inspeksi : luka (-)
Kuadran I : nyeri tekan (-)
Kuadran II : nyeri tekan (-)
Kuadran III : nyeri tekan (-)
Kuadran IV : nyeri tekan (-)
5. Sistem Muskuluskeletal dan Integument
Anamnesa : lemah
Wajah
Inspeksi : pucat (-), sianosis (-)
Palpasi : tidak simetris
Warna kulit : sawo matang
b. Kekuatan otot :
4 4
4 4

6. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
Sebelum menikah ibu mengatakan haid tidak teratur.
Pasien belum pernah hamil sebelumnya.
a. Payudara :
Inspeksi : simetris kanan kiri, lesi tidak ada, warna areola coklat
Palpasi : tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada
b. Genetalia :
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi : tidak ada benjolan
7. Persepsi Sensori
Anamnesa : pasien tidak mengeluh nyeri mata

47
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang : Hormonal FSH, LH, E2, Progesteron,
FSH serum : 7 mlU/ml
LH serum : 13 mlU/ml
Progesteron : 4 mlU/ml
Prolaktin : 1 mlU/ml

4.5 Diagnosa Keperawatan


Analisa Data

Ansietas(00146)
NS. DIAGNOSIS
: Domain 9. Koping/ Toleransi Stres
(NANDA-I)
Kelas 2. Respons Koping

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar


disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
DEFINITION:
individu akan adanya bahaya dan memampikan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman.

48
Perilaku

Gelisah
Kontak mata yang buruk
Melihat sepintas
Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan
dalam peristiwa hidup
Afektif

Gelisah
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Ragu
Fisiologis

Gemetar
DEFINING
Suara bergetar
CHARACTERIS
Wajah tegang
TICS
Simpatis

Anoreksia
Lemah
Mulut kering
Parasimpatis

Gangguan pola tidur


Nyeri abdomen
Pusing
Kognitif

Cenderung menyalahkan orang lain


Gangguan konsentrasi
Gangguan perhatian

Ancaman pada status terkini


Hereditas
Hubungan interpersonal
RELATED Kebutuhan yang tidak dipenuhi
FACTORS:
Konflik tentang tujuan hidup
Krisis maturasi
Krisis situasi
Perubahan besar (mis., status ekonomi, lingkungan,

49
status kesehatan, fungsi peran, status peran,)
Stressor

Subjective data entry Objective data entry


TTV : Suhu : 36,4 0C
- Klien mengeluh belum
memiliki anak setelah menikah Nadi : 80 x/menit
4 tahun yang lalu dan ingin TD : 110/70 mmHg
memiliki anak.
- Klien mengatakan hubungan RR : 21 x/menit
ASSESSMENT

seks dilakukan secara teratur

SESSMENT
- Wajah tampak gelisah
dan tidak menggunakan alat
kontrasepsi apapun. - Cemas
- Klien merasa khawatir jika
tidak dapat memiliki anak
Ns. Diagnosis (Specify):
Ansietas
Client
DIAGNOSIS

Diagnostic Related to:


Statement:
Perubahan besar (fungsi peran, status peran,)

50
4.6 Intervensi Keperawatan
Inisial Nama : An.A

Tanggal : 08 januari 2017

Dx.Kep : Ansietas

Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampikan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman.

NIC NOC

Intervensi Aktivitas Outcome Indikator

Pengurangan Observation : Tingkat kecemasan (1211) - Rasa takut yang


kecemasan (5820) disampaikan secara lisan
-
observasi TTV Definisi: keparahan dari (dari 3 meningkat ke 4)
Definisi: -
Amati tanda-tanda verbal dan tanda-tanda - Rasa cemas yang
mengurangi tekanan, non verbal ketakutan,ketegangan, atau disampaikan secara lisan
Education :
ketakutan, firasat, kegelisahan yang berasal (dari 3 meningkat ke 4)
maupun - Berikan informasi faktual terkait dari sumber yang tidak - Kesulitan dalam
ketidaknyamanan diagnosis, perawatan, dan dapat diidentifikasi penyelesaian masalah(dari
terkait dengan prognosis 3 meningkat ke 5)
sumber-sumber - Jelaskan semua prosedur - Perhatian yang berlebihan
bahaya yang tidak termasuk sensasi yang akan terhadap kejadian-kejadian
teridentifikasi dirasakan yang mungkin akan dalam kehidupan(dari 3
dialami klien selama prosedur meningkat ke 4)

