Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DASAR TEKNOLOGI BENIH

STRUKTUR DAN PERKECAMBAHAN BENIH

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar Teknologi Benih
Dosen Pembimbing : Erni Suminar, SP., M.Si.

Disusun oleh:
Restu Fauzi NPM. 150510160051
Retno Ardiansyah NPM. 150510160056

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Struktur
dan Perkecambahan Benih.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami sampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat, tata Bahasa, dan kelengkapan isinya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
pelajaran penting khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.

Sumedang, Maret 2017

Penyusun

Dasar Teknologi Benih


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
2.1 Struktur Benih ................................................................................................................... 3
2.2 Perkecambahan Benih ....................................................................................................... 4
2.3 Komposisi Kimia Benih dan Pengaruhnya Terhadap Deteriorasi ..................................... 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 10
3.1 Simpulan .......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...11

ii

Dasar Teknologi Benih


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam istilah pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, benih dan bibit. Berikut
adalah sedikit penjelasan tentang biji, benih dan bibit: Biji merupakan bakal biji (ovulum) yang
dihasilkan oleh tumbuhan berbunga dan dikenal sebagai alat perkembangbiakan pada tanaman.
Bibit adalah tanaman hasil perbanyakan atau penangkaran yang siap untuk ditanam, dapat
berasal dari perbanyakan generatif (biji/benih) dan dapat juga berasal dari perbanyakan vegetif
(cangkok, okulasi, stek, dan lain-lain).
Benih merupakan kebutuhan dalam dunia pertanian tanpa adanya benih pertanian tidak
akan berjalan dengan baik. Benih dibutuhkan untuk menghasilkan tanaman yang baik dengan
produksi yang tinggi. Untuk itu diperlukan benih yang bermutu tinggi. Benih yang bermutu
dapat dilihat dari benih yang utuh, bersih, vigornya tinggi dan tidak terserang hama dan
penyakit. Benih yang bermutu dapat dihasilkan dengan cara melakukan pengujian. Pengujian
berguna untuk mengetahui tingkat viabilitas pada benih.
Pengujian laboratorium perlu dilakukan sebelum benih dipasarkan, sehingga petani
nantinya tidak dirugikan. Pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui daya tumbuh
dan kekuatan tumbuh pada benih yang akan diedarkan. Dengan adanya pengujian di
laboratorium akan diketahui vigor dari benih yang akan ditanam sehingga dapat menghasilkan
produksi yang tinggi. Pengujian laboratorium biasanya menggunakan kertas merang untuk
menumbuhkan benih dalam rak pengecambah. Pengujian dengan substrat kertas merang dalam
praktikum dilakukan dengan dua cara yaitu didirikan dan ditidurkan.
Benih memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda. Terdapat dua tipe
perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pada tanaman dikotil kebanyakan memiliki tipe
perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil mempunyai tipe perkecambahan
hipogeal.
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tanaman, khususnya
tanaman berbiji. Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal
perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil
yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon
relatif tetap posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal
hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke
permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak.

Dasar Teknologi Benih


Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman
tanam. Berdasarkan uraian di atas tentunya jelas bahwa identifikasi struktur kecambah perlu
dilakukan. Khususnya dalam dunia pertanian agar dalam praktiknya di lapangan dapat
diketahui benih-benih yang baik dan bermutu yang dapat dilihat dari identifikasi struktur
kecambah yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dibuat rusmusan masalah
sebagaimana berikut ini:
1.2.1 Bagaimana struktur dan perkecambahan benih?
1.2.2 Bagaimana proses perkecambahan benih?
1.2.3 Bagaimana komposisi kimia benih kedelai dan pengaruhnya terhadap deteriorasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami struktur dan perkecambahan benih.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami serangkaian proses perkecambahan benih.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami komposisi kimia benih kedelai dan pengaruhnya
terhadap deteriorasi.

1.4 Manfaat
Adapun manfaatnya yaitu agar semua mahasiswa bisa mengetahui bahwa benih tersebut
baik atau tidaknya untuk ditanam dan agar mengetahui struktur luar dan dalam pada benih, serta
mengetahui struktur yang terdapat pada perkecambahan.

