PENDAHULUAN
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Angka kematian bayi menjadi indikator
pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari
status kesehatan anak suatu negara.1 Menurut laporan organisasi medis kemanusiaan
dunia, Medicins Sans Frontieres (MSF) atau dokter lintas batas yang menyebutkan
tertinggi anak - anak yang tidak terjangkau imunisasi, sebanyak 70% dari anak anak
yang tidak terjangkau program imunisasi rutin terbesar di Kongo, India, Negiria,
merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan terhadap infeksi suatu penyakit yang
paling efektif dan lebih murah. Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Setiap
bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3
dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak.3
1
Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982, kemudian
pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi dasar lengkap atau Universal Child
ImunIzation (UCI) secara nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi campak kesempatan
kedua diberikan kepada anak sekolah kelas I VI (Catch up) secara bertahap yang
kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi campak secara rutin kepada anak
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi
145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400
kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang
2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan
mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus.
Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama
periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun
(3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).5
Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada
anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia > 20 tahun. Kematian penderita karena
berat dan gizi buruk serta penanganan yang terlambat. Sejak vaksinasi campak
2
Dari data Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2015 dan tahun 2016,
menjadi 93.2%. Namun, pada angka cakupan imunisasi campak ini sudah mencapai
target cakupan imunisasi campak secara nasional yaitu 93%. Cakupan imunisasi
lanjutan dan BIAS campak masih dibawah target yaitu kurang dari 95%, sementara
Crash Program Campak sudah mencapai target yaitu 97.4%. Berdasarkan uraian
Kuranji?
Tujuan umum dari makalah ini adalah memberikan gambaran imunisasi campak
3
1.3.2 Tujuan Khusus
Ambacang Kuranji
Kuranji
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur dan laporan Puskesmas Ambacang Kuranji, analisis dan diskusi
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Campak
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
droplet di udara yang berasal dari penderita. Virus campak masuk melalui saluran
pernapasan dan melekat di sel-sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus
retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di
tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia
sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11
sampai hari ke14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh
lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala klinis terjadi
1. Stadium prodromal
Berlangsung 3 hari (2-4 hari), ditandai dengan demam yang dapat mencapai
39,50C. Selain demam, dapat timbul gejala berupa malaise, coryza (peradangan akut
membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk. Gejala-
5
gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif
yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak ini
berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan
noda putih keabuan. Timbulnya bercak koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12
jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis.
2. Stadium eksantem
ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul
selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3
setelah munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya
Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola
timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang akan
2.1.3 Diagnosis
Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang mulai
timbul dari belakang telinga sampai ke seluruh tubuh. Pemeriksaan fisik berupa suhu
badan tinggi (>380C), mata merah, dan ruam makulopapular. Pemeriksaan penunjang:
6
imunoglobulin M (IgM) campak juga dapat membantu diagnosis dan biasanya sudah
dapat terdeteksi sejak hari pertama dan ke-2 setelah timbulnya ruam.5-7 IgM campak
Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga berupa
ruam makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya stadium prodromal
1. Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk.
2. Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika
ruam muncul.
prodromal.
4. Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam
tetapi tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan
2.1.5 Tatalaksana
4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat
7
virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi
seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari
Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai
umur penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain :15
8
4. Susunan saraf pusat:
a. Ensefalitis akut
Timbul pada 0,01 0,1% kasus campak. Gejala berupa demam, nyeri
kepala, letargi, dan perubahan status mental yang biasanya muncul antara
hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya ruam. Umumnya self-
limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada sekitar 15% kasus terjadi
perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa dapat berupa kehilangan
2.1.7 Prognosis
dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko yang mempengaruhi
2.1.8 Pencegahan
(Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014,
vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin booster dapat
diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak
9
perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada
usia 5-6 tahun. Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan.10
Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi
primer, pasien tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ,
terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti
a. Tahap Reduksi
Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi
Pada tahap ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata,
terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB
b. Tahap Eliminasi
10
Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%), dan
daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus
campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai
c. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak
sudah memasuki tahap eliminasi. Pada TCG Meeting, Dakka, 1999, menetapkan
Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan terjadinya KLB. Cakupan
imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi
virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap
eliminasi.
a. Imunisasi rutin 2 kali, pada bayi 9-11 bulan, anak Sekolah Dasar Kelas 1 dan
b. Surveilans campak.
d. Manajemen kasus.
e. Pemeriksaan laboratorium.
eradikasi polio. Kendala utama yang dihadapi adalah kelengkapan data/laporan rutin
Rumah Sakit dan puskesmas yang masih rendah, beberapa KLB campak yang tidak
11
pada umumnya belum dilakukan dengan baik terutama di puskesmas, belum semua
2.3 Imunisasi
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa
tidak akan terjadi penyakit. Ada dua macam kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan
kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,
bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang
diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan
oleh tubuh. Waktu paruh IgG adalah 28 hari, sedangkan waktu paruh imunoglobulin
lainnya pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri
akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara ilmiah.
Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologi.17
imunisasi cacar.17
12
Manfaat imunisasi ada 3, yaitu : 18
1. Untuk anak
2. Untuk keluarga
pembentukan keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anaknya akan
3. Untuk negara
pilihan. Imunisasi wajib adalah imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri
dari imunisasi rutin dan imunisasi lanjutan. Imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi
yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal imunisasi. Sebagai salah satu
kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau
DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Seorang bayi diimunisasi dengan
vaksin yang disuntikkan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut. Program
13
imunisasi pada bayi bertujuan agar setiap bayi mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap.18
Tabel 2.1 Jadwal Pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap Anak <1 Tahun
18 Bulan 24 bulan
DPT/HB/Hib Lanjutan Campak
14
Imunisasi campak diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan walaupun
demikian dapat diberikan secara intramuskular. Salah satu indikator pengaruh vaksin
pelaksanaan program imunisasi. Imunisasi campak diberikan lagi pada saat masuk
sekolah SD. Anak yang mendapatkan imunisasi campak suhu tubuhnya akan
meningkat antara hari ke-7 sampai ke-12 sesudah mendapat imunisasi. Suhu tubuh
sampai mencapai 39,5C biasanya terjadi pada hari ke-9 sampai ke-10 sesudah
mendapat imunisasi. Disamping itu, gejala ikutan yang terjadi kebanyakan tidak
disebabkan oleh vaksin itu sendiri, tetapi terjadi secara kebetulan. Kadang-kadang
dapat terjadi kejang-demam dan ruam pada kulit muncul sekitar 5% anak yang
mendapat imunisasi, biasanya terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-10 sesudah
BAB 3
ANALISIS SITUASI
Kuranji kota Padang yaitu kelurahan Pasar Ambacang. Karena terletaknya puskesmas
15
dikelurahan tersebut maka diberi nama Puskesmas Ambacang Kuranji sesuai dengan
masukan dari berbagai pihak antara lain Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang
puskesmas ini masih bekerja sama dengan Puskesmas Kuranji, karena 4 kelurahan
sebagai wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Pada tahun 2006 telah berdiri sendiri dapat
Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15" Lintang Selatan dan +100
23' 50.14" Lintang Utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12
km2. Wilayah kerja Puskesmas Ambacang terdiri dari empat kelurahan yaitu:
Lubuk Lintah.
kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain Puskesmas Ambacang,
antara lain:
16
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Dilihat dari segi topografis dan geografis Puskesmas Ambacang yang terletak
di Jl. Raya By Pass Ds. Pasar Ambacang, Kec. Kuranji, Kota Padang ( 8 km dari
pusat kota) dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empat pribadi
maupun sarana angkutan umum berupa angkutan kota, ojek, dan becak sehingga
17
Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang
selama tahun 2016 adalah 50.694 jiwa dengan distribusi kependudukan menurut
dibagi luas wilayah dalam kilometer persegi) di Kecamatan Kuranji sebesar 4.224
wilayah kerja Puskesmas Ambacang selama 6 tahun terakhir dari 2010 (43.114 orang)
sampai dengan 2016 adalah sebanyak 7850 orang. Dengan pertambahan jumlah
penduduk yang cukup pesat maka berbagai masalah dapat bermunculan seperti
berikut.
