INFERTILITAS
Dosen Pembimbing :
Rodiyah, S.Kep,Ns.,M.Kes
Oleh
Kelompok 5 tingkat 2A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Infertilitas yang sederhana ini tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk
memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Sistem Digestif. Pada
kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami pun sadar
bawasannya kami hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa
kami nanti dalam upaya evaluasi diri.
Kelompok 5
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Tekanan jiwa pada istri akan menyebabkan terganggunya ovulasi, sel telur
tidak bisa dan jarang berproduksi.Pada tekanan ini pula bisa menyebabkan
saluran telur mengalami (spasme), sehingga sulit dilewati sel telur atau
spermatozoa. Selain itu, karena tekanan jiwa, hubungan suami istri menjadi
terganggu, malas dan tidak bergairah. Keadaan ini semuanya menyebabkan
kesuburan tersebut lebih parah lagi (Samsul, 2004).
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998).Infertilitas
adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas
primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri
pernah hamil.(Siswandi, 2006).Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil
interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi
hidup.
5
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :
6
terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-
infertilitas.
Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran
reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran
telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi
panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan
dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam,
dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi
panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik
yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
Mioma Uteriadalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan
otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat
terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.
Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah
mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).
Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita
dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan
mengecil atau sembuh.
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-
remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina.
Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan
uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia.Terdapat berbagai macam jenis kista, dan
pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya
adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi
mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis
kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom
ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid),
7
hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi
normal maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran
indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon
yang mempengaruhi reproduksi wanita.
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias
tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan rntgen
(sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang
umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan
sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi
adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya
direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki
siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama
haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu
semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
b. Faktor fungsional
8
yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini
mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam
darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel
sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada
gilirannya ovulasi juga akan terganggu.
Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu,
maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam
rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang
mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan
rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka
gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran
telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma.
Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak
bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan
oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory
Disease) atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan
adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma
tidak dapat bertemu.
Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur
dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio,
selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium.
Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah,
cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini
9
disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium
tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai.
b. Kegagalan fungsional
10
Gangguan pada sperma.
11
prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik
seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
c. Manifestasi klinis.
2.4 Patofisiologi
a. Wanita
12
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi
imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak
bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan
yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang
berujung pada abortus.
b. Pria
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan penunjang
a. Analisis Sperma :
Jumlah > 20 juta/ml
Morfologi > 40 %
Motilitas > 60 %
14
b. Deteksi ovulasi :
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus
ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi :
Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi :
lendir serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan
gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
3. Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus
ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus
Anovulatoar
4. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
LH serum : 15 - 60 mIU/ml
Estradiol : 200 - 600 pg/ml
Progesteron : 5 - 20 mg/ml
Prolaktin : 2 - 20 mg/ml
5. USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
6. Histerosalpinografi
a. Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.
Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba
uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara
terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
b. Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus,
Duplex), mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
c. Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum
perkiraan ovulasi
d. Keterbatasan : tidak bisa menilai
15
e. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
f. Fimbria : Fimosis fimbria
g. Perlengketan genitalia Int.
h. Endometriosis
i. Kista ovarium
j. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas
CO2)
7. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan
intra uterin.
8. Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :
Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu
sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat
seperti daun pakis.
Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir
serviks. Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
a. Analisa semen.
Parameter
Warna putih keruh
Bau bunga akasia
Ph 7,2 7,8.
Volume 2-5 ml
Vikositas 1,6 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50 %
Bentuk normal > 60 %
Kecepatan gerak sperma 0,18 1,2 detik
Persentasi gerak motil > 60 %
Aglutinasi tidak ada
16
Sel sel sedikit, tidak ada
Uji fruktosa 150 650 mg/dl.
9. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh
Menilai faktor :
Peritoneum/endometriosis
Perlengketan genitalia Interna
Tuba : patensi, dinding, fimbria
Uterus : mioma
Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif
17
Dosis sesuai kadar prolaktin :
Oligomenore 1,25 mg/hari
Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari
Gonadotropin
HMG (Human Menopausal Gonadotropine)
FSH & LH : 75 IU atau 150 IU
Untuk memicu pertumbuhan folikel
Dosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5
siklus haid
HCG
5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi
Diameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginal
Mahal, sangat beresiko :
Perlu persyaratan khusus
Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi
Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron
Terapi hormonal pada endometriosis
Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis
Danazol
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian
Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari
GnRH agonis
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 3,75 mg/IM/bulan
Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang
b. Tindakan Operasi Rekontruksi
Koreksi :
Kelainan Uterus
Kelainan Tuba : tuba plasti
18
Miomektomi
Kistektomi
Salpingolisis
Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus
endometriosis + infertilitas
Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi
Varicokel.
c. Rekayasa Teknologi Reproduksi
Metode lain tidak berhasil
Inseminasi Intra Uterin (IIU)
Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang
paling sederhana. Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi
kedalam kavum uteri saat ovulasi. Syarat : tidak ada hambatan
mekanik : kebuntuan tuba Falopii, Peritoneum/endometriosis
Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :
Serviks
Gangguan ovulasi
Endometriosis ringan
Infertilitas Idiopatik
Angka kehamilan 7 - 24 % siklus
Fertilisasi Invitro (FIV)
Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati
alamiah.Metode ini menjadi alternatif atau pilihan terakhir
Syarat :
Uterus & endometrium normal
Ovarium mampu menghasilkan sel telur
Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml
Angka kehamilan : 30 - 35 %
19
Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm
injection = ICSI) merupakan teknik mikromanipulasi yang
menyuntikkan satu spermatozoon ke dalam sitoplasma oosit
mature telah digunakan untuk penanganan infertilitas pria sejak
lebih dari satu dekade ini (Palermo et al, 1992).
Segera setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada
pria azoospermia dengan menyuntikkan spermatozoa dari testis
dan epididymis. Teknik ini memberikan harapan yang nyata pada
pria infertil dengan oligo-astheno-teratozoospermia berat maupun
azoospermia, dengan penyebab apapun. Dengan berkembangnya
teknologi dimana ICSI dapat dilaksanakan dengan tidak terlalu
rumit, maka ketersediaan sarana yang melaksanakan ICSI
berkembang dengan sangat pesat (Hinting, 2009).
Klinik-klinik diberbagai tempat didunia berkembang terus
melaksanakan ICSI dengan angka keberhasilan yang
memuaskan. Kurang dari 10% oocytes rusak dengan prosedur ini
dan angka fertilisasi berkisar antara 50-75%. Embryo transfer
dapat dilaksanakan pada lebih dari 90% pasangan dan
menghasilkan angka kehamilan berkisar antara 25-45%. Hasil-
hasil ini tidak berbeda antara sperma ejakulat, epididymis
maupun testis (Palermo et al, 2001; Hinting et al, 2001).
20
BAB III
ASKEP TEORI
Suku/Bangsa : . Tgl
Pengkajian:(Jam)
Agama : .
Pekerjaan : .
Pendidikan : .
Alamat : .
21
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Provokatif Qualitas Regio Skala Time ( analisis gejala keluhan utama
yang meliputi awitan, waktu, durasi, karakteristik, tingkat keparahan,
lokasi, faktor pencetus, gejala yang berhubungan dengan keluhan utama,
dan faktor yang menurunkan keparahan).
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep atau dengan bebas
atau herbal ( sebutkan jenis dan kegunaannya)
22
genetic keluarga ( HT, DM )/ penyakit dengan kecenderungan keluarga (
cancer), penyakit menular ( TBC,Hepatitis, HIV/AIDS ), gangguan
psikiatrik ( skizofrenia ) dan penyalah gunaan obat.
Genogram :
Ket : .
23
Karakteristik batuk (batuk produktif dan non produktif, serangan batuk
kuat dan hebat), karakteristik sputum (warna, konsistensi, bau),
pengobatan yang sudah dilakukan, sesak nafas, nyeri dada (PQRST),
demam, kelemahan, berkeringat pada malam hari.
