Anda di halaman 1dari 29

Hal 1

ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213


____________________________________________________________________________________________________________

BAB I
REVIEW BEBERAPA PEMAKAIAN
MATEMATIKA

A. VEKTOR
A.1 PANJANG DAN ARAH VEKTOR
Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai arah. Jadi sebuah
besaran vektor dicirikan oleh adanya besar dan arah, adapun
posisi koordinatnya tidak diperdulikan . Pada kuliah ini
pengertian arah adalah arah di dalam ruang (3-dimensi). Contoh
besaran vektor misalnya: kecepatan, gaya, luas permukaan,
perpindahan. Sedangkan besaran yang tidak mempunyai arah
disebut besaran skalar.

Sebuah besaran vektor V dalam notasi matematik dituliskan:
V xi y j zk (1.1)
Sedangkan dalam gambar dilukiskan sebagai sebuah anak panah
dimana besar vektornya digambarkan sebagai panjang anak panah,
Z dan arahnya dinyatakan dengan
ujung runcingnya.

V Pada persaman 1.1, x, y, z

dinamakan komponen vektor V,
Y
sedangkan i , j, k disebut basis
0
yang membentang ruang 3-dimensi
X

Gambar 1.1


Basis i , j , k masing-masing merupakan vektor yang besarnya satu
dan arahya berturut-turut dalam arah sumbu +X, +Y, +Z.

Dua buah vektor disebut sama bila keduanya mempunyai besar dan
arah yang sama. Sedangkan dua buah vektor disebut berlawanan
bila keduanya mempunyai besar sama tetapi arahnya berlawanan.

Dengan demikian vektor V pada gambar 1.1 di atas dapat juga
di lukiskan menjadi seperti pada Gambar 1.2 di bawah.

Pada gambar 1.2 di bawah terlihat titik tangkap anak panah



vektor V sekarang di titik O, hal ini tak mengapa karena
vektor tersebut tetap sama (asalkan besar dan arahnya tetap
sama), jangan perdulikan posisinya. Terlihat dalam Gambar 1.2

U V ( sama) dan V W (berlawanan ) .
____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 2
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________


Sekarang perhatikan, vektor V tersebut selalu dapat diuraikan
(diproyeksikan) ke dalam arah sumbu +X, +Y, dan +Z yaitu

V x ix ; V y jy ; V z kz sehingga vektor V merupakan

kombinasi dari V x ,V y ,V z atau V Vx V y Vz .

z
W
V
U ^k
^j y
^i Y
0
x

X
Gambar 1.2


Jelaslah panjang vektor V dapat dihitung dengan dalil

Phitagoras, sehingga panjang (besar) vektor V :
V x2 y2 z2 (1.2)

Seringkali penulisan V cukup ditulis V (tanpa tanda panah).

A.2 VEKTOR SATUAN


Vektor satuan adalah vektor yang besarnya satu. Contoh

vektor satuan adalah: vektor basis i , j , k yang masing-masing
arahnya (searah) sumbu +X, +Y, +Z. Bagaimanakah menyatakan
sebuah vektor satuan dalam arah selain dalam arah-arah +X, +Y,

+Z diatas? misalnya vektor satuan yang searah vektor V (yang
ditulis V ).

Dapatlah dibuktikan bahwa vektor satuan yang searah dengan



vektor V adalah:
jy kz
ix V
V (1.3)
x y z
2 2 2
V
Silahkan periksa bahwa V 1 , gunakan persaman 1.2.

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 3
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

A.3 PENJUMLAHAN VEKTOR



Misalnya tiga buah vektor A, B, C masing-masing dinyatakan:

A iAx jAy kAz

B iBx jBy kBz (1.4)

C iCx jC y kCz

secara gambar, misalnya dilukiskan


A
B
C

Gambar 1.3

Maka penjumlahan dua buah vektor ( A B D ) secara gambar dapat
dilukiskan


B
A D
atau
A
D

B
Gambar 1.3

Sehingga penjumlahan tiga buah vektor A B C E sekarang
dapat dilukiskan seperti pada gambar 1.4.

Sedangkan dalam notasi matematik



B penjumlahan dua vektor A dan B
C dinyatakan

E A B ( Ax Bx )i ( Ay B y ) j ( Az Bz )k
(1.5)
Gambar 1.4

Cara menjumlahkan vektor baik dengan cara gambar atau cara


notasi masing-masing memiliki kelebihan. Dengan cara gambar
kita dapat melihat visualisasi tentang besar dan arah semua
vektor, sedangkan dalam cara notasi kita dapat melakukan
analisa secara analitik.

A.4 PENGURANGAN VEKTOR


Dengan pemisalan seperti pada persamaan 1.4 maka pengurangan

vektor A B F dengan cara gambar dapat dilukiskan

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 4
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________


A
F F atau A F

B B B
Gambar 1.5

Dalam notasi matematik pengurangan dua vektor A dan B dinyatakan
A B ( Ax Bx )i ( Ay B y ) j ( Az Bz )k F (1.6)

A.5 PERKALIAN VEKTOR


Dalam dunia vektor operasi perkalian antara dua vektor
mempunyai definisi yang berbeda dengan perkalian pada bilangan
real. Ada dua jenis perkalian vektor yaitu perkalian titik dan
perkalian silang.

