Anda di halaman 1dari 14

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN PRAKTIKUM

REMEDIASI BADAN AIR DAN PESISIR

ADSORPSI PADA AIR TERCEMAR

Kelompok 4

Disusun oleh :

Rizky Islami Putera 3314100003

Alya Syifa Desyanti 3314100010

Riris Sugiarti 3314100018

Iqbal Fahmi Darmawan 3314100032

Antari Puspa Eskawiyanti 3314100078

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan yang terjadi pada suatu bidang permukaan .
Saat dua fasa saling berkontak komposisi fasa yang dekat dengan daerah batas fasa akan
berbeda dengan yang terdapat pada bulk fasa tersebut (Vladimir Ponec,1974). Adsorpsi
dapat dilakukan dengan berbagai media, salah satu media yang sering digunakan dalam
proses adsorpsi adalah karbon aktif. Adsorpsi dengan media karbon aktif dilakukan karena
dengan media ini, karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia
tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume poripori dan
luas permukaannya. Adsorpsi menggunakan media karbon aktif sering digunakan dalam
beberapa proses pengolahan air terutama pada pengolahan air limbah. Selain itu,
penggunaan karbon aktif juga dapat diregenerasi dan dapat digunakan kembali sehingga
akan menghemat biaya operasional dalam proses pengolahan.
Maka dari itu, penting halnya untuk mengetahui daya serap optimum karbon aktif,
sehingga dilakukan percobaan adsorpsi dengan menggunakan media karbon aktif untuk
mengetahui daya adsorpsi karbon aktif pada konsentrasi tertentu sehingga dapat diketahui
daya serap optimum dari karbon aktif tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan adsorpsi dengan medium karbon aktif adalah untuk mengetahui
daya adsorpsi karbon aktif pada konsentrasi tertentu.

1.3 Manfaat
Manfaat dari percobaan adsorpsi dengan medium karbon aktif adalah :
1. Mengetahui daya serap optimum pada media karbon aktif batu bara.
2. Dapat dijadikan sumber referensi dalam percobaan lain tentang karbon aktif batu bara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Adsorpsi

Adsorpsi adalah pengumpulan substansi pada permukaan adsorban berbentuk padatan,


sedangkan absorpsi adalah perembesan dari pengumpulan substansi ke dalam padatan.
Adsorpsi diklasifikasikan menjadi dua yaitu adsorpsi fisik dan kimia. Adsorpsi fisik terutama
dikarenakan oleh gaya van der waals dan terjadi bolak balik (reversibel). Ketika gaya antar
molekul dari interaksi antara solute (zat yang dilarutkan) dan adsorban lebih besar daripada
gaya atraksi antara solute dan solvent, solute akan diserap pada permukaan adsorban. Contoh
dari adsorpsi fisik adalah adsorpsi oleh karbon aktif. (Reynolds dan Paul, 1995)

Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan yang terjadi pada suatu bidang permukaan. Saat
dua fasa saling berkontak, komposisi fasa yang dekat dengan daerah batas fasa akan berbeda
dengan dengan yang terdapat pada bulk fasa tersebut. (Vladimir Ponec,1974; Udyani, 2005)

Kinetika adsorpsi dapat dijelaskan sebagai tingkat perpindahan molekul dari larutan ke
dalam pori-pori partikel, adsorban. Terdapat tiga mekanisme yang terjadi pada proses
adsorpsi,yaitu: 1. Molekul-molekul zat yang diserap dipindahkan dari bagian terbesar larutan ke
permukaan luar dari adsorban. Fase ini disebut sebagai difusi film atau difusi eksternal.
2. Molekul-molekul zat yang diserap dipindahkan pada kedudukan adsorpsi pada permukaan
adsorban ke bagian yang lebih dalam yaitu pada bagian pori. Fase ini disebut dengan difusi
pori. 3. Molekul-molekul zat yang diadsorpsi menempel pada permukaan partikel. (Yuniarto,
1999; Jannatin., dkk, 2010)

Faktor yang mempengaruhi adsorpsi fisik ada banyak, yaitu:


(1.) Suhu, naiknya suhu menyebabkan berkurangnya kemampuan adsorpsi karena molekul dari
adsorban mempunyai energi getaran lebih besar dan oleh karena itu, akan keluar dari
permukaan, aplikasi dari adsorpsi berada dibawah kondisi isoterm yaitu biasanya pada suhu
ambient, selain itu kemampuan adsorpsi akan berkurang pada suhu yang tinggi. (2.) Sifat
pelarut mempunyai pengaruh penting karena akan berkompetisi dengan karbon aktif dalam
atraksinya terhadap solute, adsorpsi pada solute organik akan lebih rendah daripada adsorpsi
pada zat cair lain. (3.) Area permukaan karbon Jumlah substansi yang karbon dapat serap,
secara langsung terjadi pada area permukaan internal, pada penyerapan molekul besar,
banyak dari area permukaan internal yang kemungkinannya tidak dapat terjadi. (4.) Struktur
pori dari karbon mempengaruhi penjerapan adsorpsi, dimeter pori mempunyai rentang 10
sampai 100.000 A (5.) Sifat dari solute, senyawa anorganik menunjukkan range luas dari
adsorpsi, namun pemisahan kuat garam seperti sodium chloride dan potasium nitrat tidak
semua diadsorpsi oleh karbon aktif, solute lain yang tidak dipisahkan dengan kuat seperti iodin
dan merkuri klorida sangat bagus diadsorpsi, faktor kunci terlihat apakah solute ada pada
bentuk netral atau terion. (Cooney, 1998; Jannatin., dkk, 2010)

2.2 Karbon aktif

Teknik adsorpsi dengan menggunakan berbagai macam adsorben masih merupakan


metode yang paling menguntungkan karena efektifitas dan kapasitas adsorpsinya yang tinggi
serta biaya operasionalnya yang rendah. (Syafalni, et al., 2012; Mizwar dan Diena, 2012).
Karbon aktif yang didefinisikan sebagai bahan karbon yang telah mengalami proses
karbonisasi untuk meningkatkan porositasnya dan merupakan salah satu jenis adsorben yang
umum digunakan dalam pengolahan air limbah dinilai sangat cocok untuk mengurangi zat
organik dan warna (Ahmad., dkk, 2009; Mizwar dan Diena, 2012).

Karbon dapat menyerap substansi terlarut ke dalam porinya. Ada banyak material yang
digunakan sebagai adsorban tapi karbon adalah pilihan yang tepat untuk pengolahan air karena
dapat menghilangkan range yang luas zat pencemar. Karbon aktif mempunyai banyak kapiler
dalam partikel karbon dan permukaannya tersedia untuk adsorpsi termasuk permukaan dari
pori-pori di dalam penambahan permukaan luar. Area permukaan pori melebihi area
permukaan dari partikel dan adsorpsi paling banyak terjadi pada permukaan pori. Untuk karbon
aktif, rasio total area permukaan sangat luas. (Droste, 1997).

Karbon aktif banyak terbuat dari material seperti kayu, serbuk gergaji, biji buah dan batok
kelapa, batu bara, lignite, dan residu minyak tanah. Pembentukan karbon aktif ini terdiri dari
karbonisasi dari padatan diikuti aktivasi menggunakan uap panas. (Reynold dan Paul, 1995)

Bahan baku yang dapat dibuat menjadi arang aktif adalah semua bahan yang mengandung
lignoselulosa (lignin dan selulosa), baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun dari
binatang. (Meilita dan Tuti, 2003; Jasmal, dkk., 2015).

Adsorpsi arang aktif dapat ditingkatkan dengan cara aktivasi yaitu suatu perlakuan
terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori. Ada dua cara proses aktivasi yaitu
aktivasi fisika dan aktivasi kimia, aktivasi secara fisika dilakukan dengan pemanasan pada suhu
tinggi (800-1000C), sedangkan aktivasi kimia dilakukan dengan menggunakan bahan pengaktif
seperti ZnCl2, CaCl2, NaCl, NaOH, dan lain-lain. (Meilita dan Tuti, 2003; Jasmal, dkk., 2015).

