Anda di halaman 1dari 24

OPTICS LABORATORY MODULE

INTERFEROMETER MICHELSON
CITRA SPEKEL
POLA RADIASI ANTENA
FIBER OPTIK
SPIN COATING

LABORATORIUM OPTIK DAN ELEKTROMAGNETIK TERAPAN


JURUSAN FISIKA FMIPA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
TABLE OF CONTENTS

Contents
Kata Pengantar 1

POLA RADIASI ANTENA 2

Spin Coating 5
Fiber Optik 11

Citra Spekel 13

Pengukuran Ketebalan Lapisan Tipis (Film) Menggunakan Interferometer michelson 16

LAMPIRAN 19
OPTOELECTRONICS LABORATORY

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat
Nya, Modul Fisika Laboratorium ini dapat diselesaikan. Tidak lupa terima kasih kami ucapkan
untuk rekan asisten Fisika Laboratorium Optik serta dosen, staff Laboratorium, Bapak Ghofar,
dam semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan modul praktikum ini.

Modul FIsika Laboratorium ini dibuat dengan tujuan untuk membantu praktikan Fisika
Laboratorium Optik dalam melakukan pembelajaran dan melakukan praktikum sehingga ilmu
yang diberikan bisa tertanam dengan baik. Di dalam modul ini terdapat empat buah praktikum
yaiu, Pola Radiasi Antena, Spin Coating, Citra Spekel, dan Fiber Optik. Keempat praktikum
telah dirancang tim asisten sedemikian rupa sehingga bisa menjadi gambaran dan pembelajaran
mengenai Fisika bidang minat optic.

Harapan dengan adanya modul praktikum ini, praktikan juga bisa belajar bertanggungjawab
dalam memelihara alat alat yang ada di dalam laboratorium serta mampu menarik minat
mahasiswa Fisika untuk belajar dan bergabung dalam bidang minat optik.

Mohon maaf bila ada kesalahan yang terjadi baik di dalam modul ini maupun saat
berlangsungnya praktikum. Kami selaku tim asisten membutuhkan kritik dan saran yang
membangun untuk menjadikan Fisika Laboratorium Optik lebih baik di masa mendatang. Akhir
kata, kami ucapkan SELAMAT BELAJAR untuk praktikan.

Surabaya, 15 September 2015

Tim Asisten Fisika Laboratorium Optik

Page 1
OPTOELECTRONICS LABORATORY

POLA RADIASI ANTENA


Tujuan:

1. Menentukan pola radiasi antena patch dalam skala logaritmit dan linier.
2. Memahami Sifat sifat dan prinsip dari Antena
3. Memahami jenis jenis pola radiasi antena

Teori :

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak


ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada
Gambar berikut.

Gambar 1.1. Perambatan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari medan listrik E dan medan magnetik
B. (Fahrazal, Muhammad. 2008)

Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa parameter yang bisa
diukur, yaitu panjang gelombang, frekuensi, amplitudo, dan kecepatan. Amplitudo adalah
tinggi gelombangnya, sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak. Frekuensi
adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi
tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik
adalah konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik.
Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek suatu
gelombang semakin tinggi frekuensinya.(Fahrazal, Muhammad. 2008)
Antena didefinisikan sebagai suatu struktur yang berfungsi sebagai pelepas energi
gelombang elektromagnetik ke udara dan sebagai penerima atau penangkap energi
elektromagnetik di udara. Antena berfungsi untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
elektromagnetik, yang kemudian meradiasikannya. Selain itu antenna juga dapat berfungsi
untuk menerima sinyal elektromagnetik dan mengubanya menjadi sinyal listrik. (Julysar, Rizal
P.D, 2005).

