PEMBIMBING :
dr. Slamet Widi Saptadi, SpA
dr. Zuhriah Hidajati, SpA, Msi.Med
dr. Lilia Dewiyanti, SpA, MSi.Med
dr. Adriana, SpA
DISUSUN OLEH
Dini Arintawati
03011081
NIM : 03011081
1
BAB I
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An. M
Usia : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Penggalor Lor Genuk Kota Semarang Jawa Tengah
No. CM : 385955
Bangsal : ICU-Nakula IV
Masuk RS : 17 Januari 2017
2. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien di ruang ICU
dilakukan pada tanggal 18 Januari 2017 pukul 13.00 WIB dan didukung
oleh catatan medis.
a. Keluhan utama : diare lebih dari 10 kali
b. Keluhan tambahan : Demam, muntah
2
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk Rumah Sakit
Tujuh hari sebelum masuk ke rumah sakit, ibu os mengaku
anaknya batuk (+) tidak berdahak dan pilek (+), ingus encer berwarna
bening. Demam (+) tidak tinggi, nafsu makan turun (+), muntah (-) dan
mencret (-). Buang air besar 1 hingga 2 kali sehari, konsistensi padat.
Buang air besar kurang lebih 6x dalam sehari, warna kekuningan.
Enam hari sebelum masuk rumah sakit ibu os membawa os
berobat ke dokter umum, os mendapatkan obat penurun panas dan obat
batuk pilek dalam bentuk 2 botol sirup yang diminum 3 kali sehari
sebanyak 3x. Demam os menurun setelah meminum obat.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit ibu os mengaku demam (-
), batuk dan pilek membaik, nafsu makan membaik. Menurut ibu
pasien buang air kecil masih dalam batas normal, sekitar 5 kali dalam
sehari, berwarna kekuningan. Buang air besar 2 kali sehari, konsistensi
padat.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit ibu os mengku os demam
dari awalnya hangat menjadi semakin tinggi dan terus menerus, kejang
disangkal. Ibu pasien sempat memberi obat penurun panas pada
anaknya dan demam pun mereda, namun setelah beberapa jam anak
mulai demam lagi. Malam harinya anak muntah (+) , muntah 4x,
ampas (+), muntah putih seperti susu, kurang lebih setengah gelas
setiap muntah. Batuk (-) dan pilek (-).
Selasa siang, ibu pasien mengaku anaknya masih muntah,
muntah lebih dari 5 kali, ampas (+), muntah putih seperti susu, jumlah
kurang lebih setengah gelas setiap muntah. Buang air besar lebih dari
10 kali sejak selasa dini hari, BAB warna kuning, bau (+), lendir (-),
darah (-). Os tampak lemas, demam tinggi, batuk pilek (+) dan tidak
tampak sesak, tidak ada mengi. Bibir tampak kering. Oleh karena
demam yang tinggi tidak kunjung turun, BAB cair yang masih
3
berlanjut, dan anak tidak mau menyusui, pasien dibawa ke RSUD Kota
Semarang
Saat di IGD RSUD Semarang, pasien datang dengan keluhan
utama BAB cair lebih dari 10 kali, untah lebih dari 5 kali, mulai
demam sejak 1 SMRS dan semakin tinggi serta terus menerus. Anak
tidak mau menyusui. Buang air kecil belum sejak 5 jam SMRS.
Riwayat makan makanan basi disangkal. Riwayat ganti susu formula
disangkal. Setelah diperiksa, dokter menyarankan untuk rawat inap.
4
g. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
- Pertumbuhan
Berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir tidak ingat.
Berat badan sekarang 13 kg, panjang badan sekarang 78 cm.