Hidung:
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir (sianosis), Alat bantu nafas ETT, oro faringeal
tube.
Sinus paranasalis
Leher
Inspeksi : trakheostomi.
Faring :
Area dada:
24
kesimetrisan intercosta kiri dan kanan, kesimetrisan supraklavikula,
bentuk dada ( barrel chest, pigeon chest, funnelchest, normal, dada
cembung atau cekung), trauma dada, pembengkakan, penyebaran warna
kulit, cikatrik.
Wajah
Leher
25
Inspeksi : Pulsasi dada, ictus cordis, bentuk dada sinistra
cembung/cekung.
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis
midklavikula sinistra) apabila tidak dapat diinspeksi, pergeseran ke arah
lateral menunjukkan pembesaran
Perkusi : batas jantung dengan adanya bunyi redup, apakah terjadi
pelebaran atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) atau ada kelainan
bunyi jantung (gallop, murmur, friction rub, BJ3(fibrasi pengisian
ventrikel), BJ4(tahanan pengisian ventrikel setelah kontraksi atrium,
terdengar antara BJ 1 dan BJ 2)).
Ekstrimitas Atas
Ekstrimitas Bawah
Palpasi : CRT, pulsasi arteri (iliaka, femoralis, dorsalis pedis), suhu akral,
pitting oedem
3. Persyarafan
Anamnesis : nyeri kepala berputar-putar, nyeri kepala sebelah, hilang
keseimbangan, mual muntah(tergantung etiologi), perubahan berbicara,
tremor, parastesia, anasthesia, parese, paralisis, koordinasi antar anggota
badan, reaksi terhadap suara.
26
Dengan menggunakan bau-bauan ( minyak kayu putih, kopi, dan
tembakau), dengan cara : anjurkan klien menutup mata dan uji satu
persatu lubang hidung klien dan anjurkan klien untuk membedakan
bau-bauan tersebut. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan
adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza karena dapat
memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak
valid.
a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai
apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa
lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak
baca klien tersebut.
b. Lapangan penglihatan
Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari
pemeriksa. Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa
duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan
sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien
berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh
27
pemeriksa pada bidang tengah kedalam sampai pasien melihat objek,
catat berapa derajat lapang penglihatan klien.
4. Nervus IV toklearis
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang
diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal
dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil
dan midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran
antara kedua pupil (isikor / sama, anisokor / tidak sama), dan reak pupil
terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak
ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil
(diperiksa dengan funduskopi).
Sensibilitas wajah.
28
Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul.
Tanyakan pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai
dari area normal ke area dengan kelainan.
Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol
berisi air dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin).
Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan.
Rasa gelar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu
penala yang dientuhkan ke wajah pasien.
6. Nervus VI abdusen :
Diperiksa bersama-sama karena sama-sama mengatur otot-otot
ekstraokuler.
29
Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien
kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang
(keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat berdiri/berjalan
dengan seimbang.
4. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa
Nyeri saat miksi / disuria (PQRST), menggigil /panas tubuh, saat BAK
mengejan, inkontinensia urine (ketidakmampuan seseorang untuk
menahan urin yang keluar dari buli-buli baik disadari maupun tidak
disadari), poliuria (banyak kencing > 1500 cc/24 jam), anuria (jumlah urin
< 200 ml/24 jam), oliguri (jumlah urin 600 ml/24 jam), skrotum
membesar, karakteristik urin (jumlah, warna, bau), gatal, nafas berbau
amoniak/ureum, nokturi (sering kencing pada malam hari). Urgensi (rasa
sangat ingin kencing sehingga terasa sakit), hesitansi (sulit untuk memulai
kencing, sehingga untuk memulai kencing kadang-kadang harus
mengejan), terminal dribbling ( masih didapatkannya tetesan-tetesan urin
pada akhir miksi), intermitensi ( terputus-putusnya pancaran urin pada saat
miksi), residual urine (masih terasa ada sisa urine yang belum tuntas
30
setelah miksi), retensi urine (ketidakmampuan buli-buli untuk
mengeluarkan urin yang telah melampaui batas kapasitas maksimalnya),
polakisuri (frekuensi kencing yang lebih sering dari biasanya), disuria
(perasaan nyeri saat kencing), enuresis/ ngompol ( keluarnya urin secara
tidak dasadari pada saat tidur), chiluria ( urin yang berwarna putih seperti
cairan limfe)
a. Genetalia eksterna :
Laki-Laki :
Penis
Scrotum
b. Genetalia eksterna
Perempuan :
31
Palpasi : benjolan, nyeri tekan.