Arang aktif memiliki kapasitas adsorpsi lebih besar daripada zeolit. Arang aktif dapat dibuat
dari fosil, batubara, kayu, dan limbah organik. (Susanto, 2013; Febriyanti, dkk., 2013).

Penggunaan karbon aktif sebagai suatu adsorben sudah dikenal sejak lama, selain dapat
menghilangkan warna, rasa dan bau pada air yang ditimbulkan oleh mikroorganisme, karbon
aktif juga dapat menghilangkan kandungan phenol dalam air. Karakteristik karbon aktif pada
dasar meliputi sifat adsorbansinya dan sifat fisiknya yang meliputi total luas permukaan, massa
jenis partikel, ukuran efektif, dan koefisien keseragaman (coefisien uniformity) dll, sedangkan
sifat kimia dari permukaan (surface dan activated site) sangat menentukan terjadinya proses
adsorpsi, yaitu cenderung untuk lebih mudah mengikat partikel yang mempunyai sifat yang
sejenis, misalnya unsur yang kurang bersifat polar (non polar) akan lebih mudah terserap pada
karbon non polar bila dibandingkan dengan yang bersifat polar. Jadi kecepatan adsorpsi untuk
serbuk karbon aktif akan lebih cepat bila dibandingkan dengan karbon aktif tipe granular, total
kapasitas adsorpsi dari karbon aktif tergantung pada total luas permukaan, ukuran diameter
tidak begitu mempengaruhi terhadap total luas permukaan, karena sebagian besar luas
permukaan terletak pada pori-porinya. (Udyani, 2005)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Skema Kerja


Metode yang digunakan pada percobaan adsorpsi dengan medium karbon aktif dapat dilihat
pada skema kerja dibawah ini :

1. Pembuatan larutan wantex 30 %


Larutan wantex
Diambil larutan wantex sebanyak 30 ml
dengan menggunakan gelas ukur dan
dimasukkan kedalam labu pengemcer 1000 ml
Diencerkan dengan menggunakan aquades
hingga mencapai batas miniskus cekung pada
labu pengencer 1000 ml
Dikocok hingga larutan homogen

Hasil

2. Percobaan adsorpsi dengan karbon aktif


Karbon aktif
Karbon aktif ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik sebanyak 0,2
kg
Botol minuman
kemasan 600 ml
botol dipotong pada bagian bawahnya
dengan menggunakan cutter 1,5 cm.
tutup botol dilubangi dengan menggunakan
jarum.
botol yang telah dipotong, diposisikan
terbalik dengan tutup botol yang berada
dibagian bawah.
diletakkan kasa pada dasar botol.
dletakkan kapas diatas kasa.
dimasukkan karbon aktif sebanyak 0,2 kg
kedalam botol dibagian atas kapas.
Larutan wantex 30 %
dimasukkan larutan wantex 30 % kedalam
botol yang telah berisi karbon aktif
diletakkan beaker glass 100 ml dibagian
bawah botol
diambil air yang telah menetes dari tutup
botol setiap 2 menit

Spektrofotometer
dinyalakan spektrofotometer dan diatur pada
panjang gelombang 540 nm
diukur absorbansi pada larutan wantex 30 %,
dan setiap larutan yang telah menetes pada
botol dengan interval waktu 2 menit
Hasil

3.1 Tabel Pengamatan


Hasil pengamatan pada praktikum dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. pembuatan larutan wantex 30 %

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

1 Mengambil larutan wantex Larutan stok :


sebanyak 30 ml dengan - berwarna ungu
menggunakan gelas ukur - tidak berbau
dan dimasukkan kedalam - suhu normal
labu pengemcer 1000 ml

Gambar 1
Mengambil larutan
pewarna tekstil
2 Mengencerkan larutan Aquades :
wantex dengan aquades - tidak berwarna
hingga 1000 ml dengan - tidak berbau
labu pengencer dan - suhu normal
mengocok hingga - pelarut universal
homogen.
Karakteristik setelah
diencerkan: Gambar 2
- lebih encer Pengenceran dengan
-berwarna ungu tidak aquades
sepekat sebelumnya
- tidak berbau
- suhu normal

