Discharge Planning
Pada appendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di observasi, istirahat dalam posisi fowler,
diberikan antibiotic dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadi
perfolasi diberikan drain di perut kanan bawah.
Branko Pneumonia
Discharge Planning
1. Berhenti merokok
2. Minum banyak air putih dan berhenti minum minuman yang beralkohol
3. Hindari iritan atau allergen yang dapat memperparah penyakit seperti asap rokok
4. Tingkatkan imunitas tubuh dengan makan makanan yang mengandung nutrisi seimbang,
berolahraga dan cukup istirahat serta mengurangi stress
5. Jika penyakit bertambah parah segera berkonsultasi dengan dokter
Thypoid
Discharge Planning
1. Hindari tempat yang tidak sehat
2. Hindari daerah endemis demam tifoid
3. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih
4. Makanlah makanan bernutrisi lengkap dan seimbang dan masak/panaskan sampai suhu
57oC beberapa menit dan secara merata
5. Salmonellatyphio didalam air akan mati apabila dipanaskaan setinggi 57oC untuk
beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi
6. Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi
7. Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan atau dari botol
8. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman
9. Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur
10. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, dan efek samping
11. Ketahuilah gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk
mengatasi gejala tersebut
12. Tekankan untuk melakukan control sesuai dengan waktu yang ditentukan
13. Vaksin demam tifoid
14. Buang sampah pada tempatnya
Diare
Discharge Planning
1. Ajarkan pada orangtua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman
(misal oralit)
2. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak
elastis, membrane mukosa kering) dan segera dibawa ke dokter
3. Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya
4. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan ganguuan gizi yang
terjadi
5. Banyak minum air
6. Hindari konsumsi minuman bersoda/minuman ringan yang banyak mengandung glukosa ,
karena glukosa/gula dapat menyebabkan air terserap keusus sehingga memperberat
kondisi diare
7. Biasakan cuci tangan seluruh bagian dengan sabun dan air tiap kali sesudah buang air
besar atau kecil dan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan diare
8. Hindari produk susu dan makanan berlemak, tinggi serat atau sangat manis hingga gejala
diare membaik.
Hemoroid
Discharge Planning
1. Berendamlah tiga kali sehari selama 10-15 menit dalam air hangat. Berendam membantu
mengatasi nyeri dan membersihkanarea sekitar hemoroid
2. Minum banyak air putih minimal 8 gelas per hari
3. Perbanyak makanan yang mengandung tinggi serat
4. Olahrga secara teratur dan biasakan berjalan kaki
5. Hindari mengejan dan menggosok daerah sekitar hemoroid karena dapat mengakibatkan
iritasi dan membuat hemoroid bertambah parah
6. Mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah keluar
7. Menghindari bantalan duduk yang keras, setiap beberapa saat bangun bangun dari duduk,
berjalan-jalan sejenak
8. BAB dengan kloset duduk
9. Turunkan berat badan hingga berat badan ideal dan olahraga secara teratur.
Hernia
Discharge Planning
1. Menggunakan korset/penyangga
2. Hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut
3. Tindakan operasi dan pemberian analgesic pada hernia yang menyebabkan nyeri sesuai
resep dokter
4. Hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat
5. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balut steril setiap hari dan
kalau perlu
6. Hindari factor pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan
masukan cairan adekuat
Hidrocepalus
Discharge Planning
1. Konsultasikan dengan tenaga medis/ahli gizi tentang pemberian nutrisi selama dirumah
2. Kenali gejala-gejala yang dapat membahayakan penderita
3. Tingkatkan kebersihan lingkungan dan penderita sehingga terhindar dari infeksi dan
penyakit lain, serta hindarkan pemaparan asap rokok
4. Konsultasi dengan dokter atau tenaga medis tentang cara penanganan dan perawatan
selama dirumah
5. Diharapkan seluruh keluarga memberikan dukungan atau semangat kepada orangtua dan
si penderita
Hirsprung
Discharge Planning
1. Pelajari gejala adanya kelainan kongetinal pada anak secara dini
2. Selalu menjaga ikatan orangtua dengan anak agar perkembengannya tidak terganggu
dengan bertanya kepada tenaga ahli jika tidak mengerti
3. Konsultasikan kembali dengan dokter tentang intervensi medis (pembedahan0
4. Pelajari perawatan colostomy setelah rencana pulang
5. Konsultasikan diet makanan yang harus dijalani.
Kejang/demam
Discharge Planning
Tujuan penanganan kejang adalah untuk menghentikan kejang sehingga efek pernapasan dan
hemodinamik dapat diminimalkan.
Pengobatan saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejangsangat efektif dalam menghentikan
kejang. Dosis pemberian :
5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun
Atau 5 mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 kg
0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk
menghindari depresi pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan
penyuntikan. Diazepam tidak dianjurkandiberikan per IM Karena tidak diabsorbsi dengan
baik.