Page 2
OPTOELECTRONICS LABORATORY

Gambar 1.2 Konsep dasar antenna (Wisnu, 2009)

Metode Percobaan :

1. Alat dan Bahan Sebuah


antena Patch Sebuah
Network analyzer
Beberapa Kabel port penghubung
Sebuah Papan lingkaran penunjuk sudut
2. Langkah Kerja
Antena PATCH ditentukan dan dipasang pada papan sudut
Antena PATCH tersebut dihubungkan dengan Network Analyzer menggunakan
kabel prot penghubung
Network Analyzer dihubungkan dengan sumber tegangan listrik lalu dinyalakan
Sudut antena diatur sesuai panduan asisten
Pada tombol Network Analyzer, tekan tombol frekuensi kemudian tombol strart
ditekan
Nilai rentang frekensi yang dipakai ditentukan.
Puncak sinyal tertinggi dipilih pada tampilan layar Network Analyzer dan
selanjutnya option multi marker ditekan
Nilai sudut dan besar intensitas dicatat
Langkah langkah ini juga dilakukan untuk setiap variasi sudut yang telah
ditentukan oleh asisten.

Page 3
OPTOELECTRONICS LABORATORY

Gambar 1.3 Network Analyzer

3. Pembahasan
Untuk pembahasan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Bagaimana cara kerja antenna?
2. Mengapa nilai intensitas nilainya negatif?
3. Mengapa menggunakan antenna patch?
4. Mengapa tidak boleh ada bahan logam di sekitar antena?
5. Bagaimana pengaruh variasi sudut putar terhadap intensitas?
6. Apa saja faktor-faktor lain yang mempengaruhi pola radiasi antena?
POKOK BAHASAN DALAM DASAR TEORI MINIMAL MENULISKAN:
a. Gelombang elektromagnetik
b. Antena, jenis antenna, dan cara kerja antena
c. Jenis pola radiasi antena
d. Hal hal yang berpengaruh dalam antena
TUGAS PENDAHULUAN
1. Bagaimana cara antenna bekerja?
2. Apa saja jenis pola radiasi antena?
3. Bagaimana cara kerja network analyzer?
4. Carilah jenis antenna yang ada dalam hidup sehari hari.

Page 4
OPTOELECTRONICS LABORATORY

Spin Coating
TUJUAN
Membuat dan memahami lapisan tipis pada material Polymethyl Methacrylate
(PMMA)

DASAR TEORI

Spin coating dapat diartikan sebagai pembentukan lapisan melalui proses


pemutaran (spin). Bahan yang akan dibentuk lapisan dibuat dalam bentuk larutan (gel)
kemudian diteteskan di atas suatu substrat yang disimpan di atas piringan yang dapat
berputar, karena adanya gaya sentripetal ketika piringan berputar, maka bahan tersebut
dapat tertarik ke pinggir substrat dan tersebar merata. Selain untuk penumbuhan bahan
semikonduktor, teknik spin coating ini juga dapat digunakan untuk mendeposisi lapisan
tipis bahan lainnya seperti bahan polimer maupun bahan keramik oksida. Pembuatan
lapisan tipis dengan metode spin coating adalah larutan dituangkan di atas gelas
substrat yang diletakkan di atas alat spin coater. Proses spin coating dilakukan dengan
memutar alat coater dengan kecepatan tinggi (rpm) dalam waktu tertentu. Semakin
cepat putaran, akan diperoleh lapisan tipis yang semakin homogen dan tipis. Dengan
spin coating dimungkinkan dapat diperoleh kualitas lapisan tipis yang semakin
sempurna. Kemudian digunakan mikroskop untuk mengetahui ketebalan dari lapisan
tipis yang telah difabrikasi. Dan biasanya digunakan software super eyes untuk
mengamati hasil dari ketebalan yang dihasilkan.

