Anda di halaman 1dari 29

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama :Ny. SM
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin :perempuan
Alamat :sakra barat
Agama : Islam
Pekerjaan :PNS (Guru)
Pendidikan :S1
ANAMNESIS
(anamnesis, Tgl:2 maret 2017)
Keluhan utama
Nyeri menelan dan rasa ada yang mengganjal ditenggorokan.
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang ke poli THT RSUD Dr, R Soedjono Selong dengan keluhan nyeri menelan dan
rasa ada yang mengganjal ditenggorokan sejak 1 tahun yang lalu. Dalam satu bulan pasien
merasaakan nyeri dua kali. Bila nyeri timbul, pasien merasakan badannya mulai panas.nyeri
setelah pasien mengkonsumsi es krim dan minuman dingin.Pasien juga tidur mendengkur,tetapi
hal ini dirasakan sejak 5 bulan terakhir ini.
Sejak > 2 bulan sebelum masuk rumh sakit, nyeri saat menelan semakin sering dirasakan
os.Selain keluhan nyari menelan, os. Juga mengeluh susah menelan, baik makanan biasa ataupun
makanan lunak. Tenggorokan terasa berlendir (+), terasa kering (-), sulit membuka mulut
(-). Demam (+).Demam hilang timbul tanpa disertai menggigil.Batuk berdahak (+), pilek (+).
> 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, os merasa keluhan semakin memberat. Os juga
merasakan nyeri tenggorokan saat menelan air liur.Keluhan demam (-), batuk (-), pilek (-).
Riwayat pengobatan
pasien sudah pernah dibawa berobat ke dokter klinik dan didiagnosa mengalami tonsilitis. pasien
diberikan obat minum dan dokter tersebut menyarankan untuk operasi jika keluhan
berulang.Setelah berobat, hanya keluhan demam dan batuk yang berkurang.Keluhan dibiarkan
saja dan lama kelamaankeluhan hilang sendiri.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat batuk pilek berulang (+)
Riwayat penyakit keluarga
Adik pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat Kebiasaan
Pasien suka mengkonsumsi makanan yang pedas-pedas dan panas.sehari-haripasien memasak
masakan menggunakan penyedap rasa. Ketika tidur, pasien tidak pernah mengorok.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mm/Hg
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,6 0C
Nadi : 96 x/menit
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Stridor inspirasi : (-)
Pemeriksaan fisik
a). Telinga
Telinga kanan Kiri
Daun telinga
- Keloid - -
- Perikondritis - -
- Kista - -
- Fistel - -
- Nyeri tekan tragus / - -
daun telinga
Liang telinga
- Serumen - -
- Secret - -
- Korpus alienum - -
- Jaringan granulasi - -
Membran timpani
- Warna Putih mutiara Putih mutiara
- Reflek cahaya Arah jam 7 Arah jam 5
- Hiperemis - -
- sekret - -
Retro aurikuler
- fistel - -
- kista - -
- abses - -
Pre Aurikuler
- fistel - -
- kista - -
- abses - -

b). Hidung
inspeksi :
- tidak ada deviasi
- kavum nasi
- kanan - kiri
- hiperemis (-) - hiperemis (-)
- secret (-) - secret (-)
- rambut (+) - rambut (+)

- selaput lendir
- kanan - kiiri
- hiperemis (-) - hiperemis (-)
- edema (-) - edema (-)
c). Mulut
Hasil
Selaput lender mulut Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-), massa (-)
Bibir Sianosis (-), hiperemis (-)
Lidah Gerakan segala arah (+), atropi (-)
Gigi Lengkap, karies (-)