PERKALIAN TITIK
Dengan pemisalan seperti pada persamaan 1.4 maka dalam notasi

matematik perkalian titik anatara dua vektor A dan B dinyatakan
A B ( Ax Bx ) ( Ay B y ) ( Az Bz ) (1.7)
atau
A B A B cos (1.8)
dari persamaan 1.6 dan 1.7 didapatkan
Ax Bx Ay B y Az Bz
cos (1.9)
A B

Secara gambar perkalian titik antara vektor A dan B dapat
dilukiskan sebagai berikut.
Dengan melihat persamaan 1.8, gambar 1.6
A dapat dijelaskan bahwa perkalian titik

antara dua vektor A dan B adalah perkalian
B
antara proyeksi A pada B dan B ,
A cos
dimana proyeksi A pada B adalah A cos .
Gambar 1.6

Contoh aplikasi dari perkalian titik ini misalnya ketika


menghitung usaha oleh gaya F yang menghasilkan pergeseran
sejauh x seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 5
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

x
Gambar 1.7

Usaha oleh gaya F adalah U F x cos . Dengan melihat persamaan



1.8 usaha oleh F dapat juga ditulis U F x ; ingatlah seperti
ditulis diawal, gaya dan pergeseran masing-masing adalah
besaran vektor. Perhatikan juga hasil dari perkalian titik
adalah sebuah besaran skalar, dalam contoh diatas usaha adalah
skalar. Catatan: sering kali besarnya suatu vektor misalnya

F cukup ditulis F .

PERKALIAN SILANG
Dengan pemisalan seperti pada persamaan 1.4 maka dalam notasi

matematik, hasil perkalian silang antara dua vektor A dan B
adalah determinan matriks berikut
i j k

A B det Ax Ay Az (1.10)

Bx B y Bz
atau
A B ( Ay Bz Az By )i ( Az Bx Ax Bz ) j ( Ax B y Ay Bx )k (1.11)
Terlihat hasil dari perkalian silang adalah sebuah vektor
baru. Kemanakah arah vektor baru itu? - Lihatlah deskripsi

perkalian silang A B dalam gambar 1.8 di bawah.

Arah hasil kali silang A B dapat
A ditentukan dengan cara membayangkan arah

sekrup. Jika vektor A dan B membentuk

B adalah tegak lurus
bidang maka arah A
B terhadap bidang tersebut dan searah
dengan arah sekrup jika sekrup diputar
dalam arah AB (dalam contoh ini searah
arah A B jarum jam, sehingga sekrup bergerak ke
bawah).
Gambar 1.8

Adapun besar vektor A B dapat diperoleh dengan dalil
Phitagoras

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 6
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________


1/ 2
A B ( Ay Bz Az B y )2 ( Az Bx Ax Bz )2 ( Ax B y Ay Bx )2
(1.12)
atau
A B A B sin (1.13)

A.6 INTEGRAL GARIS

Pada gambar di samping, sebuah gaya F


F menghasilkan pergeseran sejauh x
sehingga usaha yang dilakukan oleh

gaya F adalah U F x , Persamaan ini
x berlaku untuk lintasan x yang lurus.
Bagaimanakah menghitung usaha oleh
Gambar 1.9
gaya F yang menghasilkan lintasan
melengkung dari A ke B seperti
terlihat pada gambar 1.10.

Menghitung usaha oleh gaya F


dapat didekati dengan membagi
B
lintasan AB menjadi beberapa
segmen lintasan lurus seperti
F diperlihatkan oleh gambar 1.11.
A Usaha total oleh F adalah jumlah
Gambar 1.10 setiap usaha pada masing-masing
segmen tersebut:
U U1 U 2 ... U n
B
F2 Dimana,

U i Fi ri
r1
r2 sehingga,
A F1 n

Gambar 1.11 U Fi ri
i 1

Terlihat, pendekatan dengan mengambil segmen-segmen lintasan


lurus akan menghasilkan bentuk lintasan yang kasar karena

pengambilan panjang segmen-segmen ri cukup besar, sehingga
bentuk lintasan tidak mirip seperti aslinya.

Agar pendekatan yang diambil dapat lebih bagus maka segmen-



segmen lintasan ri harus diambil sekecil mungkin dengan resiko
banyaknya segmen (n) bertambah bayak. Tentu saja paling
sempurna adalah dengan mengambil segmen-segmen yang kecilnya
mendekati nol sehingga n=, secara matematis hal ini dapat
ditulis:

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 7
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________
n

U lim Fi ri (1.14a)
r 0
i 1
atau
B
U F
A
dr (1.14b)

Inilah yang disebut integral lintasan, dimana vektor F adalah

sembarang vektor, dan dr adalah elemen diferensial (segmen-
segmen) lintasan.

A.7 INTEGRAL PERMUKAAN

Gambar disamping melukiskan lintasan


partikel-partikel air pada suatu penampang
pipa air. Didefinisikan bahwa fluks ()
adalah jumlah lintasan partikel yang menembus
penampang seluas A secara tegak-lurus
Gambar 1.12 terhadap penampang (sejajar dengan normal
bidang A),

Dan kerapatan fluk ( D ) adalah jumlah lintasan partikel


persatuan luas atau D / A , Sehingga D A .

Gambar 1.13 di bawah melukiskan lintasan dengan kerapatan D


menembus permukaan secara tidak tegak-lurus terhadap luas
penampang A (membentuk sudut terhadap normal bidang).
Sehingga fluks total yang menembus permukaan A adalah
A
( D cos ) ( A) atau
DA cos (1.15)

D A (1.16)
D
n
Pada persamaan di atas, karena komponen
kerapatan fluks D harus tegak-lurus
terhadap penampang luas maka komponen
Gambar 1.13
kerapatan fluks D diproyeksikan dahulu pada arah normal n
permukaan A, kemudian dikalikan dengan A. Perhatikan
kerapatan fluks D dan luas permukaan A merupakan besaran
vektor. Perhatikan pula persamaan 1.16 hanya berlaku untuk
penampang A yang datar.

