Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

PROFESIONALISME ISLAM
Hak dan Kewajiban Pekerja Dalam Islam

Disusun Oleh :

Nama : Dini Anindita Dalila

Nim : 1508020106

Kelompok/ Golongan :VI / B

Program Studi Profesi Apoteker


Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2016
Hakikat Hak dan Kewajiban

Hak merupakan klaim yang dibuat oleh seseorang atau kelompok yang satu terhadap yang
lain atau terhadap masyarakat. Orang yang mempunyai hak bisa menuntut (dan bukan saja
mengharapkan atau menganjurkan) bahwa orang lain akan memenuhi dan menghormati hak itu.
Tetapi bila dikatakan demikian, segera harus ditambah sesuatu yang amat penting bahwa hak adalah
klaim yang sah atau klaim yang dapat dibenarkan.

Selain itu, hak juga dapat diartikan hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu
yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain
manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.

Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain
kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Contoh kewajiban : Dalam jual beli, bila kita
membeli suatu barang, maka kita wajib membayar barang tersebut. Pengertian kewajiban menurut
Prof Notonagoro, wajib adalah beban untuk memberikan sesuatuyang semestinya dibiarkan atau
diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan .Sehingga kewajiban adalah sesuatu yang harus
dilakukan.

Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai nilai etika yang berlangsung di
lingkungannya, dengan tujuan untuk mengatur tata krama aktivitas para karyawannya agar mencapai
tingkat efesiensi dan produktivitas yang maksimal. Etika perusahaan menyangkut tentang hubungan
perusahaan dan karyawannya sebagai satu kesatuan dalam lingkungannya, etika kerja menyangkut
hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan.

Hubungan (Pekerja) Karyawan Dan Perusahaan Menurut Pandangan Islam

1. Hubungan Perusahaan dengan karyawan

Dalam wilayah non-islamm standar etika seringkali ditentukan oleh manajer. Standar ini meliputi
perekrutan dan pemecatan, upah, dan hal lain-lain yang relevan dengan kondisi seseorang.

Keputusan perekrutan, Promosi dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerja. Islam
mendorong kita untuk memperlakukan setiap Muslim secara adil. Sebagai contoh, dalam perekrutan,
promosi atau keputusan-keputusan lain dimana seorang manajer harus menilai kinerja seseorang
terhadap orang lain, kejujuran dan keadilan (adl) adalah sebuah keharusan.
a. Upah Yang Adil

Ibn Taymiyah menyatakan bahwa seorang majikan memiliki kewajiban untuk membayar
upah yang adil kepada para pekerjanya. Sejumlah majikan mungkin mengambil keuntungan dari para
pekerjanya dan membayar rendah kepada mereka karena tuntutan kebutuhan mereka untuk mendapat
penghasilan. Islam menentang praktek eksploitasi semacam ini. Jika tingkat upah terlalu rendah, para
pekerja mungkin tidak termotivasi untuk berusaha secara maksimal. Sama halnya, jika tingkat upah
terlalu tinggi, sang majikan mungkin tidak mendapatkan keuntungan dan tidak dapat menjalankan
perusahaannya.

Dalam organisasi islam, upah harus direncanakan dengan cara yang adil baik bagi pekerja
maupun pimpinan. Pada Hari Pembalasan, Rasulullah SAW akan menjadi saksi terhadap orang
yang mempekerjakan buruh dan mendapatkan pekerjaannya diselesaikan olehnya namun tidak
memberikan upah kepadanya.

Penekanan terhadap masalah keadilan upah telah menjadi bagian sejarah Islam selama
berabad-abad. Selama masa pemerintahan empat Khalifah hingga masa kebangkitan kolonialisme
Barat, lembaga hisbah telah dikembangkan untuk menegakkan hukum dan aturan publik serta
mengawasi hubungan antara pembeli dan penjual di pasar. Misi lembaga hisbah adalah untuk
melindungi aturan-aturan yang benar dan melawan praktek ketidakjujuran.

b. Penghargaan terhadap Keyakinan Pekerja

Prinsip umum tauhid atau keesaan berlaku untuk semua aspek hubungan antara perusahaan
dan pekerjanya. Pengusaha Muslim tidak boleh memperlakukan pekerjanya seolah-olah islam tidak
berlaku selama waktu kerja. Sebagai contoh, pekerja Muslim harus diberi waktu untuk melaksanakan
shalat, tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan moral islam,
harus diberi waktu istirahat bila mereka sakit dan tidak dapat bekerja. Untuk menegakkan keadilan
dan keseimbangan, keyakinan para pekerja Non- Muslim juga harus dihargai.

2. Hubungan Karyawan dengan Perusahaan

Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja dengan perusahaan, terutama
persoalan kejujuran, kerahasiaan, dan konflik kepentingan. Dengan demikian, seorang pekerja tidak
boleh membocorkan rahasia perusahaan kepada orang luar. Praktek tidak etis lain terjadi ketika para
manajer menambahkan harga palsu untuk makanan dan pelayanan lain dalam pembukuan keuangan
perusahaan mereka. Beberapa dari mereka melakukan penipuan karena merasa dibayar rendah, dan
ingin mendapatkan upah yang adil. Pada saat lain, hal ini dilakukan semata karena ketamakan.Bagi
para pekerja Muslim, Allah SWT memberikan peringatan yang jelas dalam Quran :


...


