Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS TANAH, AIR, PUPUK DAN TANAMAN

Disusun oleh:
Ervina Dwinta 12.....
Tantriyani 12....
Aji Prasetya Wibawa 12999
Azizah Nur Lailiya 1306..
Jonathan de Santo 13062

JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus
menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah
bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnnya tanah
hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Sawah yang airnya berasal dari
irigasi disebut sawah irigasi sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah
tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah surut sedangkan yang dikembangkan
daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Air merupakan kebutuhan dasar tanaman untuk dapat tumbuh, berkembang, serta
berproduksi dengan baik (De Datta, 1981). Total kebutuhan air untuk tanaman padi pada
lahan yang tergenang termasuk persiapan lahan berkisar antara 1300-1900 mm (Bouman et
al., 2005). Pengelolaan air irigasi padi sawah sangat penting untuk memaksimumkan
pengembangan teknologi budidaya padi terutama untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
air. Kebutuhan air tanaman padi ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis tanah,
kesuburan tanah, iklim (basah atau kering), umur tanaman, dan varietas padi yang ditanam,
dan sebagainya. Kebutuhan air terbanyak untuk tanaman padi pada saat penyiapan lahan
sampai tanam dan memasuki fase bunting sampai pengisian bulir (Dewi, 2005).
Pada tanah sawah umumnya tanaman yang dibudidayakan adalah padi meskipun
kadang diganti dengan tanaman lain seperti palawija, hortikultura dan tanaman semusim
lainnya. Pada lahan dengan pola tanam padi-padi terjadi penurunan kesuburan tanah yang
disebabkan pengangkutan bahan organik tanpa pengembalian lagi kedalam tanah. Rotasi
tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya pada tanah sawah dapat membantu
memperbaiki tanah dan menambah bahan organik tanah (Palembang et al., 2013).
Dalam budidaya padi sawah, dilakukan proses penggenangan yang dapat menyebabkan
perbedaan karakteristik tanah yang terdapat pada lahan sawah dan lahan kering. Moorman
(1978) mengemukakan bahwa proses penggenangan menciptakan keadaan reduksi yang
dapat merubah ciriciri morfologi dan sifat-sifat fisika kimia pada profil tanah asal. Perubahan
sifat-sifat tanah yang terjadi pada lahan sawah juga menyebabkan perubahan klasifikasi tanah
asalnya. Di dalam Sistem Taksonomi Tanah yang dikembangkan oleh Soil Survey Staff
(2010) belum ada acuan yang digunakan pengklasifikasian tanah khusus untuk tanah yang
disawahkan, sehingga klasifikasi tanah sawah seharusnya perlu dilakukan untuk mengetahui

1
perubahan klasifikasi tanah pada lahan kering dan lahan kering yang telah disawahkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan karakteristik dan klasifikasi
tanah pada lahan kering dan lahan yang disawahkan di daerah penelitian.
Tanah yang disawahkan mempunyai sifat kimia, yaitu C-Organik, basa-basa dapat
ditukar, KTK dan Kejenuhan Basa (KB) yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah kering.
Nilai C-Organik yang tinggi pada tanah sawah berasal dari adanya penambahan bahan
organik dari sisa-sisa akar tanaman padi serta terjadinya proses dekomposisi bahan organik
yang lebih lambat pada keadaan anaerob, sehingga akan mengawetkan bahan organik dalam
tanah. Tingginya Kation-kation basa dapat ditukar disebabkan oleh lebih rendahnya
pencucian yang terjadi, adanya penambahan dari pupuk buatan serta penambahan kation-
kation dari bahan tersuspensi yang terbawa oleh air irigasi. Hal ini akan berakibat juga pada
tingginya nilai KTK dan KB. Pada tanah yang tidak disawahkan tidak terjadi penambahan
bahan organic dalam tanah serta lebih tingginya pencucian yang terjadi. Hal ini berakibat
pada rendahnya C-Organik, dan basa-basa dapat ditukar dalam tanah yang kemungkinan ikut
tercuci (Rahayu dkk., 2014).
Nitrogen mempunyai peran penting bagi tanaman padi yaitu: mendorong pertumbuhan
tanaman yang cepat dan memperbaiki tingkat hasil dan kualitas gabah melalui peningkatan
jumlah anakan, pengembangan luas daun, pembentukan gabah, pengisian gabah, dan sintesis
protein. Tanaman padi yang kekurangan nitrogen anakannya sedikit dan pertumbuhannya
kerdil.Daun berwarna hijau kekuningkuningan dan mulai mati dari ujung kemudian menjalar
ke tengah helai daun.Sedangkan jika nitrogen diberikan berlebih akan mengakibatkan
kerugian yaitu: melunakkan jerami dan menyebabkan tanaman mudah rebah dan menurunkan
kualitas hasil tanaman. Ada tiga hal yang menyebabkan hilangnya nitrogen dari tanah yaitu
nitrogen dapat hilang karena tercuci bersama air draenase, penguapan dan diserap oleh
tanaman. Keberadaan nitrogen pada tanah sawah sangat mempengaruhi pertumbuhan
vegetatif tanaman padi sawah (Patti et al., 2013).
Pupuk merupakan salah satu masukan utama pada usaha tani padi, untuk meningkatkan
produksinya. Umumnya petani memberikan pupuk terutama urea dengan dosis berlebihan,
dan sebagian lainnya memberikan pupuk dengan dosis yang lebih rendah dari kebutuhan
tanaman sehingga produksi padi tidak optimal. Agar pemupukan dapat efisien dan produksi
optimal maka perlu diketahui kebutuhan pupuk pada suatu lahan. Berdasarkan hasil analisis
tanah dan tanaman yang diperoleh dari lokasi penelitian maka, kebutuhan pupuk urea untuk
mendapatkan produksi 5 ton/ha (Patti et al., 2013).

2
III. METODOLOGI
3.1. Pengambilan Sampel

Pada praktikum acara 1 Pengambilan Sampel dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal -
di daerah Sinduadi Sleman Yogyakarta. Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cetok,
botol, plastik, sedangkan bahan yang digunakan yaitu tanah, air, tanaman, dan pupuk yang
ada di lapangan. Setelah lokasi tanah ditentukan, maka pengambilan sampel tanah untuk daya
dukung fisik dan kimia tanah bagi pertumbuhan pertumbuhan meliputi contoh tanah : a)
contoh terusik. Dibersihkan bagian permukaan tanah seluas 50x50 cm dari seresah, batu,
kerikil, dan lain-lain sampai 2-5 cm dari permukaan tanah.diambil contoh tanah terusik
sejumlah 2-5 cangkul atau sekop sedalam 20-30 cm, letakkan di atas plastik, dibersihkan dari
serabut akar, kerikil, dan bahan kasar lainnya. Lakukan homogenisasi dengan cara menarik
ujung ujung plastik searah jarum jam paling tidak 5 10 kali. Bagi menjadi 4 bagian dan
dimasukkan satu bagian ke dalam kantong plastik sampel yang telah diberi label. Ikat yang
kuat, rapat dan tempatkan di tempat yang teduh. Untuk kedalaman tanah yang lebih dari 30
cm digunakan bor tanah untuk mengambil contoh tanah terusik, seperti cara di atas. b) contoh
tidak terusik. Dibuat profil tanah atau cari road cut. Diambil contoh tanah agregat tidak
terusik setiap lapisan/ ke dalam dengan sekop untuk contoh tanah bongkah dan ring sampel
untuk contoh tanah asli, setelah itu letakkan contoh tanah bongkah ke dalam boks/ kotak
sedang untuk ring sampel tutup kedua ujungnya dan simpan dalam boks.