- Perkembangan
Tersenyum : 2 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Kesan: tidak ada kecurigaan petumbuhan dan perkembangan
i. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x saat usia 2 bulan
Hepatitis B : 3x saat usia 0, 1, 6 bulan
DPT : 3x saat usia 2, 4, 6 bulan
Polio : 4x saat usia 0, 2, 4, 6 bulan
Campak : 1x saat usia 9 bulan
Kesan: riwayat imunisasi dasar lengkap di Puskesmas.
j. Riwayat lingkungan
Ayah pasien merupakan seorang perokok, sering merokok dalam jarak
yang dekat dengan pasien.Menurut pengakuan keluarga, rumah pasien
5
berada di lingkungan padat penduduk. Untuk makan, minum dan
kebutuhan sehari-harinya menggunakan air PAM.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 18 Januari 2017, pukul 13:30 WIB di
ruang ICU
a. Keadaan umum
Kesadaran : somnolen
Kesan sakit : tampak sakit berat
Kesan gizi : gizi cukup
b. Tanda vital
Nadi : 158x/menit
Pernapasan : 44x/menit
Suhu : 37,8C (Axilla)
Saturasi 02 : 99%
c. Data antropometri
Anak laki-laki, usia 1 tahun 1 bulan
6
Berat badan 13 kg
Panjang badan 78 cm
Status gizi (Z-score) :
WAZ = BB median = 13 9,9= 2.81 (Gizi lebih)
SD 1.1
HAZ = TB median = 78 74,5= 1.45 (Normal)
SD 2.4
d. Status generalis
Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
fisik
Kepala Ubun-ubun besar cekung (+), bentuk kepala mesocephal, warna
rambut hitam, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut
Mata Mata cekung (+), air mata (-), pupil isokor diameter 2mm/2mm,
refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung Napas cuping hidung (-), bentuk normal, secret -/-
Telinga Bentuk normal, discharge (-)
Mulut Bibir kering (+), sianosis (-)
Tenggorok Tonsil T1/T1 permukaan rata, tidak hiperemis; Faring hiperemis (-)
Leher Kaku kuduk (-), kelenjar tiroid tidak teraba, pembesaran KGB(-)
7
Paru
I Retraksi (-), hemitoraks dextra dan sinistra simetris
Vokal fremitus sulit dinilai
P Sonor dikedua lapang paru
P Vesikular (+/+), ronki(-/-), wheezing (-/-)
A
Jantung
I Ictus cordis tidak tampak
P Sulit dinilai
P Sulit dinilai
A BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
I Cembung
A BU (+) 10x/menit
P Turgor kembali lambat, supel, hepar & lien tidak teraba
P Hipertimpani
Genitalia Anus:perianal eritem (-)
Laki-laki:dalam batas normal
Ekstremitas CRT 2 detik, akral hangat (-/-), edem pitting (-/-), sianosis (-/-)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan 17/1/2017 19/1/2017 20/1/2017 Nilai normal
Hb (g/dL) 14,5 12,5 13,0 11 15
Ht (%) 43,80 39,00 41,00 40 52
Leukosit (/mm3) 22.300 13.000 9100 3.800 10.600
Trombosit (/mm3) 717.000 456.000 457.000 150 400
8
Pemeriksaan 17/1/2017 18/1/2017 Nilai normal
Natrium (mmol/L) 136 138 135,0 147,0
Kalium (mmol/L) 4,20 4,60 3,50 5,00
Calcium (mmol/L) 1,25 1,25 1,12 1,32
Gula darah sewaktu 91 70 -115
9
5. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki usia 1 tahun 1 bulan, BB 13
kg, PB 78 cm dengan keluhan diare sejak pagi hari SMRS, diare lebih dari
10 kali, diare warna kuning, konsistensi cair, lendir (-), darah (-), warna
kehitaman (-). Keluhan lainnya berupa batuk dan pilek sejak 7 hari SMRS,
demam tinggi sejak 1 hari SMRS dan muntah sejak 1 hari SMRS.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen dan tampak
sakit berat.Pemeriksaan tanda vital HR158x/menit; RR 44x/menitdan
T37.8C; Sp02 99%. Pemeriksaan status generalis didapatkan hasil ubun-
ubun besar cekung (+), mata cekung (+), air mata (-), bibir kering (+),
kaku kuduk (-), retraksi (-/-), suara napas vesikuler (+/+) dan ronkhi (-/-).
