Anda di halaman 1dari 9

Latar Blakang

Listrik merupakan kebutuhan vital bagi kehidupannya sehari-hari. Setiap aktivitas yang
dilakukan oleh manusia tidak dapat terlepas dari listrik. Listrik menjadi sesuatu yang mahal dan
langka disebabkan ketersediaannya yang sangat terbatas. Salah satu faktor yang menjadi pemicu
kelangkaan listrik ini adalah pertumbuhan akan kebutuhan tenaga listrik yang semakin
meningkat sementara tidak diimbangi oleh usaha penyediaan tenaga listrik yang memadai. PT.
Perusahaan Listrik Negara Persero (PT. PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang memiliki kewajiban untuk menyediakan kebutuhan listrik di Indonesia. Keberadaan PLN
saat ini sangat mendominasi dan memonopoli ketenagalistrikan di Indonesia.
Hingga kini, sebagian besar produksi listrik nasional masih mengandalkan bahan bakar
fosil. Kodisi PLN yang demikian ini akan menjadi semakin terpuruk apabila tidak dibenahi,
karena permintaan listrik akan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk.
Pertumbuhan konsumsi listrik diperkirakan 8-10% per tahun hingga 2013. Dengan demikian
krisis yang disebabkan kesenjangan (gap) antara permintaan dan pawaran sudah terprediksi sejak
lama. Jika tidak ada tambahan kapasitas yang berarti, krisis pada sistem Jawa-Bali dan sistem
interkoneksi Sumatra hanya tinggal menunggu waktu.
Beberapa dekade ini, fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik
mulai dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik.
Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada
27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric,
Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath
Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam
menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.
Artinya bahwa pihak swasta sangat dibutuhkan untuk ikut serta dalam usaha penyediaan tenaga
listrik di samping PLN sebagai salah satu pelaksana kegiatan usaha penyediaan tenaha listrik di
Indonesia. Hal ini dilakukan dalam koridor kepentingan masyarakat luas terutama dalam hal
menetapkan tarif yang dapat dijangkau masyarakat sesuai dengan kemampuan ekonomi dan
tingkat pendapatan masyarakat.
Keberadaan PLN saat ini sangat mendominasi dan memonopoli ketenagalistrikan di
Indonesia. Tetapi keberadaannya tersebut malah tidak mampu melayani masyarakat pengguna
listrik tersebut sementara keterlibatan swasta dalam bisnis listrik secara langsung (menjadi

1
kompetitor PLN) sulit dilakukan karena terdapat preseden putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
No. 001-021-022/PUU-I/2003 yang menyatakan bahwa UU No. 20 Tahun 2002 tentang
Ketenagalistrikan tidak memiliki kekuatan mengikat. UU No. 20 Tahun 2002 tentang
Ketenagalistrikan memiliki perbedaan signifikan dengan UU No. 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan yang lama. Telaah terhadap putusan MK tersebut menjadi menarik
dikarenakan secara tidak langsung mendukung PLN dalam memonopoli ketenagalistrikan di
Indonesia padahal secara prediktif pada tahun 2003 telah tergambar akan adanya krisis listrik
disebabkan kemampuan PLN yang tidak cukup untuk menjamin pasokan listrik se Indonesia.
Dalam UU No.20 Tahun 2002 dijelaskan bahwa semua pelaku usaha diberikan
kesempatan yang lebih luas untuk dapat masuk dalam usaha penyediaan tenaga listrik. Selain itu
hal yang cukup berbeda ialah bahwa undang-undang ini telah mengatur hal-hal yang terkait
dalam penerapan kompetisi di wilayah-wilayah tertentu. Sesungguhnya melalui UU No. 20
Tahun 2002 tersebut akan dimungkinkan keterlibatan swasta menjadi pelaku usaha yang
menyediakan listrik di Indonesia. Telaah terhadap putusan MK tersebut menjadi menarik
dikarenakan secara tidak langsung mendukung PLN dalam memonopoli ketenagalistrikan di
Indonesia padahal secara prediktif pada tahun 2003 telah tergambar akan adanya krisis listrik
disebabkan kemampuan PLN yang tidak cukup untuk menjamin pasokan listrik se Indonesia.
Oleh karena itu, makalah ini akan mendeskripsikan persoalan monopoli yang dilakukan oleh
PLN dalam perspektif hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Pengertian Monopoli
Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya ada satu atau segelintir
perusahaan yang menjual produk atau komoditas tertentu yang tidak punya pengganti yang mirip
dan ada hambatan bagi perusahaan atau pengusaha lain untuk masuk dalam bidan industri atau
bisnis tersebut. Dengan kata lain, pasar dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan, sementara
pihak lain sulit masuk di dalamnya. Karena itu, hampir tidak ada persaingan berarti.
Secara umum, perusahaan monopoli menyandang dikonotasikan negatif dengan
perolehan keuntungan yang melebihi normal dan penawaran komoditas yang lebih sedikit bagi
masyarakat, meskipun dalam prakteknya tidak selalu demikian. Dalam ilmu ekonomi dikatakan
ada monopoli jika seluruh hasil industri diproduksi dan dijual oleh satu perusahaan yang disebut
monopolis atau perusahaan monopoli.