Katakanlan: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang
tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar...

Pekerja Muslim, yang menyadari makna ayat di atas seharusnya tidak berbuat sesuatu dengan
cara-cara yang tidak etis.

3. Hak dan Kewajiban Pekerja dan Pemimpin dalam Islam

Kita di dunia ini tidak lepas dari 2 status, jadi atasan atau bawahan. Ada yang bos, dipanggil Pak
Bos, Bang Bos, dst, ada yang jadi anak buah. Ada yang jadi majikan, ada yang jadi pesuruh. Baik itu
di lembaga-lembaga pemerintah ataupun swasta, ada pemimpin / atasan maupun anak buah; maupun
di dalam perniagaan, ada majikan dan ada anak buah. Dan Islam adalah agama yang sempurna. Allah
Subhanahu wa Taala telah menjelaskan di dalam KitabNya:

Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. (QS Al-Lail [92]: 4)

Semua sendi-sendi kehidupan manusia itu diatur oleh islam, termasuk masalah hak dan
kewajiban majikan maupun pekerja, atasan maupun bawahan, sehingga tidak tumpang-tindih, tidak
saling dzalim-mendzalimi satu sama lainnya. Di dalam kehidupan nyata ini terkadang bawahan
mendzalimi atasan. Ada juga atasan yang mendzalimi bawahan, bahkan hal seperti ini lebih banyak
terjadi. Maka Islam mengatur masalah ini dengan sangat rinci.

Islam adalah agama sempurna. Islam adalah jawaban bagi semua problematika manusia,
termasuk hubungan antara majikan dan pekerja, hak dan kewajiban masing-masing pihak. Jadi,
seluruh aspek kehidupan manusia itu diatur oleh Islam karena Islam ini diturunkan sebagai rahmat
bagi semesta alam. Dan Islam sangat memperhatikan hak-hak asasi semua manusia. Kalau orang
sekarang sibuk meneriakkan HAM, maka jauh-jauh hari Islam sudah memperhatikannya. Tidak ada
sistem yang lebih detil di dalam memperhatikan hak-hak manusia selain Islam.

Tujuan bekerja adalah sesuai dengan diturunkannya syariaat Islam itu sendiri yaitu disamping
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai insan amilus shalihat dan bukan
penganggur, juga untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia di dunia dan akherat. (Q.S.Hud :
15)
Mengingat bahwa salah kebutuhan vital dan esensial manusia adalah kebutuhan jasmani
maka bekerja mempunyai tujuan ekonomis (tijarah) yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi. (QS.al-Jumah:10)

Prinsip-prinsip kerja.

a. Prinsip Keadilan (al-Adalah)


Keadilan penting bagi kehidupan manusia demi terciptanya penghormatan dan hak-hak
yang layak sesuai dengan aktifitasnya. (QS.Al-Hadid (57) ayat 25).









Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Adil di sini dimaksudkan juga dalam penyelenggaraan sarana-sarana penghidupan.
Keadilan yang harus ditegakkan ialah terlaksananya kehidupan atas dasar keseimbangan, yang kuat
menolong yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, sebaliknya yang lemah pun mendukung
tegaknya keadilan dengan jalan yang baik, bukan dengan merongrong kepada yang kuat, yang
miskin pun jangan merongrong yang kaya. Di samping itu keadilan dalam bidang ketenagakerjaan
juga pada cara-cara memperoleh produksi, pendistribusian serta dalam pemanfaatannya.
b. Prinsip Tolong Menolong dan Saling Menguntungkan.
Tolong menolong dilakukan dalam hal kebajikan, tolong menolong berarti juga cermin
keseringan dalam menerapkan prinsip kebersamaan dan dan kemitraan (musyaawarah).(Q.S. Al-
Hujarat (49) : l3 Menegaskan sbb.




Artinya : Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal.
Al-Quran mengandung petunjuk sosial dalam merampungkan berbagai pekerjaan yang
dilandasi jiwa tolong menolong dalam kebajikan dan saling menguntungkan, [Al- Maidah (5) : 2.]


Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan ) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran,
Kemudian tidak saling merugikan, membahayakan diri dan orang lain :




Artinya : Jangan membahayakan diri sendiri dan jangan pula membahayakan orang lain. ((Hadis
Riwayat Ibnu Majah dari Ubadah Ibnu Usamah).
... ... ...
Artinya : Tidak dianiaya dan tidak pula menganiaya. [Al-Baqarah (2) : 279]






