Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL PEMASARAN KEWIRAUSAHAAN

BUDI DAYA LELE SANGKURIANG DAN SEGUDANG PELUANG MEMASARKAN


IKAN LELE

A. Budi daya lele sangkuriang


Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele
berkembang pesat dikarenakan:
1. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar
tinggi
2. Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat
3. Pemasarannya relatif mudah dan
4. Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya
jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding
lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan
terhadap penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung
pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas.
Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas
penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari
karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya
tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil
melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi
nama lele Sangkuriang. Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele
Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat
memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai
makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat
dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik
pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka
peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan
tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang
ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar
yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan
diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil
perbaikan ini, diberi nama Lele Sangkuriang. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil
perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2)
dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada
di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo
yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan
sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang
didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi
kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m 800
m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya
dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya
masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi.
Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata
ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan
sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di
kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat
memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya. Sumber air dapat
menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air
hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk
pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut: Suhu air yang ideal untuk
pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32C. Suhu air akan mempengaruhi laju
pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam
air. pH air yang ideal berkisar antara 6-9. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok
atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah
pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air. Bentuk kolam yang
ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500
m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari
pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit
(kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat
selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm.
Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau
tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada
bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan
tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang
dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya
terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan
pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam. Saringan dapat
dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos
keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu
diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
1. Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau
pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam
diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu
agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang
untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor). Untuk
tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah
pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk
pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk
memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang
dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam.
Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga
sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat
dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan
terdapat di kolam. Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar
antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15
gram/m2. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam. Kolam dibiarkan selama 7
(tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
2. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah.
Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam,
perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen
biasanya sudah dibuat Permanen.
3. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu
dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat)
atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan
dosis 25 mg/l selama 5-10 menit. Penebaran benih sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum
ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian
suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam
wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan
sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan
yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut
dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih
mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang
berukuran 5-8 cm.
4. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele
perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang
diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di
kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan
komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus
dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus,
bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran
tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
5. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah
dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 250 gram per ekor
dengan panjang 15 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara
menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan
kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau
lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas
bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air
kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon,
maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil
tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang
di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-
ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan. Pengangkutan ikan lele dapat
dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik
yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan berikut ini:
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok. Kriteria Satuan Pembesaran:
1. Ukuran Tanaman
a. Umur hari 40
b. panjang cm 4 8
c. bobot gram 4- 6
2. Ukuran Panen
a. Umur hari 130
b. panjang cm 15 20
c. bobot gram 125 200
3. Sintasan % 80-90
4. Padat Tebar Ekor/m2 50-75
5. Pakan
a. Tingkat Pemberian % bobot 3
b. Frekuensi Pemberian kali/hari 3
6. Tingkat Konversi Pakan 0,8 1,2

Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan


pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran,
penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan
organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp.,
Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp. Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan
dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum
benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan
pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam. Penanggulangan organisme
pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan
pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-
obatan yang direkomendasikan.

Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam


dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan
kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran,
pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.
Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan
kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian
tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula
dilakukan dengan penambahan bahan probiotik. Untuk menghindari terjadinya penularan
penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati


secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
2. Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
3. Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan
pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata
didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
4. Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
5. Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi
penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan
Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan
kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
6. Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
7. Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organic
8. Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
9. Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk
menambah daya tahan ikan.

Analisa Usaha
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
1. Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp 1.000.000,-
b. Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp 1.500.000,-
c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp 750.000,-
d. Total = Rp 3.250.000,-
2. Biaya Tetap
a. Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp 1.000.000,-
b. Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp
750.000,-
c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150.000,-
d. Total = Rp 1.900.000,-
3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,-
b. Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp
2.021.052,63
c. Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- = Rp 300.000,-
d. Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp 200.000,-
e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- = Rp 3.000.000,-
f. Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- = Rp 1.200.000,-
g. Total = Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63
= Rp 26.181.052,63
5. Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
6. Pendapatan
Produksi (Biaya tetap + Biaya Variabel)
= Rp 28.800.000,- ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)
= Rp 2.418.947,37
7. Break Event Point (BEP)
a. Volume produksi = 4.396,84 kg
b. Harga produksi = Rp 5.496,05

