Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INTERAKSI OBAT DENGAN HERBAL

Oleh :

Yunus Tuku (13.201.546)

Riska Purnamasari (13.201.551)

Novi Indrawati (13.201.555)

Nora Pagappong (13.201.570)

Nur Alam HL (13.201.560)

Kurniawan (13.201.564)

Endang Sari (13.201.575)

Nurpadilah (13.201.583)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2015

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul INTERAKSI OBAT DENGAN

HERBAL . makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah dari Interaksi

Obat.

Adapun dengan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata

Kuliah dan teman teman seperjuangan yang telah berpartisipasi dalam terselesaikannya

makalah ini dengan tepat waktu.

Dalam proses penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari

kata sempurna maka dari itu kami sangat membutuhkan kiritikan maupun saran dari

pembaca.

Penulis,

Kelompok 3

2
Daftar Isi

Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN..........................................................

a. Pengertian
b. Faktor yang mempengaruhi
c. Contoh Interaksi obat dengan herbal
d. Perbedaan Obat kimiawi dengan obat herba

BAB II PEMBAHASAN..............................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................

Daftar Pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

Jutaan orang menggunakan obat herbal bersamaan dengan obat sintetik tanpa
rekomendasi dokter. Masyarakat umum beranggapan, obat herbal dapat mengurangi efek
samping dari obat yang diminum/ dan dapat meningkatkan efektifitas dari pengobatan.
Meskipun dianggap alami, banyak obat herbal yang dapat berinteraksi dengan obat lain
menyebabkan efek samping yang berbahaya dan atau mengurangi manfaat dari obat.
Suatu herbal dapat memiliki efek yang menyerupai, memperkuat.

(Gohil and Patel, 2007)

Interaksi obat dengan herbal dapat menyebabkan perubahan ketersediaan hayati


(bioavailability) dan efikasi obat.Penggunaan obat herbal secara sering dapat menjadi
penyebab terjadinya efek toksik yang tidak diketahui penyebabnya atau berkurangnya
efikasi obat. Bagi calon dokter, pengetahuan tentang interaksi obat-herbal berkaitan erat
dengan keberhasilan terapi menggunakan obat (farmakoterapi) atau tindakan medis
lainnya seperti operasi. Komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien perlu
dilakukan terkait dengan penggunaan obat herbal oleh pasien untuk menghindari efek
samping atau akibat fatal dari interaksi obat-herbal tersebut. Contoh interaksi obat-herbal
yang dapat berakibat fatal misalnya interaksi antara warfarin dengan ginkgo, bawang
putih (Allium sativum) dan dong quai (Angelica sinensis). Interaksi tersebut berpotensi
menimbulkan perdarahan .

(Ebadi, 2002).

Obat herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan di negara maju.
Menurut WHO, hingga 65 % dari penduduk negara maju dan 80 % penduduk negara
berkembang telah menggunakan obat herbal. Faktor pendorong terjadinya peningkatan
penggunaan obat herbal di negara maju adalah : i) meningkatnya usia harapan hidup pada
saat prevalensi penyakit kronik meningkat, ii) adanya kegagalan penggunaan obat modern
untuk penyakit tertentu seperti kanker, serta iii) semakin meluasnya akses informasi obat
herbal di seluruh dunia.

4
Berdasarkan pemikiran bahwa masyarakat seringkali mengkonsumsi obat herbal
bersamaan dengan obat sintetik, maka memungkinkan terjadinya interaksi antara
keduanya. Selama ini masih sedikit informasi tentang interaksi antara obat herbal dan
obat sintetik

(Gohil and Patel, 2007).

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menurut Kamus kesehatan Indonesia Interaksi obat adalah situasi dimana
suatu zat mempengaruhi aktivitas obat yaitu meningkatkan atau menurunkan
efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan atau
direncanakan.Interaksi dapat terjadi antara obat atau antara obat dengan makanan
serta obat-obatan herbal.
Obat herbal atau herbal medicine didefinisikan sebagai bahan baku atau
sediaan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia; komposisinya dapat berupa bahan mentah
atau bahan yang telah mengalami proses lebih lanjut yang berasal dari satu jenis
tumbuhan atau lebih. Sediaan herbal diproduksi melalui proses ekstraksi,
fraksinasi, purifikasi, pemekatan atau proses fisika lainnya; atau diproduksi
melalui proses biologi. Sediaan herbal dapat dikonsumsi secara langsung atau
digunakan sebagai bahan baku produk herbal. Produk herbal dapat berisi eksipien
atau bahan inert sebagai tambahan bahan aktif.

Obat herbal dapat berinteraksi dengan obat sintetik melalui interaksi


farmakokinetik dan atau farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik
mengakibatkan perubahan absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi dari
obat sintetik atau obat herbal sehingga dapat mempengaruhi kerja obat secara
kuantitatif. Interaksi farmakodinamik mempengaruhi aksi obat secara kualitatif,
baik melalui efek meningkatkan (aksi sinergis atau aditif) atau efek antagonis.

Suatu herbal dapat memiliki efek yang menyerupai, memperkuat atau


melawan efek yang ditimbulkan obat. Interaksi obat dengan herbal dapat
menyebabkan perubahan ketersediaan hayati (bioavailability) dan efikasi obat.
Penggunaan obat herbal secara sering dapat menjadi penyebab terjadinya efek
toksik yang tidak diketahui penyebabnya atau berkurangnya efikasi obat.Bagi
calon dokter, pengetahuan tentang interaksi obat-herbal berkaitan erat dengan
keberhasilan terapi menggunakan obat (farmakoterapi) atau tindakan medis
lainnya seperti operasi. Komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien perlu

6
dilakukan terkait dengan penggunaan obat herbal oleh pasien untuk menghindari
efek samping atau akibat fatal dari interaksi obat-herbal tersebut .
Contoh interaksi obat-herbal yang dapat berakibat fatal misalnya
interaksi antara warfarin dengan ginkgo, bawang putih (Allium sativum) dan
dong quai (Angelica sinensis). Interaksi tersebut berpotensi menimbulkan
perdarahan. Dokter dan Apoteker harus memastikan bahwa pasien yang akan
mendapatkan tindakan operatif tidak mengkonsumsi obat herbal yang
mengandung tanaman-tanaman tersebut; atau menunda tindakan operatif
setidaknya 2 minggu terhitung dari konsumsi terakhir obat herbal tersebut
.Contoh lain misalnya interaksi antara obat antidepresan trisiklik dengan
yohimbin (Pausinystalia yohimbe). Interaksi tersebut meningkatkan resiko
hipertensi penggunaan yohimbin.Yohimbin merupakan senyawa alkaloid yang
memiliki efek afrodisiak, yang terdapat dalam Irex, Irex Max,
Neohormoviton, dan lain sebagainya. Bagi calon apoteker, pengetahuan
interaksi obat-herbal sangat penting dalam tim farmakoterapi bersama dengan
dokter di rumah sakit ataupun pelayanan informasi obat di apotek. Apoteker
harus memberikan informasi tentang berbagai efek samping yang mungkin
timbul dan adanya interaksi obat-herbal terhadap berbagai produk herbal.

Banyaknya senyawa aktif farmakologi dalam obat herbal,


berkemungkinan meningkatkan interaksi yang terjadi. Secara teoritis interaksi
obat herbal dengan obat sintetik lebih tinggi daripada interaksi dua obat sintetik
karena obat sintetik biasanya hanya berisi kandungan kimia tunggal. Penggunaan
obat herbal bersamaan dengan obat sintetik umumnya tidak terawasi oleh dokter
atau praktisi pengobatan herbal, hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi
pasien, jika obat herbal yang mereka gunakan dan obat sintetiknya memiliki
interaksi potensial.Interaksi ini menentukan bioavailabilitas.

Contoh lain misalnya interaksi antara obat antidepresan trisiklik dengan


yohimbin (Pausinystalia yohimbe). Interaksi tersebut meningkatkan resiko
hipertensi penggunaan yohimbin. Yohimbin merupakan senyawa alkaloid yang
memiliki efek afrodisiak, yang terdapat dalam Irex, Irex Max,
Neohormoviton, dan lain sebagainya. Contoh interaksi obat OTC-herbal
adalah interaksi antara ginkgo dengan asetosal (Aspirin), parasetamol dan
ergotamin. Interaksi ginkgo- asetosal menyebabkan hifema secara spontan.

7
Interaksi ginkgo-parasetamol, ergotamin, kafein menyebabkan hematoma
subdural bilateral.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi obat dengan herbal


Bersifat merugikan
1. Penghambatan absorbsi
Penggunaan bahan penyusun ramuan yang mengandung tanin misalnya
teh, buah jati belanda, dan kayu rapat. Tanin akan bereaksi dengan protein dan
membentuk senyawa yang melapisi dinding usus. Keadaan tersebut akan
menghambat absorbsi kandungan zat aktif yang lain, misalnya protein, vitamin,
dan mineral. Bahkan pada dosis besar bisa menimbulkan konstipasi atau
malnutrisi.
2. Pengurangan waktu transit di usus
Penggunaan bahan penyusun Antrakinon atau serat larut air akan
mengurangi waktu transit obat lain dalam usus. Antrakinon bersifat laksansia
yaitu mempermudah pengeluaran feses. Contoh tanaman yang mengandung
antrakinon adalah senna dan lidah buaya. Sedangkan serat larut air bersifat bulk
leaxative,yaitu juga mempercepat keluarnya feses. Tanaman yang memiliki serat
larut air adalah biji daun sendok.
Jika bahan obat lain dicampur dengan tanaman diatas maka waktu transit
diusus berkurang,feses cepat dikeluarkan,kesempatan absorbsi zat aktif berkurang
dan efek farmakologinya akan berkurang.

Bersifat Menguntungkan
1. Peningkatan absorbsi
Penggunaan bahan penyusun ramuan yang mengandung seskuiterpen
(dari minyak atsiri), resin (temu-temuan) dan bromelin (nanas) akan mensuspensi
zat aktif (obat lain) hingga membuat bulk yang lebih lipofilik, akibatnya adalah
meningkatkan absorbsi kandungan aktif lain dan kadar dalam darah meningkat.
2. Peningkatan Biovailabiliatas melalui penghambatan stitokrom P-450

Contohnya adalah Piperin terhadap kurkumin. Piperin mampu


menghambat aktivitas enzim CYP. Akibatnya adalah metabolisme kukurmin di
hepa berkurang, ketersediaan hayati kukurmin meningkat, kadar dalam darah

8
meningkat sepuluh kali lipat dan efek farmakologi (meningkat).Hal serupa terjadi
pada interaksi antara lada hitam dan cabe jawa.

3. Peningkatan Bioavailabilitas melalui penghambatan Glutation S-


Transferase (GST)

GST adalah enzim pemetabolisme fase II yang berperan penting dalam


pengeluaran obat. Sehingga metabolit obat yang beracun bisa di keluarkan dari
tubuh. Namun jika ada obat yang aktif lalu bertemu dengan GST maka akan
merugikan karena obat/ cepat dikeluarkan, sehingga bioavailabiltasnya jadi
rendah dan belum sempat berefek pada tubuh.

Ada banyak bahan alam seperti kukurmin (pada kunyit), temulawak,


kunyit, bengle, temu giring yang bersifat menghambat aktivitas GST. Dengan
GST dihambat,maka metabolisme obat lain akan berkurang sehingga
meningkatkan ketersediaan hayatinya. Akibatnya konsentrasi dalam darah
meningkat, dan efek farmakologi (meningkat), efek ini dinamakan potensiasi.

C. Contoh Interaksi obat dengan herbal

Dari beberapa penelitian menunjukkan, beberapa bahan herbal


memberikan interaksi yang merugikan antara obat tradisional dengan obat kimia.
Berikut ini beberapa contoh bahan herbal yang dapat menimbulkan interaksi jika
dikombinasi dengan obat kimia:

Bersifat merugikan
1. Ginkgo biloba
Interaksi antara ginkgo biloba (yang berfungsi untuk menghambat faktor
pengaktifan platelet) dengan obat yang memiliki efek sebagai antikoagulan atau
antiplatelet, seperti aspirin dapat memperhebat terjadinya pendarahan.

2. Echinaceae
Echinaceae biasanya diindikasikan untuk meningkatkan imunitas.
Penggunaan echinaceae bersama dengan ketoconazole (anti jamur), isoniazid
(untuk mengobati penyakit TBC), dapat menyebabkan lifer toxicity.

9
3. Caffeine
Penggunaan obat kimia yang mengandung caffeine dengan obat
tradisional yang mengandung gingseng dapat menyebabkan gangguan
gastrointestinal, serta menyababkan insomnia.
4. Ginseng
Berdasarkan penelitian penggunaan ginseng bersama coumadin dapat
menyebabkan pendarahan. Ginseng yang digunakan bersamaan dengan warfin
dapat menurunkan efek anti koagulan dari warfin akibatnya proses pendarahan
dapat tetap terjadi.
5. Allium sativum (bawang putih)
Penggunaan allium sativum bersama dengan warfarin juga dapat
menyebabkan proses pendarahan tetap terjadi.

Bersifat menguntungkan
1. Rhubarb-akar kelembak
Yang mengandung tanin menunjukkan efek yang sinergis dengan obat-
obatan ACE inhibitor seperti Captropil untuk mengurangi kadar kreatinin dalam
serum
2. Buah Pare (Momordica charantia)

Dengan obat diabetes oral maupun dengan tanaman brotowali


(Tinospora cordifolia) untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes.

3. Kunyit Asam

Dimana kurkuminoid yaitu zat aktif dalam kunyit yang bersifat labil
distabilkan oleh asam

4. Kunyit- Bawang Putih

Dapat menurunkan kolesterol total,penurunan LDL, Trigliserida, Glukosa


darah dan peningkatan kadar HDL.

10
D. Perbedaan obat kimiawi dan obat herbal

Obat kimiawi :

1. Lebih diarahkan untuk menghilangkan gejala-gejalanya saja.


2. Bersifat sintomatis yang hanya untuk mengurangi penderitaannya saja.
3. Bersifat paliatif artinya penyembuhan yang bersifat spekulatif, bila tepat
penyakit akan sembuh, bila tidak endapan obat akan menjadi racun yang
berbahaya.
4. Lebih diutamakan untuk penyakit-penyakit yang bersifat akut (butuh
pertolongan segera) seperti asma akut, diare akut, patah tulang, infeksi akut,
dan lain-lain.
5. Reksi cepat, namun bersifat destruktif artinya melemahkan organ tubuh lain,
terutama jika dipakai terus-menerus dalam jangka waktu lama.
6. Efek samping yang bisa ditimbulkan iritasi lambung dan hati, kerusakan
ginjal, mengakibatkan lemak darah.
7. Reaksi terhadap tubuh cepat.

Obat herbal :

1. Diarahkan pada sumber penyebab penyakit dan perbaikan fungsi serta


organ-organ yang rusak.
2. Bersifat rekonstruktif atau memperbaiki organ dan membangun kembali
organ-organ, jaringan atau sel-sel yang rusak.
3. Bersifat kuratif artinya benar-benar menyembuhkan karena
pengobatannya pada sumber penyebab penyakit.
4. Lebih diutamakan utuk mencegah penyakit, pemulihan penyakit-penyakit
komplikasi menahun, serta jenis penyakit yang memerlukan pengobatan
lama.
5. Reaksi lambat tetapi bersifat konstruktif atau memperbaiki dan
membangun kembali organ-organ yang rusak.
6. Efek samping hampir tidak ada, asalkan diramu oleh herbalis yang ahli
dan berpengalaman.

11
Daftar Pustaka

Blazek-Welsh and Rhodes., 2001, Maltodextrin Based Proniosomes, AAPS PharmSci,


3(1):1.

Ebadi, M., 2002. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine, Washington : CRC Press
LLC, p. 25-51.

Eneng,2011 http://enengiephoong.blogspot.co.id/2011/02/interaksi-obat-dengan-obat-
herbal-html

Gohil, and Patel, 2007, Herb-Drug Interactions, Indian Journal of Pharmacology,


39(3):129-139.

Inamdar, Edalat, Kotwal, Pawar, 2008, Herbal Drugs in Milieu of Modern Drugs,
International Journal of Green Pharmacy, 2(1):2-8.

Izzo, 2004, Herb-Drug Interactions, Fundamental & Clinical Pharmacology, 19: 116.

Kamus Kesehatan, 2015 Kamuskesehatan.com/arti/interaksi-obat

Rodda, Molmoori, Samala, Banala, Ciddi, 2010, An Insight into Herb - Drug Interactions,
International Journal of Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology, 2(4): 689-706.

WHO, 2001. Legal Status of Traditional Medicine and Complementary/ Alternative


Medicine : A Worldwide Review, Geneva.

WHO, 2005. National Policy on Traditional Medicine and Regulation of Herbal


Medicines, Report of a WHO global survey, Geneva.

12

Anda mungkin juga menyukai