Artinya : Allah SWT didalam hadist Qudsi bersabda : Sesungguhnya Aku telah mengharamkan
perbuatan dholim, pada diri sendiri, maka janganlah berbuat dholim, terhadap buruh tentang upahnya
termasuk dosa besar. (HR.Ahmad)
Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa dikalangan umat manusia terdapat
perbedaan-perbedaan bakat kodrati dalam berbagai hal antara lain daya dan kemampuan kerja
mereka. Karena itu Allah SWT memerintahkan agar umat manusia menyelenggarakan kehidupan
saling menolong, saling melengkapi satu sama lain. Atas dasar ini pula, maka adanya
spesialisasi lapangan kerja merupakan hal yang mesti dilakukan. Di dunia modern seperti
sekarang ini tuntutan berspesialisasi dalam berbagai lapangan kerja masih dapat dirasakan.
Memenuhi kebutuhan hidup manusia yang semakin komplek seperti sekarang ini, tidak mungkin
diselenggarakan oleh hanya sekelompok orang yang dipandang serba bisa. Tetapi harus dilakukan
oleh orang yang ahli dibidangnya jika tidak, maka akan terjadi kekacauan.









Artinya: Dari abu Hurairah berkata : Bersabda rasullah SAW : Apabila amanah disalahgunakan
maka tunggulah waktu kehancuran (Abu Hurairah) berkata ya Rasulullah bagaimana amanah itu
disia-siakan. Rasul berkata : Apabila suatu urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya maka
tunggulah waktu kehancuran. (HR.Bukhari dari Abu Hurairah ).
c. Prinsip Kejelasan Aqad (Perjanjian) dan Transparansi Upah
Islam sangat memperhatikan masalah akad, ia termasuk salah satu bagian terpenting dalam
kehidupan perekonomian. Setiap orang beriman wajib untuk menunaikan apa yang telah
diperjanjikan baik baik yang berkaitan dengan pekerjaan, upah, waktu bekerja dsb. Akad merupakan
keharusan untuk dibuat dalam rangka mengatur secara prakatis hubungan pekerja-majikan yang
meliputi: etika, hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.
Selanjutnya perjanjian juga menegaskan nilai keadministrasian dan memegang teguh nilai
moral yang berkaitan dengan kehalalan. (QS.2:282):


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
Dan Sabda Nabi SAW



Artinya : Orang-orang Islam itu terikat oleh syarat-syarat perjanjiannya, kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. (Hadits Riwayat Tirmidzi dari Abu
Amir Al-Aqdi)
Mengingat hal itu maka dalam transaksi amat diperlukan keterbukaan sehingga sikap
spekulatif, penipuan, kolusi, korupsi dsb dalam berbagai kegiatan ekonomi dapat dihindari dan hal
itu diharamkan oleh Islam karena praktek penipuan pasti akan merugikan pihak tertentu. QS. Al-
Baqarah (2): 279 dan (QS. Al-Maidah (5): 1.
d. Prinsip Saling Tanggung Jawab.
Dalam bekerja diperlukan tanggungjawab, olehkarena itu diperlukan kekuatan dan kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan/tanggungjawabnnya. (Al-Qasas (28) ayat 26)


Artinya : Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya.
Allah SWT mengisyaratkan agar mengambil orang yang kuat dan jujur sebagai buruh
mengandung arti bahwa majikan punya harapan kepada buruhnya agar dapat melaksanakan
kewajiban-kewajibannya sebagai komitmennya terhadap keadilan. Islam melindungi kepentingan
majikan dengan memberikan kewajiban moral tertentu kepada buruh, diantaranya mempekerjakan
pekerja yang jujur, teliti, rajin, cermat dan dapat dipercaya. (QS.Al-Mudassir (74) ayat 38 )

Artinya : Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya.
Demikian juga sebaliknya tentang tanggung jawab majikan terutama dalam pemberian upah.
Majikan yang mengabaikan pembayaran upah buruhnya, akan menjadi musuh Allah di hari
Qiamat kelak.
Sekali Tuhan menunjukkan jalan, maka pertanggung jawaban atas penyelewengannya
sepenuhnya terletak di tangan manusia dan ia menanggung akibat dari ketidakpatuhannya.
Nabi Syuaib AS mengajar umatnya agar memenuhi takaran dan timbangan. Dengan
pemahaman lebih luas, dapat diperoleh pengertian dari ayat tersebut, bahwa hak orang lain apapun
bentuknya, jangan sampai dikurangi. Apabila hal ini diterapkan dalam hubungannya dengan kerja
(perburuhan), maka akan diperoleh ketentuan bahwa seorang majikan tidak boleh mengurangi upah
yang wajar atas kerja yang telah dilakukan oleh buruh sesuai dengan tingkatan mereka masing-
masing. (QS. Al-Ahqaf (46) ayat 19)

Artinya : Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar
Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada
dirugikan.
Tanggung jawab lainnya adalah menyangkut kesehatan, keamanan, tempat tinggal dan
istirahat, kebebasan beribadah dll adalah seperti dalam jaminan keselamatan buruh di atas.
e. Prinsip Suka Sama Suka al-Taradli
Dalam setiap transaksi ekonomi ditandaskan adanya keikhlasan dan ketulusan yang bersifat
permanen ketika perjanjian berlangsung maupun ketulusan menerima akibat hukum dari akad
tersebut (QS.An-Nisa (4) :28-29).


.




Artinya : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah maha Penyayang kepadamu.

Anda mungkin juga menyukai