2
Jenis monopoli
Ada dua macam monopoli yaitu monopoli alamiah dan yang kedua adalah monopoli
artifisial. Monopoli alamiah lahir karena mekanisme murni dalam pasar. Monopoli ini lahir
secara wajar dan alamiah karena kondisi objektif yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang
menyebabkan perusahaan ini unggul dalam pasar tanpa bisa ditandingi dan dikalahkan secara
memadai oleh perusahaan lain. Dalam jenis monopoli ini, sesungguhnya pasar bersifat terbuka.
Karena itu, perusahaan ain sesungguhnya bebas masuk dalam jenis industri yang sama. Hanya
saja, perusahaan lain tidak mampu menandingi perusahaan monopolistis tadi sehingga
perusahaan yang unggul tadi relatif menguasasi pasar dalam jenis industri tersebut.
Yang menjadi masalah adalah jenis monopoli yang kedua, yaitu monopoli artifisial.
Monopoli ini lahir karena persekongkolan atau kolusi politis dan ekonomi antara pengusaha dan
penguasa demi melindungi kepentingan kelompok pengusaha tersebut. Monopoli semacam ini
bisa lahir karena pertimbangan rasional maupun irasional. Pertimbangan rasional misalnya demi
melindungi industri industri dalam negeri, demi memenuhi economic of scale, dan seterusnya.
Pertimbangan yang irasional bisa sangat pribadi sifatnya dan bisa dari yang samar-samar dan
besar muatan ideologisnya sampai pada yang kasar dan terang-terangan. Monopoli ini
merupakan suatu rekayasa sadar yang pada akhirnya akan menguntungkan kelompok yang
mendapat monopoli dan merugikan kepentingan kelompok lain, bahkan kepentingan mayoritas
masyarakat.
Ciri pasar monopoli
Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah sebagai berikut:
1. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan
Dari definisi monopoli telah diketahui bahwa hanya ada satu saja perusahaan dalam
industri tersebut. Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari
tempat lain. Para pembeli tidak mempunyai pilihan lain, kalau mereka menginginkan barang
tersebut maka mereka harus membeli dari perusahaan monopoli tersebut. Syarat-syarat penjualan
sepenuhnya ditentukan oleh perusahaan monopoli itu, dan konsumen tidak dapat berbuat suatu
apapun didalam menentukan syarat jual beli.

3
2. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip
Barang yang dihasilkan perusahaan monopoli tidak dapat digantikann oleh barag lain
yang ada didalam pasar. Barang-barang tersebut merupakan satu-satunya jenis barang yang
seperti itu dan tidak terdapat barang mirip yang dapat menggantikan.
3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri
Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang mempunyai
kekuasaan monopoli. Keuntungan perusahaan monopoli tidak akan menyebabkan perusahaan-
perusahaan lain memasuki industri tersebut.
4. Dapat mempengaruhi penentuan harga
Perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual didalam pasar, maka penentuan
harga dapat dikuasainya. Oleh sebab itu perusahaan monopoli dipandang sebagai penentu harga.
5. Promosi iklan kurang diperlukan
Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya perusahaan didalam industri, ia
tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan iklan. Walau ada yang
menggunakan iklan, iklan tersebut bukanlah bertujuan untuk menarik pembeli, melainkan untuk
memelihara hubungan baik dengan masyarakat.
Undang-undang tentang Monopoli
Dalam situasi tertentu kita membutuhkan perusahaan besar dengan kekuatan ekonomi
yang besar dalam hal praktek monopoli, oligopoli, suap, harus dibatasi dan dikendalikan, karena
apabila tidak dapat merugikan kepentingan masyarakat pada umumnya dan kelompok-kelompok
tertentu dalam masyarakat. MakaIndonesiapun kemudian membuat sebuah peraturan
antimonopoli yaitu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-undang ini menerjemahkan
monopoli sebagai suatu tindakan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
Sedangkan praktik monopoli pada UU tersebut dijelaskan sebagai suatu pemusatan
kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi
dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. UU ini dibagi menjadi 11 bab yang terdiri
dari beberapa pasal.