Bagaimanakah menghitung fluks pada permukaan yang tidak datar


atau melengkung ? Gambar 1.14 di bawah melukiskan permukaan
lengkung yang ditembus oleh listasan-lintasan partikel.

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 8
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

A1
Untuk menghitung fluks total pada
D1 permukaan yang lengkung dapat dilakukan
dengan cara membagi-bagi luas menjadi
beberapa segmen luas yang hampir datar,
kemudian jumlahkan semua fluks pada
masing-masing segmen:
1 2 ... n
dimana,
Gambar 1.14
i Di Ai
Sehingga,
n
Di Ai
i 1
Agar pendekatan yang diambil dapat lebih bagus maka segmen-

segmen luas Ai harus diambil sekecil mungkin (semakin kecil
akan semakin mendekati bentuk datar) dengan resiko banyaknya
segmen (n) bertambah bayak. Tentu saja paling sempurna adalah
dengan mengambil segmen-segmen yang kecilnya mendekati nol
sehingga n=, secara matematis hal ini dapat ditulis:
n
lim Di Ai (1.17a)
Ai 0
i 1
atau
D dA (1.17b)

Inilah yang disebut integral permukaan. Secara umum, vektor D

adalah sembarang vektor dan dA adalah elemen diferensial
(segmen-segmen) luas.

B. OPERATOR DEL ( )
B.1 OPERATOR DEL ( ) DAN BEBERAPA JENIS OPERASINYA
OPERATOR DAN OPERAN
Seorang pegawai tukang ketik biasanya disebut juga operator
mesin ketik, sedangkan mesin ketiknya disebut operan. Jadi
operator adalah seseorang (sesuatu) yang mengoperasikan suatu
obyek (misalnya mesin ketik). Sesuatu yang menjadi obyek
operasi disebut operan (mesin ketik), adapun nama dari
operasinya adalah mengetik. Jadi seorang operator komputer
akan mengoperasikan suatu obyek operan yaitu komputer, dan
nama operasinya bisa mengetik, memasukkan data, ngegame, dll

Dalam matematika ada berbagai jenis operator misalnya operator


d
turunan ( dx ), operator ini dapat beroperasi pada suatu
operan misalnya f ( x ) 2 x 2 sehingga bentuk operasinya
____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 9
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

d
( 2 x 2 ) dan hasil operasinya adalah 4 x .
dx

OPERATOR DEL ()
Operator Del didefinikan sebagai
d d d
a x a y a z (1.18)
dx dy dz
Operator ini dapat bekerja pada beberapa jenis operan, dan
melakukan berbagai jenis operasi.

OPERASI GRADIEN V ( x , y , z )
Operator Del melakuakan jenis opersi Gradien bila bekerja pada
operan berupa fungsi skalar V ( x , y , z ) dengan definisi

V ( x , y , z ) a x V ( x , y , z ) a y V ( x , y , z ) a z V ( x, y, z )
x y z

OPERASI DIVERGENSI D( x , y , z )
Operator Del melakukan jenis opersi Divergensi bila bekerja
pada operan berupa fungsi vektor D( x , y , z ) dimana
D( x, y, z ) Dx ( x, y, z ) a x Dy ( x, y, z ) a y Dz ( x, y, z ) a z
Definisi operasi Divergensi adalah

D( x , y , z ) Dx ( x , y , z ) D y ( x , y , z ) Dz ( x , y , z )
x y z

OPERASI CURL H ( x , y , z )
Operator Del melakukan jenis opersi Curl bila bekerja pada
operan berupa fungsi vektor H ( x , y , z ) dimana
H ( x, y, z ) H x ( x, y, z ) a x H y ( x, y, z ) a y H z ( x, y, z ) a z
Definisi operasi Curl adalah

H ( Hz H y ) a x ( H x H z ) a y ( H y H ) a
y z z x x y x z

OPERATOR LAPLACIAN (2)


Operator Laplacian didefinisikan
2 2 2
2 2 2 2
x y z
Bila beroperasi pada sebuah fungsi skalar V ( x , y , z ) maka bentuk
operasinya
2 2 2
2V ( x, y, z ) 2 V ( x, y, z ) 2 V ( x, y, z ) 2 V ( x, y, z )
x y z

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 10
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

Bila beroperasi pada fungsi vektor D( x , y , z ) dimana


D( x, y, z ) Dx ( x, y, z ) a x Dy ( x, y, z ) a y Dz ( x, y, z ) a z
Maka bentuk operasinya
2 D( x, y, z ) a x 2 Dx ( x, y, z ) a y 2 Dy ( x, y, z ) a z 2 Dz ( x , y, z )

C SISTEM KOORDINAT
Pada semua pembahasan diatas kita telah menggunakan sistem
koordinat kartesian. Dalam sub bab ini akan diperkenalkan
beberapa sistem kordinat yang lain yaitu: Koordianat Silinder,
dan Koordinat Bola.