Dasar Teknologi Benih


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Benih


Setiap biji yang sangat muda dan sedang tumbuh selalu terdiri atas tiga bagian, yaitu (1)
embrio, (2) kulit biji, (3) endosperm. Pada biji dikotil yang sudah masak, endosperm tidak
ditemukan lagi karena sudah habis diserap
oleh embrio untuk pertumbuhannya sebelum
perkecambahan. Jadi pada biji dikotil pada
waktu masak hanya memiliki (1) embrio yang
terdiri dari kotiledon, plumule, dan radikel,
dan (2) kulit biji (seed coat atau testa).
Sedangkan pada biji tanaman monokotil, biji
normalnya mempunyai ketiga bagian pokok tadi, yaitu embrio, kulit biji, dan endosperm.
Biji merupakan suatu organisasi yang tersusun rapi, mempunyai persediaan bahan
makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak
hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenal jumlah, bentuk maupun strukturnya,
mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelangsungan hidupnya.
Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan
kedua struktur biji tersebut.
Bagian-bagian biji terdiri dari 3 bagian dasar :
a. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan
betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang berkembangnya sempurna terdiri
dari struktur-struktur sebagai berikut : epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon batang),
kotiledon (calon daun) dan radikula (calon akar). Tanaman di dalam kelas
Angiospermae diklasifikasikan oleh banyaknya jumlah kotiledon. Tanaman
monokotiledon mempunyai satu kotiledon misalnya : rerumputan dan bawang.
Tanaman dikotiledon mempunyai dua kotiledon misalnya kacang-kacangan.
Sedangakan pada kelas Gymnospermae pada umumnya mempunyai lebih dari 2
kotiledon misalnya pinus, yang mempunyai sampai sebanyak 15 kotiledon. Pada
rerumputan (grasses) kotiledon yang seperti ini disebut scutellum, kuncup
embrioniknya disebut plumulle yang ditutupi oleh upih pelindung yang disebut

Dasar Teknologi Benih


koleoptil, sedangkan pada bagian bawah terdapat akar embrionik yang disebut ridicule
yang ditutupi oleh upih pelindung yang disebut coleorhiza.
b. Jaringan penyimpan cadangan makanan
Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan
cadangan makanan, yaitu :
Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.
Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia lainnya. Pada kelapa
bagian dalamnya yang berwarna putih dan dapat dimakan merupakan
endospermnya.
Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae.
Gametophytic betina yang haploid misal pada kelas Gymnospermae yaitu pinus.
Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak,
protein dan mineral. Komposisi dan presentasenya berbeda-beda tergantung pada jenis
biji, misal biji bunga matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan
protein, biji padi mengandung banyak karbohidrat.
c. Pelindung biji
Pelindung biji dapat terdiri dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm dan kadang-
kadang bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari integument ovule
yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung.
Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecokelatan sedangkan bagian
dalamnya tipis dan berselaput. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari
kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta.
Dalam hal penggunaan cadangan makanan terdapat beberapa perbedaan diantara sub
kelas monokotiledon dan dikotiledon ;
o Sub kelas monokotiledon: cadangan makanan dalam endosperm baru akan dicerna
setelah biji masak dan dikecambahkan serta telah menyerap air.
Contoh : jagung, padi, gandum.
o Subkelas dikotiledon : cadangan makanan yang terdapat dalam kotileodon atau
perisperm sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio sebelum biji masak.
Contoh : kacang-kacangan, bunga matahari dan labu. (Sutopo, L. 2002).

2.2 Perkecambahan Benih


Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil
perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio
4

Dasar Teknologi Benih


saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula
tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat membuat
makanan sendiri. Pada
tumbuhan, secara umum
makanan untuk pertumbuhan
embrio berasal dari
endosperma. Proses
perkecambahan benih
merupakan suatu rangkaian
kompleks dari perubahan-
perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Pada tanaman, tahapan dalam perkecambahannya
terdiri dari:
1. Proses penyerapan air (imbibisi)
Perembesan air kedalam benih (imbibisi), merupakan proses penyerapan air yang
berguna untuk melunakkan kulit benih dan menyebabkan pengembagan embrio dan
endosperma. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel terhadap
air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu. Dalam tahap ini, kadar air
benih naik menjadi 25-35 %, sehingga kadar air didalam benih itu mencapai 50-60%
dan hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit benih. Selain itu, air memberikan
fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam benih. Dinding sel yang kering hampir tidak
permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel diimbibisi oleh air maka gas akan masuk
ke dalam sel secara difusi. Hal tersebut dikarenakan selain membutuhkan air, benih yang
berkecambah juga memerlukan suhu sekitar 10-40C dan oksigen. Apabila dinding sel
kulit benih dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat pada sel-sel hidup
sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernapasan. Sebaliknya, CO2 yang dihasilkan
oleh pernapasan tersebut lebih mudah mendifusi keluar (Manurung dan Ismunadii,
1988: Kozlowski 1972).
2. Aktivasi enzim
Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-enzim yang
teraktivasi pada proses perkecambahan ini adalah enzim hidrolitik seperti -amilase
yang merombak amylase menjadi glukosa, ribonuklease yang merombak
ribonukleotida, endo--glukanase yang merombak senyawa glukan, fosfatase yang

