Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUBUNGAN BUDAYA DAN ISLAM DI INDONESIA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Studi Islam Indonesia

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Mansur, M.Ag

Disusun oleh:
Nicken Fitriana (23040-15-0108)
Dyah Pitaloka (23040-15-0060)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wa rohmatullahi wa barakatuh


Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala curahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing kepada penulis untuk menghadirkan sebuah makalah dengan judul
HUBUNGAN BUDAYA DAN ISLAM DI INDONESIA.

Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan keharibaan junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat sahabat dan para pengikut beliau sampai
akhir zaman.

Makalah yang penulis sajikan sedapat mungkin penulis hadirkan dalam bentuk yang
mudah dimengerti. Banyak kesulitan dan hambatan yang saya hadapi dalam membuat tugas
mandiri ini tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai
pihak sehingga saya mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik.

Saya menyadari bahwa tugas kelompok kami ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami sangat mengharap saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri
kelompok kami ini dan semoga dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat dekat di masyarakat.
Bahkan banyak yang salah mengartikan bahwa agama dan kebudayaan adalah satu
kesatuan yang utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan kebudayaan mempunyai
kedudukan masing-masing dan tidak dapat disatukan, karena agamalah yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun keduanya mempunyai hubungan
yang erat dalam kehidupan masyarakat.

Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya
manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal
manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan karsa yang telah
terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi
sebuah peradaban. Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-
aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada nafsu
hewani, sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk
membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan
kebudayaan yang beradab atau perdaban Islam.

Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara
pesat ke seluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis Islam
telah meletakkan nilai-nilai kebudayaannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Agama dan Kebudayaan ?

2. Apa saja budaya yang boleh dan tidak boleh dalam islam ?

3. Bagaimana perpaduan Islam dengan budaya Jawa ?


4. Kebudayaan Jawa apa saja yang terdapat unsur islam ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Agama dan Kebudayaan
2. Mengetahui budaya yang boleh dan tidak boleh dalam islam
3. Mengetahui perpaduan islam dengan budaya di Jawa
4. Mengetahui kebudayaan Jawa apa saja yang terdapat unsur islam

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Agama dan Kebudayaan

Kata agama berasal dari bahasa sansekerta yaitu berasal dari kata a (tidak) dan
gama (kacau), yang bila digabungkan menjadi sesuatu yang tidak kacau. Dan agama ini
bertujuan untuk memelihara atau mengatur hubungan seseorang atau sekelompok orang
terhadap realitas tertinggi yaitu Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata agama berarti prinsip kepercayaan kepada Tuhan 1.
Agama diucapkan oleh orang barat dengan religios (bahasa latin), religion ( bahasa
Inggris, Perancis, Jerman ) dan religie ( bahasa Belanda ). Istilah ini bukanya tidak
mengandung arti yang dalam melainkan mempunyai latarbelakang pengertian yang
mendalam daripada pengertian Agama yang telah disebutkan diatas. Berikut ini
adalah penjelasan dari nama-nama lain dari agama yang ada di atas 2:

a. Religie (religion) menurut pujangga kristen, Saint Augustinus, berasal dari kata re
dan eligare yang berarti memilih kembali dari jalan yang sesat ke jalan Tuhan.
b. Religie, menurut Lactantius, berasal dari kata re dan ligare yang artinya
menghubungkan kembali sesuatu yang telah putus. Yang dimaksud ialah
menghubungkan diantara Tuhan dan manusia yang telah terputus karena dosa-
dosanya.
c. Religie berasal dari re dan ligere yang berarti membaca berulang-ulang bacaan-
bacaan suci, dengan maksud agar jiwa si pembaca terpengaruh oleh kesuciannya.
Demikian pendapat dari Cicero.

Agama ini muncul dari perasaan ketakjuban manusia terhadap realitas alam
yang ada. Seperti air yang bisa melepaskan dahaga seseorang, namun terkadang bisa
membawa malapetaka seperti banjir, angin yang memberikan kesejukan, namun
terkadang mendatangkan kerusakan seperti angin topan atau tornado, kemudian mereka
1 Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2005), Hal 19.
2 Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Hal 3.
percaya bahwa ada suatu kekuatan tertentu. Mereka mencoba untuk mencari keselamatan
dari ketidakseimbangan yang mereka rasakan, yang dapat mendatangkan keselamatan
bagi mereka. Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan
menyembah Ilahi yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup
dan kehidupan kepada manusia. Upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritual secara
pribadi dan bersama yang ditujukan kepada kekuatan besar yang mereka percayai
sebagai Tuhan.

Kemudian mengenai pengertian budaya atau kebudayaan menurut Koentjara


Ningrat ialah berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.3

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: budaya adalah


pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang kebudayaan adalah hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat 4.
Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak,
kesenian, ilmu, dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau
tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan
kelakuan.