Kandung kemih:
Palpasi : adanya nyeri tekan, tahanan lunak diatas simpisis pubis, teraba
massa
Ginjal :
Nafsu makan, pola makan klien, porsi makan dan jumlah minum per hari,
alergi terhadap makan, keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, telan,
melakukan diet, disfagia, riwayat penggunaan pencahar. Jika ada keluhan
nyeri perut dijelaskan secara PQRST. Gangguan defekasi (diare,
konstipasi/obstipasi), nyeri BAB, pola BAB, karakteristik feses meliputi
32
bentuk/konsistensi, bau, warna, darah, lendir dalam feses, flatus,
hemorroid, perubahan BB,
Mulut:
Lidah
Faring - Esofagus :
Inspeksi : hiperemi, warna dan bentuk palatum. Tonsil (bentuk, warna dan
ukuran)
33
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi:
Kuadran I:
Kuadran II:
Lien splenomegali
Kuadran III:
Kuadran IV:
Warna kulit
34
Hiperpigmentasi, hipopigmentasi (dikaji dengan pemeriksaan sensasi
panas/nyeri), icterus, kering, mengelupas, bersisik (di sela-sela jari
kaki/tangan)
Kekuatan otot :
Keterangan:
Fraktur
Feel :Nyeri, pulsasi (nadi bagian distal), Perfusi (normal : hangat, kering,
merah), krepitasi tulang.
Luka :
35
Inspeksi : adanya tanda radang, warna (merah/vaskularisasi baik,
kuning/peradangan, hitam/nekrosis), karakteristik (kedalaman, luas, jenis
cairan yang kluar)
Lesi kulit :
36
7. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa :
Riwayat KB : Ditanyakan apakah klien pernah ikut KB, metode apa yang
digunakan, kapan menggunakannya, alasan mengikuti KB, alasan
berhenti, side efek.
Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut, ketebalan, kerontokan ( hirsutisme),
alopesia (botak), moon face
Leher
Inspeksi : bentuk, pembesaran kelenjar thyroid, perubahan warna
Palpasi : pembesaran kelenjar (thyroid, parathyroid), nyeri tekan,
suhu
Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae (pada laki-laki)
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis ( distribusi, ketebalan, kerontokan),
kebersihan, pengeluaran (darah, cairan, lendir).
Palpasi : adakah benjolan, kegagalan penurunan testis
(kriptokismus),
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting
37
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
Payudara
Inspeksi : bentuk, kebersihan, warna areola, bentuk papilla mamae,
adanya massa, kulit seperti kulit jeruk, adanya luka,
kesimetrisan payudara
Palpasi : ada /tidak benjolan abnormal, pengeluaran ( cairan, darah ), nyeri
tekan,
Axilla :
Inspeksi : tampak /tidak adanya benjolan abnormal,
Palpasi : teraba/ tidak benjolan abnormal
Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen , luka post SC, strie ( albican,
livide).
Palpasi : pembesaran (kontur, ukuran), adakah massa.
Genetalia :
38
Inspeksi : Rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan, pengeluaran
(darah, cairan, lendir), adakah tanda-tanda infeksi.
Palpasi : adakah benjolan/ massa dan nyeri tekan.