C.1 SISTEM KOORDINAT SILINDER

Sebuah titik P selain dinyatakan dengan koordinat kartesian


P(x,y,z), dapat juga dinyatakan dalam koordinat silinder
P(,,z). Hubungan transformasi masing-masing koordinat adalah
x cos ; x2 y2
y
y sin ; tan 1
x
zz ; zz

Adapun elemen-elemen diferensial panjang, luas, dan volume


dinyatakan
dl d a d a dz a z
ds d dz a
ds d dz a
dsz d d a z
dv d d dz

Untuk keperluan metransformasi medan (fungsi vektor) dari satu


sistem koordinat ke sistem koordinat yang lain perlu
mengetahui hasil-hasil perkalian titik dari masing-masing
basis
____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 11
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

a a a z
a x Cos -sin 0
a y Sin Cos 0
a z 0 0 1

C.2 SISTEM KOORDINAT BOLA

Sebuah titik P selain dinyatakan dengan koordinat kartesian


P(x,y,z), dapat juga dinyatakan dalam koordinat bola P(r,,).
Hubungan transformasi masing-masing koordinat adalah
x r sin cos ; r x2 y2 z2
y
y r sin sin ; tan 1
x
z
z r cos ; cos 1
x y2 z2
2

Adapun elemen-elemen diferensial panjang, luas, dan volume


dinyatakan
dl dr a r r d a r sin d a z
ds r drd a
ds r sin d dr a
dsr r 2 sin drd a r
dv r 2 sin dr d d

Untuk keperluan metransformasi medan (fungsi vektor) dari satu


sistem koordinat ke sistem koordinat yang lain, maka perlu
mengetahui hasil-hasil perkalian titik dari masing-masing
basis

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 12
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

a r a a
a x Sin Cos Cos cos -sin
a y Sin Sin Cos sin Cos
a z Cos -sin 0

C.3 BERBAGAI OPERASI DEL DALAM KOORDINAT TABUNG


V 1 V V
V a a a
z z
1 V 1 D Dz
D ( D )
z
1 H z H H H z 1 ( H ) H
H ( )a ( )a ( )a
z z z
1 V 1 2V 2V
2V ( ) 2
2 z 2

C.4 BERBAGAI OPERASI DEL DALAM KOORDINAT BOLA

V 1 V 1 V
V a r a a
r r r sin
1 2 1 1 D
D ( r Dr ) ( D sin )
r r
2
r sin r sin
1 ( H sin ) H 1 1 H r ( rH ) 1 ( rH ) H r
H ( )a r ( )a ( )a
r sin r r sin r r r
1 2 V 1 V 1 2V
2V (r ) 2 (sin ) 2 2
r r r r sin r sin 2

TEOREMA DIVERGENSI
s
D dS ( D) dv
vol
Ruas kiri menyatakan integral permukaan tertutup s, sementara
ruas kanan menyatatakan integral volume dimana vol adalah
volume yg dibatasi oleh permukaan tertutup s.

TEOREMA STOKES
c
H dl ( H ) ds
s
Ruas kiri menyatakan integral lintasan tertutup c, sementara
ruas kanan menyatatakan integral permukaan dimana s adalah
permukaan yg dibatasi oleh kurva tertutup c.
____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 13
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

BAB II
DISKRIPSI GELOMBANG

2.1 REVIEW TENTANG GELOMBANG


Secara umum gelombang adalah solusi dari persamaan diferensial
berikut
2 1 2
2
z 2 v t 2
Dimana salah satu solusi dari persaman diferensial tersebut
adalah:

( z, t ) A cos (t z ) dimana
v
Dalam representasi notasi euler solusi diatas biasa ditulis
( z, t ) A e j ( wt z ) atau dalam bentuk fasor
s ( z, t ) A e j ( z )
disini A A e j

2.2 GERAK OSILASI SEDERHANA


Gerak osilasi sederhana adalah gerak lurus yang memenuhi
persamaan gerak
y(t ) A cos( t )
Pada persamaan di atas, argumen (t + ) disebut fasa,
sedangkan y menyatakan simpangan, A menyatakan amplitudo,
menyatakan frekuensi sudut, t menyatakan waktu, dan
menyatakan fasa awal. Persamaan di atas bila digambar dalam
sumbu y dan t adalah sebagai berikut:
yyy
Tampak pada gambar 2.1, simpangan y
t berubah-ubah secara periodik
t
(bolak-balik). Contoh gerak osilasi
adalah gerak bandul matematik dan
Gambar 2.1 gerak beban yang terikat pada
pegas. Sesungguhnya gerak osilasi
y dapat juga dibayangkan sebagai
proyeksi pada sumbu y dari gerak
t pertikel yang sedang bergerak
b b melingkar dengan kecepatan sudut .

Gambar 2.2

Gambar 2.2 memperlihatkan sebuah partikel bergerak melingkar


yang sedang berada di titik b, perhatikan proyeksinya pada
sumbu y dan pemetaannya pada grafik gelombang sinus. Dapatlah
____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 14
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

dibayangkan bahwa proyeksi partikel pada sumbu y adalah gerak


osilasi.
Grafik sinus pada gambar 2.2 di atas menyatakan juga proyeksi
partikel pada sumbu y tetapi juga dipetakan pada sumbu waktu.

2.3 GEJALA GELOMBANG


Sebuah gelombang dicirikan oleh adanya perambatan energi
melalui suatu medium tetapi medium itu sendiri tidak ikut
merambat, Contohnya adalah gelombang tali,gelombang air,
gelombang suara.
Untuk mengamati gelombang tali
dapat dilakukan dengan
mengikatkan tali pada paku di
tembok, kemudian ujung yang lain
digerakkan naik-turun. Gambar
2.3 menggambarkan sebuah
gelombang tali.
Gambar 2.3

Bila pada suatu tempat pada tali itu kita tandai, misalnya
dengan mengecatkan warna putih. ternyata tanda putih itu hanya
bergerak naik-turun saja, tidak bergerak sesuai arah
perambatan gelombang. Demikian pula titik-titik yang lain pada
tali, sebuah titik yang semula diam tiba-tiba bergerak naik-
turun seakan ada yang menggerakkan. Siapa yang menggerakkan?

