oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri, hal ini dikarenakan
antara satu negara dengan negara yang lain saling membutuhkan (Sutanto 2011).
Begitu pula suatu perusahaan, yang melakukan kegiatan ekspor impor untuk
contohnya, belum tentu semua bahan baku berasal dari pembelian dalam negeri. Ada kalanya
mereka melakukan impor, karena harganya yang lebih murah ataupun karena belum
tersedianya bahan tersebut di dalam negeri. Kemudian setelah melalui proses produksi,
perusahaan akan menjual produknya baik untuk pangsa pasar dalam negeri maupun untuk
Saat melakukan ekspor impor, pastilah perusahaan menempuh suatu proses yang
disebut dengan customs clearance, yaitu proses administrasi pengiriman dan atau
pengeluaran barang ke atau dari pelabuhan muat atau bongkar yang berhubungan dengan
kepabeanan dan administrasi pemerintahan. Dalam proses ini ada kalanya terdapat hambatan-
hambatan yang dapat mempengaruhi kelancaran proses pengiriman atau penerimaan barang,
Pemberitahuan Impor Barang (PIB), lamanya pengiriman atau penerimaan original shipping
kegiatan ini dan lain sebagainya. Oleh karena itu perusahaan harus memiliki suatu prosedur
standar yang dapat menjamin kelancaran pengiriman barang yang diekspor dan penerimaan
barang yang diimpor agar tidak timbul hal-hal yang dapat merugikan perusahaan.
1
Sebuah prosedur standar yang dirancang dengan tepat, tentunya dapat memperlancar
keberlangsungan suatu kegiatan di dalam perusahaan. Kesalahan prosedur dapat terjadi bila
suatu pekerjaan tidak dirancang dengan baik sehingga dapat menimbulkan kecelakaan atau
kerusakan. Untuk itu perlu dibuat suatu prosedur tetap yang bersifat standar, sehingga siapa
sajapun, kapan sajapun dan dimana sajapun dilakukan, langkah-langkahnya tidak berubah.
Langkah-langkah kerja yang tertib ini disebut Standard Operating Procedures (SOP)
(Wakhinuddin 2007).
PT. Unza Vitalis adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi produk perawatan
berupa botol, sprayer, roll-on dan lain-lain yang berguna untuk mengemas produk yang telah
diproduksi. Bahan pembungkus tersebut diperoleh melalui impor dari berbagai negara, antara
lain Cina, Italia dan Malaysia. Setelah proses produksi selesai, hasil produk seperti parfum,
lotion, lulur dan lain-lain akan dijual di dalam negeri maupun diekspor ke berbagai negara.
Dalam menghandel kegiatan ekspor impor, PT. Unza Vitalis dibantu oleh Perusahaan
Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) dan freight forwarder. Tugas PPJK di sini adalah
Bagi PT. Unza Vitalis, aktivitas impor bahan pembungkus merupakan salah satu
aktivitas yang penting. Karena setelah melalui perhitungan, harga barang dan biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian secara impor jumlahnya masih lebih kecil jika dibandingkan
dengan harga dan biaya pembelian secara lokal atau dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan
perusahaan harus melakukan pembelian impor, walaupun proses untuk mengimpor lebih
rumit jika dibandingkan dengan pembelian dalam negeri. Begitu pula dengan ekspor yang
sama pentingnya, karena dengan melakukan ekspor berarti menunjukkan bahwa produk
2
buatan perusahaan laku di pasar luar negeri sehingga memperluas pangsa pasar penjualan
produk.
Selama ini prosedur ekspor impor hanya dilakukan berdasarkan pengalaman, karena
PT. Unza Vitalis belum memiliki SOP secara tertulis. Karena belum memiliki SOP, tak
menangani aktivitas ekspor impor. Untuk aktivitas impor, misalnya karyawan melakukan
kesalahan dalam pembuatan dokumen impor dan perhitungan pajak impor, sehingga proses
impor mejadi terhambat dan perusahaan terkena denda atas kesalahan perhitungan pajak.
Sedangkan untuk aktivitas ekspor, kesalahan dapat terjadi karena beragamnya persyaratan
khusus di masing-masing negara tujuan. Kesalahan ini, tentu saja dapat mempengaruhi
kelancaran proses pengiriman ekspor barang. Jika pengiriman barang terlambat, pembeli akan
kecewa dan hal ini dapat mempengaruhi reputasi perusahaan di masa mendatang. Selain hal-
hal tersebut di atas, tidak adanya SOP sering menimbulkan kesulitan bagi karyawan, terutama
karyawan baru ketika mereka mulai bekerja karena tidak memiliki pedoman baku secara
tertulis.
Aktivitas ekspor impor merupakan aktivitas penting yang dilakukan PT. Unza Vitalis.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan di atas, PT. Unza Vitalis membutuhkan SOP ekspor
impor secara tertulis yang dapat meminimalisir kesalahan yang dapat menghambat proses
ekspor impor tersebut. Apabila perusahaan memiliki SOP, tentunya dapat meminimalisir
kesalahan yang dilakukan oleh karyawan, karena setiap karyawan dapat menjalankan
fungsinya masing-masing dan mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tanggung
jawabnya. Selain itu fungsi SOP bukan hanya sebagai alat kontrol operasional perusahaan,
namun juga sebagai alat untuk menjaga konsistensi dari kualitas output perusahaan.
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana prosedur ekspor impor yang
3
diterapkan di PT. Unza Vitalis? Apa kelemahan yang terdapat pada prosedur ekspor impor di
PT. Unza Vitalis? Bagaimana desain SOP ekspor impor yang tepat bagi PT. Unza Vitalis?
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mendesain SOP ekspor impor agar dapat
menjadi masukan atau rekomendasi atas kelemahan-kelemahan yang ada pada prosedur
sebelumnya sehingga prosedur ekspor impor akan berjalan lebih efisien sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dengan SOP yang baik tentunya dapat meminimalisir kesalahan dan
LANDASAN TEORI
Impor
Menurut Amir (2001), impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri
sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam peredaran dalam masyarakat yang dibayar
dengan valas. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas
dari negara lain ke dalam negeri. Masuknya barang impor tersebut menggunakan pengangkut
yang didefinisikan sebagai orang, kuasanya, atau yang bertanggung jawab atas pengoperasian
sarana pengangkut yang mengangkut barang dan/atau orang. Sedangkan menurut Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2006, impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah
pabean.
