Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Konsep pemberdayaan (masyarakat desa)
pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai
subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat
secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan
secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut
perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya yakni
mulai dari aspek intelektual, Sumber Daya Manusia, aspek material dan fisik, sampai
dari perangkat Pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan
Melihat dari penjelasan diatas inti dari pemberdayaan masyarakat adalah merupakan
strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Dan perberdayaan bisa
diartikan memberi kemampuan kepada orang yang lemah. Bukan hanya dalam arti tidak
terbatas kemampuan ekonomi, tapi juga kemampuan lainnya yang bisa membuat orang lain
berdaya seperti dalam politik, budaya, sosial, agama dan lainnya. Harus dicatat, kemampuan
ini bukan hanya berarti mampu memiliki uang, modal, tapi kekuatan atau mobilitas yang
BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit usaha kecil minimum 20% dari
subkontrak.
4. Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah PIK (pemukiman
Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil)
yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis), dan TPI (Tenaga Penyuluh
Industri).
5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (kelompok usaha
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor, aktor-
aktor masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat lokal sendiri. Birokrasi Pemerintah
tentu saja sangat strategis karena mempunyai banyak keunggulan dan kekuatan yang luar
biasa ketimbang unsur-unsur lainnya: mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan
untuk membuat kerangka legal, kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain.
Proses pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutan bila
berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip
Pemberdayaan berangkat dari asumsi hubungan yang setara antar semua elemen masyarakat
dan negara. Para ahli mengatakan bahwa pemberdayaan sangat percaya bahwa kecil itu
indah, bahwa setiap orang itu mempunyai kearifan yang perlu dibangkitkan dan dihargai.
Kalau konsep pembinaan cenderung mengabaikan prinsip kearifan semua orang itu. Dalam
konteks pemberdayaan, semua unsur (pejabat, perangkat negara, wakil rakyat, para ahli,
politisi, orpol, ormas, LSM, pengusaha, ulama, mahasiswa, serta rakyat banyak) berada
dalam posisi setara, yang tumbuh bersama melalui proses belajar bersama-sama. Masing-
masing elemen harus memahami dan menghargai kepentingan maupun perbedaan satu sama
tanpa mengganggu peran yang lain. Justru dengan pemberdayaan kemampuan dan peran yang
berikut:
1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Oleh karena itu harus ada kerjasama sebagai
patner.
2. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subjek yang
kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan.
3. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat
mempengaruhi perubahan.
4. Kompetensi diperoleh dan dipertajam melalui pengalaman hidup, khususnya
pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada masyarakat.
5. Solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus, hasus beragam dan menghargai
keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada situasi masalah
tersebut.
6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi
penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan untuk
mengendalikan seseorang.
7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam memberdayakan diri mereka sendiri, tujuan,
cara dan hasilmharus dirumuskan oleh mereka sendiri.
8. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena pengetahuan dan
mobilisasi tindakan bagi perubahan.
9. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk
menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif.
10. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, dinamis, evolutif, dikarenakan
permasalahan selalu memiliki beragam solusi.
11. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal lain melalui pembangunan
ekonomi secara paralel.
Nugroho (2007) pemberdayaan adalah sebuah proses menjadi bukan proses
Gambar 2.1
1. Dalam tahap penyadaran, target sasaran adalah masyarakat yang kurang mampu yang
harus diberikan pemahaman bahwa mereka mempunyai hak untuk menjadi berada
atau mampu. Disamping itu juga mereka harus dimotivasi bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk keluar dari kemiskinannya. Proses ini dapat dipercepat dan
mampu sehingga mereka memiliki keterampilan untuk mengelola peluang yang akan
lokakarya dan kegiatan sejenisnya yang bertujuan untuk meningkatkan life skill dari
masyarakat tersebut.