B. Segudang peluang memasarkan ikan lele


Mudahnya beternak lele, nyatanya mudah pula memasarkannya. Mungkin sempat
terbetik, bagaimana cara memasarkannya? Pertanyaan yang kadang memupuskan
semangat menggeluti ternak lele. Untuk mengkalkulasikan potensi ternak ikan lele, ada
baik nya kita tengok realitas di masyarakat. Bila peluang pemasaran lele sangat besar, ini
bukan sekadar slogan atau propaganda, telah banyak survey dan riset-riset pemasaran
dilakukan, bahwa tingkat konsumsi ikan lele di tengah masyarakat cenderung semakin
meningkat.
Nah bila kebutuhan masyarakat akan lele konsumsi semakin meningkat,
mungkinkah pemasaran lele akan sulit? Untuk membahas tata cara pemasaran lele,
langkah awal kita patut ketahui sasaran atau target pasar ikan lele konsumsi. Beberapa
informasi seputar target pasar untuk ikan lele konsumsi, di antaranya adalah: warung
pecel lele, warteg, rumah-rumah makan lainnya atau bahkan resto-resto yang sudah mulai
menawarkan menu special ikan lele, plus semakin banyaknya tempat usaha yang
mengelola daging ikan lele atau yang lebih dikenal dengan istilah lele olahan, mulai dari
baso lele sampai dengan lele presto, ini baru target pemasaran lele secara umum.
Pedagang pecel lele salah satunya. Di kota-kota, pedagang ini bertebaran, baik di
pusat kota, sudut kota maupun sepanjang pinggiran jalan, terutama jalan raya. Umumnya
penjualannya dilakukan dari sore, malam hingga menjelang pagi. Konsumennya sangat
beragam, mulai dari pejalan kaki hingga orang bermobil mewah. Anda tinggal
menghitung jumlah pedagang dan menanyakan kebutuhannya.
Pasar tradisional berikutnya. Pasar seperti itu dapat ditemukan di setiap kota. Baik
di ibu kota propinsi atau besar maupun di ibu kota kabupaten dan kota atau kecil. Bahkan
di kota-kota besar, biasanya pemerintah daerah setempat biasanya membangun beberapa
buah pasar tradisional. Di tempat-tempat tersebut, pedagang ikan selalu ada, termasuk
menjual ikan lele konsumsi.
Tak hanya pasar tradisonal, supermarket atau toko serba ada juga sekarang turut
menjual lele. Itu semua dilakukan bukan tak beralasan, tentu saja karena pemilik tempat
itu ingin melayani konsumennya dengan baik. Pada saat konsumen datang semua
kebutuhan ada, termasuk ikan lele, tak perlu lagi harus ke tempat lain atau pasar
tradisonal. Supermarket ini tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi ke kota-kota kecil.
Namun untuk melakukan pemasaran lele ditempat-tempat tersebut bukan pula
persoalan mudah, karena daya serap kebutuhan lele sangat tinggi. Sebagai contoh yang
mudah untuk target pemasaran lele adalah warung pecel lele yang kian menjamur
dimana-mana. Meski begitu, pada umumnya tempat-tempat penjualan tersebut atau para
penjualannya tidak membeli langsung dari para pembudidaya, tetapi melalui bandar-
bandar. Umumnya bandar-bandarpun tidak membeli langsung dari para pembudidaya,
tetapi melalui tengkulak-tengkulak. Dan tengkulaklah yang akan tahu para
pembudidaya.Bila kita mampu menguasai alur pemasaran tersebut tentunya keuntungan
akan lebih besar, tapi harus didukung dengan network dan sarana prasarana yang
memadai.