Tahap penetesan cairan (dispense)

Pada bagian ini cairan dideposisikan di atas permukaan substrat, kemudian diputar
dengan kecepatan tinggi. Kemudian lapisan yang telah dibuat akan dikeringkan sampai
pelarut pada lapisan tersebut benar-benar sudah menguap. Proses ini dibagi menjadi
dua macam, yaitu: Static dispense: proses disposisi sederhana yang dilakukan pada
larutan di atas pusat substrat dan Dynamic dispense: proses deposisi dengan kecepatan
putar yang kecil kira-kira 500 rpm.
a. Tahap percepatan spin coating
Setelah tahap penetesan cairan, larutan dipercepat dengan kecepatan yang relatif
tinggi. Kecepatan yang digunakan pada substrat ini akan mengakibatkan adanya gaya

Page 5
OPTOELECTRONICS LABORATORY

sentrifugal dan turbulensi cairan. Kecepatan yang digunakan antara 1500-6000 rpm
dan tergantung pada sifat cairan terhadap substrat yang digunakan. Waktu yang
digunakan kira-kira 10 menit.
b. Tahap pengeringan
Pada tahap ini terbentuk lapisan tipis murni dengan suatu ketebalan tetentu. Tingkat
ketebalan lapisan yang terbentuk bergantung pada tingkat kelembaban dasar substrat.
Adanya kelembaban yang kecil menyebabkan ketebalan lapisan murni yang terbentuk
akan menjadi semakin besar
METODOLOGI PERCOBAAN
a. Alat dan Bahan
1. kaca preparat
2. kertas amplas
3. Mikroskop berfungsi
4. Alkohol
5. Spin coater
6. pipet tetes
7. hairdryer
8. software logitec untuk
9. larutan Polymethyl Methacrylate (PMMA)
b. Skema Alat
1. Fabrikasi Lapisan Tipis

Gambar 2.1 Skema Alat Fabrikasi Lapisan Tipis

Page 6
OPTOELECTRONICS LABORATORY

c. Cara Kerja
1. TAHAP PERSIAPAN
1. DIsiapkan Peralatan dan bahan
2. DIhaluskan dua sisi samping kaca preparat dengan ampelas
3. DIbersihkan kaca preparat menggunakan alcohol 70% agar steril.
2. Tahap Fabrikasi Lapisan Tipis Polymethyl Methacrylate (PMMA)
1. TETESKAN LARUTAN PMMA DENGAN MENGGUNAKAN PIPET
PADA SUBSTRAT YANG BERUPA KACA PREPARAT YANG TELAH
HALUS DAN STERIL.
2. MASUKKAN SUBSTRAT BESERTA LARUTANNYA KE
DALAM SPIN COATER.
3. tekan gas penghisap agar kaca dapat bertahan pada tempatnya
4. nyalakan spin coater untuk memutar substrat beserta larutannya dengan
kecepatan yang telah ditentukan asisten dalam waktu 2 menit
5. Biarkan Satu substrat kaca tanpa perlakuan.

3. ANALISA KARAKTERISTIK LAPISAN POLYMETHYL


METHACRYLATE (PMMA)
1. amati hasilnya menggunakan mikroskop optik kemudian shoot
hasilnya menggunakan software web cam
2. pastikan gambar yang tertangkap terlihat jelas lapisan dan substratnya
3. Ambil gambar lapisan pada posisi awal, kemudian geser skala micrometer sebesar 0.05 mm
dan ambil gambar lapisan setelah digeser. Kemudian hitung konversi jarak 1 pixel dalam
satuan micrometer dengan persamaan (pengamatan pixel dilakukan dengan menggunakan
software photoeditor).
pergeseran (0.05mm)
1 pixel
pixel1 pixel 2
pergeseran : besarnya pergeseran pada mikrometer
pixel 1 : posisi gambar sebelum digeser
pixel 2 : posisi gambar setelah digeser
4. Hitung ketebalan lapisan dalam pixel ( pixel )dengan mengetahui posisi pixel pada batas
lapisan dengan software photoeditor.
5. Hitung ketebalan lapisan dalam micrometer dengan mengalikan ketebalan dalam pixel
dengan 1 pixel ( m) dengan persamaan
tebal pixel 1 pixel ( m)

Page 7
OPTOELECTRONICS LABORATORY
HASIL

a. Hasil Percobaan
Data hasil pengukuran dicatat dalam table dengan format sebagai berikut
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran

Kecepatan Tebal Lapisan (mm) Tebal rata-


Putar (rpm) rata (mm)
Ujung kiri Tengah Ujung
kanan

b. Pembahasan

Untuk pembahasan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :


1. Bagaimana pengaruh lebar film pada lapisan tipis?
2. Mengapa substratnya menggunakan kaca?
3. Mengapa menggunakan larutan PMMA?
4. Mengapa kaca harus diamplas sebelum digunakan?
5. Bagaimana pengaruh variasi kecepatan putar pada film?
6. Apa saja faktor-faktor lain yang mempengaruhi lapisan tipis?

