Anda di halaman 1dari 9

HASIL PEMBINAAN KELUARGA

I. Latar Belakang Keluarga Binaan

I.1 Data Demograf

No Nama Jenis Umur Hubungan dengan Pendidikan Pekerjaan


Kelamin KA

1 Ni Wayan Ada P 70 tahun KA SD Tidak Bekerja


2 Ketut Gede L 40 tahun Anak Buruh

I.2 Status Sosial Ekonomi

Saat ini pasien tidak lagi dapat bekerja dan tidak memiliki penghasilan tetap lainnya.
Suami pasien telah meninggal dunia. Untuk makan sehari-hari, pasien mendapatkan
makan dari anak-anak pasien. Pasien memiliki 6 orang anak, anak laki-laki 5, anak
perempuan 1. Kelima anak pasien masih tinggal pada 1 pekarangan rumah .Pasien
memiliki tujuh orang cucu, dari ketiga anaknya yang masih tinggal dengan pasien.
Anak pertama memiliki 3 orang anak, anak kedua memiliki 2 anak, anak ketiga dan
anak kelima masing-masing memiliki satu anak. Hubungan pasien dengan menantu
dan cucu-cucunya dikatakan dekat

I.3 Rumusan Masalah

1
I.3.1 Pasien tinggal di sebuah bangunan yang terdiri dari satu kamar. Kamar pasien
kurang mendapatkan cahaya. Kamar pasien terdiiri dari dapur, tempat makan, dan
tempat tidur. Tempat tidur pasien kurang bersih. Dapur pasien masih
menggunakan tungku.

I.3.2 Pasien memiliki penyakit rematik dan tidak pernah memeriksakan asam urat.
Penyakit ini telah diderita sejak lima tahun yang lalu. Pasien telah mengetahui
penyakit asam urat, namun berobat saat ada keluhan seperti kesemutan.

I.3.3 Dapur pasien mejadi satu dengan kamar tidur pasien. Dapur pasien masih
menggunakan tungku, tetapi sudah ada kompor untuk memasak. Dapur tampak
gelap karena kurang cahaya.

II. Kegiatan Pada Keluarga Binaan


Promosi Kesehatan

Tujuan : Setelah mendapatkan KIE, keluarga binaan mampu menambah pengetahuan


sesuai permasalahan yang ditemukan pada keluarga binaan.
Sasaran : Kepala keluarga (anggota keluarga binaan)
Tempat dan Waktu : Rumah keluarga binaan, 18 Februari 2016 4 Maret 2016
Pelaksanaan Kegiatan : Melakukan diskusi dengan keluarga binaan mengenai
permasalahan yang ditemukan, sehingga keluarga akan lebih mudah untuk menerima
dan melakukan saran yang diberikan bila keluarga memahami dengan baik ancaman
kesehatan yang dapat terjadi dari permasalahan tersebut. Diantaranya risiko
komplikasi gout arthritis, infeksi paru-paru bila terus-menerus terpapar asap dari
tungku, penyakit jamur pada kulit bila suasana kamar lembab dan pengap.
Evaluasi : Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan dan peran
serta dari keluarga binaan yang dilihat dari perubahan kebiasaan yang dievaluasi
setiap melaksanakan kunjungan ke rumah keluarga binaan setelah dilakukan diskusi.
Indikator Keberhasilan : Keluarga binaan dapat memahami dan mengetahui
ancaman kesehatan yang dapat terjadi dari keempat permasalahan yang ditemukan.
Sehingga keluarga binaan mampu berperilaku peduli kesehatan dan ikut berperan
serta dalam pelaksanaan PHBS dimulai dari rumahnya sendiri.
III. Hasil Kegiatan Dan Pembahasan

2
Peningkatan pengetahuan : Keluarga binaan yang sebelumnya tidak mengetahui
bahwa kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat menjadi risiko terkena penyakit, dapat
mengetahui dan memahami setelah berdiskusi. Keluarga juga mengetahui bahaya
komplikasi dari gout arthitis.

