Anda di halaman 1dari 4

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus, yang
biasanya lebih berat pada bayi muda, terjadi epidemik setiap tahun dan ditandai dengan
obstruksi saluran pernafasan dan wheezing. Penyebab paling sering adalah Respiratory
syncytial virus. Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi dan biasa terjadi pada keadaan
tertentu. Episode wheezing bisa terjadi beberapa bulan setelah serangan bronkiolitis,
namun akhirnya akan berhenti.1,2

2. Etiologi
Penyebab paling sering adalah Respiratory syncytial virus. Infeksi bakteri sekunder
bisa terjadi dan biasa terjadi pada keadaan tertentu. Penyebab lainnya adalah Rhinovirus,
Adenovirus, Parainfluenzae virus, Enterovirus, dan Influenzae virus. Episode wheezing
bisa terjadi beberapa bulan setelah serangan bronkiolitis, namun akhirnya akan berhenti. 1,2

3. Diagnosis
Pada anamnesis ditemukan: 1,2
Sering terjadi pada anak berusia <2 tahun. Sembilan puluh persen (90%) kasus yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit terjadi pada bayi berusia <1 tahun. Insidens
tertingi terjadi pada usia 3-6 bulan.
Anak yang menderita bronkiolitis mengalami demam atau riwayat demam, namun
jarang terjadi demam tinggi.
Rhinorrhea, nasal discharge (pilek), sering timbul sebelum gejala lain seperti batuk,
takipneu, sesak nafas, dan kesulitan makan.
Batuk disertai gejala nasal adalah gejala yang pertama muncul pada bronkiolitis. Batuk
kering dan mengi khas pada bronkiolitis.
Poor feeding. Banyak penderita bronkiolitis mempunyai kesulitan makan yang
berhubungan dengan sesak nafas, namun gejala tersebut bukan hal mendasar untuk
diagnosis bronkiolitis
Bayi dengan bronkiolitis jarang tampak toksik. Bayi dengan tampilan toksik seperti
mengantuk, letargis, gelisah, pucat, motling, dan takikardi membutuhkan penanganan
segera.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan: 1,2


Nafas cepat merupakan gejala utama pada lower respiratory tract infection (LRTI),
terutama pada bronkiolitis dan pneumonia
Wheezing, yang tidak membaik dengan tiga dosis bronkodilator kerja cepat
Ekspirasi memanjang/expiratory effort
Hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusi
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam atau retraksi dinding ada (subkostal,
interkostal, dan supraklavikula) sering terjadi pada penderita bronkiolitis. Bentuk dada
tampak hiperinflasi dan keadaan tersebut membedakan bronkiolitis dari pneumonia.
Fine inspiraatory crackles atau ronkhi pada auskultasi dada pada seluruh lapang paru
sering ditemukan (tapi tidak selalu) pada penderita bronkiolitis.
Sulit makan, menyusu, atau minum.

Pemeriksaan penunjang: 1,2


Saturasi oksigen : pulse oximetry harus dilakukan pada
setiap anak yang datang ke rumah sakit dengan bronkiolitis.
Bayi dengan saturasi oksigen 92% membutuhkan perawatan
di ruang intensif. Bayi dengan saturasi oksigen >94% pada
udara ruangan dapat dipertimbangkan untuk dipulangkan.
Analisis gas darah : umumnya tidak diindikasikan pada
bronkiolitis. Pemeriksaan ini berguna untuk menilai bayi
dengan distres nafas berat dan kemungkinan mengalami gagal
nafas.
Foto thorax : dipertimbangkan pada bayi dengan diagnosis
meragukan atau penyakit atipikal. Foto thorax sebaiknya tidak
dilakukan pada bronkiolitis yang tipikal. Foto thorax pada
bronkiolitis yang ringan tidak memberikan informasi yang
dapat mempengaruhi pengobatan.
Pemeriksaan virologi: rapid diagnosis infeksi virus pada
saluran nafas adalah cost effective karena mengurangi lama
perawatan, penggunaan antibiotik, dan pemeriksaan
mikrobiologi.
Pemeriksaan bakteriologi: secara rutin (darah dan urin) tidak
diindikasikan pada penderita bronkiolitis bakteriologi tipikal.
Pemeriksaan bakteriologi dari urin dipertimbangkan pada bayi
berusia <60 tahun.
Hematologi : pemeriksaan darah lengkap tidak diindikasikan
dalam menilai dan menatalaksanakan bayi dengan bronkiolitis
tipikal
C-reactive protein : penelitian yang ada merupakan
penelitian retrospektif atau peneitian dengan kualitas yang
buruk dan tidak memberikan bukti yang cukup berhubungan
dengan bronkiolitis.
1
4. Diagnosis Banding

