Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KE-2

ANALISIS JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN


LAHAN SAWAH DIKAITKAN DENGAN GEOGRAFI,
KEPENDUDUKAN, KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DAN KEADAAN PEREKONOMIAN

GEOGRAFI PENDUDUK

Oleh
JULIUS SIAHAAN 1513034010

Dosen Pengampu
Drs. Buchori Asyik, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi
oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang
biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya
atau status lahan tersebut. Termasuk disini lahan yang terdaftar di Pajak
Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan,
lahan rawa yang ditanami padi dan lahan-lahan bukaan baru. Lahan sawah
mencakup sawah pengairan, tadah hujan, sawah pasang surut, rembesan,
lebak dan lain sebagainya. Padi sawah adalah padi yang ditanam di lahan
sawah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2013, Provinsi Lampung
adalah salah satu sentra produksi padi di luar Pulau Jawa dan merupakan
penghasil padi terbesar ke enam di Indonesia yaitu sebanyak 3.101.455 ton
pada tahun 2012. Sampai saat ini struktur perekonomian Lampung masih
ditopang sektor pertanian. Sektor pertanian menduduki urutan pertama
dalam kontribusinya terhadap pembentukan produk domestik regional bruto
(PDRB), yaitu Rp34.381,86 miliar (38,93%) pada 2009. Penduduk
Lampung yang bekerja pada sektor pertanian pada Februari 2011 mencapai
1,94 juta jiwa atau 53,21% dari total penduduk yang bekerja. Walaupun
secara total jumlah pekerja di sektor ini menurun 5,05% dibandingkan
Februari 2010.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya:
1. Bagaimana hasil analisis dari tabel per hektar tanaman padi
sawah menurut kabupaten/kota (kuintal) tahun 2010-2015?
2. Bagaimana hubungan antara hasil analisis tabel tersebut dengan
geografi, kependudukan, iklim, kesejahteraan masyarakat, dan
keadaan perekonomian?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini:
1. Mengetahui tentang analisis tabel per hektar tanaman padi sawah
menurut kabupaten/kota (kuintal) pada tahun 2010-2015
2. Memahami hubungan hasil per hektar tanaman padi sawah menurut
kabupaten/kota (kuintal) pada tahun 2010 -2015
BAB II
PEMBAHASAN

TABEL HASIL PER HEKTAR TANAMAN PADI SAWAH


MENURUT KABUPATEN/KOTA (KUINTAL), 2010-2015

Hasil per Hektar Tanaman Padi Sawah menurut Kabupaten/Kota


Wilayah (Kuintal)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Lampung Barat 45.05 45.98 45.86 47.42 48.52 46.98
Tanggamus 51.65 52.88 52.93 54.54 55.49 56.83
Lampung Selatan 51.4 52.73 52.54 54.73 55.35 55.38
Lampung Timur 51.53 52.43 52.14 53.46 54.62 51.26
Lampung Tengah 52.29 52.62 52.68 54.43 55.16 56.38
Lampung Utara 45.54 45.91 46.16 47.54 47.65 51.18
Way Kanan 44.61 45.59 45.49 46.94 47.77 46.7
Tulang Bawang 45.16 46.1 45.71 47.14 48.2 48.49
Pesawaran 51.45 52.82 52.15 54.18 54.84 55.34
Pringsewu 51.7 52.83 52.83 54.48 55.18 58.11
Mesuji 45.18 46.01 46.03 47.5 47.89 47.45
Tulang Bawang
45.4 45.93 46.11 47.39 47.67 48.7
Barat
Pesisir Barat - - - 47.42 48.08 50.15
Bandar Lampung 52.33 53.39 53.54 54.72 54.18 59.68
Metro 53.09 54.41 53.28 55.69 58.07 60.62
Provinsi
49.66 50.61 50.39 52.05 52.77 52.93
Lampung
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
Diagram berdasarkan data tersebut adalah:

Provinsi Lampung

Metro

Bandar Lampung

Pesisir Barat

Tulang Bawang Barat

Mesuji

Pringsewu
2015
Pesawaran 2014

Tulang Bawang 2013


2012
Way Kanan
2011
Lampung Utara
2010
Lampung Tengah

Lampung Timur

Lampung Selatan

Tanggamus

Lampung Barat

Wilayah

0 500 1000 1500 2000 2500

Diagram 1. Data Hasil Per Hektar Tanaman Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota
(Kuintal), 2010-2015

2.1 Hasil Analisis Berdasarkan Data Hasil Per Hektar Tanaman


Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota (Kuintal), 2010-2015

Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan


dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan
air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana
diperolehnya atau status lahan tersebut. Termasuk disini lahan yang
terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan
bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan-
lahan bukaan baru. Lahan sawah mencakup sawah pengairan, tadah
hujan, sawah pasang surut, rembesan, lebak dan lain sebagainya. Padi
sawah adalah padi yang ditanam di lahan sawah.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa daerah Way Kanan dan
Mesuji adalah daerah dengan hasil produksi padi terendah pada tahun
2015 dan kota Metro adalah daerah dengan penghasil padi terbanyak
dibandingkan dengan kabupaten lainnya.

2.2 Analisis Hubungan Data Hasil Per Hektar Tanaman Padi Sawah
Menurut Kabupaten/Kota (Kuintal), 2010-2015 dengan
Perekonomian, Geografis, Iklim, Kependudukan, dan
Kesejahteraan Masyarakat
Hasil produksi tanaman padi di Way Kanan dari tahun 2010
hingga 2015 memang rendah. Tahun 2010 Way Kanan hanya
menghasilkan padi sebanyak 44,61 Kuintal per hektarnya, tahun
2011 sebanyak 45,59 Kuintal, tahun 2012 sebanyak 45,49 Kuintal,
tahun 2013 sebanyak 46,94 Kuintal, tahun 2014 sebanyak 47,77
Kuintal, dan pada tahun 2015 justru menurun menjadi 46,7 Kuintal
saja per hektarnya. Hal tersebut dikarenakan wilayah Way Kanan
sebagian besar lebih condong kearah perkebunan. Kabupaten Way

Kanan memiliki luas wilayah sebesar 3.921,63 Km2 atau


sebesar 11,11 % dari luas Provinsi Lampung. Secara geografis,
Kabupaten Way Kanan berada pada posisi antara 645 - 345
Lintang Selatan dan 10340 - 10550 Bujur Timur.
Secara umum wilayah Kabupaten Way kanan terbagi
menjadi dua tipe iklim, yaitu bagian barat memiliki curah hujan
cukup tinggi, berkisar antara 3000 3500 mm per tahun dan bagian
Timur memiliki curah hujan yang cukup tendah, berkisar antara
2000 3000 mm/tahun. Rata rata suhu udara berselang dengan
temperature antara 26,5 30C. Sedangkan rata rata kelembaban
relatifnya adalah antara 58,3 94,2% untuk tekanan udara minimal
dan maksimal adalah 1007,8 Nbs dan 1016,5 Nbs. Kondisi
Kabupaten Way kanan terdapat banyak sungai. Sungai-sungai
tersebut sebagian besar mengalir dari arah barat yang berbukit-bukit
menuju kearah timur. Hal ini sangat potensial untuk pengembangan
irigasi. Selain iti juga pootensial untuk pengembangan di sector
perikanan dan pertanian.
Keberadaan sungai-sungai sangat pentingbagi masyarakat
yang menjadi sumber air utama. Penggunaan lahan di Kabupaten
Way Kanan didominasi oleh hutan seluas 89.264,42 hektar atau
22,76% dari luas wilayah kabupaten, yang terdiri dari 22.289 Ha
Kawasan hutan Lindung dan 66.997 Ha Kawasan .hutan produksi.
Sedangkan untuk kawasan pertanian dan perkebunan
merupakan yang paling luas yaitu seluas 114.437,64 hektar, setara
dengan 29,20 % dari luas wilayah kabupaten. Hal ini mencerminkan
bahwa kawasan budidaya yang dikembangkan di Kabupaten Way
Kanan adalah budidaya pertanian dan perkebunan . Kemudian
penggunaan lahan untuk permukiman dan tempat kegiatan penduduk
dengan luas 29.703,72 hektar. Dengan demikian, Kabupaten Way
Kanan merupakan daerah agraris, yang ditunjukan dengan besarnya
luas lahan yang digunakan untuk pertanian dan perkebunan.
Gambar 2.2 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di Kabupaten Way Menurut
Subsektor Hasil Sensus Pertanian 2015

