Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perawatan gigi pada anak sejak dini merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan. Orang tua atau pengasuh berperan dalam perawatan gigi anak dirumah.
Dokter gigi anak berperan dalam memberikan informasi dan arahan bagaimana
merawat gigi anak yang baik untuk mencegah karies dan merawat gigi bila sudah
terjadi karies. Pada anak autis, perawatan gigi pada prinsipnya sama dengan anak
pada umumnya, hanya ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh orangtua
maupun tenaga medis yang akan melakukan perawatan.
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pada anak yang sifatnya
komplek dan berat, biasanya telah terlihat sebelum berumur 3 tahun. Selain itu, anak
autis seringkali juga tidak mampu untuk berkomunikasi dan mengekspresikan
perasaan maupun keinginannya. Akibatnya, perilaku dan hubungannya dengan orang
lain menjadi terganggu, sehingga keadaan ini akan sangat mempengaruhi
perkembangan anak selanjutnya. Penyebabnya belum diketahui pasti tetapi diduga
multifactor. Karakteristik gangguan autisme adalah jika ia memiliki gangguan
perkembangan dalam tiga aspek yaitu kualitas kemampuan interaksi sosial dan
emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan
minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan. Gradasi
manifestasi gangguan juga sangat lebar antara yang berat hingga yang ringan. Di satu
sisi ada yang memiliki semua gejala, dan di sisi lain ada yang memiliki sedikit gejala.

1.2 Rumusan Masalah


1. Masalah kesehatan gigi dan mulut apa saja yang sering dialami anak-anak
autis?
2. Perawatan gigi apa saja yang dapat dilakukan pada anak autis?
3. Teknik Penanganan apa yang harus dilakukan pada anak autis?
4. Tips apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi anak autis?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kesehatan gigi dan mulut apa saja yang sering dialami
anak-anak autis?
2. Untuk mengetahui Perawatan gigi apa saja yang dapat dilakukan pada anak
autis?
3. Untuk mengetahui teknik penanganan apa yang harus dilakukan pada anak
autis?
4. Untuk mengetahui Tips apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi
anak autis?

2
BAB II
PEMBAHASAN

Anak-anak berkebutuhan khusus merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap


masalah kesehatan sehingga membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan orang lain
untuk mendapatkan dan memelihara kesehatan, termasuk dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulut mereka. Kondisi gigi dan mulut yang bersih dan sehat sangat penting
untuk menunjang kehidupan anak-anak tersebut. Oleh karena itu, para orang tua
sebaiknya mempersiapkan anak untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi dan tidak
menunda-nunda perawatan agar pengalaman ke dokter gigi menjadi hal yang positif
dan menyenangkan

2.1 Masalah kesehatan gigi dan mulut apa saja yang sering dialami anak-anak
autis?

1. Gigi berlubang (karies gigi) disebabkan antara lain oleh kelainan bentuk dan
struktur gigi (anomali), frekuensi muntah atau gastroesophangeal refluks, jumlah air
ludah kurang, pengobatan yang mengandung gula atau diet khusus yang memerlukan
pemberian susu botol yang diperpanjang dan keterbatasan anak ataupun kemauan dari
orang-orang sekitar untuk membantu membersihkan gigi dan mulut secara rutin setiap
hari.
2. Penyakit jaringan penyangga gigi (periodontal) seperti gusi berdarah, kegoyongan
gigi dan karang gigi. Kondisi ini disebabkan oleh kebersihan mulut yang kurang
diperhatikan karena ketidakmampuan menggunakan sikat gigi dengan benar, pola
makan yang kurang baik dan efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi. Radang
pada jaringan periodontal yang parah dapat mengakibatkan anak kehilangan gigi.
3. Maloklusi terjadi karena adanya keterlambatan erupsi gigi, tidak ada benih gigi, gigi
berlebih, gangguan fungsi hubungan otot-otot dalam mulut dan periodontal sehingga
rahang atas maju, gigitan terbuka dan gigitan silang. Bruksism (ngerot) pada penderita
cerebral palsy mengakibatkan gigi rahang atas maju ke depan. Untuk menangani
bruksism dapat digunakan bite guard.
4. Bernafas melalui mulut (pernapasan mulut kronik) disebabkan oleh jalan nafas yang
lebih sempit sehingga anak berkebutuhan khusus cenderung bernafas melalui mulut.

3
Pernafasan mulut kronis ini menyebabkan ukuran lidah membesar (makroglosia) dan
permukaan lidah beralur dalam dan kering sehingga menimbulkan bau mulut
(halitosis) dan iritasi pada sudut bibir (angular cheilitis). Kondisi ini akan
mempengaruhi fungsi bicara dan pengunyahan.
5. Trauma atau benturan sering terjadi pada anak-anak dengan gangguan psikososial dan
perilaku karena jatuh ataupun kecelakaan.

2.2 Perawatan gigi apa saja yang dapat dilakukan pada anak autis?
A. Perawatan Preventif.
Tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus:
1. Pemberian fluor. Pemberian fluor pada anak berkebutuhan khusus dapat diberikan
secara sistemik atau topikal dalam bentuk gel.
2. Kontrol Plak dengan cara menyikat gigi yang tepat, mengatur pola makan anak dan
penggunaan obat kumur. Pada anak berkebutuhan khusus yang disertai gangguan
fungsi otot pengunyahan biasanya sisa makanan sering kali masih terkumpul disekitar
giginya. Pemberian obat kumur yang tidak mengandung alkohol dapat digunakan
pada anak yang sudah dapat berkumur untuk membantu membersihkan sisa makanan
dan berfungsi sebagai antiseptik. Pemberian antiseptik bentuk gel juga dapat
diberikan secara rutin.
3. Pembersihan karang gigi
4. Penutupan pit dan fissure sealant. Sealant adalah bahan tambal cair yang mengisi alur-
alur permukaan gigi geraham tetap anak yang dalam sehingga mencegah partikel
makanan masuk. Penutupan pit dan fissure sealant efektif mencegah gigi berlubang.
B. Perawatan Kuratif dan rehabilitatif.
Penambalan maupun pencabutan pada anak berkebutuhan khusus maupun normal
pada dasarnya sama, namun jika disertai dengan adanya kelainan sistemik maka
penanganannya dilakukan secara multidisipliner dengan dokter anak dan dokter
anestesia. Kerjasama dengan terapis wicara dan ahli gizi sangat berpengaruh pada
kesuksesan perawatan. Penggunaan alat orthodonsi juga dapat dilakukan pada anak
berkebutuhan khusus dengan pertimbangan yang tepat.

4
2.3 Teknik Penanganan Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada penderita
autis:

Perawatan gigi dan mulut pada penderita cacat dengan orang normal pada dasarnya
sama, hanya pendekatan dan teknik yang dilakukan operator lebih lama dan tergantung
dari manifestasi atau karekteristiknya. Pada umumnya apabila pendekatan tidak bisa
dilakukan maka tindakan perawatan gigi di bawah anastesi umum dan ini merupakan
salah satu pilihan yang dapat dilakukan maka tindakan perawatan gigi dibawah
anastesi umum, dan ini merupakan salah satu teknik alternative yang digunakan oleh
para dokter gigi dalam menangani pasien

1. Teknik TSD (Tell-Show-Do)


Teknik perawatan ini dapat dilakukan pada penderita autism yaitu salah satu cara
pendekatan yang bias dilakukan dengan membangun kepercayaan antara dokter gigi
dan pasien. Dengan kunjungan yang berulang dan pengenalan terhadap peralatan
kedokteran gigi, dapat memfamiliriasasi pasien terhadap lingkungan. Hindari tindakan
yang dapat menimbulkan rasa sakit pada penderita cacat, terutama penderita cacat
yang mengalami gangguan mental.

2.Reinforcement
Merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai, agar prestasi
tersebut diulang. Tindakan ini dapat dilakukan pada anak penderita cacat fisik dan
psikososial yang cenderung merasa terabaikan oleh lingkungan sosialnya. Dengan
menghargai prestasi yang telah dicapainya terhadap apresiasi yang ditunjukkan
terhadap perawatan giginya dapat meningkatkan kekooperatifan pasien anak sehingga
dapat memperlancar tindakan perawatan yang akan dilakukan oleh dokter gigi.
Bentuk imbalan dapat berupa materi atau imbalan social misalnya dengan senyuman,
belaian atau pujian.

3.Desensitasi
Desensitasi adalah cara yang paling sering digunakan oleh psikolog untuk mengatasi
rasa takut. Desensitasi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh dokter gigi untuk
menghilangkan kebiasaan respon takut dengan pertama kali menghadirkan
rangsangan yang menimbulkan suatu respon yang ringan. Desensitasi meliputi:

5
melatih pasien melemaskan otot, menyusun hierarki rasa takut, dan mengerjakan
berdasarkan hieraraki rasa takut.

