Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

PRATIKUM FISIKA DASAR

Percobaan: P1

KERAPATAN ZAT

Pelaksanaan Pratikum

Hari: Kamis Tanggal: 7 September 2017 Jam ke-: 7-8

Oleh:

Mohammad Gerry Oxa (051711133149)

Anggota Kelompok:

1. Wanda Brillianty Putri (051711133136)

2. Steffi Ordelia Valentina (051711133140)

3. Dini Fanisya Purnama (051711133145)

4. Gabriella Wilhelmina Targanski (051711133153)

5. Ibanah Izzah Aulia (051711133157)

6. Alfi Nur Fauzia (051711133161)

Dosen Pembimbing : Yhosep Gita Yhun Y., S.Si, MT


Asisten Pendamping : Mohammad Nurul Yaqin
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017

A. TUJUAN

Menentukan zat padat berbentuk balok, kubus, silinder dan butiran serta zat
cair.

B. DASAR TEORI

Massa jenis atau kerapatan ( ) zat merupakan besaran karakteristik


yang dimiliki suatu zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa
dan volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui
pengukuran massa dan volume zat. Kerapatan suatu zat dinyatakan oleh
persamaan :

m m
= =
V V
(1)

Dengan ketentuan :

: massa jenis zat (kg/m)

m : massa zat (kg)

V : volume zat (m)

Nilai kerapatan zat tidak bergantung pada massa zat maupun volumenya.
Perubahan suhu pengaruhnya sangat kecil terhadap kerapatan zat.

1. Kerapatan Benda Padat

Kerapatan benda padat berbentuk balok dapat ditentukan dengan


mengukur massa (m), panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t) benda
tersebut. Besarnya kerapatan berbentuk balok diberikan oleh persamaan
(2).
m
= (2)
pxlxt

Untuk benda padat berbentuk silinder, kerapatannya ditentukan oleh


Persamaan (3).

m
= (3)
d2t

Dengan d dan t masing-masing adalah diameter dan tinggi silinder.

2. Kerapatan Benda Bentuk Butiran

Benda berbentuk butiran seperti tepung, pasir, kapur, semen


dan sejenisnya nilai kerapatanya kurang akurat jika cara menentukan
kerapatanya dengan meninbang massa dan mengukur volume yang
dibentuk oleh benda berbutir. Pengukuran dengan cara tersebut tidak
akurat karena dalam volume yang di bentuk oleh benda berbutir terdapat
ruang kosong berupa celah-celah yang terbentuk diantara butiran benda,
sehingga hasil pengukuran volume benda berbutir tidak akurat. Untuk
menghasilkan pengukuran kerapatan yang akurat, digunkan alat yang
dinamakan piknometer (bentuk dan prinsip kerja piknometer dapat dilihat
pada BAB II). Nilai pengukuran kerapatan benda berbutir menggunakan
piknometer di tentukan melalui persamaan (4)

( m3m1 )
pasir = aquades (4)
( m2m1 ) ( m4 m3)

Dengan ketentuan:

m1 : massa piknometer kosong beserta tutupnya.

m2 : massa piknometer air beserta tutupnya.


m3 : massa piknometer berisi (1/3 bagian piknometer) beserta tutupnya.

m4 : massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi dengan aquades beserta


tutupnya.
3. Kerapatan Benda Cair

Kerapatan zat cair (air, alkohol, spiritus dan lainya) dapat ditentukan dengan
mengukur massa dan volume zat cair menggunakan gelas ukur. Metode lain
adalah dengan menggunakan piknometer dengan kerapatan zat cair di
tentukan melalui persamaan (4). Selain dua metode tersebut, kerapatan zat
cair juga dapat ditentukan menggunakan neraca Mohr. Prinsip dasar
pengukuran kerapatan zat cair menggunakan neraca Mohr adalah
penerapan hukum archimedes (gaya tekan ke atas oleh zat cair) serta
kesetimbangan gerak rotasi (jumlah total momen gaya sama dengan nol).
Skema kerja pengukuran kerapatan zat cair menggunakan neraca Mohr
diperlihatkan oleh Gambar 2.