Ternyata titik itu digerakkan oleh titik disebelahnya yang


melakukan gerakan naik-turun lebih dahulu, demikian seterusnya
setiap titik akan menularkan gerakan naik-turun pada titik
sebelahnya. Jadi tali dalam hal ini sebagai medium tidak
bergerak dalam arah perambatan gelombang tetapi hanya bergerak
naik-turun saja akibat tertular gerak naik-turun titik
sebelahnya. Karena gerak naik-turun adalah suatu energi
mekanik maka proses menularkan gerak naik-turun adalah proses
memindahkan energi dari satu titik ke titik sebelahnya.

Ingat, hanya energilah yang dipindahkan atau dirambatkan,


bukan mediumnya yang dirambatkan. Demikian pula dengan
gelombang air atau pun gelombang suara.

Titik-titik pada tali, gerakan naik-turunnya tidak searah


dengan arah perambatan gelombang tetapi tegak lurus ,
gelombang dengan ciri seperti itu disebut dengan gelombang
transversal. Seandainya gerakan titik itu searah dengan arah
perambatan gelombang maka gelombang itu disebut gelombang
longitudinal, contohnya gelombang longitudinal adalah
gelombang suara dan gelombang pegas.

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 15
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

2.4 PERSAMAN GELOMBANG


Perhatikanlah gambar 1.4 di bawah ini yang menggambarkan
sebuah gelombang tali. Misalkan, gelombang tersebut merambat
pada arah kekanan dengan kecepatan rambat v.
y
Keadaan tertentu dari suatu titik
pada tali disebut fasa misalnya
a xb
A x titik a keadaannya berada pada
yb b simpangan nol, akan bergerak ke

bawah, dan jaraknya dari pusat
koordinat adalah -xa.
Gambar 1.4

Sedangkan titik b keadaannya berada pada simpangan yb, akan


bergerak ke atas dan jaraknya dari sumber adalah xb . Fasa
dapat dinyatakan dengan satuan sudut. Memang pada lazimnya
fasa dinyatakan dengan sudut. Nah, bagaimana menyatakan fasa
dalam satuan sudut?

Perhatikan gambar 1.5 dimana sebuah titik pada gelombang dapat


dipandang sebagai proyeksi sebuah titik yang bergerak pada
lingkaran dengan kecepatan sudut tetap dengan jejari A,
ketika kedudukan titik pada lingkaran berada pada sudut
tertentu, sudut inilah yang digunakan sebagai besaran fasa
(dihitung dari sumbu x positip).
y Sedangkan simpangan maksimum
yang dapat dicapai sebuah titik
x
b
adalah A disebut amplitudo.
b
Jarak satu perioda adalah jarak
antar titik terdekat yang
Gambar 1.5 fasanya sama,

jarak ini disebut juga panjang gelombang biasanya dinotasikan


dengan . Jarak ini oleh perambatan gelombang ditempuh dalam
waktu T yang disebut perioda waktu.
Banyaknya perioda yang terbentuk dalam waktu satu sekon
disebut frekuensi dinotasikan f. Ini semua berarti harus
berlaku
f 1/ T
v /T f

Bila dikaitkan kembali dengan gambar 1.5 maka satu perioda


adalah ditempuhnya satu lingkaran penuh oleh satu titik pada
lingkaran, ini berarti frekuensi adalah jumlah putaran yang
ditempuh suatu titik pada lingkaran itu dalam waktu satu
sekon, sehingga
2f 2 / T
____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 16
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

Setiap titik pada tali akan mempunyai kedudukan /


simpangan y sebagai fungsi dari x dan t yaitu
y( x, t ) sin (x t o ) atau
y( x, t ) cos (x t 'o )
Bila gelombang merambat kekiri maka
y( x, t ) sin( x t o ) atau
y( x, t ) cos (x t 'o )
Argumen dari sin atau cos diatas yaitu (xt+o) merupakan
satuan sudut, inilah yang dinamakan fasa. dinamakan tetapan
gelombang (=2/), o disebut fasa awal atau fasa ketika x=0
dan t=0 biasa disebut juga tetapan fasa.

2.5 PRINSIP SUPERPOSISI


Dua buah gelombang atau lebih dapat berada pada (lokasi)
medium yang sama, bentuk akhir dari beberapa gelombang pada
sebuah lokasi dinamakan superposisi dari beberapa gelombang
tersebut. Misalnya pada seutas tali, ujung yang satu (kiri)
menjadi sumber gelombang, ujung yang lain (kanan) menjadi
sumber gelombang yang lain, kedua gelombang akan menjalar pada
tali yang sama, bentuk akhir dari kedua gelombang yang
kebetulan saling berlawanan arah ini disebut superposisi
gelombang.

