Modul Fislab Optik
Modul Fislab Optik
INTERFEROMETER MICHELSON
CITRA SPEKEL
POLA RADIASI ANTENA
FIBER OPTIK
SPIN COATING
Contents
Kata Pengantar 1
Spin Coating 5
Fiber Optik 11
Citra Spekel 13
LAMPIRAN 19
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat
Nya, Modul Fisika Laboratorium ini dapat diselesaikan. Tidak lupa terima kasih kami ucapkan
untuk rekan asisten Fisika Laboratorium Optik serta dosen, staff Laboratorium, Bapak Ghofar,
dam semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan modul praktikum ini.
Modul FIsika Laboratorium ini dibuat dengan tujuan untuk membantu praktikan Fisika
Laboratorium Optik dalam melakukan pembelajaran dan melakukan praktikum sehingga ilmu
yang diberikan bisa tertanam dengan baik. Di dalam modul ini terdapat empat buah praktikum
yaiu, Pola Radiasi Antena, Spin Coating, Citra Spekel, dan Fiber Optik. Keempat praktikum
telah dirancang tim asisten sedemikian rupa sehingga bisa menjadi gambaran dan pembelajaran
mengenai Fisika bidang minat optic.
Harapan dengan adanya modul praktikum ini, praktikan juga bisa belajar bertanggungjawab
dalam memelihara alat alat yang ada di dalam laboratorium serta mampu menarik minat
mahasiswa Fisika untuk belajar dan bergabung dalam bidang minat optik.
Mohon maaf bila ada kesalahan yang terjadi baik di dalam modul ini maupun saat
berlangsungnya praktikum. Kami selaku tim asisten membutuhkan kritik dan saran yang
membangun untuk menjadikan Fisika Laboratorium Optik lebih baik di masa mendatang. Akhir
kata, kami ucapkan SELAMAT BELAJAR untuk praktikan.
Page 1
OPTOELECTRONICS LABORATORY
1. Menentukan pola radiasi antena patch dalam skala logaritmit dan linier.
2. Memahami Sifat sifat dan prinsip dari Antena
3. Memahami jenis jenis pola radiasi antena
Teori :
Gambar 1.1. Perambatan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari medan listrik E dan medan magnetik
B. (Fahrazal, Muhammad. 2008)
Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa parameter yang bisa
diukur, yaitu panjang gelombang, frekuensi, amplitudo, dan kecepatan. Amplitudo adalah
tinggi gelombangnya, sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak. Frekuensi
adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi
tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik
adalah konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik.
Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek suatu
gelombang semakin tinggi frekuensinya.(Fahrazal, Muhammad. 2008)
Antena didefinisikan sebagai suatu struktur yang berfungsi sebagai pelepas energi
gelombang elektromagnetik ke udara dan sebagai penerima atau penangkap energi
elektromagnetik di udara. Antena berfungsi untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
elektromagnetik, yang kemudian meradiasikannya. Selain itu antenna juga dapat berfungsi
untuk menerima sinyal elektromagnetik dan mengubanya menjadi sinyal listrik. (Julysar, Rizal
P.D, 2005).
Page 2
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Metode Percobaan :
Page 3
OPTOELECTRONICS LABORATORY
3. Pembahasan
Untuk pembahasan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Bagaimana cara kerja antenna?
2. Mengapa nilai intensitas nilainya negatif?
3. Mengapa menggunakan antenna patch?
4. Mengapa tidak boleh ada bahan logam di sekitar antena?
5. Bagaimana pengaruh variasi sudut putar terhadap intensitas?
6. Apa saja faktor-faktor lain yang mempengaruhi pola radiasi antena?
POKOK BAHASAN DALAM DASAR TEORI MINIMAL MENULISKAN:
a. Gelombang elektromagnetik
b. Antena, jenis antenna, dan cara kerja antena
c. Jenis pola radiasi antena
d. Hal hal yang berpengaruh dalam antena
TUGAS PENDAHULUAN
1. Bagaimana cara antenna bekerja?
2. Apa saja jenis pola radiasi antena?
3. Bagaimana cara kerja network analyzer?
4. Carilah jenis antenna yang ada dalam hidup sehari hari.
Page 4
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Spin Coating
TUJUAN
Membuat dan memahami lapisan tipis pada material Polymethyl Methacrylate
(PMMA)
DASAR TEORI
Pada bagian ini cairan dideposisikan di atas permukaan substrat, kemudian diputar
dengan kecepatan tinggi. Kemudian lapisan yang telah dibuat akan dikeringkan sampai
pelarut pada lapisan tersebut benar-benar sudah menguap. Proses ini dibagi menjadi
dua macam, yaitu: Static dispense: proses disposisi sederhana yang dilakukan pada
larutan di atas pusat substrat dan Dynamic dispense: proses deposisi dengan kecepatan
putar yang kecil kira-kira 500 rpm.
a. Tahap percepatan spin coating
Setelah tahap penetesan cairan, larutan dipercepat dengan kecepatan yang relatif
tinggi. Kecepatan yang digunakan pada substrat ini akan mengakibatkan adanya gaya
Page 5
OPTOELECTRONICS LABORATORY
sentrifugal dan turbulensi cairan. Kecepatan yang digunakan antara 1500-6000 rpm
dan tergantung pada sifat cairan terhadap substrat yang digunakan. Waktu yang
digunakan kira-kira 10 menit.
b. Tahap pengeringan
Pada tahap ini terbentuk lapisan tipis murni dengan suatu ketebalan tetentu. Tingkat
ketebalan lapisan yang terbentuk bergantung pada tingkat kelembaban dasar substrat.
Adanya kelembaban yang kecil menyebabkan ketebalan lapisan murni yang terbentuk
akan menjadi semakin besar
METODOLOGI PERCOBAAN
a. Alat dan Bahan
1. kaca preparat
2. kertas amplas
3. Mikroskop berfungsi
4. Alkohol
5. Spin coater
6. pipet tetes
7. hairdryer
8. software logitec untuk
9. larutan Polymethyl Methacrylate (PMMA)
b. Skema Alat
1. Fabrikasi Lapisan Tipis
Page 6
OPTOELECTRONICS LABORATORY
c. Cara Kerja
1. TAHAP PERSIAPAN
1. DIsiapkan Peralatan dan bahan
2. DIhaluskan dua sisi samping kaca preparat dengan ampelas
3. DIbersihkan kaca preparat menggunakan alcohol 70% agar steril.
2. Tahap Fabrikasi Lapisan Tipis Polymethyl Methacrylate (PMMA)
1. TETESKAN LARUTAN PMMA DENGAN MENGGUNAKAN PIPET
PADA SUBSTRAT YANG BERUPA KACA PREPARAT YANG TELAH
HALUS DAN STERIL.
2. MASUKKAN SUBSTRAT BESERTA LARUTANNYA KE
DALAM SPIN COATER.
3. tekan gas penghisap agar kaca dapat bertahan pada tempatnya
4. nyalakan spin coater untuk memutar substrat beserta larutannya dengan
kecepatan yang telah ditentukan asisten dalam waktu 2 menit
5. Biarkan Satu substrat kaca tanpa perlakuan.
Page 7
OPTOELECTRONICS LABORATORY
HASIL
a. Hasil Percobaan
Data hasil pengukuran dicatat dalam table dengan format sebagai berikut
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran
b. Pembahasan
pixel
(a) (b)
Dari data di atas dapat maka rata-rata untuk jarak 1 pixel adalah
setelah diketahui 1 pixel 0.602 m, maka digunakan untuk mengukur ketebalan lapisan film
dengan persamaan :
Page 9
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Untuk perhitungan ketebalan hasil fabrikasi pada penelitian untuk masing-masing sampel
ditunjukkan pada tabel 3.3 dan 3.4
Page 10
OPTOELECTRONICS LABORATORY
FIBER OPTIK
1.1 TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan antara rugi daya yang diterima terhadap perbedaan
konsentrasi.
1.2 DASAR TEORI
Serat optik adalah pemandu gelombang optikal dalam tabung pejal yang sangat
kecil yang dibuat menyerupai kabel, yang terdapat satu atau lebih tabung serat kaca
yang digunakan untuk menghantarkan cahaya. Struktur serat optik mempunyai tiga
bagian yaitu inti serat (core), kulit (cladding), dan mantel (coating). Inti serat optik
adalah sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik. Pada serat optik indeks
bias inti lebih besar (sekitar 1.523) dari pada indeks bias cladding. Cladding
merupakan bahan yang menyelimuti inti serat dan mempunyai indeks bias yang lebih
kecil. Cladding terbuat dari polimer atau bahan plastik. Coating pada serta optik
digunakan untuk melindungi inti dan cladding serat optik dari lingkungan yang dapat
merusak bagian utama serat optik tersebut. Jaket ini terbuat dari bahan yang tahan
terhadap factor factor lingkungan yang dapat merusak serat optik seperti asam, basa,
dll. Inti serat optik berfungsi sebagai media penjalaran gelombang optik (cahaya)
melalui fenomena pemantulan internal total didalam inti. Oleh karena itu, inti harus
memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada cladding, sehingga ketika gelombang
optik memasuki inti pada sudut yang lebih besar dari sudut kritis, gelombang optik
akan mengalami pemantulan dalam total secara berulang-ulang di dalam inti serat.
Hukum Snellius:
(1.1)
Atau
(1.2)
Page 11
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Terdapat 3 jenis fiber optik yaitu step index single mode, step index multimode, dan
graded index multimode. Masing-masing jenis memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Step index single mode merupakan jenis fiber optik yang memiliki diameter core
yang sangat kecil dan digunakan untuk transmisi jarak jauh (>120km), bandwith yang
besar, kecepatan tinggi, dan penyusutan transmisi kecil. Karena diameter core nya
yang sangat kecil, fiber optik jenis ini hanya mampu melewatkan 1 berkas cahaya saja.
Step index multimode merupakan fiber optik dengan diameter core antara 50mm-
125mm dan diameter cladding antara 125mm-500mm. Fiber optik jenis ini memiliki
kecepatan transmisi yang rendah sehingga cocok digunakan pada transmisi jarak
pendek.
Kosentrasi larutan merupakan perbandingan antara zat terlarut terhadap
pelarutnya.Walaupun terjadi pemantulan pada dinding batas antara core dan cladidng
masih tetap terdapat kehilangan daya atau redaman yang disebabkan oleh
microbending, macrobending, scattering dan efek Goos Hancent. Redaman yang
rendah digunakan sebagai media transmisi data tetapi untuk SSO redaman ini
merupakan parameter utama dalam menentukan besaran fisis.
1.3 ALAT DAN BAHAN
1. Power Supply
2. LED
3. Photodioda
4. Statip
5. Larutan NaCl
6. SSO U
7. Displacement
8. Multimeter
9. Aquades
Page 11
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Dengan pengenceran :
M1.V1 = M2.V2
4. Masukkan fiber optik ke dalam aquades dan nyalakan LED. Amati tegangan yang
diterima photodioda dengan menggunakan multimeter, kemudian dicatat hasilnya.
5. Masukkan fiber optik ke larutan garam dapur yang telah dicampur aquades dengan
menggunakan variasi konsentrasi (tanya asisten).
6. Amati besar tegangan menggunakan multimeter pada photodioda terhadap
perubahan konsentrasi garam dapur yang digunakan, kemudian catat hasilnya
dengan melakukan pengulangan sebanyak 5 kali untuk setiap variasi konsentrasi.
Page 12
OPTOELECTRONICS LABORATORY
CITRA SPEKEL
TUJUAN :
Membandingkan kekasaran beberapa amplas mesh dan kertas HVS dengan tisu
melalui metode pencitraan spekel.
TEORI :
Ketika cahaya mengenai suatu permukaan yang kasar, bahkan kasar secara
mikroskopis sekalipun, pantulan akan memiliki banyak arah. Hal ini disebut dengan
pemantulan tersebar (difus). Bagaimanapun, hokum pantulan tetap berlaku pada setiap
bagian kecil permukaan. Karena pantulan tersebar terjadi ke semua arah, benda dapat
dilihat dari berbagai sudut.
Spekel merupakan pola intensitas yang acak yang dihasilkan oleh interferensi
cahaya terhambur dari permukaan yang disinari berkas cahaya koheren. Tingkat
koherensi yang tinggi, menyebabkan berkas laser yang telah mengenai titik pada sebuah
objek akan terinterferensi dengan cahaya yang terhambur pada bagian titik-titik yang lain
dari permukaan objek tersebut. Ketika sebuah permukaan optik yang kasar diterangi oleh
cahaya yang memiliki tingkat koheren yang tinggi contohnya cahaya dari laser. Hamburan
cahaya yang dihasilkan berupa distribusi intensitas tertentu, sehingga tampak
permukaannya seperti tertutupi struktur butiran halus. Struktur ini terdiri dari bentuk
pola gelap terang yang variabel dan didistribusikan secara acak.
METODOLOGI
a. Alat dan Bahan
1. Amplas 3 buah (120 mesh, 500 mesh dan 2000 mesh)
2. Kertas HVS 1 lembar ukuran A4
3. Tisu kering
4. Laser He-Ne
5. Web Camera
6. Polarisator
7. Laptop dengan software ImageJ
Page 13
OPTOELECTRONICS LABORATORY
b. Skema Alat
c. Langkah Kerja
1. Pengambilan data
Peralatan yang telah disediakan disusun seperti Gambar 1.1
Posisi dari laser, polarisator diusahakan lurus agar cahaya terfokuskan
Sinar dari laser diatur agar tepat mengenai mesh atau kertas
Web camera dipasang dengan posisi yang berdekatan dengan bahan agar
mudah merekam hasil spekel dalam hal ini menggunakan web camera pada
usb laptop
Pengambilan data dengan menggunakan variasi sudut yakni 00, 300, 600 an 900
Percobaan diulangi dengan sampel yang berbeda dari amplas 120 mesh, 500
mesh, 2000 mesh, kertas HVS dan tisu
Analisa dilakukan dengan menggunakan software imageJ pada laptop untuk
mendapatkan sudut deviasi
2. Pengolahan data
Gambar foto hasil percobaan dengan web camera, dibuka menggunakan software
imageJ
Gambar dipotong (crop) dan dicari nilai histogramnya
Dari histogram didapatkan data berupa mean dan standar deviasi
Kemudian dihitung nilai dari contrast dengan membagi antara sudut deviasi dengan
mean.