Dari data diatas, diketahui bahwa sektor perkebunan merupakan


sector yang paling banyak yaitu sebesar 73.559 atau sebesar 44,92 dari total
jumlah rumah tangga yang ada. Usaha perkebunan merupakan usaha yang
menjadi primadona di wilayah Way Kanan di bandingkan dengan usaha
pertanian. Sentra-sentra perkebunan tersebar di hampir seluruh wilayah Way
Kanan secara umum dari hasil komoditi ini mampu memberikan kontribusi
terbesar bagi perekonomian daerah, mengingat usaha perkebunan tidak saja
dilakukan oleh masyarakat tetapi juga oleh swasta dan pemerintah. Usaha
perkebunan besar ini terdiri dari tanaman karet yang dikelola oleh BUMN
(PTPN VII) dengan pola kemitraan Perkebunan Inti Rakyat (PIR), juga
terdapat komoditas lainnya seperti tebu, kelapa sawit, nanas yang dikelola
oleh swasta dan lainnya oleh rakyat.
Tabel 2.2 PRDB 2009-2010 atas harga konstan tiap Kabupaten/Kota Provinsi
Lampung

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa kabupaten


dengan pendapatan per kapita terendah adalah Kabupaten Way Kanan dan
Lampung Barat yaitu hanya sebesar Rp.7000.000,00. Maka dari data
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Kabupaten Way Kanan
kesejahteraan wilayahnya masih kurang. Bila kesejahteraan wilayah masih
jauh dari apa yang diharapkan, maka besar kemungkinan kesejahteraan
masyarakatnya pun masih rendah pula.

Kabupaten Way Kanan merupakan daerah agraris, dimana mayoritas


penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Namun, tiak semua
petani di daerah Way Kanan adalah petani yang memiliki penghasilan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dikarenakan tidak
semua petani memiliki lahan sendiri untuk ditanami tanaman pangan.
Bedasarkan jenis usaha tani yang dikembangkan meliputi budidaya tanaman
pangan dan holtikultura, budidaya peternakan dan budidaya perikanan.
Adapun lahan di Kabupaten Way Kanan sangat luas, yang dapat dibedakan
menjadi lahan sawah dan lahan kering. Lahan sawah merupakan jenis lahan
yang digunakan sebagai areal persawahan, lahan kering merupakan lahan
yang digunakan untuk produksi tanaman pangan seperti ubi kayu dan
palawija serta perkebunan.

Produksi lahan perkebunan dan persawahan sangat dipengaruhi oleh


kondisi perairan yang ada. Kabupaten Way Kanan memiliki daerah aliran
sungai yang cukup besar dan sebagian besar telah dikelola menjadi saluran
irigasi teknis dan semi teknis. Pemanfaatan lahan sawah dengan irigasi
teknis seluas 6.511 Ha (Kecamatan Bahuga, Banjit dan Baradatu), irigasi
setengah teknis seluas 941 Ha (Kecamatan Banjit), dengan irigasi desa dan
sederhana seluas 3.766 Ha (tersebar di 14 kecamatan) sedangkan sawah
tadah hujan seluas 2.186 Ha.