Gambar 1.6a Gambar 1.6b Gambar 1.6c Gambar 1.6d

Gambar 1.6c di atas memperlihatkan hasil superposisi maksimum


dari dua buah pulsa gelombang yang bertabrakan dari kiri dan
kanan. Perhatikan, Setelah bertabrakan kedua pulsa berpisah,
seperti yang terlihat pada gambar 1.6d.
Kata superposisi disini dapat diperluas artinya yaitu:
suatu operasi penjumlahan yang bersifat linier atau dalam hal
ini penjumlahan biasa. Artinya hasil akhir dari beberapa
gelombang yang berada pada suatu lokasi yang sama adalah
penjumlahan biasa dari beberapa gelombang tersebut. Untuk
contoh tali diatas misalnya gelombang dari kiri adalah y1(x,t)
sedang yang dari kakan y2(x,t) maka hasil superposisi keduanya
adalah
y R ( x, t ) y1 ( x, ) y2 ( x, t )
N buah sirine yang yang masing-masing menghasilkan gelombang
y1, y2, y3, ,yN akan menghasilkan superposisi gelombang
diudara:
____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 17
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

y R y1 y 2 y3 ... y N

MENJUMLAHKAN FUNGSI SINUSOIDAL


Untuk kasus dua buah gelombang dengan frekuensi, dan fasa awal
sembarang tetapi amplitudo sama, misalnya
y1 A sin( x 1t o1 )
y2 A sin( x 2t o 2 )
maka hasil penjumlahan yR=y1+y2 dapat diselesaikan dengan
menggunakan aturan penjumlahan sin:
sin B sin C 2 sin 1 2 ( B C ) cos 1 2 ( B C )
Sedangkan untuk kasus gelombang-gelombang yang frekuensi ()
dan tetapan gelombangnya () sama tetapi fasa awal dan
amplitudo sembarang dapat dilakukan dengan teknik fasor,
misalnya
y1 A1 cos( x t o1 )
y2 A2 cos( x t o 2 )
y3 A3 cos( x t o3 )
.
.
y N AN cos( x t oN )
maka langkah-langkah untuk mendapatkan yR=y1+y2+y3++yN adalah
sebagai berikut:
Hasil penjumlahan N buah gelomang tersebut adalah yR= AR
cos (x-t+R) sehingga yang harus di cari adalah AR dan
R.
Hitung AR dan R dengan cara:
1/ 2

N
2
N
2

AR Ai cos oi Ai sin oi

i 1 i 1
N

Ai sin oi
R tan 1 iN1

Ai cos oi
i 1

2.6 GELOMBANG BERDIRI


Perhatikan gambar 1.7 dibawah ini. Pada gambar tersebut,
sebuah pulsa gelombang pada tali yang menjalar kekanan akan
dipantulkan oleh dinding tembok, hasil pemantulan adalah
sebuah pulsa yang bergerak kekiri dengan fasa berlawanan, ini
terlihat dari kedudukan puncak pulsa pantulan yang berlawanan
dengan puncak pulsa sebelumnya, sehingga beda fasa kedua pulsa
tersebut sebesar 180o. Bila yang dikrimkan bukan pulsa tetapi
gelombang (terus-menerus) yang merambat
____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 18
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

kekanan maka gelombang tersebut juga akan dipantulkan oleh


dinding. Hasil pemantulan tersebut akan merambat kekiri dengan
fasa yang berlawanan.

Sebut saja gelombang yang


merambat kekanan sebagai
yd gelombang datang (yd) dan
gelombang yang merambat kekiri
sebagai gelombang pantul (yp).
yp
yd A sin (x t )
Gambar 1.7 y p A sin (x t 180o )

Kedua gelombang ini akan bertabrakan (bersuperposisi) sehingga


menghasilkan gelombang yR
yR yd y p Dengan menggunakan rumus penjumlahan
sinus
sin B sin C 2 sin 1 2 ( B C ) cos 1 2 ( B C )
maka didapat
yR 2 A cos x sin t
yR ini disebut sebagai gelombang
berdiri yang berbeda dengan gelombang
biasa (berjalan). Persamaan yR tersebut
dapat dituliskan
y R A' sin t
dimana A' 2 A cos( x) . Dalam hal ini
terlihat yR adalah sebuah osilator
Gambar 1.8
harmonik yang tersebar sepanjang sumbu-
Gelombang berdiri pada x, atau semua titik pada tali merupakan
dawai

osilator harmonik yang independen dengan amplitudo A yang


merupakan fungsi x karena A' 2 A cos(kx) , hal ini menunjukkan
juga bahwa pada x (n 1 2 ) / k maka A' 0 , artinya akan ada titik-
titik tertentu di sepanjang tali yang amplitudo osilatornya
nol. Tabel dibawah ini menunjukkan perbedaan antara gelombang
berdiri dan gelombang berjalan.

Gelombang Berdiri Gelombang Berjalan


Pada setiap titik Pada setiap titik
Amplitudonya bervariasi Amplitudonya sama
Ada titik-titik yang Tak ada titik yang
amplitudonya nol amplitudonya nol
Tidak ada perambatan Ada perambatan
2.7 POLARISASI
Lakukanlah percobaan berikut:

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 19
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