d). Faring
Hasil
Uvula Di tengah, hiperemis (-), edema (-)
Palatum mole Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-)
Palatum Durum Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-)
Plika anterior Hiperemis (-), edema (-)
Tonsil Ukuran : T4- T4
Hiperemis (+/+), kripta melebar (+),
Detritus (+)
Plika posterior Hiperemis (-), edema (-)
DIAGNOSIS
Tonsilitis Kronis
PENATALAKSANAAN
a. Diagnostik
Rontgen Thoraks
Pemeriksaan darah rutin
b. Terapi
Pro Tonsilektomi
Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)
c. KIE
Puasa 6 jam sebelum operasi
Terapi post operasi :IVFD RL 20 tetes / menit
Ceftriaxon 2 x 1 gr (IV, skin test terlebih dahulu)
Ketorolac 3 x 30 mg (IV).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. ANATOMI CINCIN WELDEYER
EMBRIOLOGI
Pada permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi invaginasi kantong brakial ke II ke dinding faring
akibat pertumbuhan faring ke lateral.Selanjutnya terbentuk fosa tonsil pada bagian dorsal
kantong tersebut, yang kemudian ditutupi epitel.Bagian yang mengalami invaginasi
akanmembagi lagi dalam beberapa bagian, sehingga terjadi kripta. Kripta tumbuh pada bulan ke
3 6 kehidupan janin, berasal dari epitel permukaan. Pada bulan ke 3 tumbuh limfosit di dekat
epitel
tersebut dan terjadi nodul pada bulan ke 6, yang akhirnya terbentuk jaringan ikat limfoid. Kapsul
dan jaringan ikat lain tumbuh pada bulan ke 5 dan berasal dari mesenkim, dengan demikian
terbentuklah massa jaringan tonsil.
ANATOMI
Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring.Bagian terpentingnya
adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur yang lain adalah tonsil lingual, gugus
limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, di
bawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat didalam faring, diliputi
epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya .Terdapat 3 macam
tonsil yaitu tonsila faringeal (adenoid), tonsila palatina (tonsil faucium), dan tonsila lingualis
yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan tonsil adalah tonsil palatina, sedang tonsila
faringeal lebih dikenal sebagai adenoid.Untuk kepentingan klinis, faring dibagi menjadi 3 bagian
utama: nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Satu pertiga bagian atas atau nasofaring
adalah bagian pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak kecuali palatum molle bagian
bawah. Bagian tengah faring disebut orofaring, meluas dari batas bawah palatum molle sampai
permukaan lingual epiglotis. Bagian bawah faring dikenal dengan nama hipofaring atau
laringofaring, menunjukkan daerah jalan nafas bagian atas yang terpisah dari saluran pencernaan
bagian atas. Pada orofaring yang disebut juga mesofaring, terdapat cincin jaringan
limfoid yang melingkar dikenal dengan Cincin Waldeyer, terdiri dari Tonsilapharingeal
(adenoid), Tonsila palatina, dan Tonsila lingualis.

Gambar 1.1.Pharyngeal tonsil, 2. Palatinetonsil , 3. Lingual tonsil, 4.Epiglottis

Gambar 2.Anatomi cincin waldayer


Tonsila Faringeal (adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang
samadengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu
segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.Lobus ini tersusun
mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus.
Adenoid terletak pada nasofaring yaitu pada dinding atas nasofaring bagian belakang. Jaringan
adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat
meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius Pada masa pubertas adenoid ini akan
menghilang atau mengecilsehingga jarang sekali dijumpai pada orang dewasa. Ukuran adenoid
bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal
antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi. Apabila adenoid membesar maka akan
tampak sebagai sebuah massa yang terdiri dari 4-5 lipatan longitudinal anteroposterior serta
mengisi sebagian besar atas nasofaring. Berlainan dengan tonsil, adenoid mengandung sedikit
sekali kripta dan letak kripta tersebut dangkal.Tidak ada jaringan khusus yang memisahkan
adenoid ini dengan m. konstriktor superior sehingga pada waktu adenoidektomi sukar
mengangkat jaringan ini secara keseluruhan.Adenoid mendapat darah dari cabang-cabang
faringeal A. Karotis interna dan sebagian kecil dari cabang-cabang palatina A. Maksilaris.Darah
vena dialirkan sepanjang pleksus faringeus ke dalam V. Jugularis interna.Sedangkan persarafan
sensoris melelui N. Nasofaringeal yaitu cabang dari saraf otak ke IX dan juga melalui N. Vagus.