Laki-laki :
Anamnesa :
Genetalia :
Inspeksi : bentuk, rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan,
pengeluaran (darah, cairan, lendir), turunnya testis, luka/keadaan luka.
priapismus
9. Persepsi sensori :
Anamnesa : tanyakan pada klien :
Apakah ada nyeri yang dirasakan pada mata, Keluhan penurunan tajam
penglihatan, Keluhan mata berkunang-kunang, kabur, penglihatan ganda (
diplopia )., Keluhan mata berair, gatal, kering, adanya benda asing dalam
mata
Mata
Inspeksi :
39
Kesimetrisan mata, bentuk mata, lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna,
cairan yang keluar ), Bulu mata (pnyebaran, posisi masuk :Enteropion,
keluar :ksteropion), produksi air mata.
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil
Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin putih
seputar iris (Arkus senilis)
Palpasi:
D. Penciuman (Hidung) :
2. Ideal Diri :
40
Bagaimana klien mempersepsi ia harus berperilaku sesuai dengan
standar perilaku.Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan
pribadi.
3. HargaDiri :
Bagaimana penilaian klien terhadap hasil pencaian yang dicapai
dengan menganalisis sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ideal
diri. Jika individu selau sukses maka cenderung harga dirinya akan
tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga dirinya rendah.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
4. Peran Diri :
bagaimana pola, perilaku nilai yang diharapkan klien berdasarkan
fungsinya di dalam masyarakat.
5. Identitas Diri
Bagaimana kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
41
12. POLA NILAI DAN KEPERCAYAAN/ SPIRITUAL
Konsep klien tentang kepercayaan/ keyakinan terhadap Tuhan YME,
sumber kekuatan/ harapan saat sakit. Bagaimana cara yang klien lakukan
dalam melaksanakan pendekatan terhadap Tuhan YME saat sakit.
Bagaimana cara klien melaksanakan kegiatan keagamaannya/
kepercayaannya saat sakit di Rumah Sakit.
42
16. POLA PSIKOSOSIAL
Meliputi reaksi psikologi atau Verbal & Non verbal klien:
Bagaimana Interaksi klien dengan orang lain. Siapa hubungan klien yang
palin dekat / paling
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
43
Ny A usia 27 tahun datang ke RSUD Jombang tanggal 2 Januari 2017. Klien
mengeluh belum memiliki anak setelah menikah 4 tahun yang lalu dan ingin
memiliki anak. Klien mengatakan hubungan seks dilakukan secara teratur dan
tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Klien merasa khawatir jika tidak
dapat memiliki anak. Klien tampak cemas dan gelisah.Dari pemeriksaan fisik di
dapatkan hasil TTV : - TD : 110/70 mmHg - Suhu: 36,4C - Nadi : 80 x/menit
- RR : 21 x/menit TB/BB : 160 cm / 69 kg
4.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN:
Nama : Ny. A
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Wringin Pitu Mojowarno Jombang Kel. Wringin pitu
No. Reg : 13-08-96
Tgl. MRS : 08-01-2017 (Jam 09.00)
Diagnosis medis : Infertilitas
Tgl Pengkajian: 08 januari 2017
2. PENANGGUNG JAWAB PASIEN
Nama : Pardi
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Wringin pitu mojowarno
44
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien merasa khawatir jika tidak dapat memiliki anak. Klien tampak
gelisah.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit kanker, hipertensi, maupun
DM sebelumnya
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Suami pasien mempunyai penyakit hipertensi
GENOGRAM :
45
a. Wajah
Inspeksi : konjungtiva normal, pucat (-)
b. Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
c. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler
d. Ekstremitas atas
Inspeksi : sianosis (-)
Palpasi : CRT <2
e. Ektremitas bawah
Inspeksi : edema (-)
Palpasi : akral hangat
3. Persyarafan
a. Uji Nervus 1 olfaktorius (pembau) : normal
b. Uji Nervus II Opticus (penglihatan) : baik
c. Uji Nervus III oculomotorius : normal
d. Uji Nervus IV toklearis : normal
e. Uji Nervus V trigeminus : normal
f. Uji Nervus VI abdusen : normal
g. Uji Nervus VII facialis : normal
h. Uji Nervus VIII additorius/akustikus : normal
i. Uji Nervus IX glosoparingeal : normal
j. Uji Nervus X vagus : normal
k. Uji Nervus XI aksesorius : normal
l. Uji Nervus hypoglossal : normal
4. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : anoreksia
a. Mulut
46
Inspeksi : sianosis (-), stomatitis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
b. Abdomen
Inspeksi : luka (-)
Kuadran I : nyeri tekan (-)
Kuadran II : nyeri tekan (-)
Kuadran III : nyeri tekan (-)
Kuadran IV : nyeri tekan (-)
5. Sistem Muskuluskeletal dan Integument
Anamnesa : lemah
Wajah
Inspeksi : pucat (-), sianosis (-)
Palpasi : tidak simetris
Warna kulit : sawo matang
b. Kekuatan otot :
4 4
4 4
6. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
Sebelum menikah ibu mengatakan haid tidak teratur.
