Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Yolanda Adella Suleman

NIM : P07234016080

TINGKAT : 2B

Bakteri Penyebab Penyakit Infeksi Saluran Cerna

Salmonella Dan Shigella

A. Salmonella sp.
Salmonella typhi (S. typhi) merupakan kuman pathogen penyebab demam tifoid,
yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran demam yang berlangsung lama,
adanya bakteremia disertai inflamasi yang dapat merusak usus danorgan-organ hati.
Demam tifoid merupakan penyekit menular yang tersebar di seluruh dunia, dan sampai
sekarang masih menjadi masalah kesehatan terbesar dinegara sedang berkembang dan
tropis seperti Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Latin. Insiden penyakit ini masih
sangat tinggi dan diperkirakan sejumlah 21 juta kasus dengan lebih dari 700 kasus
berakhir dengan kematian Di Indonesia, insiden demam tifoid diperkirakan sekitar 300-
810 kasus per 100.000 penduduk per tahun, berarti jumlah kasus berkisar antara
600.000-1.500.000 pertahun. Hal ini berhubungan dengan tingkat higienis individu,
sanitasi lingkungan dan penyebaran kuman dari karier atau penderita tifoid. Pada
daerah endemis yang sanitasi dan kesehatannya terpelihara baik, demam tifoid muncul
sebagai kasus sporadic 4J0'". Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT)
1986 demam tifoid menyebabkan kematian 3% dari seluruh kematian di Indonesia.
Rata-rata kasus kematian dan komplikasi demam tifoidselalu berubah antar wilayah
endemis yang berbeda. S. typhi dapat menyebabkan penyakit yang parah di suatu
wilayah tetapi hanya menimbulkan gejala penyakit yang ringan pada wilayah yang
lain,berarti ada hubungan antara perbedaan wilayah dengan tingkat keparahan penyakit
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara dengan
konsekuensi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat, menimbulkan
dampak terjadinya urbanisasi dan migrasi pekerja antar negara yang berdekatan seperti
Malaysia, Thailand dan Filipina. Mobilisasi antar pekerja ini memungkinkan terjadinya
perpindahan atau penyebarangalur (S. typhi) antar Negara endemis.
.
1. Patogenesis
Kuman menembus mukosa epitel usus, berkembang biak di lamina propina kemudian
masuk kedalam kelenjar getah bening mesenterium. Setelah itu memasuki peredaran
darah sehingga terjadi bakteremia pertama yang asimomatis, lalu kuman masuk ke
organ-organ terutama hepar dan sumsum tulang yang dilanjutkan dengan pelepasan
kuman dan endotoksin ke peredaran darah sehingga menyebabkan bakteremia kedua.
Kuman yang berada di hepar akan masuk kembali ke dalam usus kecil, sehingga terjadi
infeksi seperti semula dan sebagian kuman dikeluarkan bersama tinja. Penyebaran
penyakit ini terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada iklim, tetapi lebih banyak
dijumpai di negara-negara sedang berkembang di daerah tropis, hal ini disebabkan
karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan kebersihan individu yang masih
kurang baik oleh karena itu pencegahan penyakit demam tifoid mencakup sanitasi dasar
dan kebersihan pribadi, yang meliputi pengolahan air bersih, penyaluran air dan
pengendalian limbah, penyediaan fasilitas cuci tangan, pembangunan dan pemakaian
WC, merebus air untuk keperluan minum dan pengawasan terhadap penyedia makanan.
S. Typhi dan S. paratyphi menyebabkan infeksi pada manusia. Sebagian besar bakteri
ini bersifat reservoir pada manusia dan patogen pada hewan.Salmonella masuk melalui
mulut bersama makanan dan minuman yang terkontaminasi. Dosis infeksi penyebab
penyakit pada manusia dalam menimbulkan infeksi klinik sekitar 103 - 108 sel/mL.
Faktor inang juga mempengaruhi jumlah bakteri di dalam tubuh diantaranya keasaman
lambung, flora normal usus, dan daya tahan usus setempat. Infeksi yang terjadi pada
manusia akibat bakteri Salmonella adalah deman enterik (Demam Tifoid), bakterimia,
enterokolitis (Jawetz et al., 2006). Salmonella menghasilkan endotoksin yang merupakan
kompleks lipopolisakarida. Kompleks ini dianggap berperan penting pada patogenesis
demam tifoid. Endotoksin bersifat pirogenik serta meningkatkan reaksi peradangan di
tempat bakteri salmonella berkembang biak. Infeksi terjadi ketika salmonella melalui
lambung dan mencapai usus dan invasi ke jaringan limfosit yang merupakan tempat
predileksi untuk berkembang biak. Melalui saluran limfe mesentrik bakteri masuk aliran
darah sistemik (bakterimia) pada fase ini disebut sebagai fase inkubasi terjadi pada 7
14 hari. Setelah itu terjadi hiperpelasia kemudian nekrosis dan selanjutnya ulserasi
hingga membentuk ulkus.Infeksi terjadi pada organ yang lain diantaranya tulang, usus,
paru, ginjal, jantung, empedu dan organ lain. Bakteri dapat tinggal dalam empedu
sehingga bersifat sebagai penderita karier akibat penyembuhan tidak sempurna
(Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2006).