Abdomen cembung, BU10x/menit; pada palpasi didapatkan turgor
kembali lambat; dan pada perkusi hipertimpani. Perianal eritem (-). Akral
hangat pada keempat ekstremitas (-).
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hasil
leukositosis dan trobositosis, elektrolit didapatkan hiponatremia.
Pemeriksaan feses rutin menunjukkan adanya leukosit 1-2, bakteri <8 pada
sampel feces.
6. DIAGNOSIS BANDING
a. Diare
Dari derajat dehidrasi
1. GEDB
2. GEDS
Waktu
1. Akut
2. Kronis
Patofisiologi
10
1. Sekretorik
2. Osmotik
Etiologi
1. Infeksi
2. Makanan
3. Intoleransi
Konsistensi
1. Koliform
2. Disentriform
b. Obesitas
7. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Gastroenteritis dehidrasi berat
2. Leukositosis
3. Trombositosis
4. Obesitas
8. TERAPI
a. Non medikamentosa
Tirah baring
b. Medikamentosa
Pasang i.v line
Pasang O2 nasal kanul 2L/menit
Pasang oksimetri
Rehidrasi Infus RL 30mL/kgBB (390 mL) dalam jam
pertama, dilanjutkan 70mL/kgBB (910 mL) dalam 2 jam
berikutnya.
390 x 20 = 260 tpm dalam jam pertama
0,5 x 60
910 x 20 = 121 tpm dalam 2 jam berikutnya
11
2,5 x 60
Monitor tanda vital
Monitor balance cairan ketat tanda overload (udem palpebra, udem
paru, udem tungkai hepatomegali,) dan urin output (1
mL/kgBB/jam)
Inj cefotaxim 3x250 mg
Inj ranitidin 2x1/3 ampul
Inj ondansentron 1,5 mg (1/3 ampul)
Inj paracetamol 130 mg bila demam
Cek DR, GDS, Elektrolit, FR
9. PROGRAM USULAN
1. Darah rutin dan elektrolit ulang
2. Cek GDS
3. Kultur darah
10. EDUKASI
a.Menjelaskan kepada keluarga mengenai perjalanan penyakit dan
komplikasi yang bisa terjadi
b.Minum obat secara teratur
c.
d.Hindari paparan asap rokok
11. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
12
FOLLOW UP HARIAN
NAMA : An. M NO. RM : 385956
13
Trombositosis
Obesitas
Program
Cek DR dan elektrolit ulang
Pasang DC
19/1/2017 S: demam (-), mual (-), muntah (-) Terapi
BB: 13 kg Keadaan umum: compos mentis Inf RL 3cc/kgBB/jam
HR: 118x/m O: Inj. Cefotaxime 3x300mg
RR: 20x/m Thoraks: simetris, retraksi (-) Inj. gentamisin 1x50 mg
T: 37oC Cor: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Inj. Ranitidine 2x1/4 amp
Pulmo: suara napas vesikuler (+/+), ronkhi Inj. Ondansentron 1 mg (k/p)
(-/-), wheezing (-/-) Zinc p.o. 1x20mg
Abdomen: datar, supel, BU (+) Parasetamol 3x150 mg (k/p)
A: Dexametason ekstra ampul
Pasca GEDB
Leukositosis
14
Trombositosis
obesitas
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya;
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu
Jenis - jenis diare secara klinik di bedakan tiga (3) yang masig-masing
mencerminkan pathogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatannya.
Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 7 hari dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa
darah. Mungkin disertai muntah atau panas. Diare cair akut dapat menyebabkan
dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi.