Tabel 2. penggunaan karbon aktif untuk adsorpsi larutan wantex

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

1 Menimbang karbon aktif Granula Activated Carbon


yang berbentuk granula - berupa padatan kecil
dengan menggunakan - berwarna hitam
neraca analitik sebanyak - tidak berbau
0,2 kg - suhu normal

Gambar 3
Menimbang Karbon Aktif
2 Memotong botol pada Urutan reaktor sesuai
bagian bawahnya prosedur adalah:
menggunakan cutter 1,5 - Kapas yang dimasukkan
cm dan melubangi tutup dari bawah botol
botol dengan jarum, botol - Kasa
yang telah dipotong, - Tutup botol yang telah
diposisikan terbalik dilubangi
dengan tutup botol yang - Memasukkan granula
berada dibagian bawah, activated carbon dari atas
serta memasang reaktor
Gambar 4
sesuai dengan urutan.
Membuat reaktor
3 Memasukkan larutan Larutan wantex 30 % :
wantex 30% kedalam - berwarna ungu
botol yang telah berisi - tidak berbau
karbon aktif, selanjutnya - suhu normal
meletakkan beaker glass
100 ml dibagian bawah
botol

Gambar 5
Larutan air tercemar zat
pewarna wantex 30%

4 Mengambil air yang telah Air yang keluar setelah 2


menetes dari tutup botol menit pertama:
setiap 2 menit - air jernih namun ada
sedikit warna ungu
- tak berbau
- suhu normal

Air yang keluar setelah 2


menit kedua Gambar 6
- air jernih Larutan air setelah
-tak berbau diadsorpsi oleh karbon
- suhu normal aktif lewat reaktor.

Air yang keluar setelah 2


menit ketiga
- air lebih jernih
- tak berbau
- suhu normal

Air yang keluar setelah 2


menit keempat
- air sangat jernih
- tak berbau
- suhu normal

Air yang keluar setelah 2


menit kelima
- air sangat jernih
- tak berbau
- suhu normal
Air yang keluar setelah 2
menit keenam
- air sangat jernih
- tak berbau
- suhu normal

5 Mengukur absorbansi Nilai absorbansi yang


dengan menggunakan didapat adalah
spektrofotometer pada - pada larutan wantex 30 %
panjang gelombang 540 : 0,572
nm - pada menit ke 2: 0,026
- pada menit ke 4: 0,014
- pada menit ke 6: 0,009
- pada menit ke 8: 0,005
- pada menit ke 10: 0,005
- pada menit ke 12: 0,002
Gambar 7
Uji adsorbansi larutan
menggunakan
spektrofotometer
BAB IV
PEMBAHASAN