1. Ikatkan ujung sebuah tali yang cukup panjang pada sebuah


tiang lalu tarik, ujung yang lain dipegang dan buatlah
sebuah gelombang vertikal dengan menggerakkan tangan naik-
turun (vertikal). Karena tangan anda bergerak dalam arah
vertikal maka gelombang yang terjadi adalah gelombang yang
berpolarisasi linier vertikal (kata linier karena gerakan
tangan anda embuat garis lurus dan vertikal).
2. Sekarang buat gelombang dengan cara menggerakkan tangan
horisontal maka gelombang yang terjadi adalah sebuah
gelombang dengan polarisasi linier horisontal.
3. Sekarang lakukan gerakan tangan, mula-mula seperti
percobaan (1) diatas yaitu dengan menggerakkan tangan lurus
naik-turun vertikal, kemudian gerakan naik-turun tersebut
diubah arahnya dari vertikal agak sedikit miring kekanan
secara kontinu, lalu ubah sedikit demi sedikit arah
kemiringan sehingga membuat satu lingkaran penuh. Ulangi
terus sampai gelombang tali yang terjadi terlihat
melingkar-lingkar seperti terlihat pada gambar 6.9.
Polarisasi yang terjadi ini disebut polarisasi lingkaran.
Sebuah cahaya (foton) dapat
memiliki salah satu jenis
polarisasi: Linier, Lingkaran,
atau bahkan Elips. Tetapi
seberkas cahaya lampu atau
simpangan matahari yang terdiri dari
milyaran foton dan masing-masing
foton memiliki jenis
Gambar 1.9

polarisasinya sendiri sehingga secara total berkas cahaya


matahari polarisasinya adalah acak atau sering disebut
takterpolarisasi.
Gambar 6.9
2.8 TEORI 168
HUYGENS
iskander
Cobalah anda ganggu air di bak dengan cara mencelupkan tangan
ditengah bak tersebut, maka terlihat riak air yang melingkar
dan menjuhi tangan anda. Lingkaran riak air yang terlihat
adalah muka gelombang. Teori Huygens menyatakan bahwa setiap
titik pada muka gelombang merupakan sumber gelombang baru.
Teori ini dapat menjelaskan berbagai gelala gelombang seperti
interferensi, difraksi, dan lain-lain.

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 20
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

BAB III
SOLUSI GELOMBANG DARI PERSAMAAN MAXWELL

3.1 GELOMBANG DATAR DALAM BAHAN KONDUKTIV


Secara lengkap persamaan-persamaan Maxwell adalah:

E v (3.1a)

B 0 (3.1b)

B
E (3.1c)
t
B E
J (3.1d)
t

B
dimana J E dan H.

Konstanta-konstanta , , merupakan karakteristik bahan/medium

pada mana medan E dan B berada, masing-masing dinamakan
permitivitas, permeabilitas, dan konduktifitas, dan
memenuhi definsi r o dan r 0 .

Jika diasumsikan bahwa setiap atom dalam bahan/medium


mempunyai jumlah proton dan elektron sama sehingga muatan
totalnya nol, berarti rapat muatannya v 0 , sehingga
persamaan Maxwell diatas menjadi:

E 0 (3.2a)

B 0 (3.2b)

B
E (3.2c)
t
B E
E (3.2d)
t

Dengan sedikit manipulasi, persamaan-persamaan Maxwell di atas



akan dapat memberikan solusi gelombang E dan B yang dalam
bentuk fasor dituliskan:
E s ( z ) E m e z (3.3)

B
Bs ( z ) Bm e z atau H s ( z ) H m e z ; H

yang merupakan gelombang datar dimana

j j (3.4)

j (3.5)
____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 21
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

dapat diturunkan bahwa:


1/ 2

2

1
1 Np / m (3.6)
2

1/ 2

2

1 1 rad / m (3.7)
2

dengan substitusi (3.5) ke (3.3) maka ekspresi (3.3) menjadi:


E s ( z ) Em e ( j ) z (3.8)

Tanda pada menyatakan perambatan E dan B merambat
kakanan (arah z membesar) jika (bertanda minus), atau jika
sebaliknya kekiri. Dapatlah dipilih salah satu, untuk
kemudahan biasanya diplih sehingga persamaan (3.8) menjadi
E s ( z ) Em e z e jz
dimana
Em Em e j
Jadi solusi E (z) bila dituliskan dalam bentuk yang lengkap
(bukan fasor):
E ( z) Em e z e jt e jz e j atau
E ( z ) Em e z e j (t z ) (3.9)
sehingga bentuk realnya
E ( z ) Em e z cos (t z ) (3.10)

Didefinisikan pula impedansi karakteristik bahan yaitu:




j 1 2 tan 1 E
e
(3.11)
2 1/ 4
H
j
1


j E
e
H
sehingga

E E j
Hs e (3.12)

maka bentuk riel gelombang H adalah
E
H ( z ) m e z cos (t z ) (3.13)

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 22
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

3.2 GELOMBANG DALAM BAHAN NONKONDUKTIF


Bahan nonkonduktiv adalah bahan dimana 0 sehingga beberapa
persamaan yang didapat terdahulu menjadi terkoreksi dengan
mengabaikan (menganggap nol) harga .

Perhatikan persamaan-persamaan yang telah terkoreksi berikut:



J 0 (3.14)
j j (3.15)
0 (3.16)
(3.17)

(3.18)

E ( z ) Em cos (t z ) ) (3.19)
E
H ( z ) m cos (t z ) (3.20)

Khusus untuk medium udara atau ruang hampa harga r r 1 yang


berarti o dan o sehingga
j j o o
2
o o ; c 3 108 m/ s
c
o
377
o

3.3 PERBEDAAN GELOMBANG PADA MEDIUM KONDUKTIF DAN


NONKONDUKTIF
Gelombang pada persamaan (3.19) dan (3.20) adalah gelombang
yang menjalar didalam bahan nonkonduktiv ( 0 ), perhatikan
pada kedua gelombng E (z ) dan H (z ) tersebut:
1) Tidak ada suku e z karena 0 artinya tak ada redaman
2) Konstanta fasa untuk medan E (z ) dan H (z ) sama karena

impedansi karakteristiknya bilangan real

Gambar 3.1 di bawah mengilustrasikan gelombang E x (z ) dan H y (z )



pada medium nonkonduktiv, perhatikanlah arah medan E (z ) dan

H (z ) saling tegak lurus, dan masing-masing juga tegak lurus
terhadap arah penjalaran (sumbu z).