2. Gejala Klinis
Anamnesis
Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap
(kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore / malam hari,
sakit kepala,nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare. Demam
merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada semua
penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari
menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septisemia oleh karena
Streptococcus atau Pneumococcus daripada S. typhi. Menggigil tidak biasa
didapatkan pada demam tifoid tetapi pada penderita yang hidup di daerah
endemis malaria, menggigil lebih mungkin disebabkan oleh malaria. Namun
demikian demam tifoid dan malaria dapat timbul bersamaan pada satu penderita.
Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai gejala
meningitis,di sisi lainS. typhijuga dapat menembus sawar darah otak dan
menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala mental kadang mendominasi
gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri perut kadang
tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap lanjut dapat muncul
gambaran peritonitis sakibat perforasiusus.

3. Morfologi dan sifat biakan


S. typhi merupakan kuman batang Gram negatif, yang tidak memiliki spora,
bergerak dengan flagel peritrik, bersifat intraseluler fakultatif dan anerob fakultatif.
Ukurannya berkisar antara 0,7- 1,5X 2-5 pm, memiliki antigensomatik (O),antigen
flagel (H) dengan 2 fase dan antigen kapsul (Vi) Salmonella merupakan bakteri Gram
negatif berbentuk batang bergerak yang khas memfermentasikan glukosa dan manosa
tanpa membentuk gas tetapi tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Salmonella
menghasilkan H2S (Jawetz et al., 2006). Isolat salmonella pada media SSA pada suhu
37 C maka koloni akan tampak cembung, transparan, bercak hitam dibagian pusat
(Nugraha, 2012). Bakteri salmonella akan mati pada suhu 60o C selama 15 20 menit
melalui pasteurisasi, pendidihan dan khlorinasi (Keputusan Menteri Kesehatan RI,
2006).
4. Penularan dan faktor yang berperan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI, (2006) penularan demam tifoid
melalui mulut bersama makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses pengidap
tifoid. Dimana beberapa hal yang berperan adalah : a. Hiegene perorangan yang rendah
seperti budaya cuci tangan tidak terbiasa b. Hiegene makanan dan minuman yang rendah
diantaranya pencucian makanan dengan air yang terkontaminasi c. Sanitasi lingkungan
yang kumuh dimana pengelolahan air limbah kotoran dan sampah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan. d. Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak memadahi e. Jamban
keluarga yang tidak memenuhi syarat f. Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati
sempurna g. Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid

5. Pencegahan
Secara umum penanganan penyakit infeksi ditekankan pada pencegahan. Pencegahan
lebih baik daripada pengobatan, dalam pencegahan demam tifoid lebih efisien dan tanpa
resiko. Pengobatan yang sempurna berpengaruh mengurangi kasus karier tifoid pada di
masyarakat. Tiga pilar strategis yang menjadi program pencegahan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI, (2006) yaitu :
a. Mengobati secara sempurna pasien dan karier tifoid
b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan
c. Perlindungan dini agar tidak tertular.
Beberapa jenis vaksin dibuat berdasarkan produksinya menurut Proverawati, (2010)
antara lain:
a. Vaksin hidup (Live attebuated vamline) Vaksin terdiri atas bakteri hidup yang telah
dilemahkan namun bersifat antigenik bukan patogenik. Pemberian vaksin secara
(oral) sesuai infeksi alamiah. Bakteri hidup dalam vaksin akan berkembangbiak
pada epitel kemudian akan menimbulkan kekebalan lokal.
b. Vaksin mati (Killed vamline/ Inactive Vamline) Vaksin terdiri dari bakteri mati
dan tidak bersifat potogenik.Tidak berkembangbiak sehingga diperlukan
pemberian secara berulang untuk menimbulkan kekebalan.
c. Rekombinan Susunan vaksin memerlukan epitop organisme yang patogen, sintesis
dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel
penerima vaksin.
d. Toksoid Suatu bahan yang bersifat imunogenik yang berasal dari toksin bakteri.
Pemanasan dan penambahan formalin biasanya digunakan dalam proses
pembuatannya. Hasil dari pembuatan bahan toksoid disebut sebagai natural fluid
plain toxoid. Bahan ini akan mampu meransang terbentuknya antibodi antitoksin.
Vaksinasi dengan toksoid bakteri akan mampu menimbulkan kekebalan setahun.
Kadang-kadang toksoid dicampur dengan bahan adjuvant 11 yang bertujuan untuk
memperlama penyerapan di dalam tubuh sehingga ransangan antigenik akan lebih
lama dan imunogenesitasnya meningkat.
e. Vaksin plasma DNA (Plasmid DNA Vamlines) Vaksin berdasarkan isolasi DNA
mikroba yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam
perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan
menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) meransang respon humoral
dan seluler yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
sedang dilakukan.

6. Diagnosa laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid
dapat berupa pemeriksaan darah tepi, uji serologis, dan kultur atau biakan. Uji serologis
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan mendeteksi
antibodi spesifik terhadap komponen antigen Salmonella typhi maupun mendeteksi
antigen itu sendiri. Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini
meliputi uji Widal, gall culture, tes TUBEX, metode Enzyme Immuno Assay (EIA),
metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA), dan pemeriksaan dipstick
(Septiawan, 2013).

B. Shigella sp.
Shigella adalah binatang tidak bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang
dengan beberapa kekecualian tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang
lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Habitat alamiah Shigella terbatas
pada saluran pncernaan manusia dan primata lainnya dimana sejumlah spesies menimbulkan
disentri basiler.

1. Morfologi

Batang ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora, gram negatif.
Bentuk cocobasil dapat terjadi pada biakan muda. Shigella adalah fakultatif anaerob tetapi
paling baik tumbuh secara aerobic. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggir-
pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2mm dalam 24 jam. Kuman ini sering ditemukan
pada perbenihan diferensial karena ketidakmampuannya meragikan laktosa. Shigella
mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat
serologic berbagai spesies dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga
dimiliki oleh kuman enteric lainnya. Antigen somatic O dari Shigella adalah lipopolisakarida.
Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe.
Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifatsifat biokimia dan antigenik.

2. Patogenesis dan patologi

Shigellosis disebut juga Disentri basiler . Disentri sendiri artinya salah satu dari berbagai
gangguan yang ditandai dengan peradangan usus , terutama kolon dan disertai nyeri perut ,
tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung darah dan lender. Habitat alamiah
kuman disentri adalah usus besar manusia, dimana kuman tersebut dapat menyebabkan
disentri basiler. Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi dalam
darah sangat jarang. Shigella menimbulkan penyakit yang sangat menular. Dosis infektif
kurang dari 103 organisme. Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lendir,
mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung mengakibatkan
nekrosis selaput lendir, ulserasi superfisial, perdarahan, pembentukan pseudomembran
pada daerah ulkus. Ini terdiri dari fibrin, lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan
kuman. Waktu proses berkurang, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan
parut.

3. Gejala Klinis

Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut,
demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin
dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan
kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan
darah. Tiap gerakan usus disertai dengan mengedan dan tenesmus (spasmus rektum), yang
menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5
hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua,
kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang
singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat
mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang
membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi
terhadap reinfeksi.

4. Pencegahan

Penyakit disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :

Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur
dan teliti.
Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.
Memasak makanan sampai matang.
Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.
Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
Mengendalikan vector dan binatang pengerat.
5. Penularan
Cara penularan utama adalah secara langsung atau tidak langsung melalui rute oro
fekal dari penderita dengan gejala atau dari asymptomatic carrier jangka pendek. Penularan
terjadi setelah menelan organisme dalam jumlah yang sangat kecil (10-100). Mereka yang
bertanggung jawab terjadinya penularan penyakit adalah mereka yang tidak memotong
kuku dan tidak mencuci tangan setelah buang air besar. Mereka dapat menularkan
penyakit kepada orang lain secara langsung dengan kontak fisik atau tidak langsung
melalui kontaminasi makanan dengan tinja; air dan susu dapat menjadi sumber penularan
karena terkontaminasi langsung dengan tinja; serangga dapat menularkan organisme dari
tinja ke makanan yang tidak tertutup.

6. Pemeriksaan Laboratorium
a) Gejala klinik Masa tunas 1-4 hari, kadang-kadang beberapa jam sampai 8 hari. Tiba-
tiba akut sakit perut, mulas, diare, demam terutama oleh Shigella dysenteriae , tinja
cair Hanya berisi lendir dan darah. Defekasi frekwen disertai tenesinus ( spasm, rectal
). Terjadi dehidrasi, kemudian kegagalan ginjal dengan oliguria asidosis. Sembuh
meskipun ada zat anti tidak proteksi terhadap reinfeksi
b) Pemeriksaan laboratorium Bahan pemeriksaan : Tinja, rektal swab dll

Anda mungkin juga menyukai