Praktikum RBAP ini dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Maret 2016 di Laboratorium Sanitasi
Lingkungan dan Fitoteknologi Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Surabaya. Praktikum
dilaksanakan mulai pukul 09.00 10.30 WIB. Tujuan praktikum pada bab ini adalah untuk
mengetahui daya adsorpsi karbon aktif pada larutan dengan konsentrasi serta interval waktu
penjerapan yang telah ditentukan.
Langkah pendahuluan yang dilakukan adalah mempersiapkan bahan dan alat yang
dipergunakan dalam praktikum. Alat yang digunakan sebagai reaktor berupa botol plastik bekas
air mineral 600 ml, 6 gelas beaker volume 100 ml, 2 gelas beaker volume 500 ml, kasa, kapas
serta labu pengencer 1000 ml. Sementara untuk bahannya yakni karbon aktif, dan larutan
pewarna tekstil.
Setelah alat dan bahan sudah siap, selanjutnya mengambil larutan stok yakni larutan
pewarna tekstil sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan. Salah satu masalah yang paling
mengganggu dari limbah industri tekstil adalah kandungan zat warna. Dalam industri tekstil, zat
warna merupakan salah satu bahan baku utama, Sekitar 10-15% dari zat warna yang sudah
digunakan tidak dapat dipakai ulang dan harus dibuang. Zat warna yang dikandung limbah
industri tekstil dapat mengganggu kesehatan, misalnya iritasi kulit dan iritasi mata hingga
menyebabkan kanker. Selain itu, zat warna juga dapat menyebabkan terjadinya mutagen
(Mathur dalam Guswandi, 2007). Berbagai metode telah dilakukan untuk menjerap limbah zat
warna, yaitu koagulasi dan flokulasi, reverse osmosis dan adsorpsi (Hartono dkk, 2005). Saat
ini metode yang paling banyak digunakan adalah metode adsorpsi. Pada umumnya proses
adsorpsi menggunakan karbon aktif sebagai adsorbennya (Pamela, 2006). Untuk keperluan
praktikum ini, digunakan konsentrasi larutan sebesar 3% untuk pengenceran sampai 1000 ml.
Ciri fisik larutan pewarna tekstil adalah berwarna ungu, pekat, bersuhu normal, dan tidak
berbau. Untuk mengencerkan menjadi 3%, diambil 30 mL larutan pewarna tekstil kemudian
ditambahkan aquades hingga volumenya 1000 mL. Aquades digunakan karena sifatnya
sebagai pelarut universal. Ciri fisik aquades adalah bening, tidak berwarna, tidak berbau,
bersuhu normal. Proses pengenceran ini dilakukan menggunakan labu pengencer agar
hasilnya akurat. Ciri fisik larutan setelah pengenceran adalah berwarna ungu namun tidak
terlalu pekat, encer, suhu normal.
Langkah kedua adalah menimbang karbon aktif. Karbon aktif (AC) adalah salah satu
penyangga dengan daya adsorpsi cukup baik dan sering dipakai sebagai material pengolahan
limbah organik (Slamet dkk, 2006). Ciri fisik karbon aktif adalah berupa butiran-butiran,
berwarna hitam, tidak berbau. Karbon aktif ditimbang sebanyak 0,2 kg menggunakan neraca
analitik dengan gelas beaker 500 ml sebagai wadah untuk menimbang karbon aktif.
Langkah ketiga adalah membuat reaktor dari botol bekas air mineral. Reaktor ini sebagai
tempat terjadinya proses adsorpsi dalam percobaan ini. Botol bekas air mineral mula-mula
dipotong bagian bawahnya sekitar 2 cm, sementara itu tutup botol diberi lubang menggunakan
jarum jahit. Kemudian posisi botol dibalik, dengan posisi mulut botol berada di bawah, lalu botol
disusun dengan beberapa bahan (urutan dari bawah ke atas) yakni kain kasa, kapas, dan
karbon aktif. Bahan-bahan ini disusun dengan meletakkan bahan berdiameter paling kecil di
bagian dasar supaya mengoptimalkan proses adsorpsi dan penjerapan cairan.
Langkah selanjutnya adalah menuangkan larutan pewarna yang telah diencerkan ke dalam
reaktor. Larutan tersebut dituangkan sampai reaktor penuh. Setelah seluruh larutan dituang,
pada bagian bawah reaktor diletakkan beaker glass untuk menampung larutan yang mengalir
keluar setelah dilewatkan pada reaktor. Larutan yang keluar ini ditampung selama 2 menit.
Larutan-larutan tersebut ditampung di enam gelas beaker yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan
untuk menguji efektifitas adsorpsi. Karbon aktif berperan sebagai adsorben pada percobaan ini.
Langkah berikutnya yakni menguji nilai absorbansi setiap larutan pada panjang gelombang
540nm menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis adalah metode analisis
berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar
tampak (380-780nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer dengan suatu materi
(senyawa) (Mulja dan Suharman, 1995). Blanko yang digunakan dalam analisis absorbansi ini
adalah larutan pewarna tekstil yang telah diencerkan 3%. Pengukuran absorbansi ini dilakukan
menggunakan metode spektrofotometri. Pengujian nilai absorbansi ini dilakukan untuk
mengetahui banyaknya cahaya yang diserap oleh larutan. Semakin banyak cahaya yang
diserap, semakin tinggi konsentrasi larutan, sehingga dapat diplotkan grafik untuk menghitung
konsentrasi tiap-tiap larutan. Dengan mengetahui konsentrasi tiap-tiap larutan, baik konsentrasi
awal serta konsentrasi setelah melalui proses adsorpsi, dapat diketahui efektivitas adsorpsi
dalam menghilangkan zat-zat pencemar. Larutan-larutan yang diuji nilai absorbansinya adalah
larutan yang kontak dengan karbon aktif selama 2 menit dengan pengulangan sampai enam
kali. Dari hasil analisis spektrofotometri didapatkan hasil berturut-turut sebagai berikut; 0,026 A;
0,014 A; 0,009 A; 0,005 A; 0,005 A; 0,002 A, Sementara untuk nilai absorbansi dari larutan
pewarna sebelum difilter dengan karbon aktif bernilai 0.572 Armstrong. Dari laboran didapatkan
data kurva kalibrasi sebagai berikut.