Ekspor
pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak
eksportir dan importir. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan
barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Sedangkan
menurut UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, ekspor adalah kegiatan megeluarkan
4
Dokumen Ekspor Impor
Dokumen ekspor impor merupakan hal yang mutlak yang harus disiapkan dalam
sebagai surat jalan keluar masuknya barang dari satu Negara ke Negara lainnya. Pada
dasarnya dokumen impor tidak jauh berbeda dengan dokumen ekspor. Dokumen yang
diperlukan dalam impor yaitu: Invoice, Packing List, Bill of Lading (B/L), Certificate of
(SSPCP) dan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Sedangkan dokumen yang
diperlukan dalam ekspor yaitu: Shipping Instruction, Invoice, Packing List, Bill of Lading
(B/L), Certificate of Origin (COO), Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), dan Nota
Dokumen yang pertama yaitu invoice. Menurut Susilo (2013) invoice adalah dokumen
atau surat tagihan yang diterbitkan oleh eksportir dan ditujukan kepada importir. Invoice ini
umumnya berisi tentang jumlah barang, perhitungan pembayaran, harga satuan, harga total.
Dokumen selanjutnya yaitu packing list adalah dokumen yang diterbitkan oleh setiap
eksportir setiap kali akan ekspor yang merupakan daftar perincian barang-barang yang
dipakai mengenai jenis dan jumlah satuan dari barang yang terdapat dalam tiap peti atau total
keseluruhannya sama dengan yang terdapat dalam invoice. Data-data packing list inilah yang
Kemudian Bill Of Lading atau sering disingkat B/L adalah tanda terima barang yang
telah dimuat di dalam kapal laut, yang juga merupakan documents of title yang berarti
sebagai bukti atas pemilikan barang, dan disamping itu merupakan bukti dari adanya
yang paling penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengamanan (Hutabarat 1997).
Dokumen ini diterbitkan oleh shipping line/freight forwarder untuk setiap pengiriman
5
barang. Lalu Certificate of Origin (COO) menurut Hutabarat (1997), merupakan surat
pernyataan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang yang ditandatangani untuk
membuktikan/menerangkan negara asal suatu barang. COO yang sah dikeluarkan oleh pihak
berwenang (pemerintah). Misalnya jika sebuah meja kayu jati dibuat di Indonesia tetapi
dikapalkan di Malaysia, pada COO harus dicantumkan nama Indonesia, bukan Malaysia.
hal mengimpor barang. Gunanya untuk memberitakan pelaksanaan kegiatan impor barang
tersebut. PIB ditulis oleh pihak importir untuk kemudian diajukan ke Kantor Bea Cukai di
pelabuhan, sebagai salah satu syarat impor barang. Sedangkan Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB) merupakan dokumen pabean yang berupa formulir yang harus diisi oleh pemberitahu
secara lengkap dan benar data-data atas barang ekspor yang dipersyaratkan bagi pengapalan
formulir yang digunakan oleh WP atau subjek pajak untuk melakukan penyetoran pungutan
serta pajak-pajak dalam rangka impor seperti: cukai, bea masuk, PPN/PPn-BM, PPh Pasal 22
impor, dan lain sebagainya. Kemudian Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) adalah
pemberitahuan yang diterbitkan oleh kantor pabean tentang persetujuan pengeluaran barang
Lalu Shipping Instruction merupakan dokumen yang dibuat oleh eksportir kepada
perusahaan pelayaran yang berisi booking ruang pengkapalan (Amir 2001). Dan dokumen
yang terakhir yaitu Nota Pelayanan Ekspor (NPE) adalah nota yang diterbitkan oleh Pejabat
Pemeriksa Dokumen Ekspor atau Sistem Komputer Pelayanan atas Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB) yang disampaikan, untuk melindungi pemasukan barang yang akan diekspor
6
Prosedur
melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, disusun untuk menjamin
menurut Susanto (2007), prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan
langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam
pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan. SOP sebagai suatu dokumen/instrument
memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisien
berdasarkan suatu standar yang sudah baku. Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi
membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat
dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan
kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian
pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses
kerja yang sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar satuan kerja.
memberikan acuan tentang semua kegiatan-kegiatan yang dijalankan dalam organisasi secara
efektif sehingga dapat membantu organisasi mencapai tujuan-tujuannya, baik jangka pendek
ataupun jangka panjang. Tambunan (2011) menyatakan secara rinci peran dan manfaat SOP
yaitu:
7
1. Menjadi pedoman kebijakan yang menjadi dasar dari semua kegiatan-kegiatan
administratif.
melaksanakan fungsi sistem dan prosedur kerja. Sistem adalah kesatuan unsur atau
secara harmonis yang ditopang oleh sejumlah prosedur yang diperlukan, sedang
prosedur merupakan urutan kerja atau kegiatan yang terencana untuk menangani
2. Analisis tugas
mendalam dan teratur terhadap suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas
8
diharapkan dapat memberikan keterangan mengenai pekerjaan, sifat pekerjaan,
syarat pekerja dan tanggung jawab pekerja. Melalui analisa tugas ini tugas-tugas
dapat dibakukan, sehingga dapat dibuat pelaksanaan tugas yang baku. Setidaknya
ada dua manfaat analisis tugas dalam penyusunan SOP yaitu membuat
langkah pekerjaan yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana hal tersebut
dilakukan, bilamana hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut dilakukan, dan
lebih dari satu orang, yang membentuk suatu cara tertentu dan dianggap baik
prosedur kerja akan menghasilkan suatu diagram alur (flowchart) dari aktivitas
terdiri dari:
9
Headings atau kepala judul merupakan format tampilan standar yang ditetapkan
oleh organisasi sebagai wadah atau tempat informasi yang penting bagi suatu
halaman prosedur, yang menjadi tempat bagi informasi tentang isi halaman
Penjelasan yang terkait isi prosedur ada sembilan butir. Pilihan butir-butir
a. Tujuan prosedur
e. Pihak terlibat
i. Lampiran-lampiran
4. Isi Prosedur
Apa yang digambarkan dalam isi prosedur harus dapat dicerna dengan mudah oleh
10
prosedur diukur berdasarkan kemanfaatannya dalam penerapan, serta bagaimana
prosedur yang bersangkutan ditangkap secara sama makna dan maksudnya oleh
setiap pembacanya.
5. Lampiran-lampiran
tersendiri dalam bagian akhir. Bagian ini menyajikan format nyata formulir,
blanko, dokumen, laporan dan juga kutipan-kutipan peraturan dan kebijakan yang
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
pendekatan kualitatif deskriptif karena permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
menganalisis, serta mendesain prosedur ekspor impor yang dilakukan PT. Unza Vitalis.