3. Bila tetap masih kejang, berian fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahan-lahan.
Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg IM dan pasang ventilator bila
perlu
Setelah kejang berhenti
Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan pengobatan
intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya kejnag demam. Obat
yang diberikan berupa
1. Antipiretik
Paracetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB diberikan 4 kali atau tiap 6 ja.
Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping berupa hyperhidrosis
Ibupropen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
2. Antikonsulvan
Berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang, atau
Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali sehari.
Meningitis
Discharge Planning
1. Intervensi yang tercantum pada penatalaksanaan akut juga berlaku untuk perawatan
jangka panjang
2. Ajarkan pada orangtua tentang pemberian obat dan pemantauan efek samping
3. Konsultasikan komplikasi jangka panjang yang akan terjadi serta tanda dan gejalanya
serta bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat (makanan rendah lemak)
4. Pelajari cara mencegah infeksi, penyebab dan gejala tanda penyakait, istirahat yang
cukup
NS
Discharge Planning
Berikan pada anak dan orangtua instruksi lisan dan tulisan yang sesuai dengan perkembangan
mengenai penatalaksaan di rumah tentang hal-hal sebagai berikut ini ;
1. Proses penyakit (termasuk perkiraan perkembangan dan gejala kekambuhan)
2. Pengobatan (dosis, rute, jadwal, efek samping, dan kompliaksi)
3. Perawatan kulit dan pemberian nutrisi
4. Pencegahan infeksi dan penatalaksanaan nyeri
5. Pembatasan aktifitas
6. Pemeriksaan lebih lanjut
7. Diet rendah garam dan tirah baring dapat membantu mengkontrol edema
8. Pembatasan asupan protein 0,8-1,0 g/kgBB/hari dapat mengurangi proteinuria
9. Control hipertensi untuk mencegah kerusakan ginjal terutama pada penderita diabetes
Peritonitis
Discharge Planning
1. Hindari konsumsi makanan yang dapat menyebabkan penyakit
2. Hindari konsumsi alkoholm dan merokok
3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pola makan yang benar
4. Biasakan hidup berish dan sehat
5. Cucilah tangan sebelum dan setelah aktivitas
6. Jika post op konsultasikan dengan tenaga medis cara perawatan dan penanganan dirumah
sehingga menghindarkan infeksi bertambah
SNNT
Discharge Planning
1. Anjurkan untuk tidak bicara terus menerus post operasi hari 1 dan ke-2 pertahankan
komunikasi yang sederhana
2. Pertahankan lingkungan yang tenang dan istirahat yang cukup
3. Sarankan untuk menghindari makanan yang bersifat goitrogenik, misalnya makanan laut
yang berlebihan, kacang kedelai, lobak, dan merupakan kontra indikasi setelah
thyroidectomy karena makanan tersebut dapat menghambat aktifitas thyroid
4. Pada masyarakat struma timbul sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus
diberi tambahan yodium
5. Konsumsikan makanan tinggi calcium dan vitamin D
6. Jaga kebersihan luka post op thyroidectomy.
Tetanus
Discharge Planning
1. Perawatan luka dengan benar jika ada
2. Pemberian ATS dan toksoid pada luka
3. Imunisasi aktif
4. Bersihkan luka yang terbuka dan biarkan terbuka dan segera bawa kerumah sakit
5. Kenali gejala dan tanda-tanda tetanus.
Trauma Abdomen
Discharge Planning
1. Jika terdapat luka robek maka lakukan perawatan secara benar untuk menghindari infeksi
atau lebih baik yang melakukan adalah tenaga medis
2. Konsultasikan terlebih dahulu dalam pemberian nutrisi
3. Hindarkan dari trauma kedua
4. Kenali tanda-tanda terjadinya pendarahan dalam lanjutan
5. Istirahat yang cukup dan batasi aktiftas angkat berat sebelum pulih benar.
ARDS
Masalah
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan napas,
peningkatan secret pulmonal, peningkatan resistensi jalan napas; ditandai dengan:
dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa
sputum, cyanosis.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan
cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli; ditandai
dengan: takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, penurunan ABGs
dan A-a Gradient.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema pulmonal non Kardia.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran balik
vena dan penurunan curah jantung, edema, hipotensi.
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pertukaran gas tidak adekuat,
peningkatan sekresi, keletihan otot pernafasan, sindrom hipoventilasi.
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan, perubahan status kesehatan,
takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia); ditandai oleh mengekspresikan masalah
yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, gelisah.
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi dari
informasi; ditandai dengan mengajukan pertanyaan, menyatakan masalahnya.
Discharge Planning
1. Penyakit ini hampir semua pasien membutuhkan ventilator saat dirumah sakit untuk
mencegah hipoksia jaringan. Sehingga keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan
kepada pasien.