Peningkatan sikap : Keluarga binaan menerima saran-saran yang diberikan dan


dengan antusias mengatakan akan melakukan saran tersebut.

IV. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan : Telah terjadi peningkatan pengetahuan pada keluarga binaan setelah


dilakukan kegiatan promosi kesehatan dengan cara berdiskusi, yang dilihat dari
kesesuaian hasil evaluasi rutin dengan indikator keberhasilan.

Saran : Keluarga binaan melakukan saran yang diberikan dan dapat menyampaikan
informasi yang didapatkan kepada lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

3
PENANGGULANGAN PENYAKIT GOUT ARTHITIS DENGAN
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Kasus
No Nama Lengkap Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Status Hub.
Kelamin Dalam
Keluarga
1 NI Wayan Ada P 70 tahun SD Tidak KK
Bekerja

I.2 Riwayat Kasus


KK perempuan bernama Wayan Ada berusia 70 tahun memiliki riwayat
rematik sejak lima tahun lalu yang diketahuinya pertama kali di puskesmas
terdekat karena sering merasa nyeri pada kaki. Saat dilakukan pemeriksaan
tersebut ternyata didapatkan asam urat 10,8 mg/dl. Keluhan membaik setelah
mengkonsumsi obat anti nyeri yang diberikan dan setelah obat habis KK tidak
melakukan pengecekan asam urat dan pengobatan secara berkesinambungan
karena merasa tidak ada masalah lagi dengan kesehatannya. Sebelum
menderita gout artthritis, KK memiliki kebiasaan makan jeroan dan kacang-
kacangan. Dikeluarga pasien, dikatakan anak pasien memiliki keluhan yang
sama sehingga tidak bisa bangun selama 1 minggu dan sudah membaik
sampai sekarang.

II. ANALISA SITUASI KELUARGA KASUS


II.1 Aspek Lingkungan Fisik
Pasien tinggal bersama kelima anaknya, menantunya, dan cucu-cucunya.
Suami pasien sudah meninggal sejak lama. Dipekarangan rumah pasien,
pasien tinggal dengan 5 orang KK, dimana keempat anak pasien sudah
memiliki keluarga tersendiri dan anak pasien yang terakhir belum menikah.
Pekarangan rumah pasien terdiri dari 9 bangunan, yaitu bale dangin, bale
dauh, bale delod, bale daja, dapur terdapat 3, merajan, dan toilet. Bangunan
yang ditempati pasien masih memakai semen tidak berkeramik. Dapur,
4
tempat makan, dan tempat tidur pasien menjadi 1 ruangan. Kamar pasien
kurang mendapat ventilasi. Sedangkan kamar-kamar yang ditempati oleh
anak, menantu, dan cucu pasien sudah berkeramik tetapi ventilasi kurang.
Dapur di pekarangan pasien. Dapur dan kamar mandi keluarga ini cukup
bersih, memakai air PDAM untuk memasak dan MCK, memiliki jamban,
memasak menggunakan kompor gas namun terkadang menggunakan kayu
bakar. Limbah kamar mandi dan limbah dapur dibuang ke septic tank.
Memiliki sebuah tempat suci yang luas untuk semua KK.

2. 2. Aspek Sosial Ekonomi


Pasien sudah berusia 70 tahun dan tidak dapat lagi bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sehari hari. Selain itu, istri pasien juga sudah meninggal. Untuk
makan sehari hari pasien mendapat beras dari bantuan yang diberikan
pemerintah yaitu raskin, dan juga terkadang membeli sendiri. Untuk lauk-
pauk pasien mendapatkan dari anaknya. Pasien tidak memiliki pengeluaran
per bulan, karena pasien tidak mempunyai penghasilan. Pasien lebih sering
dibantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan sehari hari termasuk biaya
listrik dan air.