Satuan analisis dan satuan pengamatan dalam penelitian ini adalah prosedur ekspor
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Departemen Eksim (ekspor-impor) PT.
Unza Vitalis tentang bagaimana proses bisnis perusahaan, struktur organisasi perusahaan, job
description pihak-pihak yang terlibat, penerapan prosedur ekspor dan impor di perusahaan,
serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan prosedur tersebut. Selain itu, data
primer juga diperoleh melalui observasi terhadap kegiatan ekspor maupun impor barang.
11
Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen ekspor dan impor berupa
Invoice, Packing List, Bill of Lading (B/L), Certificate of Origin (COO), dan lain sebagainya.
Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi dan wawancara.
Melakukan observasi selama lima bulan dengan pengamatan secara cermat dan teliti terhadap
dokumen yang berkaitan dengan prosedur ekspor impor. Sedangkan wawancara dilakukan
melalui tanya jawab dengan Kepala Departemen Eksim (ekspor-impor) PT. Unza Vitalis.
Langkah Analisis
Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian di PT. Unza Vitalis adalah:
2. Analisis tugas
Melakukan analisis terhadap tugas-tugas dan tanggung jawab yang dilakukan oleh
ANALISIS DATA
PT. Unza Vitalis yang awal mulanya bernama PT. Kosmetika Alam Persada berdiri
sejak tahun 1986. Perusahaan ini memproduksi produk perawatan pribadi seperti lotion,
deodorant, lulur dan lain-lain dengan nama Vitalis sebagai brand produknya. Kemudian pada
tahun 2004 perusahaan bergabung dengan Unza Holding Group sehingga berganti nama
12
menjadi PT. Unza Vitalis. Di tahun 2007, PT. Unza Vitalis diakusisi oleh Wipro Limited
yang berkantor pusat di Bangalore, India. Dengan adanya akuisisi ini, PT. Unza Vitalis juga
PT. Unza Vitalis berkantor pusat di Graha UV, Komplek Industri dan Pergudangan
Semanan Megah Kav.22, Jl. Daan Mogot KM.17.5 No. 22 Jakarta Barat, sedangkan untuk
unit produksi berlokasi di Jl, Soekarno Hatta Km.5.5 DK Brajan Salatiga Jawa Tengah.
Departemen Eksim merupakan salah satu departemen yang ada di PT. Unza Vitalis.
Tugas departemen ini terbagi menjadi dua yaitu yang terkait dengan kegiatan impor bahan
Bahan pembungkus dari produk-produk PT. Unza Vitalis diimpor dari berbagai
negara. Berikut adalah daftar nama pemasok bahan pembungkus beserta negara asalnya:
Tabel 1
Daftar Pemasok Bahan Pembungkus
COUNTRY OF
NO SUPPLIER NAME MATERIAL PORT OF LOADING
ORIGIN
13
Sedangkan produk PT. Unza Vitalis diekspor ke tiga kelompok yaitu Wipro
Manufacturing Services SDN BHD, Wipro Unza Middle East Limited, Wipro Unza Overseas
Limited. Berikut ini adalah daftar nama pembeli beserta negara tujuan export:
Tabel 2
Daftar Pembeli Produk
PORT OF
NO CUSTOMER COUNTRY
DELIVERY
Struktur Organisasi
dikelola. Sehingga struktur organisasi dapat mununjukkan kerangka dan susunan perwujudan
menjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu
organisasi. Dengan demikian dalam struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja,
14
Chief Executive Officer
Head of Operation
Departemen Departemen
Produksi Logistic
Gambar 1
Struktur organisasi PT. Unza Vitalis Salatiga
Sumber: PT. Unza Vitalis Salatiga
clearance akan produk jadi yang diekspor. Berikut rincian tugas dan tanggung jawab
kegiatan ekspor.
- Membuat perencanaan jadwal muat sesuai dengan prioritas jadwal closing kapal
15
- Membuat perencanaan tentang seleksi forwarding company terhadap vendor yang
pembeli.
Proses Ekspor
Departemen Eksim akan menerima pesanan pembelian dari luar negeri dan kemudian
Requirement Planning (MRP) guna menentukan berapa bahan baku yang dibutuhkan untuk
produksi. Kemudian akan diketahui berapa jumlah bahan baku yang dibutuhkan dan
selanjutnya dilakukan pemesanan bahan baku ke pemasok. Setelah bahan baku tiba, proses
produksi akan dilakukan sehingga menghasilkan produk jadi. Produk jadi tersebut
selanjutnya akan disimpan di dalam gudang yang berada di bawah kendali Departemen
Logistik. Saat produk sudah jadi, Departemen Eksim akan mengirimkan packing list ke
pembeli yang akan segera dikirim. Bersamaan dengan hal ini, Departemen Eksim juga akan
membuat draft shipping instruction, invoice dan packing list yang akan dikirimkan ke PPJK.
Selain mengirim dokumen tersebut, Departemen Eksim juga menginformasikan PPJK untuk
memesan kontainer yang sesuai dengan kuantitas poduk yang akan dikirim. Setelah PPJK
16
mendapatkan kontainer yang sesuai, PPJK akan menginformasikannya ke Departemen Eksim
dan kontainer tersebut akan dikirim ke gudang PT. Unza Vitalis Salatiga untuk proses
stuffing. Di lain pihak, Departemen Eksim juga membuat shipping instruction, invoice dan
packing list final yang akan digunakan untuk membuat PEB di dalam sistem EDI agar
Setelah mendapatkan NPE dan barang telah selesai dimuat di dalam kontainer,
kontainer, PPJK akan membuat Bill of Lading yang kemudian dikirim ke Departemen Eksim
terlebih dahulu untuk dicek kebenarannya. Saat barang siap dikirim, eksim menyiapkan
original document final yang diperlukan seperti invoice, insurance, packing list, COO dan
Bill of Lading untuk dikirimkan ke pembeli sehingga pembeli bisa mengambil barang yang
dipesan saat tiba di pelabuhan nanti dan juga sebagai lampiran tagihan yang harus dibayar
oleh pembeli ke PT. Unza Vitalis. Selain dikirimkan ke pembeli, original document tersebut
akan digunakan Departemen Eksim untuk membuat pengajuan pembayaran payment request
a. Invoice: merupakan nota perhitungan yang dibuat oleh pihak eksportir yang
berisikan seperti jenis barang, jumlah barang, harga barang dan total yang harus
b. Packing List: merupakan dokumen yang berisikan tentang jenis yang dipacking
c. Bill of Lading (B/L): merupakan dokumen pengapalan yang dibuat oleh pihak
17
d. Certificate of Origin (COO): merupakan dokumen yang digunakan untuk
menerangkan tentang asal barang yang dikirim yang dikeluarkan oleh departemen
perdagangan setempat.
e. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB): adalah dokumen pabean yang dibuat oleh
barang.
f. Nota Pelayanan Ekspor (NPE): adalah nota yang diterbitkan oleh Pejabat
Pihak yang terlibat dalam prosedur ini terbagi menjadi dua yaitu pihak internal yang
merupakan pihak PT. Unza Vitalis dan pihak eksternal yang selain pihak PT. Unza Vitalis.