4
Kasus Monopoli Perusahaan Listrik Negara
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengakui adanya dugaan pelanggaran UU
No.5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat oleh PT PLN
(Persero) apabila BUMN sektor listrik itu meneruskan kebijakan capping untuk TDL sektor
industri. KPPU akan mengkaji sesuai dengan prosedur lewat pemeriksaan selanjutnya.
Kemungkinan pasal yang akan dikaji KPPU ialah pasal 19d di dalam Undang-Undang Nomor
5/1999 yang mengatur masalah diskriminasi terkait penerapan tarif terhadap para
pelaku industri.Untuk itu, KPPU akan segera menelisik data-data PLN untuk melihat siapa saja
pelanggan industri yang menikmati capping dengan yang tidak. Sementara ini, KPPU mengakui
pada 2010 memang terdapat perbedaan tarif untuk golongan-golongan industri. Untuk golongan
industri kecil atau rumah tangga yang dikenakan capping diganjar Rp803 per KWh. Sementara
yang tidak kena capping dikenakan Rp916 per KWh. Sehingga ada disparitas harga sekitar
Rp113 per KWh. Sementara untuk golongan menengah berkapasitas tegangan menengah
berbeda Rp667 per KWh apabila dikenakan capping dan Rp731 KWh untuk yang tidak.
Perbandingan bagi industri yang memakai capping dengan yang tidak, untuk tegangan menengah
sebesar 23%. Untuk golongan tarif untuk keperluan industri besar, mereka yang
dikenakan capping harus membayar sebesar Rp594 per KWh sementara yang tidak menjadi
Rp605 per KWh (disparitas harga Rp11 per KWh). Akibat dari PT. PLN yang memonopoli
kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi
mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
Banyak daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi
pemadaman listrik secara sepihak. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi
masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.
Analisis Kasus
Bidang Ekonomi.
Secara ekonomi, iklim kompetensi dan persaingan yang sehat dapat menghemat miliaran
atau bahkan terilyunan rupiah uang konsumen yang harus dibayarakan ke produsen karena harga
yang tidak wajar (overcharge) sebagai akibat kenaikan harga yang artifisial. Secara umum,
terdapat beberapa manfaat yang didapat perekonomian jika pada sektor ketenagalistrikan terjadi
kompetisi dan persaingan yang sehat, di antaranya adalah:

5
1. Harga yang wajar dilihat dari kualitas.
Dalam iklim persaingan, produsen akan berlomba-lomba menarik konsumen dengan
menurunkan harga dan meningkatkan kualitas barang/jasa yang dijualnya. Hanya barang/jasa
dengan harga yang rendah dengan kualitas terbaik yang akan dibeli oleh konsumen.
2. Konsumen memiliki banyak pilihan dalam membeli barang/jasa.
Pasar yang kompetitif akan menghasilkan barang/jasa yang ditawarkan pelaku usaha dengan
pilihan harga dan kualitas yang bervariasi. Setiap konsumen pada dasarnya memiliki daya beli
dan selera yang berbeda-beda. Karakteristik konsumen untuk memproduksi barang/jasa sesuai
dengan kemampuan dan keinginan konsumen. Produsen dituntut untuk sensitif terhadap daya
beli dan perubahan selera konsumen. Pelaku usaha yang tidak tanggap terhadap perubahan daya
beli dan perubahan selera konsumen lambat laun akan tersingkir di pasar.
3. Persaingan memungkinkan timbulnya inovasi.
Persaingan usaha akan merangsang pelaku usaha berlomba-lomba membuat inovasi, baik inovasi
produk untuk memenuhi selera konsumen, inovasi teknologi maupun inovasi metode produksi
yang lebih efisien. Inovasi akan terus berkembang karena dalam pasar yang bersaing hanya
pelaku usaha inovatif yang dapat bertahan dan bersaing. Terkait dengan sektor ketenagalistrikan,
jika ada pesaing lain bagi PLN, tentunya akan mendorong PLN berpikir dan melakukan yang
terbaik dalam menentukan harga dan memberikan pelayanan. Hal ini secara positif akan
mendorong PLN pada efisiensi kinerja dan inovasi teknologi.
Namun, kompetisi yang dikehendaki agar dapat tercapai suatu iklim usaha yang sehat
tidak dapat dilakukan dalam bidang ketenagalistrikan. Hal ini dikarenakan segmen yang bersifat
monopoli alamiah tidak dikompetisikan dan diprioritaskan untuk dikelola oleh BUMN. Pada
dasarnya usaha penyediaan ketenagalistrikan dilakukan secara monopoli, harga jual juga tetap
dilakukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah berdasarkan kewenangan dalam
memberi izin tersebut. Meskipun demikian usaha penyediaan ketenagalistrikan juga dapat
dilakukan secara terintegrasi atau satu jenis usaha saja. Namun karena PLN adalah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) maka diberi hak untuk diprioritaskan dalam memenuhi ketenagalistrikan.
Dengan demikian ketersediaan listrik sesungguhnya merupakan tugas Pemerintah untuk
menenuhinya. Keterlibatan swasta dalam penguasaan listrik tidak dapat dilakukan melalui
mekanisme pasar dikarenakan ketenagalistrikan merupakan sektor yang unik dan perlu

6
penanganan khusus demi untuk tersedianya listrik yang relatif murah bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Bidang Hukum
Oleh karena itu, secara hukum masih terdapat berbagai perdebatan, apakah usaha yang
dilakukan oleh PLN adalah tindakan monopoli yang diperbolehkan atau tidak. Namun melihat
dari kerugian yang diterima oleh masyarakat, seharusnya tindakan monopoli ini tidak boleh
dilakukan. Kerugian ini diduga karena kurang optimalnya kinerja PLN dalam penyedia listrik
masyarakat. Sedangkan dari segi persaingan usaha, monopoli yang dilakukan PLN merupakan
persaingan usaha yang tidak sehat karena mulai adanya pihak swasta yang juga menyediakan
tenaga listrik di Indonesia. Persaingan ini dianggap sehat apabila PLN tidak menghalangi usaha
perusahaan listrik swasta lainnya untuk menyediakan listrik bagi masyarakat, sedangkan dalam
hal ini PLN malahan menghalangi perusahaan lain untuk bersaing di bidang ketenagalistrikan
ini.tentu saja dalam dunia hukum ini melanggar peraturan perundang-undangan pasal 1 dan 2
undang-undang no 5 tahun 1999 yang mengatur tentang demokrasi dalam persaingan usaha dan
persaingan usaha yang tidak sehat.
KESIMPULAN
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah melakukan tindakan monopoli, yang
menyebabkan kerugian pada masyarakat. Tindakan PT. PLN ini telah melanggar Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Namun, monopoli yang dilakukan oleh PLN dalam sektor ketenagalistrikan
memiliki landasan yuridis yang kuat yakni melalui konstruksi hukum Pasal 33 UUD 1945, UU
Ketenagalistrikan. Hanya saja, PLN belum mampu menunjukkan kinerjanya secara optimal
sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi seluruh rakyat Indonesia secara layak.
Demikian ini merupakan suatu hal yang dilematis bagi penyelenggaraan ketenagalistrikan di
Indonesia mengingat kedudukan PLN yang kuat secara yuridis tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara adil dan merata, sebaiknya
pemerintah juga membuka kesempatan yang luas bagi penyedia listrik lain baik investor swasta
maupun internasional dalam persaingan usaha ketenagalistrikan. Akan tetapi, Pemerintah harus
tetap mengontrol dan memberikan batasan bagi investor tersebut, sehingga tidak terjadi
penyimpangan yang merugikan masyarakat. Selain itu, Pemerintah hendaknya dapat

7
memperbaiki kinerja PLN saat ini, sehingga menjadi lebih baik demi tercapainya kebutuhan dan
kesejahteraan masyarakat banyak sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33.

8
Daftar Pustaka
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 001-021-022/PUU-I/2003.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan.
Anonim. KPPU Duga PLN Lakukan Praktek
Monopoli, http://hileud.com/hileudnews?title=KPPU+Duga+PLN+Lakukan+Praktek+Monopoli
&id=511698 diunduh pada tanggal 29 Mei 2017, pkl 13.20.
Banu Muhammad H, 2005, Urgensi Persaingan Usaha pada Sektor Ketenagalistrikan di
Indonesia, dalam Jurnal Konstitusi Volume .
Rifqi, Mohammed. Monopoli PLN dan Persaingan Usaha dalam Bidang Ketenagalistrikan
Indonesia. http://rifqin.blogspot.com/2008/04/monopoli-pln-dan-persaingan-usaha-
dalam.html diunduh 28 Mei 2017, pkl. 21.30.
LPP Community. Etika Bisnis: Monopoli-Kasus PT. Perusahaan Listrik
Negara.http://lppcommunity.wordpress.com/2009/01/08/etika-bisnis-monopoli-kasus-pt-
perusahaan-listrik-negara/ diunduh 28 Mei 2017 pkl. 21.38.
Taqdir. Monopoli PLN. http://www.taqdire.web.id/2010/10/monopoli-pt-pln.html diunduh 29
Mei 2017 pkl. 08.10.
Rifqi, Mohammed. Monopoli PLN dan Persaingan Usaha dalam Bidang Ketenagalistrikan
Indonesia. http://rifqin.blogspot.com/2008/04/monopoli-pln-dan-persaingan-usaha-
dalam.html diunduh 28 Mei 2017, pkl. 21.30.

Anda mungkin juga menyukai