Pengambilan sampel air diambil di saluran yang melalui dan digunakan untuk
pengairan pada lahan tersebut secara random. Titik pengambilan sampel air yaitu hulu,
tengah, dan hilir areal pertanaman. Cara pengambilan sampel air yang pertama dibersihkan
permukaan air dari kotoran, setelah itu diambil contoh air di masing-masing bagian sungai
yaitu pinggir kiri, tengah dan bagian pinggir kanan. Benamkan botol sampai terisi penuh dan
tidak ada gelembung udara, segera tutup dengan rapat. Campurkan sampel air dari ketiga
bagian tersebut menjadi satu tempat, diaduk aduk hingga homogeny, dan diambil 1 liter.
Tutup rapat dan disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.

Cara pengambilan sampel tanaman pada suatu lahan dilakukan secara random, ambil
bagian yang: a) untuk tanaman sayuran. Dipilih tanaman yang sehat dan segar, kemudian
dipotong bagian atas tanaman (batang dan daun), cuci dengan air mengalir dan ditiriskan,
setelah itu di cacah semua bagian tanaman ukuran 0,5 1 cm jadikan satu, campur agar
homogen. Setelah kering dimasukkan ke dalam kantong kertas lalu oven. b) untuk tanaman

3
polowijo. Dipilih beberapa tanaman yang sehat dan segar, diambil masing-masing tanaman
daun ke 3-5 dari ujung yang telah membuka sempurna. Dibuang bagian pangkal dan ujung
daun, sisakan 1/3 bagian tengah. Dilakukan seperti pengambilan tanaman sayuran. c) untuk
tanaman tahunan. Dipilih beberapa tanaman yang sehat dan segar, kemudian diambil masing-
masing tanaman daun ke 3-5 dari ranting yang telah membuka sempurna. Dibuang bagian
pangkal dan ujung daun, sisakan 1/3 bagian tengah. Dilakukan seperti pengambilan tanaman
sayur.

Cara pengambilan sampel pupuk kandang yaitu diambil pupuk kandang yang sudah
matang dalam kondisi lembab( tidak terlalu kering), dan disingkirkan bagian yang masih
mentah, bahan kasar dan kerikil. Homogenkan dengan cara dicampur, lalu dimasukkan ke
dalam plastik.

3.2. Preparasi Sampel


Pada praktikum acara 2 Preparasi Sampel dilaksanakan pada hari Senin tanggal - di
Laboratorium Kuningan Sleman Yogyakarta. Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu
alat penumbuk dari bahan porselin, grinder, oven. Bahan yang digunakan yaitu tanah, air,
tanaman dan pupuk.
Cara preparasi sampel tanah ada 4 tahapan yaitu : a) pengeringan. Pengeringan
dilakukan dengan cara dioven pada suhu 40- 50 C sampai diperoleh berat konstan biasanya 2
3 hari. b) penumbukan. Sebelum penumbukan, partikel ukuran > 2mm dan seresah atau sisa
akar tanaman dihilangkan terlebih dahulu. c) penyaringan. Dalam proses penyaringan
tujuannya adalah agar mendapat keseragaman ukuran dan menghindari bahan-bahan
kontaminan yang tidak dikehendaki, serta pada saat mengambil sampel dalam penimbangan
mendapatkan contoh yang homogennya. d) penyimpanan. Tempat penyimpanan berupa
bahan yang tahan air (kedap air), kuat(tahan lama), dapat ditutup rapat dan mudah diberi kode
nomor yang jelas.
Cara preparasi sampel air yang pertama penyimpanan sampel air dari lapangan
disimpan pada tempat yang tidak lembab dan terlalu panas sehingga tidak mempengaruhi
kondisi air asli. Preparasi sampel meliputi penyaringan, pencegahan tumbuhnya cendawan
(algae), dan penghilangan bau.
Cara preparasi sampel pupuk dibagi menjadi 2 pupuk organik padat dan pupuk organik
cair. Pertama cara preparasi sampel pupuk organik padat : a) pengeringan. Pengeringan
pupuk organik harus dijaga betul-betul jangan sampai sifat hidrofobik bahan organik muncul,
dengan demikian harus selalu dibolak-balik. b) penumbukan. Digunakan alat penumbuk dari

4
bahan porselin untuk menghindari kontaminasi logam-logam. Penghalusan dengan grinder
dapat diperbolehkan asal grinder tersebut khusus didesain untuk menghaluskan jaringan
tanaman atau grinder tanah standart. c) penyaringan. Proses penyaringan sama dengan seperti
penyaringan contoh tanah. Kedua cara preparasi pupuk organik cair. Bahan cair tidak
memerlukan preparasi khusus seperti bahan padat. Sampel pupuk disimpan pada tempat yang
kering dan tidak lembab serta tidak terkena sinar matahari langsung sehingga tidak
mempengaruhi kondisi asli pupuk. Preparasi dilakukan sesaat akan dilakukan analisis.
Cara preparasi sampel jaringan tanaman yang pertama yaitu : a) pencucian. Bagian
tanaman yang telah terseleksi untuk contoh dibersihkan dari pupuk, debu, dan pestisida
karena akan mempengaruhi hasil dengan menggunakan air yang bebas ion dan untuk analisis
unsur mikro sebaiknya dibilas 1 2 kali dengan HCl 0,01 N kemudian ditiriskan. b)
pengeringan. Setelah pencucian contoh jaringan secepatnya dikeringkan. Untuk mendapatkan
berat kering yang konstan dikeringkan dalam oven pada suhu 60C selama 48 jam atau
sampai didapatkan berat yang konstan. c) penghalusan. Sampel tanaman sebelum di grinder
dipotong-potong halus terlebih dahulu. d) penyimpanan. Tempat penyimpanan berupa bahan
yang tahan air, kuat dan tahan lama serta dapat ditutup rapat dan mudah diberi kode yang
jelas. Dalam meletakkan sampel hindarkan dari tempat yang lembab dan suhu terlalu tinggi.
3.3. Analisis Tanah
Pada praktikum acara 3 Analisis Tanah dilaksanakan pada hari Senin tanggal di
Laboratorium Dasar Dasar Ilmu Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada. Alat alat yang digunakan pada penentuan nitrogen tersedia (NNH4 & N
NO3) yaitu alat destilasi, buret dan pipet, Erlenmeyer 250 ml, dan labu destilat. Bahan
bahan yang digunakan yaitu tanah, larutan 1 N KCl, Indicator PP 0,1 %, bubuk MgO, bubuk
Devarda Alloy, larutan indikator BCG-MR,dan HCL 0,01 N. Cara kerja Penentuan Nitrogen
Tersedia (N-NH4 & NNO3) yaitu: dimasukkan 20 gram sampel tanah asli ke dalam botol
gojok, tambahkan 40 ml KCl 1 N. digojok selama 1 jam dan saring. Cara kerja yang pertama
N NH4 (Ammonium) yaitu filtrate yang diperoleh dimasukkan ke labu destilat, lalu
ditambahkan aquades sampai tanda. Setelah itu ditambahkan 2 tetes PP dan bubuk MgO
secukupnya. Siapkan penampung Erlenmeyer yang telah diisi dengan asam borat 2%
sebanyak 25 ml. supernatant siap didestilasi. Tunggu penampung berubah warna dari merah
tua menjadi hijau, tunggu sampai volume menjadi 150 ml lalu dititrasi dengan HCL 0,01 N.
jangan lupa blanko. Cara kerja kedua N NO3 yaitu sisa larutan dalam labu destilat ditambah
dengan bubuk devarda alloy secukupnya lalu didestilasi kembali dengan penampung yang