18
3 Lubuk Lintah 4,03 km2 10.523 2611,16
4 Ampang 4,03 km2 7.496 1860,04
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap kelurahan tergolong pada kategori
padat dimana kelurahan dengan angka kepadatan penduduk paling tinggi adalah
Kelurahan Pasar Ambacang yaitu 3614,11 (30,96%) dan paling rendah adalah
Total
Kelurahan Bayi Balita Bumil Bulin Bufas WUS PUS Lansia
Penduduk
Ps.Ambacang 337 1.628 366 350 350 4.178 3.436 1.190 18.179
Anduring 226 1.299 292 279 279 3.331 2.779 949 14.496
Lubuk Lintah 196 943 212 202 202 2.418 1.872 689 10.523
Ampang 141 672 151 144 144 1.725 1.534 491 7.496
Jumlah 940 4.542 1.021 975 975 11652 9.621 3.319 50.694
Ket : Bumil = Ibu Hamil, Bulin = Ibu Bersalin, Bufas = Ibu Nifas, WUS = Wanita Usia Subur
lebih besar dari yang seharusnya. Hal tersebut menyebabkan kurang maksimalnya
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit
berdasarkan golongan umur sehingga sasaran dari setiap program puskesmas pun
Ambacang adalah wanita usia subur yaitu sebanyak 11.652 orang sehingga program
19
kesehatan yang harus lebih diperhatikan adalah kesehatan reproduksi wanita tanpa
Kuranji
2016 pada umumnya terjadi penurunan cakupan imunisasi campak. Capaian tertinggi
pada tahun 2015 yaitu kelurahan Pasar Ambacang. Namun, secara keseluruhan
cakupan imunisasi campak sudah tercapai dengan target capaian imunisasi campak di
Ambacang Kuranji
20
Tabel 3.6 Cakupan Imunisasi Lanjutan Campak di Puskesmas Ambacang
Kuranji Tahun 2015
cakupan imunisasi lanjutan campak pada usia bawah tiga tahun mengalami
peningkatan pada tahun 2016 yaitu 34.2%. Akan tetapi, hasil pencapaian tersebut
21
94.300%
94.250%
94.200%
94.100%
94.050%
94.000%
2015 2016
Gambar 3.3 Cakupan BIAS Campak di Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun
2015 dan 2016
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2015 dan 2016 6,7
2016 hasil pencapaian cakupan BIAS campak mengalami peningkatan pada tahun
2016 yaitu 94.3%. Akan tetapi, hasil pencapaian tersebut belum sesuai dengan target
22
2 Ampang 591 95.8
3 Lubuk Lintah 776 98.2
4 Anduring 1059 98
Jumlah 3716 97.4
tinggi (cakupan herd immunity >95%) untuk memutuskan penularan penyakit campak
Ambacang Kuranji tahun 2016 cakupan Crash Program Campak telah sesuai dengan
BAB 4
PEMBAHASAN
Kuranji
23
Menurut PMK No.42 tahun 2013, pelaksanaan imunisasi dapat dilakukan di
swasta (RS, RB, BP, dll) dan Puskesmas. Pelaksaan imunisasi ini harus direncanakan
Imunisasi campak termasuk dalam program imunisasi wajib yang terdiri dari
posyandu dijalankan setiap bulan pada minggu kedua dan ketiga, dimana setiap bayi
berumur 9 bulan akan dilakukan imunisasi dasar campak dan bayi yang berumur 24
campak juga dapat dilaksanakan di puskesmas yaitu setiap hari kerja. Untuk BIAS
campak diberikan pada semua siswa kelas I sekolah dasar dan dilaksanakan setiap
Berdasarkan PMK No.42 tahun 2013, imunisasi dilakukan oleh dokter atau
pelayanan imunisasi kepada bidan dan perawat sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk melaksanakan imunisasi wajib sesuai program pemerintah. Dari hasil
Kuranji adalah seorang bidan. Pelaksana pelayanan posyandu dilakukan oleh perawat
24
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan posyandu di salah satu kelurahan di
memberikan informasi kepada orang tua terkait dengan jenis vaksin yang diberikan,
dasar campak sudah mencapai target yaitu dari 4 kelurahan di Kecamatan Ambacang
Kuranji, seluruh kelurahan mencapai target imunisasi campak yaitu lebih dari 93%.
Cakupan imunisasi lanjutan campak masih dibawah target yaitu 34.2% dan cakupan
Kuranji
Kuranji 2016 tidak memiliki kendala dan permasalahan yang cukup berarti.