Tabel 3. Hubungan konsentrasi larutan dengan absorbansinya


Konsentrasi larutan (mg/L) Absorbansi (A)
0 0
10 0.084
20 0.156
40 0.34
60 0.55
80 0.74
100 0.974

Kurva Kalibrasi Larutan Stok


1.2
1 y = 0.009x - 0.023
R = 0.996
Absorbansi (A)

0.8
0.6
Absorbansi
0.4
Linear (Absorbansi)
0.2
0
-0.2 0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (mg/L)
Sehingga berdasarkan rumus persamaan garis dari kurva kalibrasi, dapat dihitung
konsentrasi tiap-tiap larutan yang dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Hasil spektrofotometer untuk sampel konsentrasi larutan dengan absorbansinya


Urutan Pengulangan ke- Absorbansi (A) Konsentrasi (mg/L)
0
0.572 66.111
(larutan pewarna tidak difilter)
1 0.026 5.444
2 0.014 4.111
3 0.009 3.556
4 0.005 3.111
5 0.005 3.111
6 0.002 2.788

Kurva Absorbansi dan Pengulangan


0.7 0.572
0.6
Absorbansi (A)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1 0.026 0.014 0.009 0.005 0.005 0.002
0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (pengulangan ke-)

Dari data perhitungan di atas, terlihat bahwa terjadi penurunan konsentrasi larutan dengan
semakin banyak pengulangan yang dilakukan. Pada hasil spektrofotometri pada hasil filter ke-4
dan ke-5 didapatkan hasil absorbansi dan konsentrasi yang sama, hal dikarenakan zat karbon
aktif sudah mencapai titik jenuh penyerapan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hema dan Arivoli (2008), waktu optimum yang
didapatkan untuk mengadsorpsi rodhamin B dengan karbon aktif adalah pada menit ke-60, dan
mengalami sedikit peningkatan kapasitas adsorbsi pada menit berikutnya. Hal ini dikarenakan
adsorben sudah tidak mampu lagi mengikat pewarna rodhamin B secara maksimal dan
mengalami kejenuhan, sehingga apabila situs aktif pada permukaan adsorben telah jenuh oleh
sejumlah adsorbat maka penambahan waktu akan mengalami sedikit peningkatan bahkan tidak
dapat lagi meningkatkan kapasitas adsorpsi. Semakin lama waktu kontak biosorben dengan
absorbat, kapasitas adsorpsi akan semakin besar. Pada penelitian ini waktu maksimum
diperoleh pada pengulangan ke-6 dengan kapasitas adsorpsi 2.788 mg/l.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:

Nilai absorbansi pada saat konsentrasi larutan 66.111 mg/L adalah 0.572; pada
pengulangan ke-1 pada konsentrasi 5.444 mg/L nilai absorbansinya adalah 0.026; pada
pengulangan ke-2 pada konsentrasi 4.111 mg/L nilai absorbansinya adalah 0.014; pada
pengulangan ke-3 pada konsentrasi 3.556 mg/L nilai absorbansinya adalah 0.009; pada
pengulangan ke-4 pada konsentrasi 3.111 nilai absorbansinya adalah 0.005; pada pengulangan
ke-5 pada konsentrasi 3.111 nilai absorbansinya adalah 0.005; pada pengulangan ke-6 pada
konsentrasi 2.788 mg/L nilai absorbansinya adalah 0.002.
Pada hasil spektrofotometri pada hasil filter ke-4 dan ke-5 didapatkan hasil absorbansi dan
konsentrasi yang sama, hal dikarenakan zat karbon aktif sudah mencapai titik jenuh
penyerapan.
DAFTAR PUSTAKA

Cooney, D.O. 1998. Adsorption Design For Wastewater Treatment. Lewis Publishers, USA
Droste, R.L.(1997), Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. John Wiley
and sons Inc. USA
Hartono, S.B., Ismadji, S., Sudaryanto, Y., Irawaty, W., 2005. Utilization of Teak Sawdust From
Timber Industry as Precursor of Activated Carbon Preparation For Removal Of Dyes From
Synthetic Effluent. J. Ind. England Chemistry. 11 (6), 864-869.
Jannatin, R., Razif, M., Mursid, M., 2010. Uji Efisiensi Removal Adsorpsi Arang Batok Kelapa
Untuk Mereduksi Warna Dan Permanganat Value Dari
Limbah Cair Industri Batik. Surabaya
Jasmal., Sulfika., Ramlawati., 2015. Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren
(Arengapinnata) terhadap Pb2+. Jurnal Sainsmat, Maret 2015, Halaman 57-66 Vol. IV, No.
1. ISSN 2086-6755
M Hema dan S Arivoli. 2008. Rhodamine B Adsorption by Activated Carbon: Kinetic And
Equilibrium Studies. Department Of Chemistry, H H The Rajahs Goverment College,
Pudukkottai 622 001. India
Mathur, N., P. Bhatnagar, P. Bakre. 2005. Assessing Mutagenicity of Textile Dyes From Pali
(Rajasthan) Using Ames Bioassay. Applied ecology and environmental research 4(1): 111-
118.
Meilita T dan Tuti S. 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses
Pembuatannya). Medan: Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatra Utara.
Mizwar, Andy dan Diena, N. 2012. Penyisihan Warna Pada Limbah Cair Industri Sasirangan
Dengan Adsorpsi Karbon Aktif. INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
Mulja, H. dan Suharman, S., 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya,
hal 26-48.
Pamela Iryanti Widjanarko dkk. 2006. Kinetika Adsorben Zat Warna Congo Red dan Rhodamin
B dengan Menggunakan Serabut Kelapa dan Tebu. Jurnal. Teknik Kimia, Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya
Reynolds, T.D., dan Paul A.R. 1995. Unit Operations And Processes In Environmental
Engineering. PWS Publishing Company:Boston
Slamet; Bismo,S ; Arbianti,S ; dan Sari, Z. 2006 .Penyisihan Fenol Dengan Kombinasi Proses
Adsorpsi Dan Fotokatalisis Menggunakan Karbon Aktif Dan TiO2 . Jurnal Teknologi Edisi
No.4 Tahun XX : 303-311
Syafalni, S., Abustan, I., Dahlan, I., Wah, C.K., and Umar, G. 2012. Treatment of Dye
Wastewater Using Granular Activated Carbon and Zeolite Filter.
Modern Applied Science. Vol 6. No 2. 37-51.
Udyani, Kartika. 2005. Adsorpsi Deterjen Dalam Air Menggunakan Adsorben Karbon Aktif Pada
Kolom Fluidisasi. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri ITATS Surabaya
Yuniarto, A. (1999), Studi Kemampuan Batu Bara Untuk Menurunkan Konsentrasi Surfaktan
Dalam Larutan Deterjen Dengan Proses Adsorpsi. Tugas Akhir Teknik
Lingkungan:Surabaya

Anda mungkin juga menyukai