5
sama. Setelah itu dititrasi dengan HCl 0,01 N. Nitrat direduksi menjadi NH4 N. jangan lupa
blanko.
Alat alat yang digunakan pada penentuan ALdd dan Hdd tanah yaitu Erlenmeyer 250
ml, gelas piala 200 ml, buret, pipet, labu ukur, dan mesin penggojok, sedangkan bahan
bahan yang digunakan yaitu tanah, larutan KCl 1 N, larutan standar 0,02 N NaOH, larutan
standar 0,02 N HCl, indicator pp, larutan NaF 4% , dan kertas saring. Cara kerja Penentuan
Aldd dan Hdd Tanah yang pertama yaitu ditimbang 5 gram cuplikan tanah kering udara
diameter 0,5 mm dalam botol gojok, ditambahkan 50 ml larutan KCl 1M, tutup dengan karet,
dan kocok suspensi selam 1 jam. Saring suspense dengan kertas saring ke dalam Erlenmeyer
250ml. Ekstrak jernih dipipet 10 ml ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan beberapa tetes
indikator pp (2-3 tetes), dan titrasi dengan larutan standar NaOH 0,02 M sampai larutan
berwarna pink. Setelah titrasi pertama, ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 0,02 M
sampai larutan tidak berwarna dan ditambahkan 2 ml larutan NaF 4% (muncul warna pink).
Titrasi dengan larutan standar HCl 0,02 M sampai tidak berwarna. Kerjakan analisis blanko.
Alat alat yang digunakan pada penetapan kation tukar tanah yaitu botol gojok, labu
ukur, mesin penggojok, pipet volume, kertas saring tanah, dan AAS, sedangkan bahan
bahan yang digunakan yaitu NH4Oac 1 M, aquadest. Cara kerja pada penetapan kation tukar
tanah yaitu : (1) untuk pengekstrakan kation tersedia : ditimbang 5 gram cuplikan tanah
diameter < 2mm, tambahkan 25 ml aquadest, kemudian digojok selama setengah jam.
Disaring filtrate dengan kertas saring. (2) untuk pengekstrakan kation larut air : ditimbang 5
gram cuplikan tanah diameter < 2mm, ditambahkan 25 ml aquadest, kemudian digojok
selama setengah jam. Saring filtrate dengan kertas saring. (3)untuk pengekstrakan 10 x :
dipipet ekstrak 1 ml ke dalam labu ukur 10 ml, mampatkan dengan aquadest sampai tanda
tera. (4) untuk pengenceran 25 x : dipipet ekstrak 1 ml ke dalam labu ukur 25 ml, mampatkan
dengan aquadest sampai tanda tera. Jangan lupa kerjakan blanko.
Alat alat yang digunakan pada penetapan mikro tersedia tanah yaitu botol gojok,
mesin penggojok, Erlenmeyer, kertas saring dan AAS, sedangkan bahan yang digunakan
yaitu larutan pengekstrak DTPA dan tanah diameter < 2mm. Cara kerja pada penetapan
mikro tersedia tanah yaitu : ditimbang 5 gram tanah kering angin dengan diameter < 2mm.
tambahkan 50 ml pengekstrak DTPA dan gojok selama 2 jam. Suspensi disaring dengan
kertas saring. Diukur masing masing contoh dengan AAS. Jangan lupa dibuat blanko.
3.4. Analisis Air
Pada praktikum acara 4 Analisis Air dilaksanakan pada hari Jumat tanggal - di
Laboratorium Kesuburan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,

6
Yogyakarta. Pada praktikum sampel air dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Penetapan Al
3+ dan H+ terlarut, 2. Penetapan kation terlarut, 3. Penetapan unsur mikro terlarut.
Alat alat yang digunakan pada penetapan Al 3+ dan H+ terlarut yaitu Erlenmeyer,
buret, kertas saring, sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel air, indicator pp, larutan
standar NaOH 0,02 M, larutan HCl 0,02 M. Cara kerja pada praktikum ini yaitu saring contoh
sampel air sampai jernih dengan kertas saring, kemudian dipipet 25 ml cuplikan air jernih
dalam Erlenmeyer 250 ml, ditambahkan beberapa tetes indicator pp (2-3 tetes), dan dititrasi
dengan larutan standar NaOH 0,02 M sampai larutan berwarna pink. Setelah titrasi pertama,
ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 0,02 M sampai larutan tidak berwarna dan
tambahkan 2 ml larutan NaF 4% ( muncul warna pink). Dititrasi dengan larutan standar HCl
0,02 M sampai tidak berwarna. Dikerjakan analisis blanko.
Alat alat yang digunakan pada penetapan kation terlarut yaitu: Erlenmeyer, kertas
saring, dan AAS, sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel air. Cara kerja pada
praktikum ini yaitu : diambil cuplikan air yang telah diambil sebanyak 25 ml dimasukkan ke
dalam botol, kemudian tetapkan konsentrasi filtrate air dengan AAS.
Alat alat yang digunakan pada penetapan unsur mikro terlarut yaitu Erlenmeyer,
kertas saring, dan AAS, sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel air. Cara kerja pada
praktikum ini yaitu cuplikan air yang telah disaring sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam
botol, lalu diukur konsentrasinya menggunakan AAS.
3.5. Analisis Pupuk
Pada praktikum acara 5 Analisis Pupuk dilaksanakan pada hari Jumat tanggal - di
Laboratorium Kesuburan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Pada praktikum kali ini dibagi menjadi 2 bagian: 1. Destruksi basah dengan
campuran H2SO4 dan H202. 2. Penentuan unsur K, Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn. Alat alat yang
digunakan pada destruksi basah dengan campuran H2SO4 dan H202 yaitu labu destruksi, rak
digester, botol, labu ukur 50 ml, dan AAS, sedangkan bahan yang digunakan yaitu contoh
pupuk, aquadest, H2O2, H2SO4.
Cara kerja pada praktikum ini yaitu dimasukkan 0,25 gram contoh pupuk kering angin
diameter 0,5 mm ke dalam labu destruksi, ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat, goyang pelan
pelan. Biarkan selama 1 jam (untuk hasil yang sempurna sebaiknya 24 jam). Panaskan rak
digester selama 15 menit, dinginkan, ditambahkan 2 ml H2O2 panaskan lagi. Dilakukan
langkah ketiga sebanyak 3 kali. Pemanasan sampai keluar asap putih dan dapat diekstrak
jernih sekitar 1 2 ml, tabung diangkat dan dibiarkan dingin. Pindahkan ekstrak ke dalam
labu ukur 50 ml, bilas dengan aquadest dan ditambahkan aquadest sampai tanda, gojok agar

