Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Bali Classic Center didirikan oleh Pande Ketut Krisna, SE , pada bulan Juli 2007. Bali
Classic Center didirikan pada tanah seluas lima hektar. Bali Classic Center terletak di Banjar
Nyuhkuning perkampungan seniman ubud, kabupaten Gianyar.

Tempat ini menyuguhkan atraksi seni budaya dan tradisi kehidupan masyarakat setempat
seperti proses pembuatan merangkai sesaji, pembuatan ogoh-ogoh, dan pengolahan hasil-hasil
pertanian secara tradisional. Saat kami mengunjungi Bali Classic Center menjelang perayaan
Nyepi jadi ada banyak ogoh ogoh yang disuguhkan, namun kami tidak dapat mencoba membuat
ogoh ogoh. Ogoh ogoh yang dipamerkan pun cukup beragam dengan tinggi kisaran tiga sampai
empat meter.

Atraksi seni budaya di tempat ini akan disajikan beraneka macam tarian-tarian khas Bali,
pertunjukan wayang Lemah, dan berbagai macam upacara adat.

Tarian yang ditampilkan dalam Bali Classic Center antara lain tarian selamat datang, tari
Barong Bangkal, Barong Macan, tari Cendrawasih, tari Jauk Manis, tari Pergaulan , dan lain
sebagainya. Para penari juga dapat berinteraksi dengan pengunjung saat memulai pertunjukan.

Tarian Selamat Datang akan disajikan sewaktu memasuki Bali Classic Center pertama
kali. Para penari akan membawa hasil-hasil pertanian untuk dipersembahkan yang kemudian
akan dilanjutkan dengan tari Barong. Tari ini akan diiringi oleh orkes tradional Bali (Bleganjur).
Tari ini berfungsi untuk menyambut pengunjung dan akhirnya akan menghantarkan pengunjung
ke Museum Panca Yadnya yang berada di tenggah kompleks perumahan adat Bali.

Museum ini terdapat perangkat yang digunakan dalam ritual-ritual keagamaan yang
disebut Panca Yadnya. Secara sederhana, Panca Yadnya dapat diartikan sebagai persembahan
suci dalam lima dimensi spiritual Hindu. Panca Yadnya mencakup Dewa Yadnya (pemujaan
pada para dewa), Pitra Yadnya (pemujaan arwah leluhur), Manusa Yadnya (ritual

1
penyempurnaan manusia), Resi Yadnya (pemujaan orang-orang suci/maha resi), dan Bhuta
Yadnya (persembahan bagi sarwa bhuta). Bentuk museum ini lebih menyerupai balai karena
di Bali Classic Center museum ini juga digunakan sebagai tempat penyambutan tamu.

Di Museum Panca Yadnya Bali Classic Center, pengunjung akan dapat menyaksikan dan
mendapatkan penjelasan tentang miniatur Pitra Yadnya (Ngaben), miniatur Manusa Yadnya
(Mepandes), figur Dewa Yadnya di Pura Bali Classic Center (Merajan) dan patung dari Men
Brayut lengkap dengan kisah singkat legendanya.

Setelah dari museum, pengunjung akan disambut oleh para penari di area lobby. Tarian
Joged Bumbung disajikan dengan iringan musik dari orkes yang menggunakan bambu (dikenal
dengan sebutan Rindik). Para penari akan mengundang pengunjung untuk menari bersama.

Beberapa bentuk kebudayaan yang ada di Bali Classic Center antara lain:

A. Tarian Barong

Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu.
Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma).
Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat,
sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua
taring runcing di mulutnya.

Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong
Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Macan, Barong Landung. Namun, di antara jenis-jenis
Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong
Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.

Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu.
Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga
dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru
saluk/juru bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki
depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor
Barong.

2
Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan
oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu
cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya,
seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut
Rangda.

