Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROFESI KEGURUAN
Disusun sebagai tugas kelompok pada :
Mata Kuliah : Penanganan Anak Berkelainan
Program Studi : PG PAUD
Dosen Pengampu : Yuanita Ekawati, S.S, M.M

Oleh :

1. SITI MARIYAH
2. MARSITI
3. SUNARSIH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP KUMALA
METRO LAMPUNG
TAHUN 2016

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa, karena berkat limpahan
Taufik dan Hidayahnya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sederhana ini sebagai tugas
kelompok pada mata kuliah Penanganan Anak Berkelainan.

Dalam hal ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
ini yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga makalah kecil ini dapat diselesaikan tanpa
ada halangan yang berarti.

Namun, walaupun makalah sederhana ini sudah terselesaikan kami sebagai penulis tetap
berharap kritik dan saran dari segala pihak yang membacanya dalah hal perbaikan isi maupun
kalimat jika terdapat kekurangan dan kesalahan. Tentunya kami akan sangat berterimakasih jika
rekan-rekan dapat memberikan masukan demi terbentuknya makalah yang lebih baik lagi.

Metro, 2016
Penulis,

.................................

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

A. Pengertian dan Syarat-Syarat Profesi ........................................................................ 2

B. Kode Etik Profesi Keguruan ..................................................................................... 9

C. Organisasi Profesi Guru ............................................................................................ 11

D. Sikap Profesi Guru .................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan tidak lepas dari peran seorang guru. Peran guru sangat dibutuhkan dalam
program pendidikan kita, karena tanpa guru siapa yang akan mengajar anakanak di sekolah. Menjadi
seorang guru adalah profesi yang tidak mudah. Banyak yang belum kita ketahui tentang bagaimana
menjadi seorang guru.
Sebagai calon guru kita harus tahu bagaimana menjadi guru yang profesional dan juga syarat
syarat menjadi seorang guru profesional. Namun terlebih dahulu kita harus tahu tentang pengertian
profesi keguruan tersebut. Selain itu kita harus tahu tentang kode etik profesi keguruan seperti apa dan
organisasi apa saja yang menjadi wadah perkumpulan guru guru di Indonesia. Jika kita ingin menjadi
seorang guru yang benar benar ingin profesional kita harus memiliki sikap yang profesinal untuk
menjadi seorang guru serta saran saran untuk menjadi guru yang profesional tersebut sampai dengan
pengembangan menjadi guru yang profesional agar nantinya kita menjadi guru yang benar benar
menggunakan profesi tersebut secara baik sesuai dengan aturan yang berlaku.
Untuk itulah kami membuat makalah ini agar menjadi bahan kajian kita semua sebagai calon
guru dimasa depan yang memiliki sikap dan perilaku yang benarbenar mencerminkan seorang tenaga
pengajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka permasalahan yang hendak dikaji adalah:
1. Apa pengertian dan syarat syarat profesi keguruan?
2. Bagaimana kode etik profesi keguruan?
3. Apa saja organisasi profesional keguruan?
4. Apa pengertian sikap profesional keguruan?
5. Apa saja saran sikap profesional?

C. Manfaat dan Tujuan


1. Tujuan penyusunan makalah
a. Menjelaskan pengertian dan syarat syarat profesi keguruan.
b. Menjelaskan bagaimana kode etik profesi keguruan.
c. Menyebutkan apa saja organisasi profesional keguruan.
d. Menjelaskan pengertian sikap profesional keguruan.
e. Menyebutkan apa saja saran sikap profesional.
f. Menjelaskan bagaimana pengembangan sikap profesional.

1
2. Manfaat penyusunan makalah
a. Untuk mengetahui pengertian dan syarat syarat profesi keguruan.
b. Untuk mengetahui bagaimana kode etik profesi keguruan.
c. Agar mengetahui apasaja organisasi profesional keguruan.
d. Untuk mengetahui pengertian sikap profesional keguruan.
e. Agar mengetahui apa saja saran sikap profesional.
f. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan sikap profesional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Syarat Syarat Profesi

1. Pengertian Profesi

Menurut Ornstein dan Levine (1984) menyatakan profesi itu adalah jabatan yang
sesuai dengan pengertian profesi dibawah ini:
a. Melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (
tidak berganti ganti pekerjaan).
b. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai
(tidak setiap orang dapat melakukannya).
c. Menggunakan hsil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek.
d. Memerlukan pelatihan khusus.
e. Mempunyai persyaratan masuk.
f. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu.
g. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil, tidak dipindahkan ke
atasan atau instansi yang lebih tinggi dan mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang
baku.
h. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dank klien.
i. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya.
j. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
k. Mempunyai asosiasi profesi.
l. Mempunyai kode etik.
m. Mempuyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan anggotanya.
n. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi. (Ornstein dan Levine,1984).

Menurut Sanusi et al (1991) mengutarakan ciri ciri utama suatu profesi itu sebagai
berikut :
a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (crusial).
b. Jabatan yang menuntut keahlian dan keterampilan tertentu.
c. Keterampilan/keahlian yang di tuntut jabatan itu, didapat melalui pemecahan masalah
dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

3
d. Jabatan itu berdasarkan pada disiplin ilmu yang jelas, sistematik, ekspilisit, yang bukan
sekedar pendapat umum.
e. Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi yang waktunya cukup lama.
f. Proses pendidikan untuk jabatan juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilainilai
profesional.
g. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, anggota profesi berpegang teguh
pada kode etik yang di control oleh organisasi profesi.
h. Mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahn profesi
yang dihadapinya.
i. Dalam praktek melayani masyarakat anggota profesi otonom dan bebas dari campur
tangan orang luar.
j. Jabatan ini mempunyai pretise yang tinggi dalam masyarakat. ( Sanusi et al, 1991)

Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu peryataan atau janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa,
karena orang tersebut merasa untuk menjabat pekerjaan itu.
Jika ditelaah, pengertian tersebut mengandung beberapa hal yakni, bahwa profesi itu
merupakan pernyataan atau janji terbuka profesi itu mengandung unsur pengabdian dan
profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan.
Profesi merupakan pernyataan atau janji terbuka, maksudnya, bahwa pernyataan atau
janji yang dinyatakannya (oleh seorang profesional) tidak sama dengan suatu janji atau
pernyataan yang dikemukakan oleh seorang yang bukan profesional.
Profesi adalah suatu pekerjaanyang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang
berkualifikasi tinggi dalam melayani atau mengabdi kepentingan umum untuk mencapai
kesejahteraan insani.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari
para anggotanya.
Profesi adalah wewenang praktek suatu kejuruan yang bersifat pelayanan pada
kemanusiaan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung oleh
penguasaan pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan teknik, yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusuh, yang penyelenggaraannya dilimpahkan
kepada lembaga pendididkan tinggi, yang bersama memberikan izin praktek atau
penolakan praktek dan kelayakan praktek dilindungi oleh peraturan perundang undangan
yang berlaku, baik yang diawasi langsung oleh Pemerintah maupun asosiasi profesi yang
bersangkutan. (Encyclopedia of Social Sciences)

4
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik teknik ilmiah, serta
dedikasi yang tinggi.

2. Syarat Syarat Profesi Keguruan

National Education Association (NEA) (1948) menyarankan kriteria khusus jabatan


guru sebagai berikut:
a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
Mengajar melibatkan upaya upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan
intelektual. Kegiatan kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi
persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya. Oleh sebab itumengajar seringkali
disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnet dan Huggett,1963).

b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus


Anggota anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian
mereka dengan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak
terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan. Namun, belum ada
kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan (education) atau
keguruan (teaching) (Ornstein and Levine,1984).
Menurut Stinnett and Huggett (1963) menurut kelompok pertama mengajar adalah
suatu sains (science), sementara kelompok kedua mengatakan bahwa mengajar adalah
suatu kiat (art) (Stinnett and Huggett,1963). Namun, dalam karangan karangan yang
ditulis dalam Encyclopedia of Educational Researches, misalnya terdapat bukti bukti
bahwa pekerjaan mengajar telah secara intensif mengembangkan batang tubuh ilmu
khususnya.
Sebaliknya Sanusi et al berpendapat bahwa ilmu pendidikan sedang dalam krisis
identitas, batang tubuhnya tidak jelas, batasbatasnya kabur, strukturnya sebagai a body
of knowledge samar samar ( sanusi et al ., 1991).
Ilmu penegetahuan tingkah laku (behavioral sciences), ilmu pengetahuan alam,
dan bidang kesehatan dpat dibimbing langsung dengan peraturan dan prosedur yang
ekstensif dan menggunakan metodologi yang jelas.
Ilmu yang terpakai dalam dunia nyata pengajaran masih banyak yang banyak
belum teruji validasinya dan yang disetujui sebagaian besar ahlinya (Gideonse,1982
dan Woodring 1983).

5
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
Yang membedakan jabatan profesional dengan non profesional antara lain adalah
dalam penyelesaian pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur
universitas/institut atau melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campur
pemagangan dan kuliah. Yang pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi
disediakan untuk jabatan profesional, sedangkan yang kedua, yakni pendidikan
melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah
di peruntukkan bagi jabatan yang nonprofesional (Ornstein dan Levine,1984).

d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang bersinambungan.


Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional,
karena melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendapatkan
penghargaan kredit maupun tanpa kredit.

e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.


Syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakan titik yang paling lemah
dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan profesional

f. Jabatan yang menentukan baku ( standarnya ) sendiri


Menurut Ornstein dan Levine (1984) mengungkapkan pengawasan luar adalah
musuh alam dari profesi, karena membatasi kekuasaan profesi dan membuka pintu
terhadap pengaruh luar (Ornstein dan Levine,1984).
Peter Blau dan W. Richard Scott (1965: 5152) menulis : Profesional service
requires that the [professional] maintain independence of judgement and not permit
the clients wishes as distinguished from their interests to influence his decisions.
Para profesional harus mempunyai pengetahuan dan kecakapan dalam membuat
penilaian, sebaliknya tidak demikian denganklien, sebagaimana yang di ungkapkan
Blau dan Scott, and the clients not qualified to evaluate the services he needs.
Profesional yang membolehkan langganannya untuk mengatakan apa yang harus dia
kerjakan akan gagal dalam memberikan layanan yang optimal (Peter Blau dan W.
Richard Scott, 1965)

g. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

6
Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang
anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain bukan disebabkan
oleh keuntungan ekonomi atau keuangan. Mereka yakni mendapatkan kepuasan
rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah.

h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Berdasarkan analisis ini tampaknya jabatan guru belum sepenuhnya dapat
dikategorikan sebagai suatu profesi yang utuh, dan bahkan banyak orang sependapat
bahwa guru hanya jabatan semiprofesional atau profesi yang baru muncul (emerging
profession) karena semua belum cirri ciri di atas yang dapat dipenuhi.
Menurut Amitai Etzioni (1969: p.v. ) guru adalah jabatan semiprofesional
disebabkan oleh: the training [of teachers] is shotters, their status less legitimated
[low or moderate], their right to privileged communication less established. theirs is
less of a specialized knowledge, and they have less autonomy from supervision or
societal control than the professions (Amitai Etzioni, 1969).
Robert B. Howsam et al (1976) menulis bahwa guru harus dilihat sebagai profesi
yang harus baru muncul, dan karena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari
jabatan semiprofesional, malahan mendekati status jawaban profesi penuh (Robert B.
Howsam, 1976).
Dengan adanya peraturan dari Manteri Pendidikan daan Kebudayaan bahwa yang
boleh menjadi guru yang hanya mempunyai akta mengajar yang dikeluarkan oleh
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Selain itu, guru diberi
penghargaan oleh pemerintah melalui Keputusan Menpan No.26 Tahun 1989, dengan
pemberikan tunjangan fungsional sebagai pengajar, dan dengan kemungkinan
kenaikan pangkat yang terbuka.

Jabatan profesional sangat memperhatikan layanan yang diberikan kepada


masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka menjga dan meningkatkan layanan ini secara
optimal serta menjaga agar masyarakat tidak dirugikan oleh orang orang yang tak
bertanggung jawab, tuntutan jabatan profesional harus sangat tinggi.
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pendidikan dan profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan
segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan
diberikan kepada masyarakat.

7
Saniusi et al (1991) mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan, yakni sebagai berikut:
1) Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi,
perasaan dan dapat dikembangkan segala potensinyadan pendidikan dilandasi oleh
nilai nilai kemanusian yang menghargat martabat manusia.
2) Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka
pendidikan menjadi normatif yang diikat olah normanorma dan nilai nilai baik yang
secara universal, nasional maupun local, yang merupakan acuan para pendididk, pserta
didik, dan pengelol pendidikan.
3) Teori teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permaslahan
pendidikan.
4) Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai
potensi yang baik untung berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha untuk
mengembangkan potensi unggul tersebut.
5) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, situasi yang terjadi dalam dialog antara peserta
dididk dengan pendidik, yang memungkinka peserta didik tumbuh kearah yang
dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai nilai yang dijunjung tinggi
masyarakat.
6) Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia
sebagai manusia yang baik( dimensi intristik), dengan misi instrumental yakni
merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu (Sanusi at al,1991).

Nasution (1987) menjelaskan dalam bukunya Sejarah Pendidikan Indonesia dengan


secara jelas melukiskan sejarah pendidikan di indonsia terutama dalam zaman kolonial
Belanda, termasuk juga sejarah profesi keguruan. Awal mulanya guruguru diangkat dari
orang orang yang tidak dididik secara khusus menjadi guru ,secara beangsurasur dilengkapi
dengan guru guru ang lulus dari sekolah guru (kweekschool) yang pertama kali didirikan
di Solo tahun 1852. Dikarenakan kebutuhan guru mendesak maka Pemerintah Hindia
Belanda mengangkat lima macam guru, yaitu:
1) Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh,
2) Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi
guru,
3) Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu,
4) Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru, dan

8
5) Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang berasal dari warga yang
pernah mengecap pendidikan.

Sejalan dengan pendirian sekoalah sekolah yang lebih tinggi tingkatnya dari sekolah
umum seperti Hollands Inlandwsews School (HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs
(MULO), Hogere Burgeschool (HBS), dan Algemene Middelbare School (AMS) maka
secara berangsurangsur dan didirikan pula lembaga pendidikan guru atau kursus kursus
untuk mempersiapkan gurugurunya, seperti Hogere Kweekschool (HKS) untuk guru HIS
dan guru kursus Hoofdacte (HA) untuk kepala sekolah (Nasution,1987).
Selangkah demi selangkah pendidikan guru meningkatkan jenjang kualifikasi dan
mutunya, sehingga saat kita hanya mempunyai Lembaga Pendidikan Guru yang tunggal,
yaitu Lembaga Pendidikan Tenaga pependidikan (LPTK). Di Indonesia telah ada Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) yang mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai
perwakilan di DPR/MPR.
Dalam sejarah pendidikan Guru Indonesia, guru mempunyai status dan wibawa yang
sangat tinggi dalam masyarakat, dan dianggap sebagai orang serba tahu, karena peranan
guru tidak hanya mendidik anak di depan kelas tetapi tetapi mendidik masyarakat ,tempat
mendidik masyarakat dan untuk tempat masyarakat bertanya. Namun, kewibawaan guru
mulai memudar seiring kemajuan zaman , perkembangan ilmu dan teknologi, dan
kepedulian guru yang meningkat tentang imbalan atau jasa (Sanusi et al,1991).

B. Kode Etik Profesi Keguruan

1. Pengertian Kode Etik

a. Menurut Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Kepegawaian
Pasal 28 UndangUndang ini dengan jela menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil
mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam
dan di luar kedinasan. Bahwa, Kode Etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari hari.
b. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI
menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja
sebagai guru (PGRI,1973). Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok, yaitu
: (1) sebagai landasan moral, (2) sebagai pedoman tingkah laku.Kode Etik suatu profesi

9
adalah norma norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi didalam
melaksanakan tugasnya dan di dalam hidupnya di masyarakat.

2. Tujuan Kode Etik


Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota
dan kepentinagn organisasinya. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai
berikut (R. Hermawan S,1979):
a) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan anggotanya
c) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
d) Untuk meningkatkan mutu profesi
e) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

3. Penetapan Kode Etik


Kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melaikan harus
dilakukan oleh orang orang yang diutus untuk dan atan nama anggota anggota profesi dari
organisasi tersebut.

4. Sanksi Pelanggaran Kode Etik


Pada umumnya, kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap,
tingkah laku, dan pebuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi
rekannya, dan sanksi yang terberat adalah sipelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi.

5. Kode Etik Guru Indonesia


Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai
guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan seharihari. Maka Kode
Etik Guru Indonesia merupakan alat yang sangat penting untuk pembentukan sikap
profesional para amggota profesi keguruan.
Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan didalam suatu kongres yang dihadiri oleh
utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam
Kongres XIII di Jakarta tahun 1973, dan kemudian di sempurnakan dalam kongres PGRI
XVI tahun 1989 dan juga di Jakarta.

10
C. Organisasi Profesional Keguruan

1. Fungsi Organisasi Profesional Keguruan

Jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk menyatukan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi , yakni organisasi profesi. Di Negara kita telah
mempunyai satu wadahh yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia yang lebih dikenal
dengan singkatan PGRI. PGRI didirikan di Surakarta Pada tanggal 25 November 1945,
sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan citacita perjuangan bangsa
(Hermawan S.,1989).
Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan
profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni,1986) dan Basuni
meguraikan empat misi utama PGRI, yaitu : (1) Misi politis/ideologi, (2) Misi persatuan
organisators, (3) Misi profesi, dan (4) Misi Kesejateraan.
Kebanyakan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan mutu profesi biasanya
dilakukan bersamaan dengan kegiatan peringatan ulang tahun atau kongres, baik di pusat
maupun di daerah (Sanusi et al, 1991).

2. Jenis Jenis Organisasi Keguruan

Selain PGRI yang satusatunya organisasi guru guru sekolah yang diakui pemerintah
sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat pejabat Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari
guru dalam kelompoknya masing masing. Ada juga Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
(ISPI) yang saat ini telah mempunyyai divisi divisi antara lain, Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN),
Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia (HSPBI) dan masih banyak lagi.

D. Sikap Profesi Guru


1. Pengertian

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat


apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau
teladan masyarakat sekelilingnya.

11
Berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru yang dalam memahami,
menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya. Dan
dalam pola tingkah laku guru ini sesuai dengan sasarannya, yakni sikap profesional
keguruan terhadap : (1) Peraturan perundangundang, (2) Organisasi profesi, (3) Teman
sejawat, (4) Anak didik, (5) Tempat kerja, (6) Pemimpin, dan (7) Pekerjaan.
Guru sebagai professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila
dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan
masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan
perbuatan guru itu seharihari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak.
Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya,
memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru
berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman temannya serta
anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.
Walaupun segala prilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan
dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus prilaku guru yang berhubungan dengan
profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam
memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap
profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang berhubungan dengan itu akan dibicarakan
sesuai dengan sasarannya, yakni sikap professional keguruan terhadap:
1) Peraturan perundang undangan,
2) Organisasi profesi,
3) Teman sejawat,
4) Anak didik,
5) Tempat kerja,
6) Pemimpin,
7) Pekerjaan.

2. Konsep Dasar Sikap dan Perilaku

Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, sikap adalah


gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan
pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek.
Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap seseorang pada suatu
objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau

12
kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan
dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan
melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.Dari pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian
seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan
penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu
objek.
Struktur sikap siswa terhadap konselor terdiri dari tiga komponen yang terdiri
atas:
a. Komponen kognitif,
Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan
tentang objek. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek
sikap.

b. Komponen afektif,
Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang
terhadap sikap. Perasaan tersebut dapat berupa rasa senang atau tidak senang
terhadap objek, rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.. komponen ini
menunjukkan ke arah sikap yaitu positif dan negatif. Komponen afektif
menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap
(Azwar, 2000:26), secara umum komponen afektif disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi seringkali
sangat berbeda perwujudannyabila dikaitkan dengan sikap.

c. Komponen konatif,
Komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi,
bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu
besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek
sikap. Komponen komponen tersebut di atas merupakan komponen yang
membentuk struktur sikap. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan dan
tergantung satu sama lain. Saling ketergantungan tersebut apabila seseorang
menghadapi suatu objek ertentu, maka melalui komponen kognitifnya akan terjadi
persepsi pemahaman terhadap objek sikap.

13
Katz (dalam Walgito, 1990:110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat
fungsi, yaitu:
a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat.Fungsi ini
berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk mencapai
tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan
sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang
dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap
tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian
tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap tersebut. Fungsi ini
juga disebut fungsi manfaat, yang artinya sampai sejauh mana manfaat objek sikap
dalam mencapai tujuan. Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, artinya
sikap yang diambil seseorang akan dapat menyesuaikan diri secara baik terhadap
sekitarnya.

b. Fungsi pertahanan ego, Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi
untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu
orang yang bersangkutan terancam dalam keadaan dirinya atau egonya, maka
dalam keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
ego.

c. Fungsi ekspresi nilai. Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi
individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan
mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat
menunjukkan keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan dapat
menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.

d. Fungsi pengetahuan. Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai
dorongan untuk ingin tahu.

Bringham dalam Azwar (2000:138) menjelaskan tipe ukuran sikap yang paling
sering dipakai adalah questioner selfreport yang disebut skala sikap dan biasanya
meliputi respon setuju atau tidak dalam beberapa kelompokkelompok. Ukuran
selfreport mudah digunakan namun ukuran itu dapat memiliki sifat kemenduaan
(ambiguity) atau adanya ukuran lain. Sikap dari skala sikap ini adalah isi pernyataan
yang berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukuran atau pernyataan tidak
langsung yang kurang jelas untuk tujuan ukurannya bagi responde

14
3. Sikap dan Perilaku Guru yang Profesional

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru,


antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui pendidikan
formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun
dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun
paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian
guru memiliki ijazah perguruan tinggi.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas
pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam
kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahankesalahan. Kesalahan kesalahan
yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan.
Kesalahan kesalahn itu antara lain : mengambil jalan pintas daolam pembelajaran,
menunggu peserta didik nerperilaku negatif, menggunakan destruktif disiplin,
mengabaikan kebutuhan kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik, merasa
diri paling pandai di kelasnya, tidak adil (diskriminatif), serta memaksakan hak peserta
didik (Mulyasa,2005:20).
Untuk mengatasi kesalahankesalahan tersebut maka seorang guru yang
profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam
Undang Undang Dosen dan Guru, yakni: kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
peserta didik, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
luas mendalam, kompetensisosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon hanya akan timbul,
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang dikehendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap
itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan
terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negati, menyenangkan tidak
menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek
sikap (Azwar, 2000:15).Sedangkan perilaku merupakan bentuk tindakan nyata

15
seseorang sebagai akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Mann dalam
Azwar (2000) sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak

4. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru

a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi ini terdiri dari lima subkompetensi, yaitu
memahami peserta didik secara mendalam,
merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran,
merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran dan,
mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.

b. Kompetensi kepribadian.
Kompetensi ini terdiri dari lima subkompetensi, yaitu
Kepribadian yang mantap dan stabil,
Dewasa,
Arif,
Berwibawa,
dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi sosial.
Kompetensi ini memiliki tiga subranah.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua /wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi profesional.
Kompetensi ini terdiri dari dua ranah subkompetensi.
Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi memiliki indikator esensial

16
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum, memahami struktur, konsep
dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar,
memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait, dan menerapkan
konsep konsep keilmuan dalam kehidupan sehari hari.
Sub kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
esensial menguasai langkah langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Sebagai guru yang berkompeten harus memiliki :


a. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik,
b. Penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun kependidikan,
c. Kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik,
d. Kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara
berkelajuan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan bahwa:
Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan (sivic mission).Guru juga harus bersikap profesional dan bertanggung jawab
atas jabatan yang telah ia miliki. Dan dalam menjalankan tugasnya guru pun harus mengetahui
Kode etik guru yang merupakan pedoman mengatur hubungan guru dengan teman kerja, murid
dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi tugasnya.
Dengan penjelasanpenjelasan yang ada tersebut maka menjadi seorang guru itu harus
mengetahui terlebih dahulu apa itu arti sebuah profesi keguruan beserta syarat syaratnya dan
Bagaimana untuk menjadi seorang guru yang profesional yang memiliki jiwa pengajar yang
berlandaskan dengan aturan aturan yang telah ada dalam UndangUndang Kependidikan. Selain
itu untuk menjadi seorang guru harus memiliki etika yang baik serta sikap profesional keguruan.

B. Saran

Guru dan calon guru perlu mengetahui apa arti sebuah profesi keguruan, syarat syarat
untuk menjadi seorang guru yang profesional karena mereka adalah calon tenaga pengajar yang
akan memberikan ilmu mereka kepada anakanak bangsa. Seorang guru adalah contoh bagi
semua murid muridnya, karena itu mereka harus benar benar mengerti bagaimana arti dari
sebuah profesi keguruan yang mereka lakukan sekarang atau nanti agar mereka tidak salah
mengartikan profesi untuk mengajar tersebut dan agar mereka bisa menyadari Pentingnya
menjadi guru yang profesional.
Menjadi seorang guru juga harus memiliki sikap yang profesional di bidangnya tersebut
yakni mengajar. Karena seorang guru akan berdiri sendiri di depan kelas untuk memberikan
ilmu kepada murid muridnya tanpa bantuan seorang asisten atau sejenisnya. Jadi segala sikap
yang baik dan buruk akan dilihat oleh para murid, karena seorang guru adalah panutan dari
semua murid.

18

Anda mungkin juga menyukai