7
homogen. Saring ekstrak ke dalam botol yang telah dicuci bersih. Dan ekstrak siap untuk
dibaca AAS.
Cara kerja pada penentuan unsur K, Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn yaitu filtrate hasil
destruksi diencerkan terlebih dahulu. Untuk pengenceran 10 x : dipipet ekstrak 1 ml ke dalam
labu ukur 10 ml, mampatkan dengan aquadest sampai tanda tera. Untuk pengenceran 25 x:
dipipet ekstrak 1 ml ke dalam labu ukur 25 ml, mampatkan dengan aquadest sampai tanda
tera. Jangan lupa kerjakan blanko.
3.6. Analisis Jaringan
Pada praktikum acara 6 Analisis Jaringan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal - di
Laboratorium Kesuburan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Pada praktikum kali ini dibagi menjadi 2 bagian : 1) Destruksi basah dengan
campuran H2SO4 dan H202. 2) Penentuan unsur K, Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn. Alat alat yang
digunakan pada destruksi basah dengan campuran H2SO4 dan H202 yaitu labu destruksi, rak
digester, botol, labu ukur 50 ml, dan AAS, sedangkan bahan yang digunakan yaitu 0,25 gram
contoh tanaman, aquadest, H2O2, H2SO4.
Cara kerja pada praktikum ini yaitu dimasukkan 0,25 gram contoh tanaman yang telah
kering angin ke dalam labu destruksi, ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat, goyang pelan
pelan. Biarkan selama 1 jam (untuk hasil yang sempurna sebaiknya 24 jam). Panaskan rak
digester selama 15 menit, dinginkan, ditambahkan 2 ml H2O2 panaskan lagi. Dilakukan
langkah ketiga sebanyak 3 kali. Pemanasan sampai keluar asap putih dan dapat diekstrak
jernih sekitar 1 2 ml, tabung diangkat dan dibiarkan dingin. Pindahkan ekstrak ke dalam
labu ukur 50 ml, bilas dengan aquadest dan ditambahkan aquadest sampai tanda, gojok agar
homogen. Saring ekstrak ke dalam botol yang telah dicuci bersih. Dan ekstrak siap untuk
dibaca AAS.
Cara kerja pada penentuan unsur K, Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn yaitu filtrate hasil
destruksi diencerkan terlebih dahulu. Untuk pengenceran 10 x: dipipet ekstrak 1 ml ke dalam
labu ukur 10 ml, mampatkan dengan aquadest sampai tanda tera. Untuk pengenceran 25 x:
dipipet ekstrak 1 ml ke dalam labu ukur 25 ml, mampatkan dengan aquadest sampai tanda
tera. Jangan lupa kerjakan blanko.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanah, air, pupuk, dan tanaman dilakukan di lahan petani yang
beralamat di Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Pengambilan sampel yang
pertama yaitu sampel tanah. Sampel tanah diambil dengan menggunakan cara composting
sampling. Composting sampling ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel tanah pada
beberapa titik di lahan kemudian hasil pengambilan sampel tanah tersebut dicampur hingga
homogen. Pengambilan sampel selanjutnya yaitu air. Sampel air diambil dari saluran yang
melewati lahan milik petani dan yang digunakan petani sebagai sumber air untuk pengairan
di lahan sawah. Sampel air diambil dari bagian hulu, tengah, dan hilir saluran. Pengambilan
sampel air tersebut masing-masing satu botol sebanyak 1 L dari tiga titik pengambilan
tersebut. Setelah itu ketiga sampel pengambilan tersebut dicampur hingga homogen dan
diambil 1 L dari hasil campuran tersebut. Lalu dimasukkan ke dalam botol dan ditutup rapat.
Pada pengambilan sampel pupuk itu harus mengambil pupuk kandang yang sudah matang
dalam kondisi lembab sedangkan untuk pupuk anorganik misalnya urea itu disimpan pada
tempat yang kering lalu ditutup rapat. Namun dari hasil pengambilan sampel di lahan sawah
tidak ditemukan pupuk. Selanjutnya pengambilan sampel tanaman padi dilakukan pada fase
vegetatif maksimal karena dikaitkan dengan penyerapan unsur hara dari tanah oleh tanaman.
Pada pengambilan contoh tanah digunakan metode komposit yang merupakan teknik
pengambilan contoh tanah pada beberapa titik pengamatan atau pengambilan yang diambil
dari suatu areal atau bentang lahan yang relatif homogen. Syarat dari tanah yang relatif
homogen diantaranya adalah :
1. Terletak pada topografi atau kemiringan yang sama, tidak mengambil contoh tanah pada
kemiringan tanah yang berbeda atau permukaan tanah yang tidak rata dan jenis tanah yang
berbeda.
2. Vegetasi yang sama, tidak mengambil contoh tanah terganggu pada tanah yang
mempunyai vegetasi yang berbeda dari contoh tanah yang diambil lainnya.
3. Iklim yang sama, contoh tanah yang diambil pada beberapa titik harus mempunyai ikim
atau suhu kelembaban udara yang sama untuk memperkecil hasil analisis percobaan yang
menyimpang dari keadaan sebenarnya di lapang.

9
4. Jenis tanah yang sama, contoh tanah yang diambil sebaiknya mempunyai jenis yang sama
untuk menggambarkan penggambaran di lapang.
Pengambilan dan persiapan contoh tanah merupakan tahap kegiatan yang amat penting
dalam keseluruhan kegiatan analisis. Kesalahan yang dilakukan dalam tahap ini umumnya
berkisar 87,8% dari kesalahan total analisis. Oleh karena itu, kekeliruan dalam pengambilan
contoh tanah membuat fatal penganalisis dan data yang di dapat tidak ada artinya. Hal ini
juga dapat terjadi apabila pengambilan contoh tanah tidak mengikuti prosedur yang benar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah, antara lain:
1. Permukaan tanah yang akan diambil harus bersih dari rumput-rumputan, sisa tanaman,
bahan organik, dan batu-batuan atau kerikil.
2. Alat-alat yang digunakan bersih dari kotoran-kotoran dan tidak berkarat. Kantong plastik
wadah contoh tanah sebaiknya masih baru, belum dipakai untuk keperluan lain.
3. Jangan mengambil contoh tanah dari selokan, bibir teras, bekas pembakaran sampah atau
sisa tanaman, dan bekas penggembalaan ternak.
Sampel air yang representative dapat diperoleh dengan mencampur sampel yang
diambil dari periode waktu tertentu atau dari beberapa titik atau tempat pengambilan sampel
yang berlainan.
1. Jumlah Sampel Air
Untuk analisis sampel air secara fisika dan kimia termasuk pemeriksaan kadar klorida
diperlukan sampel sebanyak 2-5 liter. Sampel air yang akan digunakan guna analisa atau
pemeriksaan kimia harus memenuhi persyaratan-persyaratan, salah satunya cara
pengambilan sampel air.
2. Selang Antara Waktu Pengambilan Sampel Air dan Analisa
Makin pendek selang waktu antara pengambilan sampel air dan analisa atau pemeriksaan,
akan memberikan hasil makin baik. Beberapa unsur dan sifat fisika dikehendaki analisa di
lapangan, karena susunan sampel air akan berubah setibanya di laboratorium.
Hasil analisis sampel air dilaboratorium dapat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
jika pengambilan sampel dilakukan sebaik-baiknya dan dicegah kemungkinan kontaminasi
atau perubahan selama dibawa ke laboratorim. Sebelum diisi, botol diblas 2-3 kali dengan air
yang akan diperiksa. Faktor penting yang mempengaruhi hasil analisa atau pemeriksaan
sampel air adalah kekeruhan, sehingga kekeruhan ini harus dihilangkan. Juga akan terjadi
perubahan fisika dan kimia selama penyimpanan dan kena udara. Tiap sampel air yang keruh
harus diperlakukan tersendiri tergantung unsur yang akan ditetapkan, banyaknya dan sifat
kekeruhan dan lain-lain keadaan yang akan mempengaruhi hasilnya. Umumnya bahan