POKOK BAHASAN DALAM DASAR TEORI MINIMAL MENULISKAN:


e. Spin Coating
f. Tahap-tahapan Spin coating
g. Larutan PMMA
h. Hubungan kecepatan putar terhadap tebal lapisan
TUGAS PENDAHULUAN
1.Carilah Jurnal / referensi yang berisi tentang pemanfaatan lapisan tipis untuk pandu
gelombang!
2. Apa saja syarat larutan yang bisa dimanfaatkan untuk pembuatan lapisan tipis?
3. Bagaimana cara kerja pandu gelombang?
4. Carilah aplikasi penggunaan pandu gelombang dalam alat/sistem tertentu!
Page 8
OPTOELECTRONICS LABORATORY

contoh perhitungan ketebalan dan jarak antar pixel sebagai berikut :

pixel

pixel awal pixel akhir

(a) (b)

Gambar 3.7 sampel (a) sebelum digeser, (b) setelah digeser

Tabel 3.2 Hasil perhitungan jarak 1 pixel

No Pegeseran Pixel awal Pixel akhir Jarak 1 pixel (mm)

1 0.1 mm 496 657 0.000621

2 0.2 mm 608 946 0.000591

3 0.3 mm 56 548 0.000609

4 0.4 mm 202 944 0.000539

5 0.5 mm 32 800 0.000651

Dari data di atas dapat maka rata-rata untuk jarak 1 pixel adalah

0.000621 0.000591 0.000609 0.000539 0.000651


1 pixel 0.000602 mm
5
0.602 m

setelah diketahui 1 pixel 0.602 m, maka digunakan untuk mengukur ketebalan lapisan film
dengan persamaan :

tebal pixel 0.602 m


804 786 0.602 m
10.836 m

Page 9
OPTOELECTRONICS LABORATORY

Untuk perhitungan ketebalan hasil fabrikasi pada penelitian untuk masing-masing sampel
ditunjukkan pada tabel 3.3 dan 3.4

Tabel 3.3 Data pixel ketebalan Methyl Methacrylate

Kecepatan Pixel Pixel Delta pixel 1pixel Ketebalan Ketebalan


awal akhir lapisan (pixel) lapisan (m)
(m)

1000 rpm 708 440 268 0.227 40 9.091

1500 rpm 248 226 22 0.442 17 7.522

2000 rpm 240 229 11 0.436 16 6.987

2500 rpm 888 624 264 0.160 40 6.410

3000 rpm 892 588 304 0.171 35 5.952

Page 10
OPTOELECTRONICS LABORATORY

FIBER OPTIK
1.1 TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan antara rugi daya yang diterima terhadap perbedaan
konsentrasi.
1.2 DASAR TEORI
Serat optik adalah pemandu gelombang optikal dalam tabung pejal yang sangat
kecil yang dibuat menyerupai kabel, yang terdapat satu atau lebih tabung serat kaca
yang digunakan untuk menghantarkan cahaya. Struktur serat optik mempunyai tiga
bagian yaitu inti serat (core), kulit (cladding), dan mantel (coating). Inti serat optik
adalah sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik. Pada serat optik indeks
bias inti lebih besar (sekitar 1.523) dari pada indeks bias cladding. Cladding
merupakan bahan yang menyelimuti inti serat dan mempunyai indeks bias yang lebih
kecil. Cladding terbuat dari polimer atau bahan plastik. Coating pada serta optik
digunakan untuk melindungi inti dan cladding serat optik dari lingkungan yang dapat
merusak bagian utama serat optik tersebut. Jaket ini terbuat dari bahan yang tahan
terhadap factor factor lingkungan yang dapat merusak serat optik seperti asam, basa,
dll. Inti serat optik berfungsi sebagai media penjalaran gelombang optik (cahaya)
melalui fenomena pemantulan internal total didalam inti. Oleh karena itu, inti harus
memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada cladding, sehingga ketika gelombang
optik memasuki inti pada sudut yang lebih besar dari sudut kritis, gelombang optik
akan mengalami pemantulan dalam total secara berulang-ulang di dalam inti serat.
Hukum Snellius:

(1.1)

Atau

(1.2)

Gambar 1. Bagian Penyusun Serat Optik

Page 11
OPTOELECTRONICS LABORATORY

Terdapat 3 jenis fiber optik yaitu step index single mode, step index multimode, dan
graded index multimode. Masing-masing jenis memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Step index single mode merupakan jenis fiber optik yang memiliki diameter core
yang sangat kecil dan digunakan untuk transmisi jarak jauh (>120km), bandwith yang
besar, kecepatan tinggi, dan penyusutan transmisi kecil. Karena diameter core nya
yang sangat kecil, fiber optik jenis ini hanya mampu melewatkan 1 berkas cahaya saja.
Step index multimode merupakan fiber optik dengan diameter core antara 50mm-
125mm dan diameter cladding antara 125mm-500mm. Fiber optik jenis ini memiliki
kecepatan transmisi yang rendah sehingga cocok digunakan pada transmisi jarak
pendek.
Kosentrasi larutan merupakan perbandingan antara zat terlarut terhadap
pelarutnya.Walaupun terjadi pemantulan pada dinding batas antara core dan cladidng
masih tetap terdapat kehilangan daya atau redaman yang disebabkan oleh
microbending, macrobending, scattering dan efek Goos Hancent. Redaman yang
rendah digunakan sebagai media transmisi data tetapi untuk SSO redaman ini
merupakan parameter utama dalam menentukan besaran fisis.
1.3 ALAT DAN BAHAN
1. Power Supply
2. LED
3. Photodioda
4. Statip
5. Larutan NaCl
6. SSO U
7. Displacement
8. Multimeter
9. Aquades

1.4 LANGKAH KERJA

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Buat rangkaian alat seperti pada gambar berikut :

Page 11
OPTOELECTRONICS LABORATORY

Gambar 2. Skema rangkaian percobaan


3. Menentukan massa KIO3 dengan variasi konsentrasi yang diinginkan dengan persamaan :

Dengan pengenceran :

M1.V1 = M2.V2
4. Masukkan fiber optik ke dalam aquades dan nyalakan LED. Amati tegangan yang
diterima photodioda dengan menggunakan multimeter, kemudian dicatat hasilnya.

5. Masukkan fiber optik ke larutan garam dapur yang telah dicampur aquades dengan
menggunakan variasi konsentrasi (tanya asisten).
6. Amati besar tegangan menggunakan multimeter pada photodioda terhadap
perubahan konsentrasi garam dapur yang digunakan, kemudian catat hasilnya
dengan melakukan pengulangan sebanyak 5 kali untuk setiap variasi konsentrasi.

Page 12
OPTOELECTRONICS LABORATORY

CITRA SPEKEL

TUJUAN :

Membandingkan kekasaran beberapa amplas mesh dan kertas HVS dengan tisu
melalui metode pencitraan spekel.

TEORI :

Ketika cahaya mengenai suatu permukaan yang kasar, bahkan kasar secara
mikroskopis sekalipun, pantulan akan memiliki banyak arah. Hal ini disebut dengan
pemantulan tersebar (difus). Bagaimanapun, hokum pantulan tetap berlaku pada setiap
bagian kecil permukaan. Karena pantulan tersebar terjadi ke semua arah, benda dapat
dilihat dari berbagai sudut.
Spekel merupakan pola intensitas yang acak yang dihasilkan oleh interferensi
cahaya terhambur dari permukaan yang disinari berkas cahaya koheren. Tingkat
koherensi yang tinggi, menyebabkan berkas laser yang telah mengenai titik pada sebuah
objek akan terinterferensi dengan cahaya yang terhambur pada bagian titik-titik yang lain
dari permukaan objek tersebut. Ketika sebuah permukaan optik yang kasar diterangi oleh
cahaya yang memiliki tingkat koheren yang tinggi contohnya cahaya dari laser. Hamburan
cahaya yang dihasilkan berupa distribusi intensitas tertentu, sehingga tampak
permukaannya seperti tertutupi struktur butiran halus. Struktur ini terdiri dari bentuk
pola gelap terang yang variabel dan didistribusikan secara acak.