Dasar Teknologi Benih


merombak senyawa yang mengandung P, lipase yang merombak senyawa lipid,
peptidase yang merombak senyawa protein.
3. Perombakan cadangan makanan
Terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
bentuk-bentuk yang terlarut.
4. Translokasi makanan ke titik tumbuh
Setelah penguraian bahan-bahan karbohidrat,protein,lemak menjadi bentuk-bentuk
yang terlarut kemudian ditranslokasikan ke titik tumbuh.
5. Pembelahan dan Pembesaran Sel
Assimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik
menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel
baru. Merupakan tahap terakhir dalam penggunaan cadangan makanan dan merupakan
suatu proses pembangunan kembali.
6. Munculnya radikal dan pertumbuhan kecambah
Munculnya radikal adalah tanda bahwa proses perkecambahan telah sempurna. Proses
ini akan diikuti oleh pemanjangan dan pembelahan sel-sel. Proses pemanjangan sel ada
dua fase yakni; fase 1 (fase lambat) dimana pemanjangan sel tidak diikuti dengan
penambahan bobot kering dan fase 2 (fase cepat), yang diikuti oleh penambahan bobot
segar dan bobot kering. Pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh, pertumbuhan kecambah ini
tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji. Kecambah mulai mantap
setelah ia dapat menyerap air dan berfotosintesis (autotrof). Semula, ada masa transisi
antara masih disuplai oleh cadangan makanan sampai mampu autotrof. Saat autotrof
dicapai proses perkecambahan telah sempurna.

2.3 Komposisi Kimia Benih dan Pengaruhnya Terhadap Deteriorasi


2.3.1 Komposisi Kimia Benih Kedelai
Tabel 1. Komposisi kimia benih kedelai (setiap 100 gram)

Dasar Teknologi Benih


Tabel 2. Kandungan asam amino dalam benih kedelai

2.3.2 Penyimpanan Benih Kedelai


Pada hakikatnya, penyimpanan adalah periode menunggu bagi benih hingga saatnya
ditanam oleh petani. Penyimpanan benih terdiri atas beberapa periode, yaitu periode
penyimpanan di lapangan, periode penyimpanan setelah panen hingga saat pengolahan, periode
penyimpanan sejak dikeringkan hingga menjadi benih bersertifikat, periode penyimpanan

Dasar Teknologi Benih


selama penyaluran dan penyimpanan oleh produsen, pengecer, sampai konsumen, dan periode
benih oleh petani sebelum ditanam di lapangan (Pitojo, 2003).
Penyimpanan benih kacang-kacangan di daerah tropis lembab seperti di Indonesia
dihadapkan kepada masalah daya simpan yang rendah. Pada waktu 3 bulan pada suhu kamar
30OC, benih kacang-kacangan tidak dapat mempertahankan viabilitasnya pada kadar air 14%.
Benih kedelai cepat mengalami kemunduran di dalam penyimpanan, disebabkan oleh
kandungan lemak dan proteinnya relatif tinggi sehingga perlu ditangani secara serius sebelum
disimpan karena kadar air benih akan meningkat jika suhu dan kelembaban ruang simpan cukup
tinggi. Mencegah peningkatan kadar air benih selama penyimpanan, diperlukan kemasan yang
kedap udara dengan lingkungan simpan yang terkendali. Umur simpan benih dipengaruhi oleh
sifat benih, kondisi lingkungan, dan perlakuan manusia. Sedangkan daya simpan individu benih
dipengaruhi oleh pengaruh genetik, pengaruh kodisi sebelum panen, pengaruh struktur dan
komposisi benih, benih 13 keras, kemasakan benih, ukuran benih, dormansi benih, kadar air
benih, kerusakan mekanis, dan vigor (Justice dan Bass, 2002).
Benih kedelai memiliki daya simpan lebih rendah daripada benih padi dan jagung.
Benih kedelai yang keras, berukuran kecil, atau berkulit hitam lebih tahan disimpan daripada
benih kedelai yang tidak keras, berukuran besar, atau berwarna kuning karena sifat genetis
antara kedua jenis kedelai tersebut berbeda. Kualitas fisiologis benih pada awal penyimpanan
sangat berpengaruh terhadap daya simpan benih. Selama penyimpanan, daya kecambah benih
akan mengalami penurunan jika ruang simpan tidak terkontrol (Pitojo, 2003).
Selama penyimpanan, benih mengalami proses enzimatik, antara lain respirasi dan
katabolisme lemak. Jika temperatur di dalam gudang penyimpanan tinggi, proses enzimatis
semakin meningkat sehingga memperpendek daya simpan benih. Benih kedelai bersifat
higroskopis, yakni menyerap lengas udara di sekitarnya untuk meningkatkan kadar air benih
sehingga terjadi keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembapan udara. Oleh karena
itu, jika benih dibiarkan terbuka dalam waktu yang cukup lama, laju penurunan mutu benih
akan semakin cepat. Penyimpanan benih yang tidak baik akan mempercepat proses
kemunduran benih. (Justice and Bass, 2002).