Kematian terjadi karena diare. Peyebab diare cair akut di Negara berkembang
16
adalah : Eschericia coli enterotoxogenik, Shigella, Campylobacter Jejuni, dan
Crystoporidium . di beberapa tempat Vibrio cholera, Salmonella, dan E.coli
enteropatogenik. Diare melanjut adalah diare yang yang berlangsung antara 7
sampai 14 hari.
Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Episode
ini dapat di mulai sebagai diare cair atau disentri. penyebab diare pada diare
persisiten E.coli, Shigella, dan Criptosporidium.
Diare kronik adalah diare yang diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dan bukan disebabkan oleh non bakterial seperti penyakit sensitive terhadap
glutein dan gangguan metabolism yang menurun. 1,2
Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja. Akibat terpenting
disentri adalah anoreksi , penurunan berat badan dengan cepat , dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasi. Penyebab utama disentri adalah Shigella, dan
Campilobacter jejuni. Yang jarang adalah E.coli enteroinvasiv atau Salmonella.
Entamoeba Histolytica dapat menyebabkan disentri yang serius pada orang
dewasa muda tapi jarang pada anak-anak.
II. Epidemiologi
Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada
lebih dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara
berkembang terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun
17
Hasil survei pada 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare di Indonesia
adalah 423 dari tiap 1.000 orang, dan terjadi 1-2 kali per tahun pada anak-anak
berusia di bawah 5 tahun. Pada 2001, angka kematian rata-rata yang diakibatkan
diare adalah 23 di tiap 100.000 orang penduduk, sedangkan angka yang lebih
tinggi terjadi pada kelompok anak berusia di bawah 5 tahun, yaitu 75 per 100.000
orang. Sementara kematian anak berusia di bawah tiga tahun akibat diare adalah
19 persen, dengan kata lain sekitar 100.000 anak meninggal dunia tiap tahunnya
akibat diare.4
a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
18
tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,
b) Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada
penderita gizi buruk.
c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-
anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir
hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
19
3. Faktor lingkungan dan perilaku :
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan
dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua
factor ini akan berinteraksi bersamadengan perilaku manusia Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. 2
III. Etiologi
Faktor infeksi
Faktor Malabsorpsi
20
Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
Molabsorbsi lemak
Molabsorbsi protein
Faktor makanan
Makanan beracun
alergi terhadap makanan
Lain-lain
Imunodefisiensi
Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Faktor-faktor langsung:
o KEP (Kurang Energi Protein)
o Kesehatan pribadi dan lingkungan
o Sosioekonomi 2,5
IV. Patofisiologi
Diare adalah kehilangan banyak cairan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil
mengeluarkan tinja kira-kira 5g /kgbb/hari. Jumlah ini meningkat 200 gr /kgbb/
hari pada orang dewasa. Penyerapan air terbanyak terjadi di usus, kolon
memekatkan isi usus pada keadaan pada keadaan osmotik tinggi.kelainan yang
menggangu usus cenderung menyebabkan diare yang lebih banyak. Sedangkan
kelainan yang terjadi di kolon cenderung menyebabkan diare yang lebih sedikit.
Disentri dengan volume sedikit dan sering , tenesmus, rasa ingin buang air besar,
dan tinja betrdarah adalah gejala utama kolitis.
21
osmotik, motilitas, kombinasi dari hal tersebut. Ada 3 prinsip mekanisme
terjadinya diare cair sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat menyebabkan
diare dengan 3 mekanisme tersebut. Diare sekretori lebih sering terjadi dan
keduanya dapat terjadi pada satu pasien .
Gangguan osmotik , mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat
dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik
antara isi usus dengan cairan ekstrasellular. Dalam keadaaan ini diare dapat terjadi
apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Jika bahan
semacam itu berupa larutan isotonik, air, dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah diare .