Gambar 2. Skema kerja neraca Mohr


F
L

beban

penyeimbang
W

benda
celup

zat cair

Pada gambar 2, keadaan awal ketika zat cair dan beban belum ada, sistem
dalam keadaan setimbang karena torsi () akibat benda celup yang
terletak pada lengan sepanjang L disetimbangkana oleh penyeimbang.
ada saat benda celup tercelup dalam zat cair, benda celup mengalami gaya
tekan keatas sebesar F= Vg (,V dan masing-masing adalah kerapatan zat
cair, perubahan volume zat cair setelah benda celup tercelup dalam zat cair
dan percepatan gravitasi bumi). Agar sistem kembali dalam keadaan
setimbang, diletakkan beban dengan berat W pada lengan neraca sepanjang l.
Jika panjang L = 10 cm, maka dalam keadaan setimbang dapat ditulis :
=0
(w . l) F . 10 = 0
(m . g . l) . V . g . 10 = 0
(m . l) = 10 . . V
Dengan demikian nilai kerapatan zat cair dapat ditentukan menggunakan
Persamaan (4) berikut.

=
( mi .li ) (5)
10 V
Dengan m adalah massa beban dan l bersatuan cm serta indeks i menyatakan
jumlah beban.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat

1. Jangka sorong

2. Mikrometer sekrup

3. Neraca torsi
4. Piknometer
5. Neraca mohr

Bahan :

1. Kubus logam

2. Silinder logam

3. Pasir

4. Spiritus

5. Aquades
D. PROSEDUR KERJA

I. Menentukan kerapatan kubus logam dan silinder logam.

1. Amati jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca torsi. Perhatikan


ketelitian masing-masing.

2. Ukur panjang, lebar, dan tinggi kubus logam menggunakan mikrometer


sekrup. Cara menggunakan mikrometer sekrup dapat dilihat pada BAB II

3. Ukurlah massa kubus logam dengan cara meletakkan kubus logam pada
piringan sebelah kiri neraca torsi. Geserlah beban-beban penggantung
sebagai pengganti anak neraca sedemikian hingga neraca setimbang seperti
semula. Baca angka-angka yang ditunjukkan oleh beban-beban penggantung,
misal 10 g dan 3,4 g. Jadi massa kubus logam m = 10 g + 3,4 g = 13,4 g.
Sehingga hasil pengukuran massa kubus logam m = (13,4 + 0,05) g.

4. Ukur panjang (p) dan diameter (d) silinder logam menggunakan jangka
sorong. Cara mengukur menggunakan jangka sorong dapat dilihat pada BAB
II.

5. Ukurlah massa silinder logam seperti langkah (3).


II. Menentukan kerapatan pasir

1. Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya.

tutup

tabung

Gambar 3. Piknometer

2. Isi piknometer dengan pasir halus kira-kira sampai 1/3 bagian volume
piknometer.
3. Ukurlah massa piknometer yang berisi pasir beserta tutupnya
menggunakan neraca torsi.
4. Tuangkan air perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi pasir, kocok-
kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara di
dalamnya dan pasangkan penutup piknometer.
5. Ukurlah massa piknometer berisi pasir dan air tersebut beserta tutupnya
menggunakan neraca torsi.
6. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan air hingga tidak ada
gelembung di dalamnya kemudian pasangkan penutup piknometer.
7. Ukurlah massa piknometer berisi penuh air dan tutupnya menggunakan
neraca torsi.
8. Bersihkan dan keringksn piknometer.

III. Menentukan kerapatan zat cair

1. Atur neraca Mohr setegak mungkin (vertikal) dengan mengatur sekrup A.

2. Gantungkan benda celup pada ujung lengan neraca Mohr seperti pada gambar
4.

3. Atur neraca agar setimbang dengan memutar sekrup C, sehingga jarum D


berimpit dengan E pada skala.
4. Tuangkan spiritus ke dalam gelas ukur yang tersedia daan catat volumenya.

5. Celupkan seluruh bagian benda celup ke dalam spiritus dalam gelas ukur. Pada
keadaan ini neraca dalam keadaan tidak seimbang (jarum D tidak berimpit
dengan E) dan catatlah perubaahan volume spiritus dalam gelas ukur.
Perubahan volume spiritus tersebut menunjukkan nilai volume benda celup.

6. Letakkan beban penunggang pada lengan bergerigi dari neraca agar neraca
dalam keadaan setimbang kembali. Jika satu beban penunggang belum dapat
menyeimbangkan neraca, tambahkan beban penunggang dan letakkan pada
posisi yang lain sampai neraca dalam keadaan setimbang kemudian
catatlah masing-masing massa beban penunggang dan posisinya dari pusat
(O).

C
O
D
E

benda celup Beban A


penunggang

zat
cair

Gambar 4. Neraca Mohr dan zat cair dalam gelas ukur

Anda mungkin juga menyukai