Tarian Barong Bangkal

Tarian Barong Bangkal, yang normalnya dilakukan setiap 6 bulan sekali saat upacara
Galungan, pengunjung akan diajak melihat bagaimana kehidupan orang Bali di masa lalu.
Berbagai aktivitas tradisional disajikan di sini seperti demonstrasi pembuatan Ogoh-ogoh yang
sering dibuat sebelum perayaan Nyepi. Proses penyiapan janur kelapa, beberapa macam bunga
dan buah lokal berserta beberapa perlengkapan lain untuk sesaji persembahan juga ditunjukkan.

Tarian Barong merupakan peninggalan kebudayaan Pra Hindu yang menggunakan boneka
berwujud binatang berkaki empat atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis. Topeng
Barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti kuburan, oleh sebab itu
Barong merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat Hindu di Bali.
Pertunjukan tari ini dengan atau tanpa lakon, selalu diawali dengan pertunjukan pembuka, yang
diiringi dengan gamelan yang berbeda-beda seperti Gamelan Gong Kebyar, Gamelan
Babarongan dan Gamelan Batel.

Bangkal artinya babi besar yang berumur tua. Bangkal dianggap sebagai binatang mitos yang
mengingatkan cerita kelahiran Bhoma. Ketika Brahma dan Visnu masing-masing menunujukkan
kehebatannya, muncul Siva dalam wujud Linga kristal ujung atasnya menembus langit dan
pangkal bawahnya masuk ke dalam bumi. Brahma mencari ujung atasnya dalam wujud burung
layang-layang dan Visnu mencari ujung pangkalnya dengan berubah wujud menjadi seekor babi
yang buas. Barong ini biasanya ngelawang (datang ke depan rumah-rumah penduduk) untuk
menari sebagai pengusir kekuatan jahat dalam rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan.

Oleh sebab itu Barong ini menyerupai seekor Bangkal atau Bangkung, Barong ini biasa juga
disebut Barong Celeng atau Barong Bangkung. Umumnya dipentaskan dengan berkeliling Desa
(Ngelelawang) oleh dua orang penari pada hari-hari tertentu yang dianggap keramat atau saat

3
terjadinya wabah penyakit menyerang Desa tanpa membawakan sebuah lakon dan diiringi
dengan Gamelan Batel atau Tetaburan.

Batel Barong adalah sebuah Barung Alit yang dipakai mengiringi tari Barong Landung atau
Barong Bangkal. Dalam banyak hal Barungan ini merupakan pengiring prosesi, karena
dimainkan sambil berjalan.

Tarian Barong Macan

Sesuai dengan namanya, Barong ini menyerupai seekor macan dan termasuk jenis barong
yang terkenal di kalangan masyarakat Bali. Dipentaskannya dengan berkeliling desa dan
adakalanya dilengkapi dengan suatu dramatari semacam Arja serta diiringi dengan gamelan
batel.

4
B. Tari Cendrawasih

Sesuai namanya tari cendrawasih adalah tarian yang gerakannya terinspirasi dari kehidupan
burung, sama seperti tari Manuk Rawa dan tari Belibis yang juga merupakan bagian dari seni tari
Bali. Burung cendrawasih sendiri dalam mitologi Hindu Bali dianggap sebagai burungnya para
dewa atau disebut Manuk Dewata.

Secara sederhana, tari Cendrawasih adalah tari yang mengangkat tema atau kisah tentang
sepasang burung cendrawasih yang tengah memadu kasih. Namun, jika dipahami lagi, secara
eksplisit tarian ini memiliki makna filosofis tentang keindahan pulau Bali yang tiadak
bandingnya, baik dari segi keindahan alam maupun dari segi keindahan budaya.

