Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa postpartum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal

berlangsung selama enam minggu atau 42 hari (Ambarwati & Wulandari, 2008).

Pada masa ini menyusui merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Menciptakan kebiasaan menyusui yang baik sejak hari hari pertama sangat penting

untuk kesehatan bayi dan keberhasilan menyusui (Linkages, 2004).

Laktasi atau menyusui terjadi dibawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin,

terutama hormon - hormon hipofisis yaitu prolaktin dan oksitosin. Hubungan yang

utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin

dalam darah ( Kari, dalam Soetjiningsih, 1997).

Masalah yang sering dikeluhkan para ibu adalah suplai ASI yang kurang,

padahal ASI diproduksi berdasarkan permintaan bayi (Dinkes kota Surabaya, 2008).

Menyusui yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi (on demand) karena

secara alami bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi

menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Produksi ASI selalu

berkesinambungan, setelah payudara disusukan, maka payudara akan terasa kosong

dan melunak (Suradi & Tobing, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI

biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.

Menyusui lebih dini menyebabkan terjadinya perangsangan puting susu, yang

mengakibatkan terjadinya pembentukan prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi

ASI semakin lancar (Suradi & Tobing, 2004).

Kebanyakan ibu tidak tahu bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera

setelah kelahiran atau yang biasa disebut proses inisiasi menyusu dini (IMD) sangat

bermanfaat. Kedekatan antara ibu dengan bayinya akan terbentuk dalam proses IMD

yang dilanjutkan dengan rooming-in/rawat gabung ibu dan bayi. Dengan

memisahkan ibu dengan bayinya ternyata daya tahan tubuh bayi akan turun hingga

mencapai 25% (Dinkes kota Surabaya, 2008).

UNICEF menyatakan, terdapat 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia setiap tahunnya. UNICEF menyebutkan bukti ilmiah

terbaru, yang juga dikeluarkan oleh Journal Pediatrics ini, bahwa bayi yang

diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan

pertama kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang

disusui oleh ibunya secara eksklusif. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia

maupun di dunia sebenarnya dapat diminimalisir dengan salah satunya melakukan

rooming-in/ rawat gabung (Mappiwali, 2008).

Rooming-in (rawat gabung) adalah satu cara perawatan di mana ibu dan bayi

yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah

Universitas Sumatera Utara


ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam sehari

(Marjono, 1992). Rooming-in memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja bayi

menginginkannya. Rawat gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu

dan bayinya, bayi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibunya selain

itu dapat memudahkan ibu beristirahat dan menyusui (Dinkes kota Surabaya, 2008).

Banyak RS yang menawarkan pilihan agar bayi dapat terus bersama ibunya

selama 24 jam penuh, meskipun selama ini masih banyak RS yang masih

menerapkan ruangan khusus untuk bayi, terpisah dari ibunya. Namun riset terakhir

menunjukkan bahwa jika tidak ada masalah medis, tidak ada alasan untuk

memisahkan ibu dari bayinya, meskipun sesaat (Yamauchi & Yamanouchi, 1990;

Buranasin, 1991; oslilo & Kaminski 2000, dalam Mappiwali, 2008). Bahkan makin

sering ibu melakukan kontak fisik langsung (skin to skin contact) dengan bayi akan

membantu menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI (Hurst, dalam

Mappiwali 2008).

Pada tahun 2005, Association American of Pediatics (AAP) mengeluarkan

kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya di ruangan yang sama dan

mendorong ibu untuk segera menyusui bayinya kapanpun bayi menginginkannya.

Kondisi tersebut akan membantu kelancaran produksi ASI (Mappiwali, 2008).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di RSUP Haji Adam Malik

Medan, mulai Juli sampai dengan Oktober 2009 terdapat 118 orang ibu bersalin dan

dilakukan perawatan rooming-in. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas

Universitas Sumatera Utara


kesehatan di ruang rawat inap kebidanan, walaupun rumah sakit tersebut sudah

melaksanakan perawatan rooming-in masih banyak ibu yang mengeluh tentang ASI

yang belum keluar dan adanya pembengkakan payudara. Berdasarkan data dan

uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut

untuk mengidentifikasi pengaruh perawatan rooming-in terhadap produksi ASI pada

ibu postpartum.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang maka pertanyaan penelitian adalah:

Adakah pengaruh perawatan rooming-in terhadap produksi ASI pada ibu

postpartum di RSUP Haji Adam Malik Medan?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh perawatan

rooming-in terhadap produksi ASI pada ibu postpartum di RSUP Haji Adam

Malik Medan.

4. Hipotesa Penelitian

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha)

yaitu ada pengaruh perawatan rooming-in terhadap produksi ASI pada ibu

postpartum.

Universitas Sumatera Utara


5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi dan

masukan bagi perawat terutama perawat maternitas untuk menerapkan perawatan

rooming-in dalam asuhan keperawatan maternitas.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi tenaga

pendidik keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan maternitas untuk

menambah pengetahuan peserta didik tentang pengaruh perawatan rooming-in

terhadap produksi ASI pada ibu postpartum.

3. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan sebagai

bahan acuan bagi penelitian berikutnya dengan ruang lingkup yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai