0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
157 tayangan2 halaman
Dokumen ini memberikan pedoman tentang diagnosis dan penatalaksanaan bells' palsy. Bells' palsy adalah paralisis saraf wajah unilateral akibat faktor seperti infeksi virus, paparan dingin, atau penyakit autoimun. Pasien akan mengalami kelumpuhan otot wajah sebelah. Pengobatan meliputi kortikosteroid dan antivirus untuk mengurangi inflamasi dan mencegah komplikasi. Fisioterapi dapat dilakukan setelah fase akut untuk
Dokumen ini memberikan pedoman tentang diagnosis dan penatalaksanaan bells' palsy. Bells' palsy adalah paralisis saraf wajah unilateral akibat faktor seperti infeksi virus, paparan dingin, atau penyakit autoimun. Pasien akan mengalami kelumpuhan otot wajah sebelah. Pengobatan meliputi kortikosteroid dan antivirus untuk mengurangi inflamasi dan mencegah komplikasi. Fisioterapi dapat dilakukan setelah fase akut untuk
Dokumen ini memberikan pedoman tentang diagnosis dan penatalaksanaan bells' palsy. Bells' palsy adalah paralisis saraf wajah unilateral akibat faktor seperti infeksi virus, paparan dingin, atau penyakit autoimun. Pasien akan mengalami kelumpuhan otot wajah sebelah. Pengobatan meliputi kortikosteroid dan antivirus untuk mengurangi inflamasi dan mencegah komplikasi. Fisioterapi dapat dilakukan setelah fase akut untuk
No. Revisi Tanggal Terbit Halaman 1/2 Pemerintah Puskesmas Kabupaten Susukan Cirebon dr. H. Andi Ridwan.S Nip. 19710223 200112 1 003
Pengertian Bellspalsy adalah paralisis fasialis perifer idiopatik, merupakan
penyebab tersering dari paralisis fasialis unilateral. Bells palsy merupakan kejadian akut, unilateral, berupa paralisis saraf fasial perifer, yang secara gradual mengalami perbaikan pada 80-90% kasus. Bells palsy merupakan satu dari penyakit neurologis tersering yang melibatkan saraf kranialis, dan penyebab tersering (60-75%) dari kasus paralisis fasialis unilateral akut di dunia. Faktor resiko: paparan dingin (kehujanan, udara malam, AC); infeksi, terutama virus (HSV tipe 1); penyakit autoimun; diabetes mellitus; hipertensi; kehamilan. ICD X: G51.0 (Bellspalsy) Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan bellspalsy Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Susukan Nomor Tahun 2017 tentang Pemberian Layanan Klinis. Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016 Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut antrian. 2. Petugas mempersilahkan pasien masuk ke ruang pemeriksaan. 3. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga) 4. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan, 5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan atau yang sesuai: wajah merot/tertarik ke sisi kontralateral, tidak mampu menutup mata ipsilateral, hialngnya kerutan di dahi ipsilateral; nyeri tajam pada telinga dan mastoid; penurunan rasa pengecapan pada lidah ipsilateral, hiperakusis ipsilateral, gangguan lakrimasi ipsilateral, gangguan sensorik wajah (jarang di temukan). 6. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan 7. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign, dan pemeriksaan fisik 8. Petugas memberikan terapi: Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset. a. Kortikosteroid (prednisone), dosis: 1mg/kg atau 60 mg/hari selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari. TATALAKSANA BELLS PALSY SPO No. Dokumen No. Revisi Tanggal Terbit Halaman 2/2 Pemerintah Puskesmas Kabupaten Susukan Cirebon dr. H. Andi Ridwan.S Nip. 19710223 200112 1 003
b. Jika tidak ada gangguan fungsi ginjal, antiviral (asiklovir) dapat
diberikan dengan dosis 400mg oral 5 kali sehari selama 7-10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800mg oral 5 kali/hari. c. Lindungi mata dengan lubrikasi okular topikal dengan air mata artificial untuk mencegah corneal exposure. d. Fisioterapi atau akupuntur dapat dilakukan setelah melewati fase akut (+/- 2 minggu) 9. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya 10. Petugas melakukan rujukan jika ada indikasi: a. Bila dicurigai kelainan lain b. Tidak menunjukkan perbaikan c. Terjadi kekambuhan atau komplikasi. 11. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi. 12. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien. 13. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry. 14. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus Unit Terkait Unit BP-Umum Unit BP-Lansia