DIAGNOSIS GEJALA
Asma - Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan
dengan batuk dan pilek
- Hiperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Berespons baik terhadap bronkodilator
Bronkiolitis - Episode pertama wheezing pada anak umur <2 tahun
- Hiperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
- Respons kurang/tidak ada respons dengan bronkodilator
Wheezing berkaitan - Wheezing selalu berkaitan dengan batuk dan pilek
- Tidak ada riwayat keluarga dengan asma/eksem/hay fever
dengan batuk atau pilek
- Ekspirasi memanjang
- Cenderung lebih ringan dibandingkan dengan wheezing akibat
asma
- Berespons baik terhadap bronkodilator
Benda asing - Riwayat tersedak atau wheezing tiba-tiba
- Wheezing umumnya unilateral
- Air trapping dengan hipersonor dan pergeseran mediastinum
- Tanda kolaps paru
Pneumonia - Batuk dengan nafas cepat
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
- Demam
- Crackles/ronkhi
- Pernafasan cuping hidung
- Merintih/grunting

5. Tatalaksana1,2
a. Antibiotik
Apabila terdapat nafas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan diberikan
kotrimoksazol (4 mg/kgBB/kali) 2 kali sehari atau amoksisilin (25 mg/kgBB/kali),
2 kali sehari, selama 3 hari.
Apabila terdapat tanda distress pernafasan tanpa sianosis tetapi anak masih bisa
minum, rawat anak di rumah sakit dan beri ampisilin/amoksisilin (25-50
mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama
72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka terapi dilanjutkan di
rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (25 mg/kgBB/kali, 2x/hari)
untuk 3 hari berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau
terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau
memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres
pernafasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB.kali IM atau IV
setiap 8 jam) sampai keadaan membaik, dilanjutkan per oral 4x/hari sampai total
10 hari.
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia berat) segera berikan
oksigen dan pengobatan kombinasi ampisilin-kloramfenikol atau ampisilin-
gentamisin
Sebagai alternatif, beri ceftriaxon 80-100 mg/kgBB/kali IM atau IV 1x/hari.

b. Oksigen
Beri oksigen pada semua anak dengan wheezing dan distress pernafasan berat.
Metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen adalah dengan nasal
prongs atau kateter nasal. Bisa juga menggunakan kateter nasofaringeal. Pemberian
oksigen terbaik untuk bayi muda adalah menggunakan nasal prongs.
Teruskan terapi oksigen sampai tanda hipoksia menghilang.

c. Perawatan tambahan
Jika anak demam (38,5oC) yang tampak menyebabkan distres, berikan
paracetamol.
Pastikan anak yang dirawat di rumah sakit mendapatkan cairan rumatan harian
secara tepat sesuai umur, tetapi hindarkan kelebihan cairan/overhidrasi. Anjurkan
pemberian ASI dan cairan oral.
Bujuk anak untuk makan sesegera mungkin setelah anak sudah bisa makan.

6. Indikasi rawat di ruang rawat intensif2


Gagal mempertahankan saturasi oksigen >92% dengan terapi oksigen
Perburukan status pernafasan, ditandai dengan peningkatan distres nafas dan/atau
kelelahan
Apnea berulang

7. Komplikasi1
Jika anak gagal memberikan respons terhadap terapi oksigen atau keadaan anak
memburuk secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat kemungkinan
pneumothorax.
Tension pneumothorax yang diikuti dengan distres pernafasan dan pergeseran jantung,
membutuhkan penanganan segera dengan menempatkan jarum di daerah yang terkena
agar udara dapat keluar (perlu diikuti dengan insersi kateter dada dengan katup dibawah
air untuk menjamin kelangsungan keluarnya udara sampai kebocoran udara menutup
secara spontan dan paru mengembang).

Anda mungkin juga menyukai