3. Pada tahap pendayaan, masyarakat diberikan peluang yang disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki melalui partisipasi aktif dan berkelanjutan yang ditempuh
dengan memberikan peran yang lebih besar secara bertahap, sesuai dengan kapasitas
dan kapabilitasnya serta diakomodasi aspirasinya dan dituntun untuk melakukan self
Gagasan pemberdayaan berangkat dari realitas obyektif yang merujuk pada kondisi
struktural yang timpang dari sisi alokasi kekuasaan dan pembagian akses sumberdaya
januari 2013).
berikut:
didalam GBHN Tahun 1999, serta Undang-undang Nomor: 22 Tahun 1999 tentang
daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan
keagamaan, lembaga adat dan lembaga swadaya masyarakat, serta seluruh potensi
Daerah, antara lain ditegas-kan bahwa Hal-hal yang mendasar dalam Undang-
masyarakat .
bagian yang tak terpisahkan dari kebijakan otonomi daerah. Setiap upaya yang
upaya pemantapan dan penguatan otonomi daerah, dan setiap upaya yang dilakukan
dalam rangka pemantapan dan penguatan otonomi daerah akan memberikan dampak
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah sebuah istilah yang mengacu pada jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk
Pengertian tentang UKM sangat beragam, baik itu dari instansi, pemerintah dan
Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari
Pengertian usaha kecil menengah berdasarkan kuantitas tenaga kerja adalah bahwa
usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s/d 19
orang. Sedangkan, usaha menengah memiliki entitas usaha yang memiliki jumlah
Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
b) Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha
Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
rupiah).
Adapun kriteria UKM menutut UU No. 9 Tahun 1995 adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih paling sedikit Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah)
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar
Rupiah).
3) Milik warga Negara Indonesia (WNI)
4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak usaha perusahaan atau cabang perusahaan
yang tidak dimiliki, dikuasai atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan
5) Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau
(http://bumukm.com/berita/17/Kriteria-Usaha-Mikro,-Kecil-dan-Menengah (UMKM)
dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya
masyarakat dengan:
partisipatif.
keberlanjutan.
swakelola.
kepastiannya.
dalam perannya disetiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil
miskin.
peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanyasaat ini tapi juga di masa depan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,
kemiskinan.
kemiskinan di wilayahnya.
undangan yang berlaku, serta landasan khusus pelaksanaan PNPM Mandiri yang akan
disusun kemudian. Peraturan perundang-undangan khususnya terkait sistem Pemerintahan,
berikut:
1. Sistem Pemerintahan
adalah:
Penanggulangan Kemiskinan.
2. Sistem Perencanaan
Hibah Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
Barang/jasa Pemerintah;
g. Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor: 005/MPPN/06/2006 tentang
Tata cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan
358/KPTS/M/2008 tanggal 10 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
2. Tingkat Propinsi
terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah koordinasi TKPKD Propinsi.
berlaku;
d. Bersama dgn KMW dan TKPKD menindak lanjuti berbagai pengaduan terkait
3. Tingkat Kota/Kabupaten
PNPM (TKPP) yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di
penanggulangan kemiskinan.
4. Tingkat Kecamatan
sebagai berikut :
a. Camat
Lurah / Kades;
4) Mendorong dan mendukung tumbuhnya forum LKM tingkat
kecamatan;
Kecamatan;
kerjanya; serta
5. Tingkat Kelurahan/Desa
adalah (1) Lurah/Kades dan perangkatnya, (2) Relawan masyarakat, (3) LKM
Secara umum peran utama Kepala Kelurahan/Lurah dan Kepala Desa adalah
Mandiri Pedesaan.
setempat (LKM).
diwilayah kerjanya.
Menurut Masri Singarimbun (1995:37) bahwa konsep adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan kejadian secara abstrak kejadian atau kelompok individu yang
menjadi pusat ilmu sosial. Defenisi konsep berfungsi untuk menemukan batasan-batasan
masalah yang ada dalam penelitian. Karena dalam penelitian deskriftif diperlukan fokus
penelitian agar data penelitian yang akan diteliti dapat terukur validitasnya. Untuk itu dalam
1. Pemberdayaan Masyarakat
dari perangkat Pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah sebuah istilah yang mengacu pada jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. UKM sesungguhnya merupakan sektor
ekonomi yang memiliki efisiensi tinggi dibandingkan usaha dalam skala besar. UKM
yang lebih banyak dikelola dan menjadi milik keluarga, memiliki fisibilitas tinggi
dalam menghadapi perubahan pasar. Jika di bandingkan dengan sektor usaha berskala
besar yang dilingkupi banyak faktor pada saat sebuah keputusan perusahaan akan
diambil. Disamping itu, usaha skala besar biasanya sangat tergantung kepada
kemajuan teknologi yang dimiliki pula.Risiko pada usaha skala besarpun lebih tinggi
dibandingkan UKM.