METODOLOGI
a. Alat dan Bahan
1. Amplas 3 buah (120 mesh, 500 mesh dan 2000 mesh)
2. Kertas HVS 1 lembar ukuran A4
3. Tisu kering
4. Laser He-Ne
5. Web Camera
6. Polarisator
7. Laptop dengan software ImageJ

Page 13
OPTOELECTRONICS LABORATORY

b. Skema Alat

Gambar 1.1 Skema Percobaan

c. Langkah Kerja
1. Pengambilan data
Peralatan yang telah disediakan disusun seperti Gambar 1.1
Posisi dari laser, polarisator diusahakan lurus agar cahaya terfokuskan
Sinar dari laser diatur agar tepat mengenai mesh atau kertas
Web camera dipasang dengan posisi yang berdekatan dengan bahan agar
mudah merekam hasil spekel dalam hal ini menggunakan web camera pada
usb laptop
Pengambilan data dengan menggunakan variasi sudut yakni 00, 300, 600 an 900
Percobaan diulangi dengan sampel yang berbeda dari amplas 120 mesh, 500
mesh, 2000 mesh, kertas HVS dan tisu
Analisa dilakukan dengan menggunakan software imageJ pada laptop untuk
mendapatkan sudut deviasi

2. Pengolahan data

Gambar foto hasil percobaan dengan web camera, dibuka menggunakan software
imageJ
Gambar dipotong (crop) dan dicari nilai histogramnya
Dari histogram didapatkan data berupa mean dan standar deviasi
Kemudian dihitung nilai dari contrast dengan membagi antara sudut deviasi dengan
mean.

Page 14
OPTOELECTRONICS LABORATORY

Selanjutnya dibuat dua grafik antara kekasaran dan contrastdimana


untuk grafik pertama yakni kekasaran antara mesh satu dengan yang lain
dan untuk grafik kedua antara kekasaran tisu dan kertas HVS

TUGAS PENDAHULUAN
1. Cari jurnal berbahasa inggris yang berkaitan dengan aplikasi
citra spekel!
2. Apa itu itra spekel?
3. Bagaimana proses pengolahan citra spekel hingga menentukan
tingkat kekasaran obyek?
4. Apa itu interferensi gelombang? Apa perbedaan interferensi
konstruktif dan destruktif ?

Page 15
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Pengukuran Ketebalan Lapisan Tipis (Film) Menggunakan Interferometer michelson

Garis-garis ketebalan sama (Fringes of equal thickness) dapat dijadikan


suatu analisis optik untuk mengukur ketebalan lapisan tipis (Pedrotti, 1987).

Gambar.1 Pengukuran lapisan tipis. garis-garis interferensi dihasilkan oleh refleksi sinar dari
permukaan film dan permukaan substrat (Pedrotti, 1987).