Page 14
OPTOELECTRONICS LABORATORY
TUGAS PENDAHULUAN
1. Cari jurnal berbahasa inggris yang berkaitan dengan aplikasi
citra spekel!
2. Apa itu itra spekel?
3. Bagaimana proses pengolahan citra spekel hingga menentukan
tingkat kekasaran obyek?
4. Apa itu interferensi gelombang? Apa perbedaan interferensi
konstruktif dan destruktif ?
Page 15
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Pengukuran Ketebalan Lapisan Tipis (Film) Menggunakan Interferometer michelson
Gambar.1 Pengukuran lapisan tipis. garis-garis interferensi dihasilkan oleh refleksi sinar dari
permukaan film dan permukaan substrat (Pedrotti, 1987).
Gambar 1 menunjukkan secara skematis prinsip kerja dari proses ini. Misalkan lapisan (film)
F untuk diukur mempunyai ketebalan d. Film diletakkan di atas sebagian dari substrat. Cahaya
monokhromatik dari suatu sumber LS disalurkan ke sebuah prisma pemecah berkas cahaya (beam-
splitting) BS, yang selanjutnya mentransmisikan satu berkas ke sebuah cermin datar M dan satu
berkas lain ke permukaan film F. Setelah direfleksikan, masing-masing ditransmisikan oleh beam-
splitting ke dalam suatu mikroskop MS (Layar), dimana pada kondisi ini kedua berkas cahaya
dimungkinkan untuk berinterferensi. Jika substrat S dan cermin datar M saling tegak lurus, dan
berjarak sama dari beam splitter, efeknya akan sama dengan cahaya dari sumber LS yang jatuh
pada tebal-lapisan udara d. Garis-garis interferensi (fingers of interference) akan tampak, sebagai
akibat perubahan sudut datang yang sangat kecil dari cahaya yang berasal dari titik lain pada
sumber LS dan jatuh pada lapisan udara yang sama. Untuk lapisan tebal, selisih lintasan sebesar
satu panjang gelombang dapat ditimbulkan oleh perubahan sudut datang yang sangat kecil Pola
garis-garis interferensi yang terbentuk secara skematis ditunjukkan pada Gambar berikut:
Page 16
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Gambar 2.9. Skema pola pergeseran garis interferensi pada garis batas
lapisan (film) ((Pedrotti, 1987).
Untuk sinar datang sejajar garis normal, pola-pola garis terang adalah sesuai dengan
persamaan
p + r = 2nt + r = m .................................................................................1
dimana t menunjukkan ketebalan lapisan-udara pada beberapa titik. Jika tebal lapisan-udara sekarang
diganti dengan t = d, maka orde interferensi m berubah, dan diperoleh hubungan:
2n t = (m) .................................................................................................2
2n d = (m) ...................................................................................................3
Dengan n =1 untuk medium udara, untuk satu pergeseran garis inteferensi sebesar x perubahan
dalam orde interferensi (m) diberikan oleh m = x /x, sehingga menghasilkan (Pedrotti, 1987) :
d = (x /x) (/2) .............................................................................................4
Dengan: d = ketebalan film
x = besarnya pergeseran pola interferensi.
x = jarak antar pola (orde) interferensi.
Tabel Data Percobaan Interferensi michelson
No x(mm) x (mm) (m) d(m)
1
2
3
4
5
Page 17
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan panjang lintasan optik
2. Gambarkan set up percobaan interferensi michelson
3. Terangkap prinsip kerja dari Interferensi michelson
4. Sebutkan 2 aplikasi dari interfernsi michelson
Page 18
OPTOELECTRONICS LABORATORY
LAMPIRAN
PETUNJUK PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM
1. Bagian awal
Penulis
Nama asisten
Judul praktikum
Nama, jurusan, jalan dan email ditulis dengan huruf times new roman dengan ukuran 11 tanpa spasi. Setelah nama
praktikan, nama asisten, dan nama dosen kelas. Email menggunakan email dosen kelas
Page 19
OPTOELECTRONICS LABORATORY
3. Pendahuluan
Content:
1. Latar belakang
praktikum
2. Dasar teori
Page
110
OPTOELECTRONICS LABORATORY
Sajikan dulu
datanya baru
dibahas
6. Kesimpulan
Kesimpulan berisikan jawaban utama dari tujuan (ringkas, jelas dan padat)
7. Ucapan terima kasih dan daftar pustaka . Daftar Pustaka menggunakan format jurnal IEEE
Page 21