10
tersuspensi dipisahkan dengan cara dekantasi, pemusingan atau penyaringan. Terkadang
perlu dinyatakan bahwa analisa dilakukan dengan atau tanpa penyaringan.
Pengambilan sampel jaringan tanaman perlu mempertimbangkan fase kemasakan
tanaman. Pada umumnya fase pertumbuhan yang paling kritis untuk analisis jaringan ialah
pada saat pembungaan hingga awal fase pembuahan. Selama periode ini penggunaan unsur
hara mencapai tingkat maksimumnya. Pengambilan sampel jaringan tanaman untuk di
analisis di laboratorium ini bertujuan:
1. Untuk membantu menentukan kemampuan tanah dalam mensuplai unsur hara. Hasil
uji jaringan di laboratorium digunakan bersama-sama dengan hasil uji tanah dan
informasi tentang sejarah pengelolaan lahan.
2. Untuk membantu mengidentifikasi gejala defisiensi dan menentukan saat-saat
kekurangan unsur hara sebelum muncul gejala defisiensi.
3. Untuk membantu menentukan efek perlakuan kesuburan terhadap suplai unsur hara
dalam tanaman. Hal ini akan sangat berguna untuk mengukur efek tambahan pupuk
meskipun tidak ada informasi tentang respon hasil. Dalam beberapa kasus ternyata
unsur hara yang ditambahkan ke tanah tidak diasimilir karena penempatannya yang
salah, cuaca kering, pencucian, fiksasi atau aerasi yang buruk.
4. Untuk mengkaji hubungan antara status unsur hara tanaman dan penampilan tanaman.
5. Untuk mensurvei daerah yang luas.
4.2. Preparasi Sampel
Setelah semua sampel tanah, air, pupuk, dan tanaman diambil dari lahan maka tahap
selanjutnya yaitu preparasi sampel. Preparasi sampel ini bertujuan untuk memudahkan
analisis selanjutnya. Dalam preparasi tanah itu terdapat beberapa tahapan yaitu pengeringan,
penumbukan, penyaringan dan penyimpanan. Pengeringan dapat dilakukan pada suhu kamar
sehingga diperoleh sampel tanah kering angin. Penguapan dengan suhu lingkungan tidak
menyebabkan perubahan sifat asli tanah. Selain itu pengeringan dapat juga dilakukan dengan
ara dioven pada suhu 40-500C sampai diperoleh berat konstan biasanya 2-3 hari. Pada
kondisi kadar lengas kering angin, reaksi dalam tanah tidak dapat berlangsung lagi. Tahap
selanjutnya yaitu penumbukan tanah. Namun sebelum penumbukan, semua partikel yang
berukuran > 2 mm dan seresah atau sisa akar tanaman dihilangkan terlebih dahulu.
Penumbukan contoh tanah bertujuan untuk mendapatkan keseragaman ukuran dan kadar
lengas. Hal yang harus diperhatikan dalam proses penumbukan yaitu diusahakan agar tidak
terjadi penghancuran partikel tunggal tanah. Setelah penumbukan, tapan selanjutnya yaitu
penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan saringan tanah ukuran diameter

11
lubang 2 mm dan 0,5 mm. Proses penyaringan ini digunakan untuk mendapat
keseragaman ukuran dan menghindari bahan-bahan kontaminan yang tidak dikehendaki, serta
pada saat mengambil sampel dalam penimbangan mendapatkan contoh yang homogen.
Tahapan setelah penyaringan yaitu penyimpanan. Penyimpanan sampel tanah di tempat yang
berupa bahan yang tahan air (kedap air), kuat, dapat ditutup rapat dan mudah diberi kode
yang jelas.
Pada preparasi sampel air, hal yang harus diperhatikan yaitu sampel air yang diperoleh
dari lapangan disaring dengan menggunakan kertas saring lalu disimpan pada tempat yang
tidak lembab dan tidak terlalu panas sehingga tidak mempengaruhi kondisi air asli.
Penyimpanan pada kondisi tersebut akan menghindarkan dari tumbuhnya algae.
Preparasi sampel pupuk padat yaitu pengeringan, penumbukan dan penyaringan.
Pengeringan pupuk organik harus dijaga betul-betul jangan sampai sifat hidrofobik bahan
organik muncul sehingga harus selalu dibolak-balik. Selanjutnya penumbukan pupuk organik
sebaiknya menggunakan alat penumbuk dari bahan porselin untuk menghindari kontaminasi
logam-logam. Kemudian setelah itu disaring agar ukuran partikel pupuk yang akan digunakan
untuk analisis di laboratorium seragam.
Preparasi sampel jaringan tanaman terdiri dari beberapa tahapan yaitu pencucian,
pengeringan, penghalusan, dan penyimpanan. Pencucian bagian tanaman padi yang telah di
ambil dari lahan menggunakan air lalu dibilas dengan aquades. Pencucian jaringan tanaman
ini bertujuan untuk membersihkan tanaman dari pupuk, debu, dan pestisida karena akan
mempengaruhi hasil analisis di laboratorium. Selanjutnya pengeringan dilakukan dengan cara
dioven pada suhu 60-700C selama 48 jam atau sampai didapatkan berat yang konstan.
Pengeringan tanaman harus secepatnya dilakukan karena untuk menghindari perubahan
secara khemis dan biologis. Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kelengasan atau
banyaknya air tanpa merusak jaringan. Selanjutnya yaitu penghalusan bagian tanaman
dengan menggunakan grinder. Sebelum dihaluskan dengan menggunakan grinder, bagian
tanaman tersebut dipotong-potong dengan menggunakan gunting. Tujuan dari penghalusan
adalah untuk menghaluskan jaringan sampai ukuran tertentu, menghomogenkan jaringan dan
memudahkan dalam pencuplikan sampel.
4.3. Analisis Tanah
4.4. Analisis Air
Tabel 4.4.1. Konsentrasi kation terlarut.
Konsentrasi
Unsur
ppm me%

12
K+ 2,9750 0,00761
++
Ca 12,8694 0,06422
Mg++ 0,1129 0,000928
Kualitas air irigasi adalah kesesuaian air untuk memenuhi fungsinya bagi tanaman
kualitas air irigasi yang baik tidak akan menimbulkan masalah dan keluha petani karena tidak
berpengaruh buruk pada pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Makin buruk kualitas air,
makin berat masalah yang ditimbulkan dan makin sulit pula untuk diatasi (Suyana, 2002).
Menurut Ayers dan Westcot dalam Suyana (2002), masalah yang ditimbulkan oleh air irigasi
dapat berupa salinitas, daya hantar listrik (EC), kandungan lumpur, pH, akumulasi Na+, Cl-,
dan BO3- yang bersifat racun, serta kandungan hara N yang kuantitas maupun kualitas hasil
panen atau bersifat korosif terhadap alat-alat pertanian.

Nilai pH air irigasi umumnya tidak menimbulkan masalah, tetapi pH abnormal dapat
mempengaruhi ketidak seimbangan hara. Kisaran pH air irigasi yang normal dan tidak
menimbulkan pengaruh buruk bagi tanaman berkisar 6,5-8,4 (Suyana, 2002),

Air irigasi juga menyumbang beberapa macam unsur hara unruk padi sawah yaitu
meliputi unsur hara makro N, P, K, S, Ca dan Mg, serta unsur hara mikro Fe, Al, dan Mn.
Jumlah sumbangan hara tersebut perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan pupuk
(Suyana, 2002).