Pencapaian pada tahun 2016 menurun dibandingkan dengan pencapaian pada tahun
2015 yaitu 93,2%. Akan tetapi, cakupan imunisasi dasar wajib pada tahun 2016 masih
sesuai dengan target cakupan imunisasi Puskesmas Ambacang Kuranji yaitu 93%.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, ada beberapa alasan seseorang tidak
diimunisasi yaitu anak demam (28,8%), keluarga tidak mengizinkan (26,3%), tempat
imunisasi jauh (21,9%), sibuk/repot (16,3%), anak sering sakit (6,8%), tidak tau
kerja Puskesmas Ambacang Kuranji masih ada yang belum sesuai target disebabkan
25
karena karena sebagian kecil orang tua tidak ingin anaknya diimunisasi dengan alasan
anak sedang demam, upaya yang telah dilakukan oleh kader dan pemegang program
adalah dengan meminta ibu untuk membawa anaknya apabila sudah sembuh ke
puskesmas agar anak mendapatkan imunisasi, namun masih ada orang tua yang tidak
Selain itu, sebagian kecil orang tua tidak pernah datang ke posyandu untuk
membawa anaknya imunisasi dengan alasan keluarga tidak mengizinkan, hal ini
berkaitan dengan pemahaman yang salah yang dimiliki orang tua, takut anaknya akan
sakit apabila di imunisasi. KIPI yang biasa terjadi setelah imunisasi campak adalah
demam. Upaya yang dilakukan kader terhadap ketakutan orang tua adalah
menjelaskan kepada orang tua tentang KIPI campak sebelum anak diberikan vaksin
campak sehingga orang tua mengerti dan memberikan persetujuan pada saat anaknya
diberikan vaksin.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
26
1. Puskemas Ambacang Kuranji telah melaksanakan program Imunisasi
mencapai target.
target.
rendah.
5.2 Saran
imunisasi campak.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 2002. Program Kesehatan Anak dan Remaja. Diakses dari:
http://www.who.or.id. 20 April 2017
27
2. Fida, Maya. 2012. Pengantar Ilmu kesehatan Anak. Jogjakarta: D-MEDIKA
3. Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri Rejeki S. 2010. Imunisasi Upaya Pencegahan
Primer. Pedoman Imunisasi di Indonesia,. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
4. Nadhirin. 2010. Campak di Indonesia Departement Kesehatan RI: Petunjuk
Teknis Kampanye Imunisasi Campak Tahun 2010. Jakarta: Depkes RI.
5. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2015.
Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan tahun 2014. Jakarta; h
25-7.
6. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji 2015
7. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji 2016
8. Cherry JD. Measles Virus. In: Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Hotez PJ,
Steinbach WJ, editors. 2014. Feigin & Cherrys textbook of pediatric infectious
diseases. 7th ed. Philadelphia ; Elsevier Inc (2) : 2373-94.
9. Soegijanto S, Salimo H. 2011. Campak. In: Ranuh IGNG, Suyitno H, Hadinegoro
SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman imunisasi di
Indonesia. 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 341-5.
10. Maldonado YA. Rubeola virus (measles and subacute sclerosing panencephalitis).
2012. In: Long SS, Pickering LK, Prober CG, editors. Principles and practice of
pediatric infectious diseases. 4th ed. Churchill Livingstone: Elsevier Inc.; 1137-
44.
11. The American Academy of Pediatrics. Measles. Early release from red book.
2015. Report of the Committee on Infectious Diseases. Available from:
http://redbook.solutions.aap.org/DocumentLibrary/2015RedBookMeasles.pdf. 20
April 2017
12. Khuri-Bulos N. Measles. 2012. In: Elzouki AY, Harfi HA, Nazer HM, Stapleton
FB, Oh W, Whitley RJ, editors. Textbook of clinical pediatrics. 2nd ed. Berlin:
Springer; 1221-7.
28
13. Pediatric Infectious Disease Society of the Philippines. Interim management
guidelines for measles. 2013. Available from: www.pidsphil.org/pdf/
Journal_12312013/jo45_ja07.pdf. 20 April 2017
14. World Health Organization. Treating measles in children. 2004. Available
from:http://www.who.int/immunization/documents/EPI_TRAM_97.02/en/. 20
April 2017.
15. Dubey AP. Measles. 2013. In: Parthasarathy A, Menon PSN, Gupta P, Nair MKC,
Agrawal R, Sukumaran TU, editors. IAP Textbook of Pediatrics. 5th ed. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers ; 250-1.
16. Saroso, Sulianti. 2010. Imunisasi Campak (Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.
Dr. Sulianti Saroso) http://www.infeksi.com/articles.php?ing=in&pg=15. 20 April
2017.
17. Akib, Arwin AP, Munasir, Zakiudin & dkk. 2008. Aspek Imunologi Imunisasi. In:
Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Ikatan Anak
Indonesia, 154-159.
18. Peraturan Menteri Kesehatan No. 42 Tahun 2013
19. Ranuh, dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi
IDAI
29