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 23
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

x
Ex Vz

z
y

Hy
Gambar 3.1

Sekarang perhatikan Gambar 3.2 berikut yang mengambarkan


gelombang E (z ) dan H (z ) pada medium konduktiv yaitu medium
dimana 0

x Ex

z
y
Hy

Gambar 3.2

Terlihat, bahwa:
1) Karena 0 maka terdapat suku e z yang merupakan faktor
peredam terhadap amplituto gelombang, sehingga gelombang
teredam secara eksponensal negatif. disebut konstanta
redaman.
2) Pada z z 1 amplitudo gelombang tersisa E m e 1 , harga
z 1 disebut skin depth ( ), jadi 1 .
3) Gelombang E x (z ) dan H y (z ) tidak sefasa karena konstanta
fasa berbeda dengan selisih (lihat persaman (3.11) dan
(3.13)), hal ini disebabkan besaran impedansi
karakteristik bahan ( ) merupakan bilangan kompleks
j
e .

Terlihat pula arah medan E (z ) dan H (z ) saling tegak-lurus, dan
masing-masing tegak-lurus juga terhadap arah penjalaran
gelombang (sumbu z).

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 24
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________


DAYA DAN VEKTOR POYNTING ()

Vektor Poynting didefinisikan sebagai

E H watt/m2
Vektor poynting menyatakan banyaknya rapat daya pada permukaan
yang dilewati oleh suatu gelombang atau intensitas gelombang
pada permukaan yang dilewati, sedangkan arah vektornya
menunjukkan arah perambatan gelombang.

Misalnya

Ex Em e z cos (t z) a x dan

E
H y m e z cos (t z ) a y

Maka besarnya vektor Poynting,
E2
E x H y sin (90 0 ) m e 2z cos (t t ) cos (t t )

Adapun arah vektor Poynting sesuai aturan sekrup adalah dalam

arah sumbu z (z E x H y ).

VEKTOR POYNTING RATA-RATA


Karena vektor Poynting masih merupakan fungsi yang
berfluktuasi terhadap waktu, maka perlu didefinisikan vektor
poynting rata-rata waktu:
T
1
av (t )dt dimana T adalah perioda (1/f).
T0
Untuk contoh Ex dan H y di atas maka
1 E m2 2z
av e cos
2
Pada contoh diatas, gelombang adalah teredam dengan
0 dan kompleks , maka jika gelombang tak teredam ( 0 dan real
) vektor poynting rata-ratanya adalah:
1 Em2
av
2

POLARISASI

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 25
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

BAB IV
PANTULAN GELOMBANG
4.1 PANTULAN TEGAK LURUS PADA BATAS DUA MEDIUM

Ei Et Gambar di samping memperlihatkan


v
sebuah gelombang datang E i dan H i
v
Hi
Er Hr
Ht
datang dari medium 1 (z<0),
gelombang tersebut pada perbatasan
-v z
0
medium (z=0) akan di pantulkan
Gambar 4.1 sebagai gelombang pantul E r dan H r ,
dan sebagian juga ada yang diteruskan sebagai gelombang
transmisi E t dan H t di meduim 2 (z>0). Bila kita tuliskan semua
gelombang tersebut :
E xi Em1 e 1z

i E m1 z
Hy e 1
1

E xr E m1 e 1z

r E m1 1z
Hy e
1

E xt E m2 e 2 z

t E m 2 z
Hy e 2
2

Karena di z=0 harus berlaku prinsip kontinuitas maka di titik


tersebut harus berlaku syarat batas kontinuitas :
Medan E :

E xi E xr z 0 E xt z 0 sehingga Em1 Em1 Em2 (4.1)
Medan H:
Em1 Em1 Em2
i r t

H y H y z0 H y z0 sehingga
1
(4.2)
1 2
Dari (4.1) dan (4.2) didapat :
Em1 2 1
(4.3)
Em1 2 1
Disebut koefisien pantul (refleksi), dan
Em1 2 2
T ; T 1 (4.4)
Em1 2 1

Disebut koefisien transmisi.

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 26
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

4.2 PANTULAN TEGAK LURUS PADA BATAS TIGA MEDIUM

Daerah 3
Daerah 1 Daerah 2

0 z=d

.
.
.

Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3


Z
Z=0 Z=d

Gambar 4.2

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 27
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

BAB V
SALURAN TRANSMISI UNTUK
SINYAL SINUSOIDAL
Pada rangkaian listrik, dimensi rangkaian biasanya lebih kecil
dibandingkan panjang gelombang sinyal yang ditransmisikan,
sehingga dapat dipandang sebagai sebuah rangkaian yang
tergumpal.

Tinjauan saluran transmisi yang akan dibahas pada bab ini


adalah saluran yang panjangnya tidak dapat diabaikan tarhadap
sinyal yang ditransmisikan.

BAB V
RADIASI DAN ANTENA

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 28
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI
Hal 29
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN / PU- 2213
____________________________________________________________________________________________________________

Gambar 4.3

____________________________________________________________________________________________________________

STTTELKOM SUPRAYOGI

Anda mungkin juga menyukai