Analogi Kalkulasi
Dapat dianalogikan, bila di sekitar kita ada 50 warung pecel lele. Hitungan
ini dalam wilayah dengan radius yang tidak terlalu luas. Berdasarkan survey di
lapangan, kebutuhan ikan lele konsumsi pe warung pecel lele adalah dua hingga
tiga kg per hari pada hari biasa, dan akan meningkat pada hari libur hingga lima
bahkan lebih kg per harinya. Bila kita dikalikan saja dengan angka yang terendah,
yaitu dua kg per hari x 50 warung pecel lele, maka kebutuhan lele konsumsi di
daerah kita adalah 100 kg per hari atau tiga ton per bulan.
Secara sederhana, estimasi ini menggambarkan wajah kebutuhan lele
konsumsi di daerah sekitar kita. Setelah mengetahui kebutuhan lele konsumsi di
daerah sendiri, mari hitung kemampuan produksi, tentunya dengan hitungan yang
sederhana juga. Untuk peternak lele yang baru memulai usaha, katakanlah usaha
pembesaran lele dimulai dengan 1.000 benih yang ditebar pada kolam 10 m2.
Berdasarkan pengalaman budidaya lele dengan benih 1.000 ekor, biasanya akan
memanen hasil sekitar satu kuintal atau lebih ikan lele konsumsi setelah 60 hari
atau dua bulan, tentu dengan perawatan dan tata cara pemberian pakan lele yang
sesuai aturan. Maka untuk memenuhi kebutuhan lele di daerah sendiri saja yang
berkisar tiga ton per bulan kita harus bekerja keras dan ekstra semangat lagi.

Dari estimasi tersebut terbukti bahwa pemasaran lele di daerah sekitar kita saja
sudah merupakan peluang yang sangat besar, apalagi jika anda memang memiliki
kemampuan di bidang marketing. Analogi pemasaran lele yang hanya membidik satu
pangsa pasar yakni warung pecel lele saja, sudah sangat menguntungkan. Lalu bagaiman
dengan peluang pemasaran lele pada usaha pengelolaan daging lele yang lainnya,
pastinya akan lebih banyak lagi peluang pemasaran lele yang akan didapatkan. Bahkan
ada beberapa pengalaman dari para peternak lele skala rumah tangga, mereka hanya
memiliki kolam di halaman rumah, saat akan panen mereka memasang plang di depan
rumah, alhasil seluruh produksi lelenya laris terjual.
Langkah lain dalam pemasaran lele adalah dengan menggunakan jasa para
pengepul, hal ini bisa dilakukan jika ingin perputaran modal lebih cepat. Pasalnya para
pengepul biasanya akan membeli lele dalam jumlah besar, tidak jarang mereka akan
memborong hasil panen secara keseluruhan, walaupun harga yang mereka tawarkan
pastinya lebih murah dibandingkan kita harus menjualnya sendiri. Jika anda seorang
peternak lele profesional atau sudah menguasai peta pemasaran lele nasional, mungkin
hal tersebut jauh lebih baik.
Lalu bagaimana dengan gambaran pasar benih. Tentu saja, hubungannya dengan
pasar lele konsumsi, jika permintaan lele konsumsi di sebuah kota bagus, secara otomatis
pasar benih juga bagus, mengingat untuk memproduksi lele konsumsi sangat
membutuhkan benih lele. Jumlah yang dibutuhkan juga menyesuaikan dengan kebutuhan
pasar lele konsumsi. Gambaran pasar lele konsumsi bisa menjadi patokannya.
Pengalaman beberapa orang pembudidaya ikan lele di berbagai kota menggambarkan
bahwa pembeli benih lele biasanya datang sendiri ke tempat budidayanya, padahal
mereka baru beberapa bulan saja mendirikan usahanya. Ini terjadi, selain kebutuhan lele
memang tinggi juga karena mereka lebih senang membeli lele dari daerahnya sendiri
daripada harus membeli ke daerah lain. Jadi pasar benihpun akan terbentuk dengan
sendirinya.
Dengan cara di atas, Anda bisa mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi
pasar di daerah Anda. Kalau memang pangsa pasarnya bagus, barulah Anda mulai
membuat rencana ke depan. Namun jangan lupa, untuk memulainya, Anda tak cukup
dengan modal lahan yang luas, uang yang besar dan keinginan yang kuat, ada yang lebih
penting, yaitu teknologinya.

Sumber :
Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya.
https://sujarokim.wordpress.com/tag/3-pemasarannya-relatif-mudah-dan-4-modal-usaha-yang-
dibutuhkan-relatif-rendah-pengembangan-usaha-budidaya-ikan-lele-semakin-meningkat-setelah-
masuknya-jenis-ikan-lele-dumbo-ke-indonesia-pada-tahun/
http://www.neraca.co.id/article/10302/segudang-peluang-memasarkan-ikan-lele
http://tipsbudidayaikan.blogspot.co.id/2014/09/pemasaran-ikan-lele.html

Anda mungkin juga menyukai