22
tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik
3. Gangguan sirkulasi darah akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat
terjadi syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang
dan dapat menyebabkan hipoksi.2
V. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna
tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, Daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering deflkasi dan tinja yang asam akibat
laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan
cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai
tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung
(bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila berdasarkan terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut
jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien
tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang
(oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas
cepat dan dalam (pernafasan kusmaul) 2,4
23
24
VI. Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
Kehilangan BB
1. Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%
2. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
3. Dehidrasi berat : menurun BB > 10%
25
PENILAIAN A B C
Lihat
Rasa Haus Minum Biasa, Tidak *Haus ingin minum *Malas minum atau
haus banyak tidak bias minum
26
Diare Kronik
Disentri
IX. Kriteria Diagnosis
Anamnesis
Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari
Dapat disertai darah (disentri)
Dapat terjadi muntah , nyeri perut atau panas
Pemeriksaan fisik
X. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
takikardia
4. Hipoglikemi
27
5. Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik, hiponatremi,
hipernatremia.
6. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik) 2
XI. Tatalaksana
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah
dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang
dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin
memberikan cairan rumah tangga yang dianjukan , berikan air matang.
c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan
sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit
28
sedikit tetapi sering Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
RENCANA TERAPI A
29
Teruskan ASI , Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang
biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat
makanan padat , dapat diberikan susu,
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat:
30
<1 50 100 400 (2 bungkus)
Berikan sesendok the tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun
Berikanlah beberapa gelas untuk anak yang lebih tua
Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain
untuk mendapatkankan tambahan oralit.
Komposisi Formula WHO (200 ml)
Glukosa :4g
Atau
K Klorida : 0,3 g
31
RENCANA TERAPI B
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit
sesuai tabel dibawah ini
32
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B ,
tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
rencana terapi A
Tunjukkan cara melarutkan oralit
Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah
Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
Memberi makan anak sebagaimana biasanya
Membawa anak ke petugas kesehatan. 5
RENCANA TERAPI C
Mulai diberikan cairan IV bila penderita bisa minum segera berikan oralit. Sewaktu
cairan IV di mulai beri 100 ml/kgBB
Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan intravena
Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana terapi yang
sesuai.
33
XII. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare
Perlu bimbingan ibu-ibu untuk tentang cara pemberian cara pemberian
makanan yang aik pada anak, mengajari pentingnya meneruskan pemberian
makanan penuh selama diare dan membantu usaha mereka untuk mengikuti
anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana gizi diare yang benar:
34
memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam antimikroba dan
menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi
defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang
memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang
lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata
lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok
probiotik.5,8
XIII. Pencegahan
Air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya dan
dimasak. Pengelolaan makanan yang dimasak dengan baik, untuk menghindari
kontaminasi. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan dan
sebelum menyiapkan makanan. Buang cepat tinja dengan cara memasukannya
kedalam jamban atau menguburkan. Berikan hanya ASI selama 4-6 bulan pertama,
teruskan pemberian ASI paling sedikit 1 tahun pertama. Berikan makanan sapihan
yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan. Anak usia > 9 bulan yang tidak
menderita campak untuk imunisasi campak. 4
35
DAFTAR PUSTAKA
1
Behrman, Kliagman: Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol2 Jakarta 2000
2
Budiarso, Aswita.dkk. Pendidikan Medik Pembatasan Diare Buku Ajar Diare
Pegangan Mahasiswa . Jakarta: Departement Kesehatan R.I PPM & PLP.
1999
3
Data Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. Selasa, 25
Maret 2008. www.kompas.com
4
Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 desember. 2006.
www.depkes.go.id
5
Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005
6
Gsianturi. Probiotik dan Prebiotik untuk Kesehatan. Senin , 28 Januari, 2002.
www.gizinet.com
7
Rampengan TH, Laurentz IR.. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta :
36
8
Putra, Sanjaya. Suraatmaja, Sudaryat. Dkk. Effect of probiotics supplementation
on acute diarrhea in infants: a randomized double blind clinical trial.
Paediatrica Indonesiana, Vol. 47, No. 4, July 2007
37