3 Prijono,Prasaran Mengenai Kebudayaan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Hal 1.


4 Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2005), Hal 19.
2. Budaya yang boleh dan tidak boleh dalam Islam
Ajaran Islam yang berkembang di Indonesia mempunyai tipikal yang spesifik bila
dibandingkan dengan ajaran Islam di berbagai negara Muslim lainnya. Menurut banyak studi,
Islam di Indonesia adalah Islam yang akomodaatif dan cenderung elastis dalam berkompromi
dengan situasi dan kondisi yang berkembang di Indonesia, terutama situasi sosial politik yang
sedang terjadi pada masa tertentu. Muslim Indonesia pun konon memiliki karakter yang khas,
terutama dalam pergumulannya dengan kebudayaan lokal Indonesia. Disinilah terjadi dialog
dan dialektika antara Islam dan budaya lokal yang kemudian menampilkan wajah Islam yang
khas Indonesia, sehingga dikenal sebagai Islam Nusantara atau Islam Indonesia dimaknai
sebagai Islam yang berbau kebudayaan Indonesia. Islam yang bernalar Nusantara, Islam yang
menghargai pluralitas, Islam yang ramah kebudayaan lokal, dan sejenisnya. Islam
Nusantara atau Islam Indonesia bukan foto copy Islam Arab, bukan kloning Islam Timur
Tengah, bukan plagiasi Islam Barat, dan bukan pula duplikasi Islam Eropa.
Meskipun Islam lahir di negeri Arab, tetapi dalam kenyataannya Islam dapat tumbuh
dan berkembang dengan kekhasannya dan pada waktu yang sama sangat berpengaruh di bumi
Indonesia yang sebelumnya diwarnai animisme dan dinamisme, serta agama besar seperti
Hindu dan Budha. Dengan demikian, wajah Islam yang tampil di Indonesia adalah wajah
Islam yang khas Indonesia, wajah Islam yang berkarakter Indonesia, dan Islam yang menyatu
dengan kebudayaan masyarakat Indonesia, tetapi sumbernya tetap al-Quran dan al-Sunnah.
Oleh karena itulah, wajah Islam di Indonesia merupakan hasil dialog dan dialektika
antara Islam dan budaya lokal yang kemudian menampilkan wajah Islam yang khas
Indonesia. Dalam kenyataannya, Islam di Indonesia memanglah tidak bersifat tunggal, tidak
monolit, dan tidak simple, walaupun sumber utamanya tetap pada al-Quran dan al-Sunnah.
Islam Indonesia bergelut dengan kenyataan negara-negara, modernitas, globalisasi,
kebudayaan likal, dan semua wacana kontemporer yang menghampiri perkembangan zaman
dewasa ini.
Dari riwayat Rasulullah Saw, Islam membiarkan beberapa adat kebiasaan manusia
yang tidak bertentangan dengan syariat dan adab-adab Islam atau sejalan dengannya. Oleh
karena itu, Rasulullah Saw tidak menghapus seluruh adat dan budaya masyarakat Arab (pada
masa itu) yang ada sebelum datangnya Islam. Akan tetapi Rasulullah Saw melarang budaya-
budaya yang mengandung unsur syirik, seperti pemujaan terhadap leluhur dan nenek
moyang, dan budaya-budaya yang bertentangan dengan adab-adab Islami.
Jadi, selama adat dan budaya itu tidak bertentangan dengan Islam, silahkan
melakukannya. Namun jika bertengan dengan ajaran Islam, seperti memamerkan aurat pada
sebagian pakaian adat daerah, atau budaya itu berbau syirik atau memiliki asal-usul ritual
syirik dan pemujaan atau penyembahan kepada dewa-dewa atau Tuhan-Tuhan selain Allah,
maka budaya seperti itu hukumnya haram.

3. Perpaduan Islam dengan Budaya di Jawa


a. Kebudayaan Jawa
Sebelum bangsa Hindu datang di pulau jawa, orang jawa sudah mempunyai
kebudayaan sendiri, bahkan sejak zaman prasejarah. Dengan datangnya bangsa Hindu,
maka lahirlah apa yang dinamakan kebudayaan Hindu-Jawa yang bersifat persesuaian
kebudayaan Hindu dengan Jawa. Kemudian kebudayaan Hindu-Jawa menerima agama
Islam dengan kebudayaannya dan terjadilah perpaduan yang disebut sinkretisme.
Adanya kaitan antara zkebudaayaan Jawa dengan Islam dapat di pastikan, bahwa
tidak sekedar kaitan, tetapi justru perpaduan jalin-menjalin bagaikan isi-mengisi.
Sinkretisme berkembang karena agama Islam yang masuk ke Indonesia adalah agama
islam yang telah banyak terpengaruh oleh unsur-unsur mistik di Persia dan India, yang
mengandung unsur-unsur yang cocok dengan pandangan hidup tradisional orang jawa
pada waktu itu.
Pada umumnya orang Jawa mengakatakan bahwa agama yang dianutnya adalah
Islam. Walaupun demikian, tidak sedikit yang tidak menjalankan kelima rukun Islam
secara serius. Misalnya, mereka tidak sembahyang lima waktu, tidak melakukan
sembahyang jumat, bahkan ada pula yang tidak terlalu memperdulikan pantangan
makan daging babi. Banyak juga tidak berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji
sekalipun mereka mampu. Namun demikian, banyak diantara mereka yang taat
berpuasa di bulan Ramadhan. Orang-orang Jawa yag bersikap seperti itulah yang
disebut sinkretis.5

5 H.Karkono Kamajaya Partokusumo, Kebudayaan Jawa,Perpaduannya dengan Islam, (Yogyakarta: Aditya


Media, 1995), Hal 263-265.
Sejarah telah membuktikan adanya perpaduan Ilmu Kejawen dengan Islam. Di sisi lain
telah terjadi pengolahan Islam ke dalam Kejawen. Pengolahannya tidak berarti mengambil
ajaran Islam sepenuhnya atau seutuhnya untuk dimasukkan mentah-mentah ke dalam
kebudayaan Jawa. Pengolahan ialah semacam mengambil inti ajaran Islam yang diterapkan
dan dipadukan dengan ajaran Jawa6.

4. Kebudayaan Jawa yang Terdapat Unsur Islam

6 H.Karkono Kamajaya Partokusumo, Kebudayaan Jawa,Perpaduannya dengan Islam, (Yogyakarta: Aditya


Media, 1995), Hal 269.

Anda mungkin juga menyukai