Selain daerah Way Kanan, wilayah Mesuji merupakan daerah


penghasil produksi tanaman padi kedua setelah Way Kanan yakni hanya
sebesar 47,45 Kuintal per hektar. Kabupaten Mesuji merupakan daerah
dengan hasil produksi tanaman padi yang rendah dikarenakan kabupaten
Mesuji adalah adalah Daerah Otonomi Baru di Provinsi Lampung.
Kabupaten Mesuji mengalami pemekaran pada tahun 2009 dari kabupaten
Tulang Bawang. Berdasarakan hasil Sensus Pertanian tahun 2013, pertanian
utama yang ada di kabupaten Mesuji adalah tanaman perkebunan terutama
adalah tanaman Kelapa Sawit dengan lahan yang telah digunakan sebesar
22.231 hektar. Maka dari itu, tanaman padi adalah tanaman yang cukup
rendah untuk dihasilkan di kabupaten Mesuji.

Aktivitas perkebunan kepala sawit di kabupaten Mesuji mampu


memberikan nilai tambah yang tinggi disektor pertanian karena kepala sawit
memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani jika dibandingkan
dengan jenis tanaman perkebunan lainnya. (Syahza,2011). Dampak
berkembangnya perkebunan kepala sawit di Kabupaten Mesuji ditunjukkan
dengan tumbuhnya industri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit yaitu dengan
munculnya perusahaan-perusahaan kelapa sawit. Berkembangnya
perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji, akan merangsang
tumbuhnya industri pengolahan yang menggunakan kelapa sawit sebagai
bahan bakunya, penggunaan perkebunan kelapa sawit mempunyai dampak
ganda terhadap ekonomi wilayah terutama dalam penciptaan kesempatan
dan peluang kerja.

Semakin besar perkembangan kelapa sawit, maka akan semakin


terasa dampaknya terhadap tenaga kerja yang bekerja pada sector
perkebunan. Potensi dalam pengembangan sektor kelapa sawit merupakan
kebijakan yang sangat strategis dalam pelaksanaan pembangunan daerah.
Dengan efek pengganda pendapatannya perkebunan kelapa sawit dapat
menentukan peningkatan pendapatan suatu daerah. Hal ini bisa dilihat dari
adanya pembangunan industri hulu hilir kelapa sawit dan tumbuhnya sector
ekonomi social yang akan memunculkan kesempatan usaha baru.
Pendapatan dan konsumsi petani akan meningkat sehingga akan terjadi
peningkatan juga pada kesejahteraan mereka. Sehingga pada akhirnya,
dorongan sector ini akan membuat perekonomian wilayah meningkat.

Berbanding terbalik dengan Way Kanan dan Mesuji yang merupakan


wilayah dengan penghasil produksi padi terendah, wilayah Kota Metro
justru merupakan wilayah penghasil produksi tanaman padi terbanyak
disbanding dengan wilayah lainny yang ada di Kabupaten-kabupaten
Provinsi Lampung.

Wilayah Metro dapat memproduksi padi dengan jumlah yang banyak


dikarenakan wilayah Metro sebagian besar wilayahnya adalah lahan
persawahan meliputi 43,12 % dari luas lahan yang ada di Kota Metro.
Tanaman padi merupakan komoditi potensial yang paling banyak
diusahakan oleh produsen di Kota Metro. Persentase perekonomian Kota
Metro adalah sebesar 6,3 %. Pola penggunaan lahan di Kota Metro di
kelompokkan ke dalam 2 jenis, yaitu lahan terbangun dan tidak terbangun.
Lahan terbangun terdiri dari kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas
sosial, dan fasilitas perdagangan dan jasa, sedangkan lahan tidak terbangun
terdiri dari persawahan, perladangan, dan penggunaan lainnya. Kawasan
tidak terbangun didominasi oleh persawahan dengan sistem irigasi teknis
seluas 2.968,15 hektar atau 43,38% dari luas wilayah, selebihnya adalah
lahan kering pekarangan, tegalan dan sawah non irigasi.

Sebagian warga Kota Metro masih menekuni sektor pertanian


persawahan dengan lahan yang cukup luas sehingga sektor pertanian tetap
mendapatkan perhatian utama .Kota Metro direncanakan sebagai pusat
pengadaan benih padi untuk wilayah Kota Metro dan sekitarnya. Sektor
perternakan dan perikanan juga cukup berkembang, diantaranya ternak sapi,
kambing, ayam buras, ras pedaging, ras petelur, dan itik, dan lainnta.
Berbagai jenis ikan yang dikembangkan yaitu ikan lele, patin, gurame, ikan
mas dan ikan nila. Satu hal yang cukup membanggakan, Kota Metro
ditetapkan sebagai centra lele untuk wilayah Provinsi Lampung.
Metro merupakan Kota dengan hasil produksi padi yang terbesar di
setiap hektarnya karena Lahan Sawah di Kota Metro sangat luas dan
menyumbang sebanyak 43,12 %. Sehingga secara otomatis dapat dikatakan
bahwa Kota Metro sebagian besar wilayahnya adalah wilayah lahan
pertanian dengan didominasi oleh lahan sawah yang sangat luas.
Berikut adalah tabelnya:

Tabel 2.3 Penggunaan Lahan di Kota Metro

Kota Metro produktivitas tanaman padi sawah irigasi mampu


menghasilkan 5,05 ton /ha, namun hasil produksi padi yang diperoleh
mampu menghasilkan 5,41 ton/ha dari produksi 24.859 ton dengan luas
panen 4.592 ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi
Lampung, 2011). Produksi padi rata-rata di Kota Metro diatas rata-rata
produksi nasional, namun sumber pendapatan utama yang diperoleh petani
sawah irigasi belum dapat meningkatkan taraf kehidupan petani sawah
irigasi dan keluarga dari hasil produksi dari padi saja karena untuk
menanam tanaman padi bergantung pada pembagian pasokan air irigasi.
Luas lahan garapan petani sawah irigasi mempengaruhi produksi tanaman
yang dihasilkan dan tentunya berpengaruh terhadap besar kecilnya
pendapatan yang diperoleh. Beberapa masalah pokok yang dihadapi para
petani adalah rendahnya pendapatan usaha tani, sulitnya meningkatkan
pendapatan usaha tani, dan bagaimana cara meningkatkan pendapatan usaha
tani.
Kendala-kendala tersebut nampaknya tidak terlepas dari usaha tani
yang dimiliki petani sawah irigasi, sehingga dalam hal ini dalam
meningkatkan pendapatan pada penggunaan lahan sawah irigasi perlu
mendapat perhatian dalam pengkajian. Petani sawah irigasi yang tidak
menanami lahan garapan sawah irigasi pada tanam periode kedua karena
dipengaruhi faktor modal, kondisi lahan yang tidak bisa ditanami tanaman
selain tanaman padi seperti kondisi lahan berawa dan kondisi cuaca yang
kemarau serta tidak ada bantuan air ketika menanam tanaman selain
tanaman padi membuat petani mengalami resiko gagal panen dan rugi.
Keadaan tersebut berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh
petani sawah irigasi sehingga berdampak pada pemenuhan kebutuhan pokok
petani. Sehubungan dengan masalah perekonomian masyarakat Metro,
pertumbuhan ekonomi di Kota Metro menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya. Yakni mencapai 6,74% per tahunnya.
Sektor pertanian di Kota Metro memberikan sumbangan yang besar
bagi pembangunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Program
peningkatan produksi tanaman pangan di Kota Metro diarahkan kepada
peningkatan produksi padi dan palawija. Dengan bantuan irigasi teknis
sebagian besar petani diikutsertakan intensifikasi pertanian. Disamping itu,
pemerintah memberi dukungan terhadap penyediaan sarana dan prasarana
produksi pertanian yang berupa benih, pupuk, dan pestisida. Kota Metro
memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan 0-12 % namun
rata-rata kemiringannya 0-25 % , sedangkan daerah yang berbukit atau
bergelombang terletak di sebelah selatan yang berbatasan dengan
Kecamatan Kibang, Lampung Timur. Sampai dengan tahun 2007, luas lahan
sawah di Kota Metro seluas 2.615, 25 ha terdiri dari:
- Dapat ditanami tanaman padi 1 kali tanam seluas 213 ha (9%)
- Dapat ditanami tanaman padi 2 kali tanam seluas 2403,25 ha (91%)
Lahan kering di Kota Metro seluas 3.993,78 ha yang terdiri dari lahan
pekarangan, tegalan atau ladang lain-lainnya. Lahan tersebut digunakan
untuk kegiatan tanaman pertanian tanaman pangan, peternakan dan
perikanan. Tanaman yang dominan di Kota Metro adalah padi, jagung, dan
tanaman holtikultura lainnya pada dataran rendah.
Wilayah Kota Metro yang dilalui oleh saluran irigasi teknis dengan
berbagai jenis saluran mulai dari saluran primer hingga saluran tersier.
Sebagian besar wilayah Kota Metro masih merupakan kawasan persawahan
irigasi teknis terutama di wilayah bagian selatan dan utara sehingga hal
tersebut menggambarkan bahwa sumber daya air sangat penting bagi
kebutuhan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada tabel Hasil Analisis Berdasarkan Data Hasil Per Hektar Tanaman
Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota (Kuintal), 2010-2015 dapat diambil
kesimpulan bahwa daerah Way Kanan dan Mesuji adalah daerah dengan
hasil produksi padi terendah pada tahun 2015 dan kota Metro adalah daerah
dengan penghasil padi terbanyak dibandingkan dengan kabupaten lainnya.
Daerah Way Kanan dan Mesuji memiliki hasil produksi padi yang
sedikit/rendah dikarenakan daerah tersebut adalah daerah yang lebih
condong pada daerah perkebunan.
Seperti daerah Mesuji yang sebagian besar merupakan daerah penghasil
karet dan Way Kanan adalah daerah yang merupakan daerah dengan
komoditi kelapa sawit yang merupakan primadona daerah tersebut.
Dibandingkan dengan Mesuji dan Way Kanan, Kota Metro merupakan
daerah dengan penghasil produksi padi yang paling tinggi per hektarnya.
Hal tersebut dikarenakan daerah Metro sebagian besar adalah daerah dengan
areal persawahan yang sangat luas sehingga tidak menutup kemungkinan
bahwa daerah Metro jumlah produksinya sangat tinggi dibandingkan dengan
daerah lainnya di Provinsi Lampung.