II.3 Aspek Sosial Budaya


Pasien merupakan ibu dari 6 orang anak. Dalam lingkungan pekarangan
rumah dihuni oleh pasien serta lima orang anak, dan 4 menantu pasien. Pasien
memiliki satu anak perempuan yang telah menikah,
KK merupakan anggota dari Banjar Bukian, Dulunya jika terdapat
ngayah di banjar dapat dihadiri oleh KK, namun saat ini pasien tidak bisa lagi
turun ke Banjar karena sudah tua. Hubungan dengan tetangga dan dengan
keluarga sekitar baik.

5
III. Rumusan Masalah dan Solusinya
III.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga kasus
Masalah kesehatan yang dialami keluarga ini adalah KK yang bernama
Wayan Ada memiliki riwayat gout arthitis sejak lima tahun yang lalu.
Awalnya pasien merasa nyeri pada kaki terutama saat pagi hari hinggat
membuat sulit bekerja, sehingga dibawa ke puskesmas dan diberikan obat anti
nyeri. Saat dilakukan pemeriksaan, kadar asam urat pasien meningkat, yaitu
10,8 mg/dl. Pasien jarang pergi ke puskesmas dikarenakan nyeri yang
berkurang. Nyeri pasien timbul saat pasien makan babi.
Masalah lain yang dialami yaitu kurangnya pengetahuan KK tentang
penyakitnya tersebut baik dari gejala, faktor risiko, pengobatan serta
pencegahan komplikasi.

III.2 Persepsi Keluarga tentang konsep sehat-sakit


KK memiliki gout arthritis yang sudah dideritanya selama lima tahun. KK
menganggap penyakit gout arthitis tidak berbahaya selama tidak ada keluhan
yang dirasakan. KK tidak melakukan pengecekan asam urat dan pengobatan
apapun terhadap penyakitnya tersebut. Pasien mengaku tidak pernah berfikir
bahwa penyakit yang dialami disebabkan oleh orang lain yang memiliki ilmu
gaib.

III.3 Solusi Masalah di keluarga binaan


Dengan melihat permasalahan yang didapatkan tersebut maka terdapat
beberapa solusi. KK tidak membatasi makanan karena kurangnya
pengetahuan akan penyebab dari gout arthitis. Solusi yang dapat diberikan
yaitu memberikan penjelasan akan gout arthitis tersebut baik gejala, faktor
risiko, pengobatan farmakologis dan non farmakologis maupun pencegahan
komplikasi yang dapat terjadi sehingga KK mengerti akan penyakitnya dan
mendorong untuk lebih memikirkan kesehatannya sehingga asam urat
terkendali.
Untuk lingkungan tempat tidur pasien agar disarankan tidak
menggunakan tungku lagi, dikarenakan kamar tidur pasien yang menjadi satu
dengan dapur dan kurangnya ventilasi menjadi faktor risiko terjadinya ispa.
Sehingga disarankan memasak tidak menggunakan tungku lagi,

6
7
IV. Kesimpulan dan saran
IV.1Simpulan
KK memiliki penyakit gout arthitis sejak lima tahun yang lalu dan tidak
melakukan pengecekan asam urat dan mengontrol asupan makanan. Faktor
risiko terjadinya gout arthitis kemungkinan oleh karena adanya keturunan
gout arthitis dalam keluarga dan senangnya mengkonsumsi babi dan kacang-
kacangan saat sebelum menderita gout arthitis. Saat ini asam urat 10,8 mg/dl,
hasil tersebut diharapkan bisa diturunkan dengan melakukan pengobatan
secara berkesinambungan dan dengan melakukan modifikasi diit/gaya hidup
untuk mencegah terjadinya komplikasi.
IV.2Saran
Diharapkan KK dan keluarga dapat secara rutin dan berkesinambungan
melakukan apa yang telah disarankan. Dengan mengetahui gejala dan faktor
risiko diharapkan dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan
modifikasi diit/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang
terjadi dapat dihindarkan. Selain itu, pihak keluarga juga harus tetap
mendukung dan mengontrol ketaatan minum obat dan gaya hidup.

8
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai