Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan dan Manajemen
Outreach PKBI Kota Semarang Di Wilayah Resosialisasi Argorejo/Sunan Kuning
September 2017.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik
di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang. Dalam usaha penyusunan tugas laporan ini, kami banyak memperoleh
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Bambang Darmawan selaku pembimbing yang telah membimbing kami
dan membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
2. dr. Dwi Yoga Yulianto selaku pembimbing yang telah membimbing kami.
3. Dokter dokter dan tim pembimbing dari PKBI dan tim pengajar kepaniteraan
klinik llmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang
4. Orang tua kami yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan kritik yang
membangun guna menyempurnakan tugas laporan ini.
(Penyusun)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Homogenitas sasaran
Machine
Gambar2.Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem
C. Input
1. Man : mahasiswa, ketua Griya ASA, koordinator lapangan
outreach, pekerja lapangan (PL), WPS di Sunan
Kuning, PE, ketua Resosialisasi Argorejo dan anggota
resosialisasi.
2. Money : swadana mahasiswa
3. Material : laporan naratif kegiatan outreach, konsep dasar
outreach
4. Method : pengamatan dan wawancara langsung
5. Machine : komputer, alat tulis,printer
D. Proses
1. Perencanaan (P1) :
a. Pertemuan dengan Kordinator Lapangan
b. Pertemuan dengan pengurus resosialisasi
c. Pertemuan dengan PL
d. Melakukan kontak dengan KD (kelompok diskusi)
2. Pelaksanaan (P2) :
a. Koordinasi dengan PL
b. Koordinasi dengan pengurus resosialisasi
c. Mendatangi wisma tempat WPS
d. Mengamati dan mewawancarai WPS dan pengasuh
e. Memberikan informasi tentang IMS, HIV dan AIDS
f. Memberikan informasi mengenai pemakaian kondom
g. Membantu KD menilai risiko mereka
h. Mendekatkan KD pada kegiatan sesuai kebutuhan mereka
3. Pengawasan, Pengendalian, Penilaian (P3) :
a. Mengawasi pelaksaanan sesuai dengan rencana yang dibuat, baik
sasaran, waktu dan hasil yang dicapai.
b. Mengendalikan pelaksaanan kegiatan apabila didapatkan hal-hal yang
tidak sesuai dengan perencanaan.
c. Menilai pelaksanaan kegiatan penjangkauan.
E. Output
1. Seluruh WPS yaitu 719 WPS menggunakan kondom 100%
2. Menurunnya angka IMS di Sunan Kuning menjadi 10%.
3. Seluruh WPS (719 WPS) melakukan VCT rutin setiap 3 bulan sekali dan
skrining setiap 2 minggu sekali.
F. IndikatorKeberhasilan
Indikator adalah alat untuk mengukur aktivitas yang kita kerjakan
berhasil atau tidak dalam waktu yang telah ditetapkan. Indikator keberhasilan
pada kegiatan outreach dilihat dari :
Diketahuinya jumlah WPS yang ada di lokasi dan kegiatan outreach dapat
menjangkau seluruh WPS yang ada, melalui KIE dan distribusi kondom yang
merata untuk para WPS. Selain itu, outreach dapat mengidentifikasi seluruh
PRK.
G. Prinsip Pelaksanaan
Prinsip pelaksanaan outreach melalui komunikasi yang empati,
berkesinambungan dan KD sebagai objek.
H. Strategi
1. Petugas lapangan yang baik adalah sebagai berikut :
a. Menguasai komunikasi empati
Strategi PL dan KL dalam mengembangkan komunikasi empati adalah
dengan membangun kepercayaan saat pendampingan rutin dengan
komunitas dengan cara selalu mendengarkan dan menghargai pendapat
serta memberikan dorongan mental.
b. Menguasai teknik/ metode komunikasi
c. Menguasai indikator.
2. Tugas petugas lapangan :
a. Memberikan informasi
b. Mendistribusikan materi pencegahan dan media KIE
c. Mempromosikan perilaku lebih aman
d. Merujuk KD
e. Memantau skrining dan VCT pada WPS
f. Melakukan penjangkauan kepada WPS baru dan pendampingan kepada
WPS lama, terutama pada WPS yang masih menderita IMS positif
selama 3 kali pemeriksaan
3. Kode etik petugas lapangan :
a. Tidak memaksakan kehendak
b. Menghormati privasi
c. Menjaga kerahasiaan KD
d. Tidak mengambil keuntungan pribadi
e. Menjaga nama baik lembaga
f. Netral
g. Tidak berhubungan intim dengan KD
h. Mengutamakan kepentingan lembaga
i. Tidak mencampuri urusan pribadi KD
j. Empati, non judmental dan sensitif gender
k. Tidak mendiskriminasi atas dasar apapun
4. Tahap melakukan program outreach yaitu :
a. Penilaian kebutuhan segera
Identifikasi masalah dan menentukan perilaku yang diharapkan
Identifikasi KD dan memahami jaringan sosial, budaya dan
lingkungan
Pemahaman produk dan layanan yang tersedia di masyarakat
Identifikasi pembuat keputusan kunci dan pemangku kepentingan
di masyarakat
b. Perencanaan
Kegiatan ini terbagi menjadi 3 yaitu pemetaan, penjadwalan
dan penempatan PL. Sebelum dilakukan pemetaan, dilakukan
identifikasi kebutuhan kelompok dukungan, menentukan aktivitas dan
struktur yang diperlukan untuk mengubah perilaku, membuat suatu
rencana kerja baru setelah itu dilakukan kegiatan pemetaan.
Pemetaan adalah kegiatan rutin tentang situasi dan kondisi di
lokalisasi. Mapping ini terkait dengan lingkungan sekitar lokalisasi
yaitu tentang jumlah dan karakteristik (PRI/PRK) WPS (turn over),
jumlah wisma / karaoke, jumlah outlet, jumlah dan karakteristiks
takeholder non-pemerintah yang mendukung objek, warung,
pengamen, operator karaoke, mucikari dan pengurus resosialisasi,
pelayanan kesehatan yang ada dipuskesmas, griya ASA, praktik
swasta.
Untuk melaksanakan rencana, di perlukan penjadwalan. Prinsip
penjadwalan adalah sesuai karakteristik, aspirasi dan kebutuhan KD,
sesuai situasi lapangan dan sesuai jumlah target. Sedangkan
penempatan PL disesuaikan dengan pengalaman, spesialiasi dan
jumlah PL, disesuaikan dengan tipe lokasi dan tipe KD dan kadang
kadang perlu disesuaikan juga dengan kesamaan jenis kelamin atau
orientasi seks PL dengan KD.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan mencakup penjangkauan, pendampingan dan
pengakhiran. Penjangkauan mencakup membuka akses dan meraih
kepercayaan, mendistribusikan materi pencegahan & media KIE,
memberikan informasi program dan isunya. Pendampingan meliputi
mempromosikan perilaku lebih aman dan merujuk KD ke layanan
terkait. Sedangkan pengakhiran meliputi pelaporan outreach. Kesemua
hal tersebut dilakukan dengan pendekatan pada tingkat individu dan
tingkat kelompok.
Tingkat individu :
Memberikan informasi tentang IMS, HIV dan AIDS
Membantu KD menilai risiko mereka
Mendekatkan KD pada kegiatan sesuai yang mereka butuhkan
Mendampingi KD untuk melakukan perubahan perilaku
Tingkat kelompok :
Membentuk Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) dan
memfasilitasi penilaian risiko kelompok
Mendekatkan KD pada kegiatan yang seusai dengan kebutuhan
mereka
Melakukan Program Pendidikan Teman Sebaya
Informasi yang diberikan kepada KD adalah materi berupa IMS &
HIV/AIDS meliputi cara penularan dan cara pencegahan yakni layanan
skrining, klinik IMS, VCT, MK, CST, dan PMTCT agar KD
mengetahui manfaat, tempat, waktu dan cara mengakses, informasi dan
diskusi materi KIE dan pencegahan penularan IMS (melalui kondom
dan pelicin).
d. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah suatu proses untuk melihat apakah kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan rencana atau tidak. Aspek yang
dimonitor adalah pelaksanaan atau cara outreach, pencapaian target
outreach dan kinerja serta kualitas petugas lapangan. Monitoring
dilakukan dengan diadakannya pertemuan rutin antara petugas
lapangan, field visit, wawancara dengan informan kunci, wawancara
dengan pemegang kekuasaan dan wawancara dengan klien yang dipilih
secara acak dan identitas dirahasiakan. Monitoring
inidilakukansepanjangtahun.
Aspek yang dievaluasi meliputi angka kejadian IMS, perilaku
penyediaan kondom, perilaku menawarkan kondom dalam minggu
terakhir, penggunaan kondom pada hubungan seks terakhir,
penggunaan kondom secara konsisten dalam seminggu terakhir dan
perilaku pencarian kesehatan yang benar. Evaluasi ini dilakukan pada
akhir tahun.
I. Kegiatan
Telah banyak kegiatan yang dilakukan Griya ASA untuk menahan epidemi
IMS dan HIV-AIDS, antara lain :
a. Mapping rutin
Mapping adalah kegiatan rutin tentang situasi dan kondisi di lokalisasi.
Mapping ini terkait dengan lingkungan sekitar lokalisasi yaitu, tentang
jumlah dan karakteristik WPS (turn over), jumlah wisma/ karaoke, jumlah
outlet kondom, jumlah dan karakteristik stakeholder non-pemerintah yang
mendukung (ojek, warung, pengamen, operator karaoke, mucikari dan
pengurus resosialisasi, pelayanan kesehatan yang ada puskesmas, Griya
Asa, praktik swasta).
4.1 Permasalahan
4.2 Pembahasan