Info PDF
Info PDF
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
berlangsung selama enam minggu atau 42 hari (Ambarwati & Wulandari, 2008).
Pada masa ini menyusui merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Menciptakan kebiasaan menyusui yang baik sejak hari hari pertama sangat penting
terutama hormon - hormon hipofisis yaitu prolaktin dan oksitosin. Hubungan yang
utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin
Masalah yang sering dikeluhkan para ibu adalah suplai ASI yang kurang,
padahal ASI diproduksi berdasarkan permintaan bayi (Dinkes kota Surabaya, 2008).
Menyusui yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi (on demand) karena
secara alami bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi
menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Produksi ASI selalu
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Kebanyakan ibu tidak tahu bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera
setelah kelahiran atau yang biasa disebut proses inisiasi menyusu dini (IMD) sangat
bermanfaat. Kedekatan antara ibu dengan bayinya akan terbentuk dalam proses IMD
memisahkan ibu dengan bayinya ternyata daya tahan tubuh bayi akan turun hingga
kematian anak balita di dunia setiap tahunnya. UNICEF menyebutkan bukti ilmiah
terbaru, yang juga dikeluarkan oleh Journal Pediatrics ini, bahwa bayi yang
diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan
pertama kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang
disusui oleh ibunya secara eksklusif. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia
Rooming-in (rawat gabung) adalah satu cara perawatan di mana ibu dan bayi
(Marjono, 1992). Rooming-in memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja bayi
menginginkannya. Rawat gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu
dan bayinya, bayi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibunya selain
itu dapat memudahkan ibu beristirahat dan menyusui (Dinkes kota Surabaya, 2008).
Banyak RS yang menawarkan pilihan agar bayi dapat terus bersama ibunya
selama 24 jam penuh, meskipun selama ini masih banyak RS yang masih
menerapkan ruangan khusus untuk bayi, terpisah dari ibunya. Namun riset terakhir
menunjukkan bahwa jika tidak ada masalah medis, tidak ada alasan untuk
memisahkan ibu dari bayinya, meskipun sesaat (Yamauchi & Yamanouchi, 1990;
Buranasin, 1991; oslilo & Kaminski 2000, dalam Mappiwali, 2008). Bahkan makin
sering ibu melakukan kontak fisik langsung (skin to skin contact) dengan bayi akan
Mappiwali 2008).
kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya di ruangan yang sama dan
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di RSUP Haji Adam Malik
Medan, mulai Juli sampai dengan Oktober 2009 terdapat 118 orang ibu bersalin dan
melaksanakan perawatan rooming-in masih banyak ibu yang mengeluh tentang ASI
yang belum keluar dan adanya pembengkakan payudara. Berdasarkan data dan
uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut
ibu postpartum.
2. Pertanyaan Penelitian
3. Tujuan Penelitian
rooming-in terhadap produksi ASI pada ibu postpartum di RSUP Haji Adam
Malik Medan.
4. Hipotesa Penelitian
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha)
yaitu ada pengaruh perawatan rooming-in terhadap produksi ASI pada ibu
postpartum.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi tenaga
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan sebagai
bahan acuan bagi penelitian berikutnya dengan ruang lingkup yang sama.