Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DAS merupakan ekosistem dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta
unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow
dan outflow dari material dan energi. Pengelolaan DAS dapat juga disebutkan suatu
bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan
sumberdaya alam yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi
pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan dengan upaya menekan
kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS
dapat merata sepanjang tahun. Keterpaduan biofisik tersebut menyebabkan daerah
aliran sungai harus dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh menyeluruh yang terdiri
dari sumber-sumber air, badan air, danau, dan waduk yang satu dengan yang lainnya
tidak dapat dipisahpisahkan
Pengelolaan DAS merupakan suatu usaha untuk menggunakan semua sumberdaya
(tanah, vegetasi, dan air) pada DAS tersebut secara rasional. Pengelolaan DAS untuk
mendapatkan penggunaan lahan yang berkelanjutan demi tercapainya produksi optimum
dalam waktu yang tidak terbatas, dan untuk menekan bahaya kerusakan seminimum
mungkin, sehingga didapat hasil air dalam jumlah, kualitas dan distribusi yang baik.
Meningkatnya jumlah penduduk disertai tuntutan akan peningkatan penyediaan
kebutuhan pangan dan kebutuhan lainnya sehingga menyebabkan terjadinya kompetisi
antara berbagai kemungkinan penggunaan lahan, sehingga daya dukung lahan dan daya
dukung DAS pada DAS tersebut menurun. Permasalahan DAS tumbuh seiring dengan
pertambahan penduduk dan waktu, tugas pengelolaannya hampir tanpa akhir, dengan
demikian pengelolaan DAS bersifat sinambung (continuous) dan lentur (flexible),
sehingga tidak dapat diselesaikan dengan sekali kegiatan dapat tuntas. Hal ini
disebabkan oleh masalah baru akan selalu timbul, sebagai akibat aktivitas manusia
maupun oleh proses alam.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagian- bagian Daerah Aliran Sungai beserta peruntukan dan
pemanfaatan Daerah Aliran Sungai pada setiap bagiannya.
2. Untuk mengidentifikasi kesesuaian pemanfaatan Daerah Aliran Sungai secara aktual
dibandingkan dengan peruntukan yang seharusnya.
3. Untuk menganalisis isu-isu atau permasalahan manajemen Daerah Aliran Sungai
yang sedang terjadi dan memberikan solusi atau gagasan untuk memecahkan
masalah tersebut.
4. Untuk mengevaluasi secara menyuluruh terkait manajemen Daerah Aliran Sungai
yang telah dilakukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai 3


Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah atau kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama kelaut atau danau. DAS
merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur
kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan
outflow dari material dan energi (Mustapa, 2014).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut
sampai dengan batas perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. DAS juga
diartikan sebagai daerah yang dibatasi oleh punggungpunggung gunung dan air akan
dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama. DAS merupakan ekosistem
dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara
dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan
energi (Sumarniasih, 2015).
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi
oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk
kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Definisi daerah aliran sungai
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alami, yang batas darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. DAS
adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anakanak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan (Pertiwi, 2011).

2.2 Bagian-bagian DAS Serta Peruntukan Manfaatnya


Batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu
didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi
lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari
kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit),
dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air
sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan
ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan
seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau. Ketiga DAS bagian hilir didasarkan pada
fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan
pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah (Mustapa, 2014).
DAS berdasarkan ekosistemnya dibagi menjadi bagian hulu, tengah, dan hilir. DAS
bagian hulu merupakan daerah konservasi yang mempunyai kerapatan drainase lebih
tinggi dan memiliki kemiringan lereng lahan yang besar. DAS bagian tengah merupakan
daerah transisi dari kedua bagian DAS hulu dan hilir. DAS bagian hilir merupakan
daerah pemanfaatan, kerapatan aliran kecil dan memiliki kemiringan lahan yang kecil
sampai sangat kecil. Ekosistem DAS bagian hulu merupakan bagian penting, karena
mempunyai perlindungan terhadap seluruh bagian DAS, perlindungan tersebut dari segi
fungsi tata air. Konsep pengelolaan DAS dalam implementasinya merupakan tanggung
jawab semua daerah di kawasan DAS dan yang penting sekarang implementasinya
seperti apa dan kapan dilaksanakan perlu koordinasi antar instansi terkait dan
sebaiknya juga melibatkan masyarakat setempat (Sumarniasih, 2015).
Untuk tujuan pengelolaan dan pengendalian, maka daerah aliran sungai dibagi atas
tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah dan daerah hilir. Daerah hulu merupakan daerah
yang berada dekat dengan aliran sungai yang merupakan tempat tertinggi dalam suatu
DAS. Daerah hulu sungai merupakan bagian dari ekosistem DAS yang didalamnya
terjadi interaksi antara unsur-unsur biotik (vegetasi) dan unsur-unsur abiotik (iklim dan
tanah). Interaksi ini dinyatakan dalam bentuk keseimbangan antara masukan dan
keluaran berupa air dan sedimentasi. Daerah tengah merupakan daerah transisi antara
daerah hulu dan hilir sehingga biasa juga dinamakan transfer zone. Secara fisik,
kawasan ini memiliki karakter: sebagai tempat akumulasi material lepas seperti pasir
dan kerikil, tanahnya subur sehingga cocok menjadi area pertanian dan sebagai tandon
air permukaan sehingga terkadang dimanfaatkan sebagai budidaya perikanan. Sedang
daerah hilir merupakan daerah pengaliran akhir yang memilki karakteristik fisik: alur
melebar, tebing melandai (kurang dari 8%), dinding lembah landai, terbentuk dataran
banjir serta terbentuk meander (Pertiwi, 2011).

2.3 Manajemen atau Pengelolaan DAS Terpadu


DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta
unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow
dan outflow dari material dan energi. Pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan
suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit
pengelolaan sumber daya alam (SDA). Secara umum untuk mencapai tujuan
peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari)
dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai
yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun (Mustapa, 2014).
Pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang
menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan. Pengelolaan DAS pada dasarnya
merupakan usaha-usaha penggunaan sumberdaya alam suatu DAS secara rasional
untuk mencapai tujuan produksi pertanian yang optimum dalam waktu yang tidak
terbatas, berkelanjutan dan lestari. Usaha disertai dengan upaya untuk menekan
kerusakan seminimum mungkin, sehingga aliran air merata sepanjang tahun
(Sumarniasih, 2015).
Manajemen daerah aliran sungai merupakan upaya pengelolaan sumber daya air.
Dalam suatu DAS banyak sekali komponen, sistem dan fungsi atau peran terkait dengan
sumber daya air. Olehnya itu pengelolaan sumber daya air harus dilihat secara utuh
dalam satu kesatuan minimal dalam suatu daerah aliran sungai. Manajemen DAS juga
dapat diartikan sebagai pemanfaatan secara rasional dari sumberdaya lahan dan air
untuk produksi maksimum dengan resiko kerusakan minimum terhadap sumber daya
alam. Setiap masukan dalam DAS terjadi proses interaksi dan berlangsung dalam
ekosistem tersebut. Proses interaksi tersebut dapat dievaluasi berdasarkan keluaran
dari ekosistem. Sistem DAS merupakan suatu rangkaian komponen ekosistem yang
harus dipertimbangkan dalam pengelolaannya (Pertiwi, 2011).

2.4 Permasalahan Umum Manajemen DAS di Indonesia


Alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian atau bukan pertanian akan
mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS, yang akan lebih dirasakan oleh
masyarakat di daerah hilir. Persepsi umum yang berkembang sekarang, konversi hutan
menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata
air, mencegah banjir, longsor dan erosi pada DAS tersebut. Hutan selalu dikaitkan
dengan fungsi positif terhadap tata air dalam ekosistem DAS. Kerusakan pada DAS
akibat dari intervensi dan kebutuhan manusia yang terus meningkat serta alih fungsi
lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kesesuaian dan kemampuan lahan
menyebabkan munculnya berbagai bencana alam, keadaan ini menyebabkan semakin
meningkatnya DAS kritis dan rusak (Sumarniasih, 2015).
Banjir merupakan permasalahan umum dalam pengelolaan sungai. Banjir terjadi
akibat rendahnya kapasitas tampang maksimum (bank full capacity) sungai. Sedang
penanganan terhadap genangan banjir yang direkomendasikan adalah dengan
membuat storage area. Kondisi bankfull capacity yang kecil terjadi karena tingginya
sedimentasi disepanjang alur sungai akibat erosi alur dan longsoran tebing sungai.
Selain itu, banjir sungai juga dapat dipengaruhi oleh kondisi pasang. Alternatif terbaik
yang disarankan dalam penanggulangan banjir adalah pembangunan tanggul sungai
Karakteristik daerah aliran sungai juga mempengaruhi kondisi banjir yang terjadi. Untuk
daerah hulu dengan alur sungai yang relatif curam dan bukit yang terjal, maka banjir
dengan waktu datang sangat singkat sering terjadi. Namun di daerah ini banjir akan
datang dengan waktu yang singkat, demikian pula dengan waktu berakhirnya, karena
elevasi daerah yang relatif lebih tinggi sehingga air banjir dengan mudah mencari alur
keluar (Pertiwi, 2011).
Erosi pada daerah aliran sungai umumnya terjadi karena pemanfaatan lahan yang
tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah dan air. Erosi di suatu lahan menyebabkan
hilangnya lapisan atas tanah yang subur untuk menyangga pertumbuhan tanaman.
Untuk mempertahankan kelestarian produktivitas tanah makan perlu dicegah agar erosi
yang terjadi tidak merugikan, atau dapat dikatakan tidak melebihi batas erosi yang dapat
diabaikan. Jika erosi telah terjadi makan diperlukan upaya rehabilitasi dan konservasi
lahan. Selain itu masalah lain adalah sedimentasi pada daerah aliran sungai. Hal
tersebut akan mengurangi daya tampung sungai yang nantinya akan mengakibatkan
meluapnya air ke permukaan tanah (Komaruddin, 2008).

2.5 Siklus Hidrologi dalam Pengolaan DAS


Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi sangat diperlukan
terutama untuk melihat masukan berupa curah hujan yang selanjutnya didistribusikan
melalui beberapa cara. Konsep daur hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan
langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian,
evaporasi dan air infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran.
Daur hidrologi dalam DAS merupakan tahapan dalam pengolaan DAS (Mustapa, 2014).
Sistem hidrologi dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang dapat maupun yang tidak
dapat dipengaruhi oleh manusia. Faktor yang dapat dipengaruhi oleh manusia yaitu
faktor tataguna lahan dan panjang lereng, oleh karena itu dalam perencanaan
pengelolaan DAS diperlukan kegiatan yang salah satu fokusnya ditujukan pada
perubahan tataguna lahan serta pengaturan panjang lereng. Faktor yang tidak dapat
dipengaruhi oleh manusia adalah iklim dan relief (Sumarniasih, 2015).
Sungai juga merupakan salah satu elemen dalam siklus hidrologi dimana sungai
mengumpulkan 3 (tiga) jenis limpasan yakni limpasan permukaan (surface runoff), aliran
intra (interflow) dan limpasan air tanah (groundwater runoff). Air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah sebagian terinfiltrasi dan sebagian mengisi lekuk-lekuk permukaan
tanah, kemudian mengalir ke daerah yang lebih rendah dan masuk ke sungai. Aliran air
ini merupakan limpasan permukaan. Aliran intra berasal dari aliran air yang terlebih
dahulu terserap oleh tanah dan keluar kembali menuju ke sungai. Limpasan air tanah
bersumber dari air tanah (groundwater) yang keluar sedikit demi sedikit dalam jangka
waktu yang lama ke permukaan tanah yang rendah (Pertiwi, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Komaruddin, Nanang. 2008. Penilaian Tingkat Bahaya Erosi di Sub Daerah Aliran Sungai
Cileungsi, Bogor. Bandung : Universitas Padjajaran

Mustapa, Maisal. 2014. Analisis Kualitas Air Sungai pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Way
Keteguhan Bandar Lampung. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Pertiwi, Nurlita. 2011. Pengembangan Model Pengelolaan Sungai Berbasis Pada Konsesp
Ekohidrolik (Studi Kasus Sungai Lawo Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan). Bogor :
Institut Pertanian Bogor

Sumarniasih, Made Sri. 2015. Perencanaan Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai
Ayung Provinsi Bali. Denpasar : Universitas Udayana.
LAMPIRAN

Definisi Daerah Aliran Sungai 3


Bagian-bagian DAS Serta Peruntukan Manfaatnya
Manajemen atau Pengelolaan DAS Terpadu
Permasalahan Umum Manajemen DAS di Indonesia
Siklus Hidrologi dalam Pengolaan DAS

Anda mungkin juga menyukai