Pasien belum pernah hamil sebelumnya.
a. Payudara :
Inspeksi : simetris kanan kiri, lesi tidak ada, warna areola coklat
Palpasi : tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada
b. Genetalia :
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi : tidak ada benjolan
7. Persepsi Sensori
Anamnesa : pasien tidak mengeluh nyeri mata
47
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang : Hormonal FSH, LH, E2, Progesteron,
FSH serum : 7 mlU/ml
LH serum : 13 mlU/ml
Progesteron : 4 mlU/ml
Prolaktin : 1 mlU/ml
Ansietas(00146)
NS. DIAGNOSIS
: Domain 9. Koping/ Toleransi Stres
(NANDA-I)
Kelas 2. Respons Koping
48
Perilaku
Gelisah
Kontak mata yang buruk
Melihat sepintas
Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan
dalam peristiwa hidup
Afektif
Gelisah
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Ragu
Fisiologis
Gemetar
DEFINING
Suara bergetar
CHARACTERIS
Wajah tegang
TICS
Simpatis
Anoreksia
Lemah
Mulut kering
Parasimpatis
49
status kesehatan, fungsi peran, status peran,)
Stressor
SESSMENT
- Wajah tampak gelisah
dan tidak menggunakan alat
kontrasepsi apapun. - Cemas
- Klien merasa khawatir jika
tidak dapat memiliki anak
Ns. Diagnosis (Specify):
Ansietas
Client
DIAGNOSIS
50
4.6 Intervensi Keperawatan
Inisial Nama : An.A
Dx.Kep : Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampikan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman.
NIC NOC
28
[dilakukan] - Tidak bisa mengambil
keputusan (dari 3
meningkat ke 5)
Action:
29
30
4.7 Implementasi keperawatan
No. Tgl/jam Tindakan Paraf
1. 10 januari Perawat
2017 pukul - Melakukan pendekatan kepada klien
08.00 WIB dengan tenang dan meyakinkan
Respon : pasien mampu menceritakan keluhan
yang dirasakan
- Mengobservasi TTV
Hasil :
Suhu : 36,4 0C
Nadi : 80 x/menit
TD : 110/70 mmHg
RR : 21 x/menit
Perawat
- Mengamati tanda-tanda verbal dan non
verbal
Respon : pasien tampak gelas
31
4.8 Evaluasi
Diagnosa Tgl/Jam Catatan Perkembangaan Paraf
Keperawatan
Ansietas 12 S:
Desember
- pasien sudah merasa tenang
2016 pukul
- Klien mengatakan sudah mengerti
10.00 WIB tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi
O:
- Suhu : 36,4 0C
- Nadi : 80 x/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 21 x/menit
- Tidak cemas
- Tidak gelisah
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama belum
mempunyai anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter ahli untuk
segera mengetahui penyebabnya. Karena jika sudah melakukan usaha terus-menerus
tapi tidak ada hasilnya, pasti terjadi infertilitas yang bisa disebabkan dari pihak laki-
laki, perempuan atau hubungan dari kedua pasangan suami istri tersebut.
33
DAFTAR PUSTAKA
Harapan, Rustam E. 1994. Neoplasia Intraepitel Pad Serviks. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
file:///F:/INFERTILITAS%20&%20ABORTUS/Askep%20Infertilitas%20%C2%AB%20Hid
ayat2%27s%20Blog.htm
34