Hasil pengujian yang dilakukan dari air irigasi di areal sampel persawahan diketahui
bahwa kandungan unsur Ca kation terlarut sebanyak 12,8694 ppm atau setara dengan 0,06422
me%. Pada hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Suyana (2002) diketahui bahwa
kandungan kalsium (Ca) dalam air irigasi dari Bendung Sidorejo sebanyak 0,6030 me/l.
Sebagai Unsur utama (major constituents) dengan kandungan 1,0-1000 mg/l, kalsium dalam
air saluran irigasi mendapatkan tambahan kadar dapat berasal dari campuran logam, pupuk
ataupun bahan pereduksi (Anonim-1, 2014). Kadar kalsium dalam air irigasi dapat
menyebabkan terjadinya kesadahan. Kesadahan (hardness) disebabkan adanya kandungan
ion-ion logam bervalensi banyak (terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn,
Sr). Kationkation logam ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun
dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan/karat pada peralatan
logam. Kation-kation utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain Ca2+, Mg2+, Sr2+,
Fe2+, dan Mn2+. Anion-anion utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain HCO3 ,
SO42-, Cl, NO3 , dan SiO32-. Air sadah merupakan air yang dibutuhkan oleh sabun untuk
membusakan dalam jumlah tertentu dan juga dapat menimbulkan kerak pada pipa air panas,

13
pemanas, ketel uap, dan alat-alat lain yang menyebabkan temperatur air naik (Anonim-2,
2012).

Anonim-2 (2012) menjelaskan kesadahan menjadi dua, kesadahan karbonan dan


kesdahan non-karbonat. Pada kesadahan karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi
dengan ion CO32- dan HCO3. Pada kesadahan non-karbonat, kalsium dan magnesium
berasosiasi dengan ion SO42-, Cl, dan NO3. Kesadahan karbonat disebut kesadahan
sementara karena sangat sensitif terhadap panas dan mengendap dengan mudah pada suhu
tinggi. Kesadahan non-karbonat disebut kesadahan permanen karena kalsium dan magnesium
yang berikatan dengan sulfat dan klorida tidak mengendap dan nilai kesadahan tidak berubah
meskipun pada suhu tinggi.Air permukaan memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil
daripada air tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/l CaCO 3 dan lebih
dari 500 mg/l CaCO3 kurang baik bagi peruntukkan domestik, pertanian, dan industri.
Namun, air sadah lebih disukai oleh organisme daripada air lunak.

Hasil pengujian kandungan unsur hara makro kalium (K) dengan alat pembaca AAS
(Atomic Absorption Spectrofotometri) dapat diketahui bahwa kadar kalium dalam sampel air
irigasi di area persawahan Sinduadi sebesar 2,9750 ppm atau 0,00761 me%. Hasil pengujian
tersebut cukup jauh berbeda dengan hasil pengujian pada penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Suyana (2002) pada aliran air irigasi dari Bendung Sidorejo sebesar 0,0692 me/l. Unsur
kalium yang terkandung dalam air irigasi ini dapat berasal dari campuran logam, katalis,
pupuk (Anonim-1, 2014). Hampir 95 % dari produksi kalium digunakan sebagai pupuk bagi
tanaman. Selain itu, kalium juga digunakan dalam industri gelas, farmasi, karet sintetis,
sabun, detergen, dan sebagainya, sehingga dari hasil industri tersebut dapat menyumbang
penambahan unsur kalium dalam air irigasi pertanian (Anonim-2, 2012).

Kalium (K) atau potasium yang menyusun sekitar 2,5 % lapisan kerak bumi adalah
salah satu unsur alkali utama di perairan. Di perairan, kalium terdapat dalam bentuk ion atau
berikatan dengan ion lain membentuk garam yang mudah larut dan sedikit sekali membentuk
presipitasi. Cole (1988); Effendi (2003) dalam Anonim-2 (2012) menyatakan bahwa kalium
cenderung membentuk micas yang bersifat tidak larut. Kondisi ini mengakibatkan kadar
kalium di perairan lebih sedikit daripada kadar natrium. Perairan dengan rasio Na : K kurang
dari 10 bersifat toksik bagi beberapa organisme akuatik. Kadar kalium yang terlalu tinggi
sehingga melebihi 2.000 mg/liter berbahaya bagi sistem pencernaan dan saraf manusia. Kadar
kalium sebanyak 50 mg/liter dan kadar natrium 100 mg/liter yang terdapat secara bersamaan

14
kurang baik bagi kepentingan industri karena dapat membentuk karat dan menyebabkan
terjadinya korosi pada peralatan logam.

Kandungan magnesium (Mg) dalam sampel air irigasi sebesar 0,1129 ppm atau
0,000928 me% yang hasil tersebut tidak terlalu berbeda dengan hasil uji yang dilakukan oleh
Suyana (2002) sebesar 0,0195 me/l dari air Bendung Sidorejo. Menurut Soepartini et al.
dalam Suyana (2002), air irigasi di Jawa mampu meberikan sumbangan Ca dan Mg berurutan
berkisar 22-428 kg Ca/ha/musim dan 23-145 kg Mg/ha/musim, sedangkan hasil analisis oleh
Suyana (2002) pada contoh air irigasi Sidorejo mampu memberikan sumbangan hara sekitar
128,26 kg Ca/ha/musim dan 34,89 kg Mg/ha/musim. Namun, karena kandungan Ca dan Mg
yang tinggi dari air irigasi, maka perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan pemupukan K
karena mempunya pengaruh antagonisme.

Suyana (2002) menjelaskan pengaruh air irigasi pada tanah yang diairinya dapat
bersifat netral, suplementer, memperkaya atau memiskinkan. Air irigasi bersifat netral yaitu
didapat pada tanah-tanah yang menerima pengairan dari air yang berasal dan melalui daerah
aliran yang memiliki jenis tanah yang sama dengan tanah yang diairi. Sifat suplementer
dijumpai pada tanah yang telah kehilangan unsur-unsur hara akibat pencucian dan
mendapatkan unsur-unsur hara lain dari air irigasi. Air irigasi bersifat memperkaya tanah
apabila kandungan unsur-unsur hara akibat dari pengairan lebih besar jumlahnya dari pada
unsur-unsur hara yang hilang karena panen, drainase atau pengaliran. Sedangkan pencucian
unsur hara dari permukaan kompleks absorpsi dan larutan tanah oleh air irigasi bersifat
memiskinkan tanah.

4.5. Analisis Pupuk


Pupuk merupakan bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam tanah maupun dengan
cara lain dengan tujuan menambah unsur hara bagi tanaman untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Menurut (Adriani, 2011) pupuk merupakan bahan yang dapat
merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah dengan perngertian khusus bahan yang
mengandung hara baik hara tunggal maupun hara majemuk.
Secara umum jenis pupuk dapat dibedakan menjadi dua yakni pupuk organik (pupuk
alami) dan pupuk anorganik. Pupuk organik yaitu pupuk yang bahan pembuatannya berasal
dari sisa sisa makhluk hidup seperti sisa hewan, tumbuhan maupun campuran keduanya atau
dengan tambahan lain. Pupuk anorganik adalah pupuk yang sengaja dibuat dengan bahan
unsur hasil buatan manusia dan komposisi yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