2. Hindari merokok dan asap rokok, serta lakukan gaya hidup yang sehat.
3. Kenalin gejala atau penyebab dari ARDS.
4. Makan makanan yang bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit.
Asfiksia
Masalah
a. Ketidakefektifan pola nafas.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli, alveolar
edema, alveoli-perfusi.
c. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh.
d. Resiko syndrome kematian bayi mendadak berhubungan dengan prematuritas organ.
e. Resiko cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan.
Discharge Planning
Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan, persalinan dan beberapa saat
setelah persalinan. Pencegahan berupa:
1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali kunjungan.
2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada kehamilan
yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatorum.
3. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan kurang
dari 37 minggu.
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan deteksi dini terhadap
tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotokografi.
5. Meningkatkan keterampilan tenaga obstetric dalam penanganan asfiksia neonatorum di
masing-masing tingkat pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan kerjasama tenaga obstetri dalam pemantauan dan penanganan persalinan.
7. Melakukan Perawatan Neonatal Esensial yang terdiri dari:
- Persalinan yang bersih dan aman
- Stabilisasi suhu
- Inisiasi pernafasan spontan
- Inisiasi menyusu dini
- Pencegahan infeksi serta pemberian imunisasi
Atresia Ani
Masalah
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatonis, dysuria.
2. Inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas fingter rectal.
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit, vistel retrovaginal,
dysuria, trauma jaringan post operasi.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi.
8. Ansietas berhubungan dengan pembedahan dan mempunyai anak yang tidak sempurna.
Discharge Planning
1. Berikan pujian saat melakukan perawatan dan jawab pertanyaan secara jujur apa yang
dibutuhkan keluarga.
2. Ajarkan mengenai tanda dan gejala infeksi (demam, kemerahan, di daerah luka, terasa
panas).
3. Ajarkan bagaimana mengenai pengamanan pada bayi dan melakukan dilatasi anal.
4. Berikan instruksi secara tertulis dan verbal tentang alat-alat yang dibutuhkan untuk
perawatan dirumah.
5. Tekankan tetap mengadakan stimulasi pada bayi untuk mensupport tumbuh kembang.
BBLR
Masalah
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan dan
penurunan ekspansi paru.
2. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas.
3. Disfungsi motilias gastrointestinal berhubungan dengan prematuritas,
ketidakadekuatan/imatur aktivitas peristaltic di dalam system gastrointestinal.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menerima nutrisi, imaturitas peristaltic gastrointestinal.
5. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan mempertahankan
suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak adekuat.
7. Iketerus neonates berhubungan dengan bilirubin tak terkonjugasi dalam sirkulasi.
Discharge Planning
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga beresiko,
terutama factor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau, dirujuk pada institisi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim,
tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka
dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun).
4. Beri asupan ASI sesering mungkin untuk meningkatkan berat bayi.
5. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
6. Menjaga bayi tetap hangat.
7. Mengetahui tanda bahaya untuk mencari pertolongan.
8. Timbang berat badan secara umum setiap minggu hingga BB bayi mencapai 2,5 kg.
Down Sindrom
Masalah
1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan abnormalitas
perkembangan kromosom, kelainan fisik.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi
pernafasan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
4. Defisiensi pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan perawatan anak syndrome
down.
Discharge Planning
1. Konseling genetic maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat
membantu mengurangi angka kejadian Sindrom Down.
2. Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan gene targeting atau yang dikenal juga
sebagai homologous recombination sebuah gen dapat dinonaktifkan.
3. Pencegahan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi ibu
hamil terutama pada bulan-bulanawal kehamilan. Ibu hamil yang pernah mempunyai
anak dengan sindrom down atau hamil usia diatas 40 tahun harus dengan hati-hati
memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak
dengan sindrom down lebih tinggi.
4. Fisioterapi pad sindrom down adalah membantu anak belajar untuk menggerakkan
tubuhnya dengan cara/ gerakan yang tepat (appropriate ways).
Sepsis
Discharge Planning
1. Pada masa anternal. Perawatan anternal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara
berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan
ibu dan janin, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
2. Pada saat persalinan perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik dalam arti
persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi.
3. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian asi secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih,
setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril.
Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik.
Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan
larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan
bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik semua
personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit
menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui
pemantauan microbiologi dan tes resistensi.
4. Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri Gram-negatif.
5. Gunakan trimetroprim sulfametoksazol secara profilaktik pada penderita leukimia
6. Gunakan nitrat perak tipikal, sulfadiazin perak, atau sulfamilon secara profilaktik pada
pasien luka bakar
7. Berikan semprotan (spray) polimiskin pada faring fosterior untuk mencegah pneumoia
Gram-negatif nosomial
8. Sterilisasi flora aerobik lambung dengan polimiskin dan gentamisin dengan vankomisin
dan nistatin efektif dalam mengurangi sepsis Gram-negatif pada pasien neutropenia
9. Lingkungan yang protektif bagi pasien beresiko kurang berhasil karena sebagian besar
infeksi berasal dari dalam (endogen)