Gerakan tari cendrawasih terbagi ke dalam 3 bagian atau pembabakan, yaitu bagian awal
(pepeson), bagian utama (pengawak), dan bagian akhir (pengipuk). Bagian awal ditandai dengan
munculnya seorang penari yang dilanjutkan dengan gerak berputar, agem kanan, agem kiri, gerak
nyelendo, nyosol, dan kembali lagi ke gerakan berputar dan seterusnya. Bagian utama ditandai
dengan masuknya penari ke dua ke atas panggung seraya bergerak meiberan bersama penari
pertama saling berlawanan arah. Gerakan dilanjutkan dengan agem kanan, gerak ngengsong,

5
ngombak angke, mekecog kanan, agem kiri, nyolsol, mencogan, dan nyigsig. Gerakan ini
diulang sebanyak dua kali hingga mereka melakukan gerak penutup yaitu gerak pengipuk.

Tari cendrawasih disajikan oleh dua orang penari perempuan. Sesuai dengan temanya, salah
seorang penari berperan sebagai burung cendrawasih betina, dan seorang lainnya berperan
sebagai burung cendrawasih jantan. Kedua penari tersebut tidak naik ke panggung secara
bersamaan, melainkan salah satunya yakni yang berperan sebagai cendrawasih betina akan
lebih dahulu menari, baru disusul penari lainnya di pertengahan pertunjukan. empat.

Iringan musik sama seperti tari bari lainnya, tari cendrawasih juga diiringi oleh paduan musik
gamelan Bali dan beberapa alat musik tradisional Bali lainnya, seperti Pereret, Rindik, cengceng,
dan genggong. Setiap tabuhan alat musik tersebut akan selalu selaras dengan gerak tubuh penari
cendrawasih. Selain itu, ekspresi wajah terutama gerak mata menjadi salah satu bagian yang tak
terpisahkan irama musik pengiringnya.

Sesuai dengan tema yang diangkat, para penari tari cendrawasih akan dirias sedemikian rupa
sehingga tampak teranalogi dengan bentuk tubuh burung cendrawasih. Untuk atasan, mereka
menggunakan kemben, sementara untuk atasan menggunakan rok panjang dengan motif
keemasan. Adapun aksesoris yang digunakan adalah sebuah mahkota dengan ornamen jambul
bergaya panji, gelang bahu, dan kalung emas. Salah satu elemen penting dalam tata rias tari
cendrawasih terletak pada riasan mata. Dengan balutan eye shadow hitam, riasan dibuat
sedemikian rupa agar bola mata terlihat lebih besar. Elemen ini penting untuk menunjukan kesan
kuat pada setiap gerakan bola mata yang memang menjadi bagian paling menarik pada gerakan
tari cendrawasih ini. enam.

Properti tari dalam tari cendrawasih, tidak ada properti yang digunakan selain sebuah sampur
atau selendang berwarna cerah. Selendang ini merupakan analogi sayap burung cendrawasih,
oleh karenanya ia selalu dimainkan sepanjang tarian. Selendang sendiri umumnya diselipkan di
pinggang dan memanjang terjuntai ke bawah saat tidak dimainkan

C. Tari Jauk Manis

Tari Jauk Manis merupakan salah satu tari Bali yang masuk kategori sebagai tari balih-
balihan. Tari balih-balihan adalah jenis tarian yang bersifat non-religius dan cenderung

6
menghibur, sehingga tari ini sering ditarikan dalam acara penyambutan, festival, pertunjukan,
dan acara lainnya. Selain sebagai tari balih-balihan, tari jauk manis juga termasuk tari
tunggal yakni sebuah tarian yang ditarikan secara individu atau perorangan.
Tari Jauk Manis merupakan tari anonim, yaitu sebuah karya yang tidak diketahui
penciptanya. Tarian ini menggabarkan seorang raja yang sedang berkelana, sehingga tarian ini
memiliki gerakan yang beringas, berwibawa, lemah lembut dan tentunya gerakan lebih fleksibel
daripada tari Jauk Keras.
Tari Jauk Manis memiliki kostum seperti tari Baris, hanya saja tari Jauk Manis
menggunakan topeng yang berwarna putih, gelungan (mahkota raja), dan sarung tangan dengan
kuku yang panjang. Secara lengkap buasana yang digunakan dalam pementasan tari Jauk Manis
yakni celana panjang berwarna putih, stewel, kamben putih, baju, srimping, keris, awiran, lamak,
badong, gelungan, dan topeng berwarna putih.
Tari Jauk Manis memiliki makna bahwa seorang raja atau pemimpin harus mampu
melindungi rakyatnya, di mana seorang raja bisa belaku beringas (tegas) sehingga ditakui oleh
musuh-musuhnya dan berlaku lemah lembut sehingga dihormati dan dikagumi oleh rakyatnya.
Hal ini dapat lihat gerakan tari Jauk Manis itu sendiri, kadang-kadang beringas dan kadang-
kadang lemah lembut