2.3.3 Kemunduran Benih Kedelai


Kemunduran benih merupakan penurunan sebagian kualitas, sifat, atau viabilitas benih
yang mengakibatkan vigor menjadi rendah. Benih mencapai kualitas maksimum pada saat
masak fisiologis dan pada saat penyimpanan benih mengalami kemunduran. Laju kemunduran

Dasar Teknologi Benih


benih tergantung dari besarnya 14 derajat penyimpanan terhadap keadaan optimum untuk
mencapai kualitas optimum (Titipata, 2004).
Kemunduran benih tidak dapat dihentikan, tetapi hanya dapat diperlambat, yaitu dengan
mengendalikan faktor lingkungan pada penyimpanan agar kemunduran benih dapat ditekan
semaksimal mungkin. Benih yang mengalami deteriorasi selama penyimpanan melalui tahap-
tahap kerusakan benih. Kerusakan benih diawali dengan kerusakan membran yang merubah
kondisi membran dari selektif menjadi tidak selektif. Hal ini akan mempengaruhi kerja enzim
dalam menghasilkan energi yang dibutuhkan benih untuk berespirasi. Rendahnya laju respirasi
dalam benih akan memperlambat pertumbuhan dan perkecambahan benih sehingga benih tidak
memiliki daya simpan yang kuat untuk bertahan hidup. Kehilangannya daya tahan benih selama
disimpan akan mempengasruhi laju perkecambahan benih menjadi lambat sehingga
pertumbuhan kecambah yang dihasilkan menjadi abnormal dan keseragaman pertumbuhan
benih rendah (Copeland dan Mc Donald, 2001).
Kemunduran benih digolongkan menjadi dua yaitu kemunduran fisiologis yaitu
kemunduran yang berhubungan dengan faktor lingkungan benih dan kemunduran biokemis
yaitu kemunduran yang berkaitan dengan bahan-bahan yang terkandung di dalam benih. Benih
yang mengalami kemunduran dapat dilihat dari gejala fisiologis antara lain perubahan warna
benih, menurunnya daya berkecambah, menurunnya toleransi terhadap kondisi simpan yang
kurang baik, peka terhadap radiasi, dan meningkatnya kecambah abnormal (Halloin, 1983).
Gejala biokimia benih dapat dilihat dari perubahan aktivasi enzim, perubahan respirasi,
dan permeabilitas membran, serta berkurangnya cadangan makanan. Kemunduran benih dapat
dicirikan dengan mundurnya daya berkecambah benih. Berdasarkan pinsip-prinsip genetik dan
fisiologis, proses kemunduran benih dapat disebabkan oleh banyak hal seperti perubahan pada
struktur senyawa protein, berkurangnya cadangan makanan, pembentukkan asam lemak,
aktivitas enzim, perubahan kromosom, kerusakan membran, dan proses respirasi. Faktor utama
penyebab kemunduran benih ialah penurunan aktivitas enzim yang akan berakibat pada
keserempakan perkecambahan (Bunyamin, 2001).
Kemunduran benih selalu
berbanding terbalik dengan viabilitas
benih. Benih yang mengalami
kemunduran memiliki kerusakan pada
bagian-bagian di dalam sel benih yang
dapat terlihat dengan penurunan
viabilitas benih.
9

Dasar Teknologi Benih


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap biji yang
sangat muda dan sedang tumbuh selalu terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) embrio, (2) kulit biji,
(3) endosperm. Pada biji dikotil yang sudah masak, endosperm tidak ditemukan lagi karena
sudah habis diserap oleh embrio untuk pertumbuhannya sebelum perkecambahan.
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-
perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Pada tanaman, tahapan dalam perkecambahannya
terdiri dari:
1. Proses penyerapan air (imbibisi)
2. Aktivasi enzim
3. Perombakan cadangan makanan
4. Translokasi makanan ke titik tumbuh
5. Pembelahan dan perbesaran sel
6. Munculnya radikal dan pertumbuhan kecambah.
Komposisi kimia benih kedelai terdiri dari kalori, karbohidrat, lemak, protein, kalsium,
fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan air. Benih kedelai cepat mengalami kemunduran
di dalam penyimpanan, disebabkan oleh kandungan lemak dan proteinnya relatif tinggi
sehingga perlu ditangani secara serius sebelum disimpan karena kadar air benih akan meningkat
jika suhu dan kelembaban ruang simpan cukup tinggi. Mencegah peningkatan kadar air benih
selama penyimpanan, diperlukan kemasan yang kedap udara dengan lingkungan simpan yang
terkendali.

10

Dasar Teknologi Benih


DAFTAR PUSTAKA

Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Penerbit Angkasa, Bandung.


Kartasapoetra, A. G. 1989. Tehnologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Bina Aksara, Jakarta.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNIBRAW

11

Dasar Teknologi Benih

Anda mungkin juga menyukai