Tonsila Lingualis
Merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tidak berkapsul dan terdapat pada basis lidah
diantara kedua tonsil palatina dan meluas ke arah anteroposterior dari papilla sirkumvalata ke
epiglottis. Jaringan limfoid ini menyebar ke arah lateral dan ukurannya mengecil. Dipisahkan
dari otot-otot lidah oleh suatu lapisan jaringan fibrosa.Jumlahnya bervariasi, antara 30-100
buah.Pada permukaannya terdapat kripta yang dangkal dengan jumlah yang sedikit. Sel-sel
limfoid ini
sering mengalami degenerasi disertai deskuamasi sel-sel epitel dan bakteri, yang akhirnya
membentuk detritus.
Tonsila lingualis mendapat perdarahan dari A. Lingualis yang merupakan cabang dari A. Karotis
eksterna.Darah vena dialirkan sepanjang V. Lingualis ke V. Jugularis interna.Aliran limfe
menuju ke kelenjar servikalis profunda.Persarafannya melalui cabang lingual N. IX.
Tonsila Palatina
Tonsil terletak di bagian samping belakang orofaring, dalam fossa tonsilaris, berbentuk oval
dengan ukuran dewasa panjang 20-25 mm, lebar 15-20 mm, tebal 15 mm, dan berat sekitar 1,5
gram. Berat tonsil pada laki-laki berkurang dengan bertambahnya umur, sedangkan pada wanita
berat bertambah pada masa pubertas dan kemudian menyusut kembali. Tonsil palatina adalah
suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan
dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil
berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm. Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan
mempunyai lekukan yang merupakan muara dari kripta tonsil.Jumlah kripta tonsil berkisar antara
20-30 buah, berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Beberapa kripta ada
yang berjalan kearah dalam substansia tonsil dan berakhir dibawah permukaan kapsul..Kripta
dengan ukuran terbesar terletak pada pole atas tonsil dan disebut kripta superior, normalnya
mengandung sel-sel epitel, limfosit, bakteri, dan sisa makanan. Kripta superior sering menjadi
tempat pertumbuhan kuman karena kelembaban dan suhunya sesuai untuk pertumbuhan
kuman, juga karena tersedianya substansi makanan di daerah tersebut.Tonsil tidak selalu mengisi
seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar
Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
Lateral : M. konstriktor faring superior
Anterior : M. palatoglosus
Posterior : M. palatofaringeus
Superior : Palatum mole
Inferior : Tonsil lingual
Secara mikroskopik tonsil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel germinativum
(merupakan sel limfoid) dan jaringan interfolikel (terdiri dari jaringan limfoid).
Fossa tonsilaris di bagian depan dibatasi oleh pilar anterior (arkus plalatina anterior), sedangkan
di bagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus palatina posterior), yang kemudian bersatu
di pole atas dan selanjutnya bersamasama dengan m. Palatina membentuk palatum molle. Bagian
atas fossa tonsilaris kosong dinamakan fossa supratonsiler yang merupakan jaringan ikat longgar.
Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan berhubungan dengan fascia
faringobasilaris yang melapisi M. konstriktor faringeus. Kapsul tonsil tersebut masuk ke dalam
jaringan tonsil, membentuksepta yang mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.
Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika triangularis, dimana pada
bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-kadangmembesar. Plika ini penting karena
sikatrik yang terbantuk setelah prosestonsilektomi dapat menarik folikel tersebut ke dalam fossa
tonsilaris, sehinggadapat dikelirukan sebagai sisa tonsil.
Pole atas tonsil terletak pada cekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut sebagai plika
semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak, letaknya dekat dengan ruang supratonsil
dan disebut glandula salivaris mukosa dari Weber, yang penting peranannya dalam
pembentukan abses peritonsil. Pada saat tonsilektomi, jaringan areolar yang lunak antara tonsil
dengan fosa tonsilaris mudah dipisahkan.

Gambar 3.Potongan sagital rongga hidung, rongga mulut, faring, dan laring.
Di sekitar tonsil terdapat 3 ruang potensial yang secara klinik sering menjadi tempat penyebaran
infeksi dari tonsil. Ketiga ruang potensial tersebut adalah :
1. Ruang peritonsil (ruang supratonsil) Berbentuk hampir segitiga dengan batas-batas :
- Anterior : m. palatoglosus
- Lateral &posterior : m. palatofaringeus
- Dasar segitiga : pole atas tonsil
Dalam ruang ini terdapat kelenjar salivarius Weber, yang bila terinfeksi dapat menyebar ke ruang
peritonsil, menjadi abses peritonsil.
2. Ruang retromolar
Terdapat tepat di belakang gigi molar 3, berbentuk oval, merupakan sudut yang dibentuk oleh
ramus dan korpus mandibula.Di sebelah medial terdapat m. Buccinator, sementara pada
bagianpostero-medialnyaterdapat m. Pterygoideusinternus dan bagian atas
terdapatfasikuluslongus M. temporalis. Bila terjadi abses hebat pada daerah ini
akanmenimbulkan gejala utama trismus disertai sakit yang amat sangat, sehingga sulit dibedakan
dengan abses peritonsil.
3. Ruang parafaring (ruang faringomaksila ; ruang pterygomandibula)
Merupakan ruang yang lebih besar dan luas serta banyak terdapat pembuluh darah besar,
sehingga bila terjadi abses, berbahaya sekali. Adapun batas-batas ruang ini adalah
- Superior : Basis kranii dekat foramen jugulare
- Inferior : Os hyoid
- Medial : M. Konstriktor faringeus superior
- Lateral : Ramus ascendens mandibula, tempat m. Pterygoideus interna dan
bagian posterior kelenjar parotis
- Posterior : Otot-otot prevertebra
Ruang parafaring ini terbagi 2 (tidak sama besar) oleh prosesus styloideus dan otot-otot yang
melekat pada prosesus styloideus tersebut :
- Ruang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena : radng tonsil, mastoiditis,
parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.
- Ruang post-styloid, lebih kecil, di dalamnya terdapat : A. karotis interna, V. Jugularis, N.
Vagus dan saraf-saraf simpatis.
Ruang parafaring ini hanya dibatasi oleh fascia yang tipis dengan ruang retro faring.
Ruang retrofaring
Batas-batasnya adalah sebagai berikut :
- Anterior : fascia m. Konstriktor superior
- Posterior : fascia prevertebralis
- Superior : basis cranii
- Inferior : mediastinum setinggi bifurkasio trakea
- Lateral : parafaringeal space
Aliran Limfe Tonsil
Tonsil tidak mempunyai sistem limfatik aferen. Aliran limfe dari parenkim tonsil ditampung
pada ujung pembuluh limfe eferen yang terletak pada trabekula, yang kemudian membentuk
pleksus pada permukaan luar tonsil dan berjalan menembus M. Konstriktor faringeus superior,
selanjutnya menembus fascia bukofaringeus dan akhirnya menuju kelenjar servikalis profunda
yang terletak sepanjang pembuluh darah besar leher, di belakang dan di bawah arkus mendibula.
Kemudian aliran limfe ini dilanjutkan ke nodulus limfatikus daerah dada, untuk selanjutnya
bermuara ke dalam duktus torasikus.
Vaskularisasi Tonsil
Tonsil diperdarahi oleh beberapa cabang pembuluh darah, yaitu :
- A. Palatina Ascenden, cabang A. Fasialis, memperdarahi bagian postero inferior
- A. Tonsilaris, cabang A. Fasialis, memperdarahi daerah antero-inferior
- A. Lingualis Dorsalis, cabang A. Maksilaris Interna, memperdarahi daerah antero-media
- A. Faringeal Ascenden, cabang A. Karotis Eksterna, memperdarahi daerah postero-superior
- A. Palatida Descenden dan cabangnya, A. Palatina Mayor dan A. Palatina Minor,
memperdarahi daerah antero-superior Daerah vena dialirkan melalui pleksus venosus
perikapsular ke V. Lingualis dan pleksus venosus faringeal, yang kemudian bermuara ke V.
Jugularis Interna. Pembuluh vena tonsil berjalan dari palatum, menyilang bagian lateral
kapsula dan selanjutnya menembus dinding faring.
Gambar 4.Vaskularisasi Tonsil
Persarafan Tonsil
Persarafan tonsil berasal dari saraf trigeminus dan saraf glossopharingeus.Nervus trigeminus
mempersarafi bagian atas tonsil melalui cabangnya yang melewati ganglion sphenopaltina yaitu
n. palatina.Bagian bawah tonsil dipersarafi n. glossopharingeus.
II.2. FISIOLOGI DAN HISTOLOGI TONSIL
Fungsi jaringan limfoid faring adalah memproduksi sel-sel limfosit tetapi peranannya sendiri
dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan.Penelitian menunjukkan bahwa tonsil
memegang peranan penting dalam fase-fase permulaan kehidupan terhadap infeksi mukosa
nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bagian bawah.
Pada tonsil terdapat sistem imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel
dendrit, dan APCs yang berperan dalam transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi
sintesis imunoglobin spesifik.Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel
pembawa IgG. Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari
keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B dan T pada tonsil adalah
50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%. Tonsil merupakan organ limfotik sekunder yang
diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.Tonsil mempunyai
2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai
organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
Hasil penelitian mengenai kadar antibodi pada tonsil menunjukkan bahwa perenkim tonsil
mempunyai kemampuan untuk memproduksi antibodi. Penelitian terakhir menyatakan bahwa
tonsil memegang peranan dalam memproduksi Ig-A, yang menyebabkan jaringan lokal resisten
terhadap organisme patogen.Sewaktu baru lahir tonsil secara histologis tidak mempunyai
centrum germinativum, biasanya ukurannya kecil.Setelah antibodi dari ibu habis, barulah mulai
terjadi pembesaran tonsil dan adenoid, yamg pada permulaan kehidupan masa kanak-kanak
dianggap normal dan dipakai sebagai indeks aktifitas system imun. Pada waktu pubertas atau
sebelum masa pubertas, terjadi kemunduran fungsi tonsil yang disertai proses involusi.
Kuman-kuman patogen yang terdapat dalam flora normal tonsil dan faring tidak menimbulkan
peradangan, karena pada daerah ini terdapat mekanisme pertahanan dan hubungan timbal balik
antara berbagai jenis kuman.Terdapat 2 bentuk mekanisme pertahanan tubuh, yaitu :
1. Mekanisme pertahanan non spesifik
Berupa kemampuan sel limfoid untuk menghancurkan mikroorganisme.Pada beberapa tempat
lapisan mukosa tonsil sangat tipis sehingga menjadi tempat yang lemah terhadap masuknya
kuman ke dalam jaringan tonsil. Dengan masuknya kuman ke dalam lapisan mukosa, maka
kuman ini akan ditangkap oleh sel fagosit, dalam hal ini adalah elemen tonsil. Selanjutnya sel
fagosit akanmembunuh kuman dengan proses oksidasi dan digesti.
2. Mekanisme pertahanan spesifik
Merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap
udaran pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bawah. Tonsil dapat memproduksi
IgA yang akan menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme patogen. Disamping
itu, tonsil dan adenoid jugadapat menghasilkan IgE yang berfungsi untuk mengikat sel basophil
dan sel mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula yang berisi mediator vasoaktif,
yaitu histamin.Sel basofil yang terutama adalah sel basofil dalam sirkulasi (sel basophil
mononuklear) dan sel basofil dalam jaringan (sel mastosit). Bila ada alergen, maka allergen
tersebut akan bereaksi dengan IgE sehingga permukaan sel membrannya terangsang dan
terjadilah proses degranulasi. Proses ini akan menyebabkan keluarnya histamin sehingga timbul
reaksi hipersensitivitas tipe 1, yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema.
Dengan teknik immunoperoksida, dapat diketahui bahwa IgE dihasilkan dari plasma sel terutama
dari epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan kripta tonsil. Sedangkan mekanisme
kerja IgA, bukanlah menghancurkan antigen akan tetapi mencegah substansi tersebut masuk ke
dalam proses imunologi, sehingga dalam proses netralisasi dari infeksi virus, IgA mencegah
terjadinya penyakit autoimun. Oleh karena itu, IgA merupakan barier untuk mencegah reaksi
imunologi serta untuk menghambat proses bakteriolisis.
Apabila terjadi peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer, maka
dapat terjadi pembesaran tonsil, berikut pembagian menurut Thane &Cody :
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior uvula
T2 : batas medial tonsil melewati pilar anterior-uvula sampai jarak pilar anterior-uvula
T3 : batas medial tonsil melewati pilar anterior-uvula sampai jarak pilar anterior-uvula
T4 : batas medial tonsil melewati pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih.

Gambar 5.Pembesaran Tonsil


Histologi tonsil
Secara mikroskopis tonsil memiliki tiga komponen yaitu jaringan ikat, jaringan
interfolikuler,jaringan germinativum. Jaringan ikat berupa trabekula yang berfungsi sebagai
penyokong tonsil.Trabekula merupakan perluasan kapsul tonsil ke parenkim tonsil.Jaringan ini
mengandung pembuluh darah, syaraf, saluran limfatik efferent.Permukaan bebas tonsil ditutupi
oleh epitel stratified squamous. Jaringan germinativum terletak dibagian tengah jaringan tonsil,
merupakan sel induk pembentukan sel-sel limfoid.Jaringan interfolikel terdiri dari jaringan
limfoid dalam berbagai tingkat pertumbuhan.Pada tonsilitis kronis terjadi infiltrasi limfosit ke
epitel permukaan tonsil.Peningkatan jumlah sel plasma di dalam subepitel maupun di dalam
jaringan interfolikel.Hiperplasia dan pembentukan fibrosis dari jaringan ikat parenkim dan
jaringan limfoid mengakibatkan terjadinya hipertrofi tonsil.

TONSILITIS
II. 3. TONSILITIS

II. 3. 1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagiandaricincin Waldeyer.Cincin
Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yangterdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil
faringeal (adenoid), tonsil palatine(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba
Eustachius (lateralband dinding faring atau Gerlachs tonsil) (Soepardi, 2007). Sedangkan
menurutReeves (2001) tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsilatau
amandel.
II. 3. 2. Epidemiologi
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun dimana
penyebarannya melalui droplet infection yaitu alat makan dan makanan
II. 3. 3. Etiologi
A. Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan olehstreptokokus beta
hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus,staphylococcus, Haemalphilus influenza,
sterptoccoccus nonhemoliticus atau streptoccus viridens.
B. Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lainstreptococcus Bhemoliticus grup A,
streptococcus,Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus influenza serta herpes.
C. Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsilberfungsi membantu
menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnyasebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Tonsil bisa dikalahkanoleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang,menyebabkan tonsillitis.
Faktorpresdiposisi :
Beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis, yaitu: 10
Rangsangankronis (rokok, makanan)
Higienemulut yang buruk
Pengaruhcuaca (udaradingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)
Alergi (iritasi kronis dari allergen)
Keadaan umum (kuranggizi, kelelahan fisik)
II. 3. 4. Patofisiologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,amandel berperan sebagai
filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan
infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap
infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi
atau virus.Infeksi bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis. Bakteri atau virus
menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan terkikis dan terjadi peradangan serta
infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim
pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (absesperitonsiler).Abses besar yang terbentuk
dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi (39C-40C).Abses secara
perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah tenggorokan.Dimulai dengan sakit
tenggorokan ringan sehingga menjadi parah, pasien hanya mengeluh merasa sakit
tenggorokannya sehingga berhentimakan.
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening
melemah didalam daerah submandibuler, sakit pada sendi dan otot,kedinginan, seluruh tubuh
sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.Sekresi yang berlebih membuat pasien
mengeluh sukar menelan,belakangtenggorokan akan terasa mengental.Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Gambar 6.Patofisiologi tonsillitis

Gambar 7.Patogenesis tonsillitis kronik


II. 3. 5. Klasifikasi
Bagan 1.Klasifikasitonsilitis

Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut

Gambar 7.Tonsilitisakut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.Penyebab paling tersering
adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus yang
dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus piogenes.
Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus .Detritus merupakan kumpulan
leukosit, bakteri yang mulai mati.
Tonsilitis Folikularis : Adalah tonsillitis akut dengan detritus yang jelas
Tonsilitis Lakunaris :Bila bercak detritus ini memjadi satu membentuk alur- alur .

Gambar 8.Perbedaan tonsillitis bakteridan viral


Gambar 9.Dari kiri kekanan, tonsillitis folikularis dan tonsillitis lakunaris

2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif
dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.Sering dituemukan pada
anak berusia< 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada usia 2 5 tahun walaupun pada orang
dewasa masih mungkin menderita penyakit ini .

Gambar 10.TonsilitisDifteri
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga menimbulkan
epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum
diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita
dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39
C, nyeri kepala , badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.
4. Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan
pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi
kadangkadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.

Gambar 11.Tonsilitiskronis

II. 3. 6. Manifestasi Klinis


Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulang
ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu
menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan,terasa kering dan
pernafasan berbau.
Gejala umum yang dikeluhkan :
Nyeri seringkali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama ). ,Demam, tidak enak badan, sakit kepala, muntah, pasien mengeluh ada penghalang di
tenggorokan, tenggorokan terasa kering, pernafasan bau, pada pemeriksaan tonsil membesar
dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus, tidak nafsu makan, mudah
lelah, nyeri abdomen, pucat, letargi, nyeri kepala, disfagia (sakit saat menelan), mual dan
muntah.
Tonsillitis akut :
Seperti gejala common cold, rasa gatal/ kering ditenggorokan, lesu, nyeri sendi odinafagia,
anoreksia, otalgia, suara serak (bila laring terkena), tonsil membengkak, demam, nafsu makan
menurun .
Tonsilitis membranosa :

Angina Plaut Vincent :


Demam sampai 39C, nyeri kepala, badan lemah dan terkadnag terdapat gangguan pencernaan,
rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah .
Tonsilitiskronik :
Rasa mengganjal di tenggorokan,nafasberbau, tenggorokterasakering,

II. 3. 7. Diagnosis
1. Fokus pengkajian menurut Firman (2006) yaitu :
a. Anamnesis
1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsilitis)
2) Apakah pengobatan adekuat
3) Kapan gejala itu muncul
4) Bagaimana pola makannya
5) Apakah rutin atau rajin membersihkan mulut

b. Pemeriksaan fisik
Tonsilitis akut :
Tonsilitis tampak hiperemis, membengkak, detritus (+) berbentuk folikel atau lacuna atau
tertutup membrane semu, kelenjar submandibular membengkak dan nyeri tekan .
Tonsilitis membranosa :
Tonsil membengkak ditutupi bercak putih, KGB membengkak (bull neck), kelumpuhan otot
palatum dan pernafasan, demam, nyeri kepala, badan lemah, hipersaliva, gigi dan gusi mudah
berdarah, nyeri tenggorok .
Tonsilitis kronik :
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis yang mungkin
tampak, yakni :
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan kejaringan sekitar, kripta
yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam di
dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripta yang melebardan ditutupi eksudat yang
purulen.
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua
pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi
pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 :<25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 :>75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

II. 3. 8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari, jika
mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan tonsillitis adalah:


a. Penatalaksanaan tonsillitis akut :
1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap
dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klidomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi
edema pada laring dan obat simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama
2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif
4) Pemberian antipiretik
b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak
berhasil.
TONSILEKTOMI
Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil
palatina.Tonsiloadenoidektomi adalah pengangkatan tonsil palatina dan jaringan limfoid di
nasofaring yang dikenal sebagai adenoid atau tonsil faringeal.Menurut The American Academy of
Otolaryngology Head and Neck SurgeryClinical Indicators Compendium tahun 1995
menetapkan indikasi tonsilektomi :

1. Indikasi Absolut (AAO)


Tonsil yang besarhinggamengakibatkangangguanpernafasan, nyeritelan yang berat,
gangguantidurataukomplikasipenyakitpenyakitkardiopulmonal.
Absesperitonsiler (Peritonsillar abscess) yang tidakmenunjukkanperbaikandenganpengobatan
Tonsillitis yang mengakibatkankejangdemam.
Tonsil yang diperkirakanmemerlukan biopsy jaringan untuk menentukan gambaran
patologisjaringan.
2. Indikasi Relatif (AAO)
Jika mengalami tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan tidak menunjukkan respon
sesuai harapan dengan pengobatan medikamentosa yang memadai.
Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada tonsillitis kronis yang tidak
menunjukkan perbaikan dengan pengobatan.
Tonsillitis kronis atau tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman Streptokokus
yang tidak menunjukkan repon positif terhadap pengobatan dengan antibiotika.
Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai berhubungan dengan keganasan
(neoplastik)
Kontraindikasi:
Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi, namun bila sebelumnya
dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap memperhitungkan imbang manfaat dan
risiko. Keadaan tersebut adalah:
1. Gangguan perdarahan, Hipertensi
2. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat
3. Anemia
4. Infeksi akut yang berat
5. Demam, albuminuria.
Kontraindikasiabsolut:
a. Penyakitdarah: leukemia, anemia aplastik, hemofiliadanpurpura
b. Penyakitsistemik yang tidakterkontrol: diabetes melitus,
penyakitjantungdansebagainya.
Kontraindikasirelatif:
a. Anemia (Hb<10 gr% atau HCT <30%)
b. Infeksiakutsalurannafasatau tonsil (tidaktermasukabsesperitonsiler)
c. Poliomielitisepidemik
d. Usia di bawah 3 tahun (sebaiknyaditunggusampai 5 tahun)
Gambar .Tonsilektomi

TehnikTonsilektomi
II. 3. 9. Komplikasi
1. Komplikasi sekitar tonsila
Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.
Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil.Sumber infeksi berasal dari penjalaran
tonsillitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi
gigi.
Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau pembuluh
darah.Infeksi berasal daridaerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal,
os mastoid dan os petrosus.
Abses Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring.Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan
sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
Kista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini
menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan, biasanya
kecil dan multipel.
BAB III
KESIMPULAN

Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel.Tonsilitis terdapat
pada tonsil palatina yang merupakan bagian dari Cincin Waldeyer. Tonsilitis paling sering terjadi
pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun dimana penyebarannya melalui droplet
infection yaitu alat makan dan makanan.
Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lainstreptococcus B hemoliticus grup A,
streptococcus,Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus influenza serta herpes. Saat bakteri atau
virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,amandel berperan sebagai filter, menyelimuti
organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada
amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan
datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi
bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Tonsilitis dibagi menjadi tonsilitis akut, membranosa, dan Angina Plout Vincent. Gejala yang
timbul biasanya berupa nyeri tenggorokan, demam, sulit menelan, dan gangguan lain pada
daerah tonsil dan tenggorokan.
Untuk diagnosis tonsilitis biasanya hanya dengan melihat tonsil secara langusng dengan
pemeriksaan pada orofaring.
Penatalaksanaan pada tonsilitis akut meliputi antibiotik peroral, antipiretik, kortikostreroid jika
perlu untuk mengurangi edema, dan tonsilektomi dilakukan sesuai indikasi .
DAFTAR PUSTAKA

1. Boies A, dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta. Penerbit
EGC
2. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok. Balai Penerbit FKUI. Edisi ke-5. Jakarta
3. Andrina YMR. Tonsilitis. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorokan Universitas Sumatera Utara. 2003. Diunduh
dari:repository.usu.ac.id pada tanggal 15 April 2011.
4. Baba Y, Kato Y, Saito H, Ogawa K. Management of deep neck infection by
a transnasal approach: a case report. Journal of Medical Case
Report. 3: 7317, 2009. Diunduh dari:www.jmedicalcasereports.compada
tanggal 22 April 2011
5. Ballenger, John Jacob. M.S, M.D. Penyakit Telinga Hidung, Tenggorok
Kepala dan Leher. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal : 295-97, 318-23, 346-55
6. E, Steyer, Terrence, M.D, Peritonsiller Abscess: Diagnosis and Treatment.
Available at: www.aafp.org/afp, Accesed on Okt, 2010.
7. Fachruddin,Darnila, Abses Leher Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokkan, editor Soepardi EA, Iskandar N, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, edisi keenam, Jakarta, 2007:
185-8.
8. Mehta, Ninfa. MD. Peritonsillar Abscess. Available from.
www.emedicine.com. Accessed at Okt 2010.
9. Murray A.D. MD, Marcincuk M.C. MD. Deep neck infections.
[Diperbaharui Juli 2009] Diunduh dari: www.eMedicine
Specialties//Otolaringology and facial plastic surgery.com pada tanggal 25
April 2011
10. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Dalam: Adams, Boies, dan Higler, editors. Boies: Buku ajar
penyakit THT Edisi VI. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 1997.
hal. 320-355.

Anda mungkin juga menyukai