28
[dilakukan] - Tidak bisa mengambil
keputusan (dari 3
meningkat ke 5)
Action:

- Dorong keluarga untuk


mendampingi klien dengan cara
yang tepat
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Pahami situasi krisis yang terjadi
dari perspektif klien
- Pertimbangkan kemampuan
klien dalam mengambil
keputusan
Colaboration :

- Kolaborasi dengan dokter


pemberian obat-obatan untuk
meghilangkan kecemasan
(sedative).

29
30
4.7 Implementasi keperawatan
No. Tgl/jam Tindakan Paraf

1. 10 januari Perawat
2017 pukul - Melakukan pendekatan kepada klien
08.00 WIB dengan tenang dan meyakinkan
Respon : pasien mampu menceritakan keluhan
yang dirasakan

- Mengobservasi TTV
Hasil :
Suhu : 36,4 0C
Nadi : 80 x/menit
TD : 110/70 mmHg
RR : 21 x/menit
Perawat
- Mengamati tanda-tanda verbal dan non
verbal
Respon : pasien tampak gelas

- memberikan informasi faktual terkait


diagnosis, perawatan, dan prognosis
Respon : pasien mampu memahami dan Perawat
menyimpulkan diagnosis, perawatan, dan
prognosis yang telah dijelaskan perawat

- menjelaskan semua prosedur termasuk


sensasi yang akan dirasakan yang
mungkin akan dialami klien selama
prosedur [dilakukan]
Respon : Klien mengerti dan mampu
mengulang prosedur

- Dorong keluarga untuk mendampingi


klien dengan cara yang tepat
Respon : keluarga sangat kooperatif

- Kolaborasi dengan dokter pemberian


obat-obatan untuk meghilangkan
kecemasan ( sedative).
Hasil : berikan obat diazepam

31
4.8 Evaluasi
Diagnosa Tgl/Jam Catatan Perkembangaan Paraf
Keperawatan
Ansietas 12 S:
Desember
- pasien sudah merasa tenang
2016 pukul
- Klien mengatakan sudah mengerti
10.00 WIB tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi
O:

- Suhu : 36,4 0C
- Nadi : 80 x/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 21 x/menit
- Tidak cemas
- Tidak gelisah

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

32
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai


kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindungatau suatu kesatuan hasil
interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. Dan
klasifikasi dari infertilitas ada dua yaitu primer dan sekunder. Penyebab dari infertilitas
ini bisa dipandang dari pihak perempuan dal laki-lakinya. Jika dari wanita bisa dilihat
dari faktor penyakit dan fungsional. Sedangkan dari segi laki-laki bisa dilihat dari
kelainan alat kelamin dan kegagalan fungsional. Akan tetapi bisa dilihat juga
penyebabnya dari pasangan suami istri tersebut misalnya gangguan pada hubungan
seksual dan psikologisnya.

5.2 Saran
Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama belum
mempunyai anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter ahli untuk
segera mengetahui penyebabnya. Karena jika sudah melakukan usaha terus-menerus
tapi tidak ada hasilnya, pasti terjadi infertilitas yang bisa disebabkan dari pihak laki-
laki, perempuan atau hubungan dari kedua pasangan suami istri tersebut.

33
DAFTAR PUSTAKA

Harapan, Rustam E. 1994. Neoplasia Intraepitel Pad Serviks. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo,Sarwono.1994.Ilmu kandungan. Jakarta: Gramedia.

file:///F:/INFERTILITAS%20&%20ABORTUS/Askep%20Infertilitas%20%C2%AB%20Hid
ayat2%27s%20Blog.htm

34

Anda mungkin juga menyukai