3.2 Saran
Hasil produksi tanaman padi yang rendah maunpun tinggi disuatu
daerah hendaknya dapat dimanfaatkan dengan baik. Pemanfaatan yang
paling utama adalah pemanfaatan lahan untuk dapat digunakan semaksimal
mungkin agar dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan
kabupaten itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://lampung.bps.go.id/Subjek/view/id/53. Diakses pada tanggal 8 April.


Pukul 18.58 WIB

https://waykanankab.bps.go.id/website/fileMenu/Analisis-Hasil-Sensus-
Pertanian.pdf. Diakses pada tanggal 8 April 2017. Pukul 19.00 WIB

http://digilib.unila.ac.id/7579/14/BAB%20IV.pdf. Diakses pada tanggal 8


April 2017. Pukul 19.03 WIB

http://bappeda.metrokota.go.id/edata/puspulahjianta/?page=berita&&berita
MzAxMTIwMTYxMjU1MDQ=#.WOhkp8nYXIU.
Diakses pada tanggal 8 April 2017. Pukul 19.17 WIB

http://sopoyono.blogspot.co.id/2012/08/kab-way-kanan.html
Diakses pada tanggal 8 April 2017. Pukul 19.10 WIB

http://digilib.unila.ac.id/4686/11/BAB%20I.pdf.
Diakses pada tanggal 8 April 2017. Pukul 19.13 WIB

http://digilib.unila.ac.id/11624/16/BAB%20I.pdf.
Diakses pada tanggal 8 April 2017. Pukul 19.18 WIB

Anda mungkin juga menyukai