15
kedua macam pupuk di atas dapat menjadi bahan penyuplai hara bagi tanaman. Secara lebih
lanjut, klasifikasi pupuk dapat beragam bergantung jenis kategorinya, sebagai contoh pupuk
berdasarkan bentuknya dan lain sebagainya.
Kelebihan pupuk organik yakni mudah diurai oleh tanah, lebih bersahabat dengan
kondisi lingkungan tanah maupun dengan mikroorganisme tanah, mengandung unsur hara
makro dan mikro dengan imbangan yang sesuai, umumnya harga pembuatan lebih murah.
Tetap aman dipakai dalam jumlah besar, memperbaiki struktur dan tekstur tanah sesuai
kebutuhan perakaran tanaman dan dapat memegang air. Pupuk organik juga akan
menyeimbangan pupuk anorganik dalam tanah. Kekurangan pupuk organik yakni jumlah
unsur hara yang dikandungnya meskipun beragam tapi konsentrasinya rendah dibandingkan
pupuk anorganik, proses pembuatannya lebih lama dan umumnya tenaga operasional
pembuatan lebih banyak. Bersifat slow release yang sangat tidak sesuai diaplikasikan saat
tanaman dalam kondisi kritis kekurangan unsur hara. Pada kondisi yang belum matang,
pupuk organik dapat menjadi mematikan tanaman dan menjadi sumber penyakit. Kelebihan
pupuk anorganik yakni mempunyai jumlah kadar unsur hara tertentu lebih besar
dibandingkan pupuk organik dalam setiap kemasannya. Proses pembuatannya lebih cepat dan
mudah diaplikasikan di lahan tanam. Kandungan unsur haranya sangat jelas dan dibutuhkan .
Kekurangannya yakni harganya relatif mahal bagi petani kecil dan terkadang tidak tersedia di
pasaran saat dibutuhkan. Pemakaian dalam jumlah besar (tidak sesuai standart) akan
mengakibatkan kerusakan tanah dan tanaman. jumlah unsur yang terkandung lebih sedikit
(kurang lengkap) dibanding pupuk organik. Selain penjelasan beberapa kelebihan dan
kekurangan di atas kemungkinan masih terdapat kelebihan dan kekurangan lainnya.
Pada praktikum kali ini digunakan pupuk organik yang pernah diaplikasikan pada lahan
tanaman contoh. Kandungan dan jumlah unsur hara dalam pupuk organik ini di analisis oleh
AAS menghasilkan jumlah unsur dalam ppm. Unsur yang diamati dalam pembacaan AAS
pupuk ini adalah unsur K dan Mg. Contoh pupuk yang digunakan pada pembahasan kali ini
adalah contoh pupuk kandang kelompok 2
Tabel 4.5.1. Kadar unsur hasil pembacaan AAS

Kadar unsur hasil pembacaan AAS


Unsur Fp (x) ppm me% kadar
K 25 x 7,154 ppm 0,18 me% 45 cmol/kg
Mg 25x 0,9198 ppm 0,037 me % 4,625 cmol/kg
Keterngan : Fp : Faktor Pengenceran

16
Dari data di atas dapat diketahui bahwa kandungan unsur K pada pupuk kandang yang
digunakan yakni sebesar 45 cmol/kg. Sedangkan kandungan unsur Mg pada pupuk yang
digunakan yakni sebesar 4,625 cmol/kg. Kedua unsur di atas merupakan unsur hara makro,
tetapi kandungan unsur kalium sekitar 9x lebih banyak dibandingkan unsur magnesium pada
pupuk kandang contoh. Tanaman juga mengambil lebih banyak unsur kalium dibandingkan
unsur magnesium. Menurut (Rosmarkem dan Nasih., 2002) Mg tersedia sekitar 0,037 me%
dalam tanah termasuk dalam kategori rendah. Jika pupuk kandang ini diterapkan pada tanah
sawah tanpa adanya masukan Mg dari proses lainnya kemungkinan tanaman padi akan
kekurangan unsur Mg. Tetapi dalam lahan tanam pasokan unsur didapat dari air irigasi,
residu tanaman, pemupukan dan proses lainnya, sehingga kemungkinan kekurangan unsur
Mg rendah. Keseimbangan kadar K dan Mg pada tanaman juga penting bagi pertumbuhan
tanaman. Pada tanaman padi padi dan palawija nisbah K : Mg yang baik yakni > dari 3:2,
tetapi pada nisbah > 4:2 mengakibatkan penyerapan Mg kemungkinan terhambat
(Rosmarkem dan Nasih., 2002). Sedangkan nisbah K : Mg pada pupuk kandang ini yakni 9:1
sehingga kemungkinan penyerapan Mg akan terhambat jika pupuk ini diaplikasikan pada
lahan tanam.

4.6. Analisis Jaringan

Analisis jaringan tanaman selaku pandu pemupukan pertanaman didasarkan atas suatu
konsep, bahwa apa yang ada dalam tubuh tanaman berkaitan dengan pertumbuhan (Ulrich,
1976). Kadar hara dalam tanaman biassanya menurun sejalan dengan pertumbuhan dan
apabila penurunan ini cukup banyak maka laju pertumbuhan menjadi kurang daripada
tanaman yang berkadar hara lebih tinggi. Kadar hara yang menyebabkan laju pertumbuhan
tanaman mulai menurun dibandingkan dengan tanaman yang mempunyai kadar hara lebih
tinggi selagi faktorfaktor tumbuh lainnya berada dalam keadaan memuaskan dinamakan
kadar hara genting (critical nutrient concentration). Secara kuantitatif dapat dikatakan bahwa
kadar genting ialah suatu kadar hara yang menurunkan pertumbuhan tanaman sebanyak 10 %
dibandingkan dengan pertumbuhan maksimum.

Makin lama suatu tanaman berada di bawah kadar genting dan makin awal hal ini
terjadi dalam musim tumbuh, makin berkuranglah pertumbuhan atau hasilnya dan makin
besar kebolehjadian tanaman memperlihatkan tanggapan terhadap pemupukan. Jadi dengan
analisa jaringan orang dapat menduga apakah pengadaan pengadaan hara dalam tanah sesuai
dengan keperluan tanaman akan hara. Dengan analisa jaringan yang dirancang secara

17
berulang sepanjang masa tumbuh tanaman, orang memperoleh serentetan gambaran tentang
keadaan pengadaan hara dalam tanah masing-masing saat selama musim tumbuh itu.

Analisa jaringan sebetulnya tidak lain daripada pengembangan suatu metode yang
sudah lama dikenal orang, yang dinamakan bio-essay, dan dikerjakan dengan jasad renik
atau dengan kecambah menurut metode NEUBAUER. Misalnya, penetapan N-tersediakan
atau P-tersediakan dengan jamur Cunninghamella blakesleana, K-tersediakan atau hara renik
tersediakan (Cu, Zn, Mo) dengan Aspergillus niger (Wilde dkk., 1972)

4.6.1. Tabel Kadar Unsur K dan Mg dengan Fp 10x

Ulangan Kadar K (ppm) Kadar Mg (ppm)


1. 273,6 30,4
Analisis jaringan tanaman selaku pandu pemupukan pertanaman didasarkan atas suatu
konsep, bahwa apa yang ada dalam tubuh tanaman berkaitan dengan pertumbuhan (Ulrich,
1976). Kadar hara dalam tanaman biassanya menurun sejalan dengan pertumbuhan dan
apabila penurunan ini cukup banyak maka laju pertumbuhan menjadi kurang daripada
tanaman yang berkadar hara lebih tinggi. Kadar hara yang menyebabkan laju pertumbuhan
tanaman mulai menurun dibandingkan dengan tanaman yang mempunyai kadar hara lebih
tinggi selagi factor factor tumbuh lainnya berada dalam keadaan memuaskan dinamakan
kadar hara genting (critical nutrient concentration). Secara kuantitatif dapat dikatakan bahwa
kadar genting ialah suatu kadar hara yang menurunkan pertumbuhan tanaman sebanyak 10 %
dibandingkan dengan pertumbuhan maksimum.

