Madrasah Tugas
Madrasah Tugas
1. Pengertian Hasad
Hasad ialah perasaan tidak senang melihat orang lain mendapatkan kenikmatan (kesenangan).
Hasad dapat membuat seseorang mudah membuat dan menyebarkan berita yang tidak benar
(kejelekan) orang lain yang tidak ada buktinya. Sifat hasad mudah membuat gosip (berita tidak
benar) terhadap orang yang tidak disukainya. Sifat hasad dapat merusak kebaikan yang dimiliki
seseorang. Nabi saw bersabda :
) (
Artinya :
Dengki itu memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar (H.R. Abu Daud)
Firman Allah :
)54 : (
Artinya :
Aaukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan
kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim,
dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (Q.S. An Nisa [3] : 53)
)109 : (
Artinya :
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada
kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah
nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah
mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al
Baqarah [2] : 109)
Sifat hasad dimanapun pasti ada yang memilikinya. Kadang kala sifat hasad yang dimiliki
tersebut kurang disadari bahayanya bagi diri sendiri di kemudian hari. Orang yang memiliki sifat
hasad merasa bangga kalau orang yang dibencinya dapat ia sengsarakan.
Ghibah (Bergunjing/mengumpat)
1. Pergertian Ghibah
Ghibah ialah membicarakan aib orang lain. Sedang manusia tidak suka, apabila bentuknya,
perangainya, keturunannya dan ciri-cirinya dihina dan nama baiknya dinodai.
Di dalam ayat tersebut diibaratkan, bahwa orang yang mengumpat itu seperti makan daging
bangkai saudara sendiri.
Hadis Nabi :
:
:
(
)
Artinya :
Dari Jabir dan Abu Sa'id mereka berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda: Jauhilah olehmu
sifat ghibah karena ghibah itu lebih besar dosanya dari pada zina. Ditanyakan kepada Rasul
"bagaimana bisa?" Rasulullah menjawab: seorang laki-laki berzina kemudian bertaubat Allah
akan mengampuni kepadanya dan orang yang mempunyai sifat ghibah Allah tidak akan
mengampuninya sehingga temannya mau mengampuninya.
Jadi dosa ghibah tidak akan diampuni oleh Allah sebelum orang lain (kena ghibah) mau
mengampuninya. Dosa kepada Allah mudah untuk minta ampun. Sedangkan dosa terhadap orang
lain Allah belum mau mengampuni jika belum meminta maaf kepada orang yang bersangkutan.
Riya ibadah yang haram, tetapi tidak merusakkan sahnya suatu amal ibadah, jadi ibadahnya
tetap sah. Suatu contoh jika sholat yang kita kerjakan memperlihatkan kekhusyu'an sholat,
memperlihatkan memnuhi syarat dan rukunnya, maka sholatnya sah tetapi berdosa. Riya seperti
ini adalah dilarang sesuai dengan dalil firman Allah swt. yang berbunyi :
.
.
Artinya : Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang mengerjakan
shalatnya dengan lalai dan riya dengan amal mereka dan enggan meminjamkan barang yang
berguna.
Riya ibadah yang boleh, jika maksudnya adalah ingin mengajar atau mendidik. Suatu contoh
seorang guru agama memperagakan tata cara sholat yang baik dengan tujuan dan harapan agar
murid atau orang yang melihatnya dapat meniru tata cara sholat yang baik dan benar seperti yang
guru tersebut praktekkan. Contoh lain adalah misalnya, menyebutkan jumlah sedekah yang ia
berikan untuk pembangunan masjid dan lainnya, dengan maksud agar orang lain berlomba-
lomba untuk bersedekah.
Riya dalam islam itu ada dua jenis yaitu sebagai berikut :
Riya dunia yaitu karena mengharapkan jabatan atau kedudukan dalam hati manusia
dengan perantara kerja dunia. Pelaku riya memperlihatkan semua kemampuannya dalam
bekerja dihadapan atasan atau pemimpin mereka dengan tujuan mendapatkan kedudukan
atau pangkat yang lebih tinggi. Apabila tujuan yang ingin dicapainya tidak berhasil, maka
umumnya pelaku riya seperti ini akan malas dalam bekerja.
Riya ibadah, yaitu dalam beribadah tidak karena Allah saja. Suatu contoh seorang yang
sholat dengan bacaan keras supaya didengar dan dilihat oleh orang lain. Meskipun
sholatnya sah, namun pelaku riya seperti ini berdosa karena riya.
Sifat riya adalah termasuk penyakit hati yang sangat berbahaya. Adapun bahan yang dapat
dijadikan sebagai alat untuk perbuatan riya atau pamer adalah sebagai berikut :
Tubuh
Pakaian
Ucapan
Perbuatan
Pengikut
Ada juga perbuatan riya dengan menggunakan hal-hal lain seperti yang sudah disebutkan di atas,
yang paling buruk di antaranya semuanya adalah perbuatan riya dengan berkedok agama.
Seseorang memamerkan tubuhnya sehat, karena mengatakan kepada orang lain bahwa yang ia
makan adalah makanan yang diperolehnya dengan cara halal, menganggap dirinya bersih dan
tidak pernah berbuat yang haram dan dilarang serta syubhat (tidak mendekati haram atau halal).
Secara singkat riya ini adalah menganggap bahwa dirinya adalah bersih dari barang yang haram.
Pelaku riya ini adalah memamerkan dan memperlihatkan perhiasannya yang banyak, pakaiannya
bagus-bagus, mahal dan melebihi orang lain. Atau bisa juga sebaliknya, ia memakai pakaian
yang kasar agar dianggap orang sudah zuhud (menjauhi keduniaan)
Adalah riyanya ahli agama dengan cara memperlihatkan, memamerkan ilmunya yang cukup
banyak dengan ucapan-ucapan yang mengandung hikmat, bercepat-cepat mengucapkan hadits
yang diucapkan orang lain itu tidak saheh dan yang saheh adalah ini dan itu dengan maksud
ingin memamerkan dan menunjukkan ilmu dan kepandaiannya. Pelaku riya ucapan ini juga
gemar berbantah dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan bicaranya sehingga berharap orang
lain menganggap dirinya yang benar-benar alim.
Contoh riya dengan perbuatan misalnya riya dengan menunjukkan lamanya berdiri pada waktu
sholat, panjang sujud dan ruku' yang dilakukan, melamakan wiridnya yang kesemuanya itu
dilakukan dengan niat pamer.
Suatu contoh misalnya dengan mengatakan bahwa ia memiliki banyak pengikut, banyak tamu
serta banyak relasi atau teman-teman hubungannya. Contoh lain adalah orang yang memaksakan
agar dikunjungi oleh ulama yang terkenal dan terkemuka dengan tujuan agar orang-orang
membicarakannya bahwa ulama terkenal itu berziarah ke rumahnya, dan para ahli agama itupun
senang kepadanya.
Riya dengan tujuan pamer belaka adalah merupakan sifat tercela yang dilarang dan diharamkan
oleh Allah swt. Oleh sebab itulah kita harus menghindari berbagai macam jenis riya yang
dilarang, baik riya dunia mauoun riya ibadah. Karena amal perbuatan yang dilakukan dengan
riya tidak akan bernilai apapun di hadapan Allah dan tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali
hanya sia-sia.