Wira - Bab I, Ii, Iii
Wira - Bab I, Ii, Iii
PENDAHULUAN
Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat
manusia abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita
diabetes di atas usia 20 tahun berjumlah 150 juta jiwa dan dalam kurun waktu 25
tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta
jiwa.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFENISI
2.2. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya.
Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan
sel-sel pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula
yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie,
Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya.1,4
Sebagaimana diketahui, pada pulau Langerhans kelenjar pankreas terdapat
beberapa tipe sel, yaitu sel , sel dan sel . Sel-sel memproduksi insulin, sel-
sel memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel memproduksi hormon
somatostatin. Namun demikian, nampaknya serangan otoimun secara selektif
menghancurkan sel-sel .4
Destruksi otoimun dari sel-sel pulau Langerhans kelenjar pankreas
langsung mengakibatkan defisiensi sekresi insulin. Defisiensi insulin inilah yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai DM Tipe 1. Selain
defisiensi insulin, fungsi sel-sel kelenjar pankreas pada penderita DM Tipe 1
juga menjadi tidak normal. Pada penderita DM Tipe 1 ditemukan sekresi glukagon
yang berlebihan oleh sel-sel pulau Langerhans. Secara normal, hiperglikemia
akan menurunkan sekresi glukagon, namun pada penderita DM Tipe 1 hal ini
tidak terjadi, sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan
hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya penderita
DM Tipe 1 mengalami KAD apabila tidak mendapat terapi insulin.4
2
2.2.2 Diabetes Tipe 2
3
tidak terlambat memberikan bantuan penanganan. Karena makin cepat kondisi
diabetes melitus diketahui dan ditangani, makin mudah untuk mengendalikan
kadar glukosa darah dan mencegah komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.4
2.5. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas
DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita
antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita.1,4
Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
> 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan
diagnosis DM.4
Untuk kelompok tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah abnormal tinggi (hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk
menegakkan diagnosis DM. Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih lanjut
dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah sewaktu yang
abnormal tinggi (>200 mg/dL) pada hari lain, kadar glukosa darah puasa yang
abnormal tinggi (>126 mg/dL), atau dari hasil uji toleransi glukosa oral
didapatkan kadar glukosa darah >200 mg/dL.4
2.6. PENATALAKSANAAN
4
Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2
target utama, yaitu:4
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes.
Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila
dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat
dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi obat hipoglikemik
oral atau terapi insulin, atau kombinasi keduanya.2,4
2.6.1 Terapi non Farmakologis
a) Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai
dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, dan
kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah
dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki
respons sel-sel terhadap stimulus glukosa.
b) Olahraga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat
CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance
Training). Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain
jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya.
Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit
5
per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri
pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah
dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga
meningkatkan penggunaan glukosa.4
5. DPP-IV inhibitor
b. Insulin
Insulin perlu diberikan pada pasien yang mengalami :
Penurunan berat badan yang cepat.
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis.
Ketoasidosis diabetik.
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik.
Hiperglikemia dengan asidosis laktat.
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal.
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke).
Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan.
6
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.4
2.7.1 Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi
gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran.
Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian.
Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50 mg/dl,
walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala hipoglikemia
pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak
dapat berfungsi bahkan dapat rusak.
Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila
penderita:
Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)
Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau
ahli gizi
Berolah raga terlalu berat
Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada
Seharusnya
Minum alkohol
Stress
Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia
Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan apabila
penderita mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah:
7
Dosis insulin yang berlebihan
Saat pemberian yang tidak tepat
Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik
berlebihan
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap
insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis.1,4
8
krebs dalam mitokondria sel. Melalui proses oksidasi tersebut akan dihasilkan
adenin trifosfat (ATP) yang merupakan sumber energi utama sel.1
3. Faktor Pencetus
Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan
ketoasidosis berulang. Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD
adalah :1,3
Infeksi
Pangkreatitis akut
4. Diagnosis
Langkah pertama yang harus di ambil pada pasien KAD terdiri dari
anamnesa seperti adanya keluhan poliuri dan polidipsi sering kali mendahului
KAD serta di dapatkan riwayat berhenti menyuntik insulin, demam, atau infeksi.
Derajat kesadaran pasien dapat di jumpai dari delirium sampai koma. Bila di
jumpai kesadaran koma perlu diperkirakan penyebab penurunan kesadaran lain.1
Langkah berikutnya pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti dengan
terutama memperhatikan patensi jalan nafas, karena pada pasien KAD dapat di
jumpai pernafasan cepat dan dalam (kussmaul), berbagai drajat dehidrasi (turgor
kulit berkurang, lidah dan bibir kering), kadang-kadang disertai syok
hipovolemik.1
Pemeriksaan Lab yang paling penting dan mudah untuk segera dilakukan
adalah pemeriksaan kadar gula darah dan pemeriksaan urin untuk melihat secara
kualitatif jumlah glukosa, keton, nitrat, dan leukosit dalam urin.1
5. Penatalaksanaan
Perinsip prinsip penatalaksaan KAD adalah :1,3
9
2. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan
pemberian insulin
1. Definisi
Hiperosmolar non ketotik (HONK) adalah komplikasi akut dari/emergensi
diabetes melitus yang di tandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai
adanya ketosis.1
2. Patofisiologi
Faktor yang memulai timbulnya HONK adalah diuresis glukosuria.
Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada kemampuan ginjal dalam
mengkonsentrasikan urin, yang akan semakin memperberat drajat kehilangan air.