Padi (Oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat
Indonesia. Padi merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi secara umum oleh masyarakat
Indonesia. Keadaan pangan di suatu Negara dapat menjadi tidak stabil apabila antara
kebutuhan dan penyediaan tidak seimbang. Hal ini akan mendorong para petani untuk lebih
giat mengerjakan sawahnya, ditanami padi.

Pada umumnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman adalah Carbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, fosfor, kalium, sulfur, kalsium, magnesium, seng, besi, mangan, tembaga,
molibden, boron, klor, natrium, kobal, dan silika. Unsur Na, Si, Co dianggap bukan unsur
hara esensial tetapi hampir selalu terdapat dalam tanaman. Misalnya, unsur Na pada tanaman
di tanah garaman yang kadarnya relatif tinggi dan sering melebihi kadar P (fosfor). Silikon
pada tanaman padi dianggap penting walaupun tidak diperlukan dalam proses metabolism
tanaman. Jika tanaman padi mengandung Si yang cukup, maka tanaman tersebut lebih segar
18
dan tidak mudah roboh diterpa angin sehingga seakan akan Si meningkatkan produksi
tanaman. SiO2 dalam tanaman padi bila kurang dari 5% dianggap efisien dan menyebabkan
turunnya produksi tanaman.

Pada penetapan kadar Kalium berdasarkan hasil pengamatan K-Organik sebesar 273,6
ppm. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
No.28/Permentan/OT.140/2/2009 yaitu sebesar < 2 % atau < 20000 ppm. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan kalium pada analisis jaringan yang telah dianalisis memiliki
kadar kalium yang kurang. Unsur Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman
seperti fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya
stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini
menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur. Unsur kalium berhubungan erat
dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Dan juga
antara kalium dan magnesium. Sifat antagonisme ini menyebabkan kekalahan salah satu
unsur untuk diserap tanaman jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih
cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsur kalium berlebih
gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab , sifat antagonisme antara kalium dan
magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Kendati
demkian , pada beberapa kasus , kelebihan kalium gejalanya mirip tanaman kekurangan
kalsium.
Pada analisis kandungan Mg di jaringan menunjukkan hasil yaitu sebesar 30,4 ppm.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan magnesium pada analisis jaringan dengan
pengenceran 10x memiliki kadar magnesium yang kurang. Magnesium adalah aktivator yang
berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat
dominan keberadaannya di daun , terutama untuk ketersediaan klorofil. Jadi kecukupan
magnesium sangat diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga
merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis
protein. Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut karena energi
yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot ringan seperti nitrogen.
Akibatnya terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi encer. Jaringan menjadi lemah dan jarak
antar ruas panjang. Ciri-ciri ini persis seperti gejala etiolasi kekurangan cahaya pada tanaman.
Pada analisis kandungan Zn di jaringan menunjukkan hasil yaitu sebesar 0,92 ppm.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan Zn pada analisis jaringan tanpa pengenceran (asli)
memiliki kadar Zn yang kurang. Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam

19
tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap
dalam bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat
diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn
dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain
sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan
ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain: pengaktif enzim anolase, aldolase, asam oksalat
dekarboksilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside demutase
(SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam
biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang.
Pada analisis kandungan Cu di jaringan menunjukkan hasil yaitu sebesar 0,80 ppm.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan Zn pada analisis jaringan tanpa pengenceran (asli)
memiliki kadar Zn yang kurang. Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin
dapat diserap dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen
diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam
getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks
senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk
kompleks. Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya
kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4),
tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit
[(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4]. Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas
(>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000
dan masing-masing molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pada
klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin. Fungsi dan peranan Cu antara lain:
mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase.
Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan
tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiosis dan penyusunan lignin.

V. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum ini di peroleh kesimpulan bahwa:

1. Pupuk kandang ini mengandung unsur hara kalium (K) lebih banyak dibandingkan unsur
hara magnesium (Mg).
2. Kadar nisbah K:Mg yang ada dalam pupuk kandang ini tidak sesuai untuk tanaman padi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim-1. 2014. Kandungan unsur dalam air tanah.


http://airtanah.esdm.go.id/content/kandungan-unsur-dalam-air-tanah. Diakses pada 9
Juni 2015.
Anonim-2. 2012. Parameter fisika-kimia-biologi penentu kualitas air.
https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-
penentu-kualitas-air-2/. Diakses pada 9 Juni 2015.
Bouman, B.A.M., R.M. Lampayan, and T.P. Tuong. 2007. Water management in irrigated
rice, coping with water scarcity. International Rice Research Institute.
<http://www.irri.org>. Diakses 13 Juni 2015.
De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Wiley & Sons, Inc.,
Canada.
Dewi, N.K. 2005. Kesesuain iklim terhadap pertumbuhan tanaman. Mediagro 1 (2): 1-15.

Hardjowigeno. S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia, Malang.


Moorman, F. R. and van Breemen. 1978. Rice: Soil, Water, Land. IRRI. Los Banos, Manila.
Palembang, J.N., Jamilah, Sarifuddin. 2013. Studying on chemical properties of paddy soil by
applying rice-watermelon cropping pattern at Air Hitam Village, lima puluh
subdistrict, batu bara district. Agroekotechnology 1 (4): 1154-1162.
Patti, P.S., E.Kayya and Ch. Silahooy. 2013. Analysis of soil nitrogen status in relation to the
N uptake of rice plant in Waimital Village, Kairatu Sub District, West Seram
District. Agrologia 2 (1): 51-58.
Rahayu, A., S.R.Utami, dan M.L.Rayes. 2014. Karakteristik dan klasifikasi tanah pada lahan
kering dan lahan yang disawahkan di kecamatan perak Kabupaten Jombang. Jurnal
Tanah dan Sumberdaya Lahan 1 (2):77-87.
Rosmarkem, A., dan Nasih,W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy. Eleventh Edition. United States Department
of Agriculture, New York.
Suyana, J., Hery W. 2012. Studi kualitas air dan sumbangan hara dari irigasi Sidorejo-Jawa
Tengah pada budidaya padi sawah. Sain Tanah, Vol 1 (2): 1-6.

LAMPIRAN
Perhitungan :

Konversi ppm ke me%

K : 7,154 ppm = 7,154 g /g pupuk

21
= 715,4 g / 100 g pupuk
= (0,7154 mg / 39,10 mg/meq)/ 100 g pupuk
= 0,018 meq / 100 g pupuk
= 0,18 me% ( 1 mmol K + = 1 me K +)
= 0,18 cmol/kg
Fp : 25 x 50 ml = 1250
K = C * Fp/m = 0,18 x 1250/5 = 45 cmol/kg
Mg : 0,9198 ppm = 0,9198 g /g pupuk
= 91,98 g / 100 g pupuk
= (0,09198 mg / 24,31 mg/meq)/ 100 g pupuk
= 0,0037 meq / 100 g pupuk
= 0,037 me % (( 1 mmol Mg 2+ = 1 me Mg 2+)
= 0,0185 cmol/kg
Fp : 25 x 50 ml = 1250
Mg = C * Fp/m = 0,0185 x 1250/5 = 4,625 cmol/kg

22

Anda mungkin juga menyukai