4.Sedasi
Berbagai cara yang telah dikemukakan adalah yang paling sering diterapkan, dan
merupakan dasar modifikasi tingkah laku. Setelah dilakukan beberapa kali kunjungan,
mungkin anak masih merasa takut mengahadapi perawatan gigi dan tidak kooperatif
terhadap tindakan khusus, biasanya suntikan atau bur. Pilihan lain untuk menghadapi
kasus demikian, digunakan sedasi, sehingga waktu pasien menghadapi menghadapi
perawtan gigi telah rileks.
Golongan obat-obatan yang digunakan adalah sedasi-hipnotik, agen ansietas dan
narkotik. Sedasi dapat diberikan dengan cara: Oral, intra venous dan intra muskuler
serta inhalasi.

2.4 Tips untuk diingat

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila anak berkebutuhan khusus datang ke
dokter gigi antara lain:

1. Sebaiknya sebelum anak mendatangi dokter gigi anak, orang tua datang terlebih
dahulu berkonsultasi sebab perawatan gigi anak berkebutuhan khusus membutuhkan
identifikasi dini mengenai riwayat medis, kemampuan kooperatif, pemahaman,
adanya tidaknya fobia dan hal-hal spesifik lain yang penting. Hal ini akan menjadi
dasar pemilihan teknik manajemen tingkah laku yang diberikan pada anak. Pada kasus
ringan dokter gigi anak akan menerapkan teknik non farmakologi, yaitu Tell Show
Do, modelling, positive reinforcement, distraksi, desensitisasi. Sedangkan pada kasus
berat akan dipilih teknik farmakologi: sedasi dan general anastesia.
2. Membuat perjanjian jadwal kunjungan dokter gigi anak terlebih dahulu. Sebaiknya
kunjungan dilakukan pada jam-jam yang tidak terlalu sibuk, atau dijadwalkan pada
urutan pertama agar anak tidak perlu menunggu.
3. Pada anak dengan gangguan psikososial dan perilaku membutuhkan waktu untuk
membiasakan diri dengan lingkungan baru. Oleh sebab itu perlu kerjasama orang tua
dan dokter gigi anak. Pada kunjungan pertama, anak diperkenalkan dengan dokter
gigi anak dan lingkungan perawatannya. Alat bantu visual seperti gambar sikat gigi,

6
pasta, cara menggosok gigi dan alat elektronik (kamera) dapat digunakan untuk
menumbuhkan sikap positif anak.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks dan berat, gejalanya
mulai tampak pada usia kurang dari 3 tahun. Gangguan perkembangan ini mencakup
bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku.

Penderita autisme menunjukkan kondisi kesehatan mulut yang tidak normal.


Walaupun umumnya menggunakan medikasi dan oral habit yang merusak
menyebabkan masalah, frekuensi karies yang tinggi dan penyakit periodontal pada
penderita autisme berbanding dengan populasi umum.

Anak autistik tidak mempunyai banyak masalah medis yang perlu dipertimbangkan,
namun pada umumnya diduga mengalami penderitaan penyakit gigi dan mulut yang
lebih berat karena kondisinya yang tidak normal. Kebersihan mulut rata-rata rendah,
frekuensi karies dan gingivitis yang tinggi dibanding anak normal lainnya, sedangkan
tingkah lakunya yang akan menyebabkan perawatan gigi agak sulit.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut merupakan hal utama yang harus diterapkan
dalam menangani kasus autis.

3.2 SARAN
Untuk mencapai keberhasilan perawatan gigi anak khususnya anak-anak autis
diperlukan komunikasi dan kerjasama yang baik antara dokter gigi, anak dan orang
tua. Dokter gigi khususnya dokter gigi anak tidak dapat bekerja sendiri dalam
merawat gigi anak, begitu pula dengan orang tua. Marilah kita bekerja sama
mewujudkan gigi yang sehat sepanjang hidup anak-anak kita.

8
DAFTAR PUSTAKA

S Noerdin. Masalah penanganan perawatan gigi pada penderita cacat. Jurnal


Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 1999; 6 (1):36-41.

Pilcher ES. Dental care for patient with down syndrome.[serial online] 1997.
[internet]. Available from: http://www.altonweb.com/cs/downsyndrome/pilcher.html.
Accessed Maret 13, 2008

Anda mungkin juga menyukai