1. Pihak Internal
a. Departemen Perencanaan
18
- Memonitoring realisasi pemesanan bahan baku dan bahan pembungkus
b. Departemen Pembelian
Bertanggung jawab atas pengadaan bahan baku dan bahan pembungkus yang
tidak ada hubungannya dengan proses produksi. Berikut rincian tugas dan
c. Departemen Produksi
19
- Memberikan harga produksi untuk kepentingan marketing dalam
d. Departemen Logistik
Departemen Logistik:
dikirim.
2. Pihak Eksternal
Flowchart
20
Standard Operating Procedures Ekspor
Membuat draft
packing list, 1 2
shipping
instruction dan
invoice
Draft
Draft Draft Draft
shipping
packing list packing list invoice
instruction
Draft
Draft Draft
shipping
packing list invoice
instruction
Draft Sesuai
Draft Draft
shipping
packing list invoice
instruction
Menginformasikan ke
departemen eksm
dan mengirimkan
stuffing
kontainer ke gudang
PT. Unza Vitalis
untuk stuffing
1 2
1
Membuat packing
list, shipping
instruction dan
invoice final
Dikirim ke
pelabuhan
Shipping
Packing list invoice
instruction
Nota pelayanan
ekspor
Gambar 2
Prosedur Ekspor PT. Unza Vitalis
21
Gambar 2 (Lanjutan)
Prosedur Ekspor PT. Unza Vitalis
Prosedur ekspor di PT. Unza Vitalis sudah berjalan dengan cukup baik, walaupun
belum memiliki SOP ekspor secara tertulis. Penanganan ekspor selama ini hanya didasarkan
22
atas pengalaman karyawan saja. Hanya saja karena belum memiliki SOP, karyawan masih
sering melakukan beberapa kesalahan yang dapat menghambat kelancaran kegiatan ekspor.
Lebih lanjut lagi jika terjadi pergantian karyawan di dalam Departemen Eksim, tentunya akan
menghambat kinerja karyawan baru karena tidak memiliki panduan tertulis tentang prosedur
ekspor.
Setelah melakukan analisis terhadap prosedur ekspor yang dilakukan PT. Unza
Vitalis, ditemukan beberapa kelemahan dalam prosedur ekspor. Kelemahan yang pertama
yaitu belum adanya instruksi kerja pengecekan Pemberitahuan Ekspor Barang. Selama ini
pengecekan PEB hanya dilakukan sekilas dan berdasarkan kebiasaan karyawan saja, tanpa
adanya pedoman tertentu tentang hal-hal apa saja yang krusial untuk dicek. Oleh karena itu
walaupun sudah dilakukan pengecekan, karyawan bisa saja tetap melakukan kesalahan
karena lalai untuk mengecek poin-poin tertentu. Jika terdapat kesalahan dalam PEB, biasanya
PEB tersebut akan direject oleh sistem Electronic Data Interchange (EDI) sehingga akan
memperpanjang waktu pengurusan ekspor karena harus mengulang membuat PEB lagi dan
mencari dulu dimana letak kesalahannya. Selanjutnya kelemahan yang kedua adalah belum
adanya Laporan Trend Penjualan Ekspor. Walaupun setiap bulan sudah membuat laporan
tentang adanya kegiatan ekspor, tetapi perusahaan belum membuat Laporan Trend Penjualan
Ekspor yang berisikan mengenai kuantitas penjualan tiap brand untuk tiap bulannya serta
produk apa saja yang paling laris ataupun kurang penjualannya. Karena tidak adanya laporan
ini, perusahaan mengalami kesulitan dalam melihat trend penjualan produk yang akurat dan
target penjualan yang hendak dicapai di masa mendatang sehingga terjadi keadaan over stock
ataupun out of stock. Saat mengalami over stock, perusahaan akan mengeluarkan biaya
gudang yang lebih banyak dari biasanya. Biaya gudang tersebut antara lain terdiri dari biaya
penyimpanan, biaya pemeliharaan, biaya kerusakan, biaya asuransi dan biaya modal yang
tertanam dalam persediaan. Sedangkan saat mengalami out of stock, perusahaan akan
23
mengalami kesulitan jika sewaktu-waktu terdapat pesanan mendadak dari pembeli. Tentunya
over stock maupun out of stock ini dapat merugikan perusahaan, karena perusahaan
Tabel 3
Kelemahan Prosedur Ekspor
Pelaksanaan Kelemahan Akibat
Belum ada instruksi kerja PEB direject oleh sistem Waktu pengurusan ekspor lebih
pengecekan PEB Electronic Data Interchange (EDI) panjang
Belum ada Laporan Trend Kesulitan melihat trend penjualan Over stock ataupun out of stock
Penjualan Ekspor produk dan target penjualan di
masa mendatang
prosedur yang sudah dilakukan oleh Departemen Eksim sehingga karyawan mengetahui
secara jelas apa saja yang harus dilakukan. Selanjutnya berdasarkan uraian kelemahan pada
Ekspor. Laporan ini dibuat setiap tahun sekali dan berisikan kuantitas penjualan tiap brand
untuk tiap bulannya. Untuk memudahkan pembuatan Laporan Trend Penjualan Ekspor, setiap
bulan Departemen Eksim mengisi Form Penjualan Ekspor yang berisikan kuantitas penjualan
tiap brand untuk tiap kelompok pembeli yang membeli produk perusahaan. Kemudian atas
laporan bulanan tersebut, setiap tahun akan dirangkum menjadi satu di dalam Laporan
Penjualan Ekspor. Barulah dibuat Laporan Trend Penjualan Ekspor yang menggambarkan
grafik trend penjualan ekspor sehingga memudahkan perusahaan untuk melihat produk-
produk apa saja yang paling sering dipesan pembeli. Dengan adanya laporan-laporan
tersebut, dapat memudahkan perusahaan untuk mengetahui trend penjualan produk dan target
penjulan yang akan dicapai di masa mendatang. Selain itu dapat ditambahkan pula service
level percentage yang dapat menjadi indikator keberhasilan perusahaan dalam memenuhi
pesanan pembeli sehingga bisa juga sebagai alat evaluasi kinerja perusahaan. Berikut
maka disusun Standard Operating Procedures (SOP) dengan menggunakan teknik campuran
yaitu gabungan antara teknik naratif dan teknik bagan arus (flowchart). SOP ini disajikan
dengan font Times New Roman, besar huruf dua belas, spasi single, disajikan dengan bingkai
1. Tujuan prosedur
5. Pihak terlibat
9. Lampiran-lampiran
25
PT. UNZA VITALIS Terbit:
Disusun:
Prosedur Ekspor
Yunita Damastuti
Disetujui:
Departemen Eksim
Andi Surya Saputra
I. Tujuan prosedur
Tujuan pembuatan standard operating procedures ekspor adalah:
1. Menstandarisasi pekerjaan yang dilakukan karyawan.
2. Menjamin terlaksananya kegiatan ekspor secara efektif dan efisien sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
3. Meminimalisir kesalahan dan kerugian yang mungkin dilakukan.
4. Sebagai alat kontrol operasional perusahaan.
5. Sebagai alat untuk menjaga konsistensi dari kualitas output perusahaan.
II. Penjelasan singkat tentang prosedur
Prosedur ini adalah sebagai pedoman kegiatan ekspor produk-produk PT. Unza Vitalis.
Setiap kegiatan ekspor harus melewati prosedur ini, karena jika tidak maka dianggap
tidak sah.
III. Peraturan dan kebijakan terkait prosedur
1. PT. Unza Vitalis berkomitmen untuk menjaga hasil produksi yang tepat mutu, tepat
waktu dan tepat jumlah dengan tetap mengutamakan keselamatan karyawan dan
proses produksinya.
2. Penunjukkan Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan yang membantu PT. Unza
Vitalis, harus didasari oleh surat kuasa yang sah.
IV. Teknik yang digunakan
Teknik yang digunakan dalam menyusun Standard Operating Procedures kegiatan
impor adalah teknik campuran yaitu gabungan antara teknik naratif dan teknik bagan
arus (flowchart).
V. Pihak terlibat
1. Pihak internal
a. Departemen Perencanaan
b. Departemen Pembelian
c. Departemen Produksi
d. Departemen Logistik
2. Pihak eksternal
a. Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK)
b. Freight forwarder
VI. Formulir, blanko dan/atau dokumen yang digunakan
1. Shipping Instruction
2. Invoice
3. Packing List
4. Bill of Lading (B/L)
5. Certificate of Origin (COO)
6. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
7. Nota Pelayanan Ekspor (NPE)
VII. Laporan-laporan yang dihasilkan
Laporan yang dihasilkan oleh Departemen Eksim adalah Laporan Penjualan Ekspor
dan Laporan Trend Penjualan Ekspor.
26
VIII. Kaitan dengan prosedur lain
Terkait dengan prosedur perencanaan, pembelian, produksi, penyimpanan produk di
gudang dan penerimaan kas.
IX. Lampiran-lampiran
1. Invoice
2. Packing List
3. Certificate of Origin (COO)
4. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
5. Nota Pelayanan Ekspor (NPE)
6. Form Penjualan Ekspor
7. Laporan Penjulan Ekspor
8. Laporan Trend Penjualan Ekspor
9. Instruksi Kerja Pengecekan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
X. Peraturan dan Kebijakan Eksternal Terkait Prosedur
1. Undang-undang No.17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang No.10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.04/2007 tentang Ketentuan
Kepabeanan di Bidang Ekspor
3. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-40/BC/2008 jo. P-
06/BC/2009 jo. P-30/BC/2009 jo. P-27/BC/2010 tentang Tata Laksana
Kepabeanan di Bidang Ekspor
4. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-41/BC/2008 tentang
Pemberitahuan Pabean Ekspor
XI. Isi Prosedur
Job Description
Departemen Eksim bertanggungjawab menghandel custom clearance akan produk-
produk yang diekspor. Berikut rincian tugas dan tanggung jawab Departemen Eksim
untuk kegiatan ekspor:
- Berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal yang terkait dengan
kegiatan ekspor.
- Melakukan perencanaan aktivitas dibagian ekspor.
- Membuat perencanaan pemesanan container dan trucking.
- Membuat perencanaan jadwal muat sesuai dengan prioritas jadwal closing kapal
dan kesiapan barang jadi.
- Membuat perencanaan tentang seleksi forwarding company terhadap vendor
yang sedang berjalan maupun yang akan berjalan.
- Membuat jadwal perencanaan shipment sesuai dengan konfirmasi approval dari
pembeli.
- Membuat dan mengecek dokumen-dokumen yang dibutuhkan
- Mengontrol pengiriman paket melalui online tracking untuk memastikan bahwa
barang atau dokumen sampai ditangan penerima.
- Melakukan pengawasan terhadap arus shipping document.
Prosedur Ekspor
- Flowchart (Lihat gambar)
- Penjelasan Flowchart ( Lihat keterangan gambar)
27
Keterangan:
- Departemen Eksim membuat draft packing list, shipping instruction dan invoice.
Packing list dikirim ke Departemen Logistik. Kemudian packing list, shipping
instruction dan invoice juga dikirimkan ke PPJK.
- Atas dasar packing list, Departemen Logistik menyiapkan barang yang akan dikirim.
- PPJK mencari dan memesan container yang sesuai.
- Departemen Eksim membuat packing list, shipping instruction dan invoice final untuk
dibuatkan PEB.
- Setelah mendapatkan NPE dan proses stuffing selesai, barang akan dikirim.
28
Keterangan:
- PPJK membuat bill of lading, insurance dan certificate of origin untuk kemudan
dikirimkan ke departemen eksim.
- Departemen eksim mengecek dokumen yang dikirimkan oleh PPJK. Jika masih
ada yang salah, dikembalikan ke PPJK untuk revisi. Jika sudah benar,
menyiapkan dokumen invoice, insurance, packing list, certificate of origin dan
bill of lading ke pembeli.
- Membuat dan mengirimkan payment request ke Departemen Financing di kantor
pusat Jakarta untuk membayar jasa PPJK.
- Membuat laporan Service Level atas penjualan ekspor.
29
Lampiran-lampiran
Lampiran 1: Invoice
30
Lampiran 2: Packing List
31
Lampiran 3: Certificate of Origin (COO)
32
Lampiran 4: Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
33
Lampiran 4: PEB (Lanjutan)
34
Lampiran 5: Nota Pelayanan Ekspor (NPE)
35
Lampiran 6: Form Penjualan Ekspor
36
Lampiran 7: Laporan Penjualan Ekspor
37
Lampiran 8: Laporan Trend
5000
Bulan
Salatiga, ..
38
Lampiran 9: Instruksi Kerja Pengecekan PEB
Berikut adalah contoh dokumen PEB, yang telah diberi tanda mengenai poin-poin apa
saja yang harus dilakukan pengecekan:
39
importir
eksportir
Pelabuhan
muat
Data
pengangkutan
Pelabuhan
No dan bongkar
tanggal
invoice
Freight dan
FOB
Bank Devisa
Hasil Ekspor
Berat Kotor
dan Berat
Bersih
40
Kode HS
Kuantitas barang
41
PROSEDUR IMPOR PT. UNZA VITALIS
clearance akan bahan pembungkus yang diimpor. Berikut deskripsi pekerjaan Departemen
kegiatan impor.
impor.
gudang.
Proses Impor
menghitung berapa jumlah bahan yang dibutuhkan untuk produksi. setiap tanggal 25 pada
(MRP) sehingga diketahui berapa jumlah bahan pembungkus yang diperlukan untuk produksi
bulan berikutnya. Setelah jumlah yang dibutuhkan diketahui, maka Departemen Perencanaan
Pembelian-lah yang akan menghubungi pihak pemasok serta meminta penawaran harga dan
melakukan purchase order. Setelah terjadi kesepakatan harga, pemasok akan mengirimkan
42
menginformasikan ke Departemen Eksim bahwa ada aktivitas impor bahan pembungkus. Di
dalam proforma invoice terdapat penjelasan mengenai incoterm apa yang digunakan. Ada
tiga incoterm yang digunakan dalam aktivitas impor bahan pembungkus di PT. Unza Vitalis
yaitu ex-work, free on board, dan cost and freight. Untuk incoterm ex-work dan free on
board, PT. Unza Vitalis harus membuat shipping instructions dan memberikannya ke freight
forwarder terkait transportasi dari gudang pemasok hingga tiba di gudang perusahaan. Untuk
selanjutnya pihak freight forwarder lah yang mengurus sailing schedule barang yang
diimpor. Sedangkan untuk incoterm cost and freight, pihak pemasoklah yang akan mengurus
Karena atas dasar shipping document tersebut akan dibuatkan pemberitahuan impor barang
(PIB). Dokumen PIB tersebut selanjutnya dibuat dalam dua rangkap, rangkap pertama
kepabeanan di bea cukai dan rangkap kedua yang masih berupa soft copy bersamaan dengan
request payment akan dikirimkan ke Departemen Financing PT. Unza Vitalis guna proses
pembayaran pajak. Setelah pajak impor dibayarkan dan proses custom clearance selesai,
barulah barang yang diimpor bisa diambil dari pelabuhan dan diantar ke gudang PT. Unza
Vitalis Salatiga.
- Invoice: merupakan nota perhitungan yang dibuat oleh pihak eksportir yang
berisikan seperti jenis barang, jumlah barang, harga barang dan total yang harus
43
- Packing List: merupakan dokumen yang berisikan tentang jenis yang dipacking
- Bill of Lading (B/L): merupakan dokumen pengapalan yang dibuat oleh pihak
diisi oleh importir secara lengkap dan benar terkait data-data atas barang yang
diimpor.
oleh Wajib Pajak atau subjek pajak untuk melakukan penyetoran pungutan serta
diterbitkan oleh kantor pabean tentang persetujuan pengeluaran barang impor dari
kawasan pabean.
Pihak yang terkait dalam prosedur ini terbagi menjadi dua yaitu pihak internal yang
merupakan pihak PT. Unza Vitalis dan pihak eksternal yang selain pihak PT. Unza Vitalis.
1. Pihak Internal
a. Departemen Perencanaan
44
Bertanggung jawab atas segala bentuk perencanaan dalam proses produksi PT.
b. Departemen Pembelian
Bertanggung jawab atas pengadaan bahan baku dan bahan pembungkus yang
tidak ada hubungannya dengan proses produksi. Berikut rincian tugas dan
custom clearance.
2. Pihak Eksternal
45
b. Freight forwarder yang membantu perusahaan untuk menangani masalah
Flowchart
Gambar 3
Prosedur Impor PT. Unza Vitalis
46
Gambar 3 (Lanjutan)
Prosedur Impor PT. Unza Vitalis
47
Gambar 3 (Lanjutan)
Prosedur Impor PT. Unza Vitalis
Setelah melakukan analisis terhadap prosedur impor yang dilakukan PT. Unza Vitalis,
ditemukan beberapa kelemahan dalam prosedur impor. Kelemahan yang pertama adalah
belum adanya instruksi kerja untuk pengecekan Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Sama
seperti PEB, selama ini pengecekan PIB hanya dilakukan sekilas dan berdasarkan kebiasaan
karyawan saja, tanpa adanya pedoman tertentu tentang hal-hal apa saja yang krusial untuk
48
dicek. Oleh karena itu walaupun sudah dilakukan pengecekan, namun karyawan bisa saja
tetap melakukan kesalahan karena lalai. Selain akan direject oleh sistem, hal yang paling
krusial jika terdapat kesalahan dalam PIB adalah jika salah dalam menghitung jumlah pajak
yang akan disetor ke negara atas adanya kegiatan impor tersebut sehingga karyawan harus
mengecek bagian perhitungan ini dengan teliti. Karena jika dilain waktu diadakan audit oleh
negara, dan ternyata perusahaan salah menyetorkan pajak, maka perusahaan akan terkena
denda. Kejadian tersebut pernah dialami oleh perusahaan. Karena salah menyetorkan pajak
atas impor ke negara, perusahaan terkena denda hingga dua milyar rupiah. Kemudian
kelemahan yang kedua adalah lamanya proses pengeluaran barang yang telah tiba di
pelabuhan bongkar karena perusahaan terlambat menerima original shipping document dari
pihak pemasok. Keterlambatan penerimaan original shipping document dari pihak pemasok
membayar demurrage cost karena juga terlambat mengembalikan kontainer dalam keadaan
kosong ke pihak shipping line. Jika hal ini terus berlanjut, tentunya merugikan bagi
perusahaan karena perusahaan terus mengeluarkan biaya yang seharusnya bisa digunakan
untuk hal lain. Berikut disajikan uraian singkat kelemahan prosedur impor:
Tabel 5
Kelemahan Prosedur Impor
Pelaksanaan Kelemahan Akibat
Belum ada instruksi kerja Salah menghitung pajak yang Membayar denda atas kesalahan
pengecekan PIB dibayarkan pembayaran pajak
Terlambat menerima original Proses custom clearance terhambat Membayar demurrage cost atas
shipping document keterlambatan pengembalian
kontainer
prosedur impor. Perbaikan atas kelemahan yang pertama adalah pembuatan instruksi kerja
pengecekan PIB sehingga karyawan mengetahui dengan jelas poin-poin apa saja yang harus
diperhatikan serta bagaimana menghitung pajak impor yang akan disetorkan ke negara. Poin-
poin yang harus diperhatikan adalah nama eksportir (shipper), importir (consignee),
49
pelabuhan muat (port of loading), pelabuhan bongkar (port of delivery), invoice number,
tanggal invoice, FOB, freight, CIF, berat kotor, berat bersih, Kode HS, kuantitas barang yang
diimpor, perhitungan pajak impor yang terdiri dari bea masuk yang bergantung pada kode HS
barang impor, PPh pasal 22 sebesar 2,5% dan PPN sebesar 10%. Kemudian perbaikan atas
kelemahan kedua adalah sebaiknya perusahaan menggunakan sistem surrender B/L atau
dikenal juga dengan telex release. Jika eksportir dan importir sepakat menggunakan
surrender B/L, maka eksportir akan menyuruh pihak shipping line untuk mengeluarkan telex
release dan mengirimkannya ke importir. Dengan begitu salinan shipping document akan
dikirim terlebih dahulu melalui e-mail atau fax sehingga dapat lebih cepat diterima importir.