Pada keadaan normal ginjal berfungsi mengeliminasi glukosa di atas ambang
batas tertenu. Namun demikian, penurunan volume intravaskular atau peyakit
ginjal yang telah ada sebelumnya akan menurunkan laju filtrasi glomerulus,
menyebabkan kadar glukosa meningkat. Hilangnya air yang lebih banyak
menyebabkan hiperosmolar. Insulin yang ada tidak cukup untuk menurunkan
kadar glukosa darah, terutama jika terdapat resistensi insulin.1,2
Adanya keadaan hiperglikemia dan hiperosmolar ini jika kehilangan cairan
tidak dikompensasikan dengan masukan cairan peroral makan akan timbul
dehidrasi dan kemudian hopovolemia. Hipovolemia akan menyebabkan hipotensi
dan nantinya akan menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan. Keadaan koma
merupakan suatu stadium terakhir dari proses hiperglikemi ini, dimana telah
timbul gangguan elektrolit bera dalam kaitannya dengan hipotensi.1,3
3. Faktor Pencetus
HONK biasanya terjadi pada orang tua degan diabetes melitus, yang
mempunyai penyakit penyerta yang mengakibatkan menurunnya asupan makan.
Faktor pencetus dapat di bagi menjadi 6 kategori:1,2,3
10
1. Infeksi
a. Selulitis
b. Infeksi gigi
c. Pneumonia
d. Sepsis
e. ISK
2. Pengobatan
a. Obat kemoterapi
b. Antagonis kalsium
c. Klorpromazin
d. Dll
3. Noncomplience
4. DM tidak terdiagnosis
5. Penyalahgunaan obat
a. Alkohol
b. Kokain
6. Penyakit penyerta
a. Infark Miokard Akut
b. Tumor yang menghasilkan hormon adrenokortikotropin
c. Sindroma cushing
d. dll
4. Diagnosis
Keluhan pasien HONK adalah rasa lemah, gangguan penglihatan, atau
kaki kejang, dapat pula ditemukan keluhan mual dan muntah, namun lebih jarang
di bandingkan KAD. Kadang pasien datang dengan disertai keluhan saraf seperti
letargi, disorientasi, hemiperesis, dan kejang atau koma.1
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti
turgor yang buruk, mukosa pipi yang kering, mata cekung, perabaan ekstremitas
yang dingin dan denyut nadi yang cepat dan lemah.1
Temuan laboratorium awal pada pasien dengan HONK adalah kadar
glukosa darah yang sangat tinggi (>600mg/Gl) dan osmolaritas serum tinggi
(>320mOsm/kgH2O) disertai dengan keton ringan ataupun tidak ada.1
11
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HONK meliputi 5 pendekatan :1,3
1) Rehidrasi intrvena agresif
2) Penggantian elektrolit
3) Pemberian insulin intravena
4) Diagnosis dan menejemen faktor pencetus dan penyakit penyerta
5) Pencegahan
BAB III
KESIMPULAN
12
kerusakan sel-sel pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun.
Berbeda dengan DM Tipe-1, DM Tipe 2 umumnya ditemukan kedua faktor
penyebab yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
REFERENSI
Sudoyo, A, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV, Pusat
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta :1857-1880
Inhealth, 2014, Diabetes Melitus, Edisi ke-3, Available From : www.inhealth.co.id
{accesed 22 Oktober 2016}
13
Tanto, C., 2014, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4, Jilid I, Fakultas Kedokteran
Indonesia, Media Aesculapius, Jakarta ;777-799
DEPKES RI, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : Ny. H
Usia : 75 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
14
Agama : Islam
Alamat : Gunung Tua
Tanggal Masuk RS : 19 September 2016
No RM : 49.19.01
2. ANAMNESA
KU : Penurunan kesadaran
Telaah : hal ini dialami os 1 jam Sebelum masuk rumah sakit,sebelumya
os mengeluhkan seluruh tubuh lemas, sakit perut, tidak bisa BAK dan tiba-
tiba pingsan.
RPT : Os menderita DM sejak > 5 tahun yang lalu dan tidak terkontrol
RPO : Glibenklamid jarang dipakai
3. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
STATUS LOKALISATA
Kepala
o Mata : RC (+/+), pupil : isokor kanan dan kiri
15
Thorax
o Inspeki : simetris
o Auskultasi : SP : Vesikuler
Abdomen
o Inspeksi : Simetris
o Perkusi : Tympani
Ekstremitas
o Atas : dalam batas normal
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Rutin
Hb : 15,5 g/dL
Ht : 42,5 %
Fungsi Hati
SGOT : 8 U/I
SGPT : 14 U/I
Fungsi Ginjal
16
Ureum : 48 mg/dL
5. DIAGNOSA
6. PENATALAKSANAAN
- O2 2-4 L/i
- NGT dan Kateter terpasang
- Ivfd NaCl 0,9% cor 2 flash
- Inj Ceftriaxon 1gr / 12 jam
- Inj Ranitidine 50 mg / 12 jam
- Rawat inap ICU
17
HR : 76 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 40 x/i Sianosis : (-)
Temp : 36,9Oc Oedem : (-)
Ekstremitas : tampak ulcus pada kaki kiri
A : - Penurunan kesadaran ec HONK
- Ulcus diabetikum
- Diabetic Nefropati
P : - O2 2-4 L/i
- Ivfd NaCl 0.9% cor 1 flash 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxon 1gr/ 12 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/ 12 jam
- Inj Novorapid 10 IU/ jam
Sampai KGD 250 mg/Dl pantau KGD/ jam
- Keto G 3x1 tab
- GV/hari polymem
18
- Ivfd NaCl 0.9% 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxon 1gr/ 12 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/ 12 jam
- Inj Novorapid 10 IU/ jam
- Keto G 3x1 tab
- GV/hari polymem
KGD add terakhir : 352 mg/dL
Os di rujuk ke RS Pirngadi Kota Medan
19