D. Tari Jenger

Janger merupakan salah satu tarian Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya yang
sudah sangat terkenal baik di negeri sendiri ataupun di manca negara. Kapan dan dimana
tepatnya muncul Janger ini belum ada yang tahu persis karena diperkirakan usianya sudah
ratusan tahun dan kelompok-kelompok yang melakukan pertunjukan ini tersebar dibeberapa
wilayah Bali Selatan.

Janger sendiri diperagakan oleh beberapa orang berpasangan. Para wanita dan pria ini akan
menari dan bernyanyi bergantian. Tari ini lebih menunjukkan kisah pasangan yang sedang
dimabuk cinta dan berupaya saling merajuk satu sama lain. Tarian Janger termasuk tari pergaulan
yang dipertontonkan saat tertentu sebagai suatu hiburan. Gerakan-gerakan tariannya merupakan
gerakan dasar yang ada dalam tari Bali sendiri tidak yang susah atau paling sulit dilakukan.
Musik yang mengiringi yaitu tetamburan yang dilengkapi dengan gender wayang.

7
E. Wayang Bali

Wayang berasal dari kata wayangan yaitu sumber inspirasi dalam menggambar wujud tokoh
dan cerita sehingga bisa tergambar jelas dalam batin si penggambar karena sumber aslinya telah
hilang. di awalnya, wayang adalah bagian dari kegiatan religi animisme menyembah hyang,
itulah inti-nya dilakukan antara lain di saat-saat panenan atau taneman dalam bentuk upacara
ruwatan, tingkeban, ataupun merti desa agar panen berhasil atau pun agar desa terhindar dari
segala mala (mara bahaya). Tahun (898 - 910) Masehi wayang sudah menjadi wayang purwa
namun tetap masih ditujukan untuk menyembah para sanghyang seperti yang tertulis dalam
prasasti balitung.

Di Bali, kesakralan wayang juga dipakai pada upacara Pitra Yadnya (ngaben) dengan lakon-
lakon pencarian air suci. Begitu pula pada upacara Manusa Yadnya seperti otonan dan potong
gigi, sering disertai pementasan wayang. Dalang kemudian membuat tirtha (air suci) untuk
dipercikkan kepada orang yang otonan atau potong gigi.

Karena sejarah seni pertunjukan wayang adalah sakral, Ki Dalang berusaha mengupas makna
dan filosofi dari kesakralan pertunjukan itu. Jika menyangkut Manusa Yadnya, yang banyak
dikupas adalah masalah budi pekerti.

Jika pertunjukan untuk Pitra Yadnya, Ki Dalang mengupas inti dari yadnya itu. Kupasan bisa
melebar ke mana-mana, tak hanya melulu penjelasan tentang ritual tetapi juga pencerahan
agama. Ki Dalang berfungsi sebagai guru, tokoh agama, pendharma wacana, dan penonton
memposisikan diri sebagai murid dan orang yang haus pelajaran agama.

Ogoh Ogoh

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan
kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan
(Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar
dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.

8
Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-
makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah,, Widyadari, bahkan
Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para
pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau
politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh.
Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.

Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang
Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum
Hari Nyepi.

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan
keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan
tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam
pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya
manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat
luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan
seisi dunia.

Anda mungkin juga menyukai