Gambar 1 menunjukkan secara skematis prinsip kerja dari proses ini. Misalkan lapisan (film)
F untuk diukur mempunyai ketebalan d. Film diletakkan di atas sebagian dari substrat. Cahaya
monokhromatik dari suatu sumber LS disalurkan ke sebuah prisma pemecah berkas cahaya (beam-
splitting) BS, yang selanjutnya mentransmisikan satu berkas ke sebuah cermin datar M dan satu
berkas lain ke permukaan film F. Setelah direfleksikan, masing-masing ditransmisikan oleh beam-
splitting ke dalam suatu mikroskop MS (Layar), dimana pada kondisi ini kedua berkas cahaya
dimungkinkan untuk berinterferensi. Jika substrat S dan cermin datar M saling tegak lurus, dan
berjarak sama dari beam splitter, efeknya akan sama dengan cahaya dari sumber LS yang jatuh
pada tebal-lapisan udara d. Garis-garis interferensi (fingers of interference) akan tampak, sebagai
akibat perubahan sudut datang yang sangat kecil dari cahaya yang berasal dari titik lain pada
sumber LS dan jatuh pada lapisan udara yang sama. Untuk lapisan tebal, selisih lintasan sebesar
satu panjang gelombang dapat ditimbulkan oleh perubahan sudut datang yang sangat kecil Pola
garis-garis interferensi yang terbentuk secara skematis ditunjukkan pada Gambar berikut:

Page 16
OPTOELECTRONICS LABORATORY

Gambar 2.9. Skema pola pergeseran garis interferensi pada garis batas
lapisan (film) ((Pedrotti, 1987).

Untuk sinar datang sejajar garis normal, pola-pola garis terang adalah sesuai dengan
persamaan
p + r = 2nt + r = m .................................................................................1
dimana t menunjukkan ketebalan lapisan-udara pada beberapa titik. Jika tebal lapisan-udara sekarang
diganti dengan t = d, maka orde interferensi m berubah, dan diperoleh hubungan:
2n t = (m) .................................................................................................2
2n d = (m) ...................................................................................................3
Dengan n =1 untuk medium udara, untuk satu pergeseran garis inteferensi sebesar x perubahan
dalam orde interferensi (m) diberikan oleh m = x /x, sehingga menghasilkan (Pedrotti, 1987) :
d = (x /x) (/2) .............................................................................................4
Dengan: d = ketebalan film
x = besarnya pergeseran pola interferensi.
x = jarak antar pola (orde) interferensi.
Tabel Data Percobaan Interferensi michelson
No x(mm) x (mm) (m) d(m)
1
2
3
4
5

Page 17
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan panjang lintasan optik
2. Gambarkan set up percobaan interferensi michelson
3. Terangkap prinsip kerja dari Interferensi michelson
4. Sebutkan 2 aplikasi dari interfernsi michelson

Tugas Laporan Resmi


1. Hitung ketebalan lapisan film dengan persamaan 4
2. Terangkan pengaruh ketebalan terhadap pola frinji
3. Buat kesimpulan dari hasil percobaan

Page 18
OPTOELECTRONICS LABORATORY
LAMPIRAN
PETUNJUK PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. Bagian awal

Penulis
Nama asisten
Judul praktikum

Judul praktikum ditulis dengan huruf Times New Roman ukuran 24

Nama, jurusan, jalan dan email ditulis dengan huruf times new roman dengan ukuran 11 tanpa spasi. Setelah nama
praktikan, nama asisten, dan nama dosen kelas. Email menggunakan email dosen kelas

2. Contoh pembuatan abstrak


Ukuran huruf 9,
times new roman,
spasi 1 , bold.
Jangan lupa kata
kunci

Page 19
OPTOELECTRONICS LABORATORY

3. Pendahuluan

Ukuran huruf 10,


times new roman,
spasi 1

Content:

1. Latar belakang
praktikum
2. Dasar teori

Jangan lupa pake


indeks

4. Pembuatan metode Ukuran huruf 10, times new roman,


spasi 1
Content:
Uraikan percobaan yang
telah kalian lakukan
Gambar ditaruh paling
atas sebelum uraian
Gak boleh ada rumus di
metode

PADA METODE JANGAN LUPA..BUAT FLOW CHART

Page
110
OPTOELECTRONICS LABORATORY

5. Analisa data dan pembahasan

Sajikan dulu
datanya baru
dibahas

6. Kesimpulan
Kesimpulan berisikan jawaban utama dari tujuan (ringkas, jelas dan padat)
7. Ucapan terima kasih dan daftar pustaka . Daftar Pustaka menggunakan format jurnal IEEE

Page 21

Anda mungkin juga menyukai