Kemudian pihak shipping line juga akan memberitahu agen mereka di pelabuhan bongkar
untuk melepaskan barang tanpa adanya original B/L. Oleh karena itu, importir bisa lebih
cepat mengambil barangnya dan tidak terkena demurrage cost. Tetapi original document
tetap harus dikirimkan oleh eksportir ke importir. Karena nantinya original shipping
Tabel 6
Perbaikan Prosedur Impor
Kelemahan Perbaikan
Salah menghitung pajak yang dibayarkan Pembuatan instruksi kerja Pengecekan PIB (lihat
lampiran 8)
Proses custom clearance terhambat Menggunakan metode telex release (surrender
B/L)
perbaikan, maka disusun Standard Operating Procedures (SOP) dengan menggunakan teknik
campuran yaitu gabungan antara teknik naratif dan teknik bagan arus (flowchart). SOP ini
disajikan dengan font Times New Roman, besar huruf dua belas, spasi single, disajikan
1. Tujuan prosedur
50
2. Penjelasan singkat tentang prosedur
5. Pihak terlibat
9. Lampiran-lampiran
51
PT. UNZA VITALIS Terbit:
Prosedur Impor Bahan Disusun:
Pembungkus Yunita Damastuti
Disetujui:
Departemen Eksim
Andi Surya Saputra
I. Tujuan prosedur
Tujuan pembuatan standard operating procedures impor adalah:
1. Menstandarisasi pekerjaan yang dilakukan karyawan.
2. Menjamin terlaksananya prosedur impor secara efektif dan efisien sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
3. Meminimalisir kesalahan dan kerugian yang mungkin dilakukan.
4. Sebagai alat kontrol operasional perusahaan.
5. Sebagai alat untuk menjaga konsistensi dari kualitas output perusahaan.
II. Penjelasan singkat tentang prosedur
Prosedur ini adalah sebagai pedoman kegiatan impor bahan pembungkus. Setiap kali
melakukan impor, harus melewati prosedur ini, karena jika tidak maka dianggap
tidak sah.
III. Peraturan dan kebijakan terkait prosedur
1. Setiap pembelian bahan baku ataupun bahan pembungkus, hanya dilakukan
berdasarkan perhitungan Material Requirement Planning (MRP) yang dilakukan
oleh Departemen Perencanaan.
2. Penunjukkan Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan yang membantu PT.
Unza Vitalis, harus didasari oleh surat kuasa yang sah.
IV. Teknik yang digunakan
Teknik yang digunakan dalam menyusun Standard Operating Procedures Impor
adalah teknik campuran yaitu gabungan antara teknik naratif dan teknik bagan arus
(flow chart).
V. Pihak terlibat
1. Pihak internal
a. Departemen Perencanaan
b. Depertemen pembelian
2. Pihak eksternal
a. Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK)
b. Freight forwarder
VI. Formulir, blanko dan/atau dokumen yang digunakan
1. Invoice
2. Packing List
3. Bill of Lading (B/L)
4. Certificate of Origin (COO)
5. Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
6. Surat Setoran Pabean-Cukai-Pajak (SSPCP)
7. Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB)
VII. Laporan-laporan yang dihasilkan
Laporan yang dihasilkan oleh Departemen Eksim adalah Laporan Impor.
VIII. Kaitan dengan prosedur lain
Terkait dengan prosedur perencanaan, pembelian dan pengeluaran kas.
IX. Lampiran-lampiran
1. Invoice
2. Packing List
52
3. Bill of Lading (B/L)
4. Certificate of Origin (COO)
5. Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
6. Surat Setoran Pabean-Cukai-Pajak (SSPCP)
7. Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB)
8. Instruksi Kerja Pengecekan PIB
X. Peraturan dan Kebijakan Eksternal Terkait Prosedur
1. UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.
2. Kep. Menkeu No. 112/KMK.04/2003 tentang Tatalaksana Kepabeanan di
Bidang Impor.
3. Peraturan DJBC No. P-42/BC/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor.
XI. Isi Prosedur
Job Description
Departemen Eksim bertanggungjawab menghandel custom clearance akan bahan
pembungkus yang diimpor. Berikut deskripsi pekerjaan Departemen Eksim untuk
prosedur impor:
- Berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal yang terkait
dengan kegiatan impor.
- Mempersiapkan dan mengecek dokumen-dokumen yang dibutuhkan kegiatan
impor.
- Mengontrol shipping document yang dikirimkan oleh pihak pemasok.
- Menghitung besarnya pajak impor yang harus dibayarkan.
- Menyelesaikan segala urusan yang berhubungan dengan kepabeanan.
- Memastikan kelancaran proses pengiriman barang dari pemasok hingga sampai
di gudang.
Prosedur Impor
- Flowchart (Lihat gambar)
- Penjelasan Flowchart ( Lihat keterangan gambar)
53
Keterangan:
- Departemen Perencanaan melakukan running Material Requirement Planing (MRP).
- Departemen Perencanaan membuat purchase requitition dan dikirim ke departemen
pembelian.
- Departemen Pembelian membuat purchase order untuk membeli barang.
- Departemen Pembelian memberi informasi ke Departemen Eksim untuk mengurus
impor atas barang yang dibeli.
- Setelah menerima informasi dari Departemen Eksim, Departemen Pembelian akan
meminta shipping document ke pemasok via e-mail atau fax.
54
Keterangan:
- Departemen Eksim menerima informasi pengurusan impor dan melihat incoterm
yang digunakan.
55
- Jika incoterm yang digunakan Ex-Work atau FOB, Departemen Eksim membuat
shipping instructions dan mengirimkannya ke Freight Forwarder untuk mengetahui
jadwal kapal atau sailing schedule.
- Jika incoterm yang digunakan cost and freight, Departemen Eksim menerima sailing
schedule dari Departemen Pembelian. Karena yang mengurus masalah pelayaran
adalah dari pihak penjual.
- Setelah menerima shipping document melaui e-mail atau fax, Departemen Eksim
akan membuat Pemberitahuan Impor Barang (PIB) di kantor PPJK melalui sistem
Electronic Data Interchange (EDI).
- Departemen Eksim mengirim PIB ke PPJK untuk proses pengurusan kepabeanan.
- Departemen Eksim membuat payment request ke Departemen Financing untuk
membayar PIB
- Setelah proses pengurusan kepabeanan selesai maka barang akan dikirim ke gudang
PT. Unza Vitalis
56
Keterangan:
- Freight forwarder akan mengurus transportasi barang yang diimpor jika incoterm
yang digunakan adalah Ex-Work dan FOB.
- PPJK yang mash berada dalam satu perusahaan dengan Freight Forwarder akan
mengurus masalah kepabeanan (import clearance) untuk mendapatkan Surat
Perintah Pengeluaran Barang dai bea cukai sehingga barang bisa dikeluarkan dari
pelabuhan dan selanjutnya dikirim ke gudang PT. Unza Vitalis.
- Departemen Financing, atas dasar PIB dan payment request yang dikirimkan
Departemen Eksim akan mentransfer sejumlah uang ke PPJK untuk membayar PIB.
57
Lampiran-lampiran
Lampiran 1: Invoice
58
Lampiran 1: Invoice (Lanjutan)
59
Lampiran 2: Packing List
60
Lampiran 3: Bill of Lading (B/L)
61
Lampiran 4: Certificate of Origin (COO)
62
Lampiran 5: Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
63
Lampiran 5: PIB (Lanjutan)
64
Lampiran 5: PIB (Lanjutan)
65
Lampiran 6: Surat Setoran Pabean-Cukai-Pajak (SSPCP)
66
Lampiran 7: Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB)
67
Lampiran 8: Instruksi Kerja Pengecekan PIB
Berikut adalah contoh dokumen PIB, yang telah diberi tanda mengenai poin-poin apa
saja yang harus dilakukan pengecekan:
68
eksportir
Tanggal
importir invoice
No. invoice
FOB
Pelabuhan
muat
CIF
Pelabuhan
bongkar Berat kotor
Freight
Berat bersih
Pajak
impor
69
Kode HS
Kuantitas barang
70
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa prosedur ekspor impor di PT.
Unza Vitalis berjalan hanya berdasarkan pengalaman karyawan saja, karena perusahaan
belum memiliki SOP sebagai pedoman tertulisnya, sehingga karyawan masih melakukan
kesalahan-kesalahan yang dapat berakibat pada kelancaran proses ekspor dan impor. Selain
itu, ditemukan pula beberapa kelemahan di dalam kedua prosedur ini yaitu belum memiliki
Laporan Trend Penjualan Ekspor, belum memiliki instruksi kerja pengecekan Pemberitahuan
Ekspor Barang (PEB) dan Pemberitahuan Impor Barang (PIB), serta sering mengalami
keterlambatan penerimaan original shipping document dari pemasok. Oleh karena itu,
penelitian ini menghasilkan desain SOP ekspor impor yang berisikan pedoman atau langkah-
langkah kerja yang dilakukan oleh karyawan saat menangani kegiatan tersebut. SOP ini
dilengkapi pula dengan Laporan Trend Penjualan Ekspor, instruksi kerja pengecekan PEB
dan PIB, serta penggantian metode penerimaan dokumen impor dengan menggunakan
Saran
Selain pembuatan desain Standard Operating Procedures (SOP) Ekspor Impor bagi
PT. Unza Vitalis yang berguna sebagai pedoman perusahaan dalam menjalankan kegiatan ini,
berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya PT. Unza Vitalis melakukan beberapa pembaharuan
seperti:
tiap brand untuk tiap bulannya serta membuat Laporan Trend Penjualan Ekspor setiap
perusahaan untuk melihat produk-produk apa saja yang paling sering dipesan
71
untuk mengetahui trend penjualan produk dengan lebih akurat dan target penjulan
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan cermat dan teliti sehingga karyawan dapat
mengetahui dengan jelas hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengecek
kedua dokumen ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh karyawan dalam mengecek
PEB adalah nama eksportir (shipper), importir (consignee), pelabuhan muat (port of
loading), pelabuhan bongkar (port of delivery), invoice number, tanggal invoice, FOB,
freight, CIF, berat kotor, berat bersih, Kode HS, kuantitas barang yang diimpor.
Sedangkan untuk pengecekan PIB, hal-hal yang perlu diperhatikan juga sama dengan
pengecekan PEB, akan tetapi ditambah pula pengecekan perhitungan pajak impor
yang disetorkan ke kas negara yang terdiri dari bea masuk yang bergantung pada kode
HS barang impor, PPh pasal 22 sebesar 2,5% dan PPN sebesar 10%.
menunggu kedatangan dokumen asli melalui pengiriman udara atau laut dengan telex
release atau dikenal juga dengan nama surrender B/L. Dengan metode ini salinan
dokumen akan dikirim melalui e-mail atau fax sehingga perusahaan bisa mengurus
masalah kepabeanan dengan lebih cepat. Tetapi pemasok akan tetap mengirimkan
original shiping document melalui udara atau laut, karena dokumen tersebut nantinya
72
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. S. 2001. Ekspor Impor Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT. Pustaka Binama
Pressindo.
Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Sutanto, Y. 2011. Evaluasi Standard Operating Procedure (SOP) Impor Barang Elektronik
Pada Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Ditinjau Dari UU No. 17 Tahun 2006 Tentang
Wakhinuddin. 2007. Standard Operating Procedures (SOP): Isi, Format, dan Manajemen.
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal
- 1998 2002 : SD Dharma Patra YKPP Pertamina Pangkalan Berandan
- 2002 2004 : SDN Tegalrejo 4 Salatiga
- 2004 2007 : SMPN 6 Salatiga
- 2007 2010 : SMAN 3 Salatiga
- 2010 2014 : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
74
75