PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara singkat, menurut ekonom Salvatore, definisi nilai tukar adalah harga suatu
mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai suatu mata uang terhadap nilai mata uang
lainnya. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu
negara adalah nilai tukar mata uang. Peningkatan permintaan terhadap mata uang adalah yang
terbaik karena dengan meningkatnya permintaan untuk transaksi uang, atau mungkin adanya
peningkatan permintaan uang yang spekulatif. Transaksi permintaan uang akan sangat
berhubungan dengan tingkat aktivitas bisnis negara berkaitan, produk domestik bruto (PDB)
(gross domestic product (GDP) atau gross domestic income (GDI), dan tingkat permintaan
pekerja. Semakin tinggi tingkat menganggur pada suatu negara akan semakin sedikit
masyarakatnya yang secara keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada belanja
pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa, di Indonesia dalam hal ini dilakukan oleh
Bank Indonesia biasanya akan sedikit kesulitan dalam melakukan penyesuaian pasokan uang
yang dalam persediaan untuk mengakomodasi perubahan dalam permintaan uang berkaitan
dengan transaksi bisnis.
Dalam hubungan transaksi perdagangan antar negara (ekspor dan impor) nilai tukar
tersebut mempunyai peranan yang sangat penting, di era globalisasi hampir seluruh negara di
dunia terlibat dalam kegiatan ekonomi perdagangan bebas. Nilai tukar mata uang pada suatu
negara bersifat fluktuatif. Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu
berubah disetiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah
mata uang akan cenderung menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih besar dari
pasokan yang tersedia. Nilai akan menjadi berkurang bila permintaan kurang dari pasokan
yang tersedia. Pergerakan dalam nilai tukar tertentu mempengaruhi banyak aktivitas dari
perusahaan domestik maupun internasional. Misalnya, nilai tukar mempengaruhi permintaan
untuk produk perusahaan dalam pasar global. Ketika mata uang suatu negara lemah (nilainya
relatif rendah dari mata uang asing), harga ekspornya di pasar dunia menurun dan harga
impor meningkat. Harga yang semakin murah untuk ekspor suatu negara dalam pasar dunia
3
dapat memberikan perusahaan keuntungan pasar dari perusahaan yang perbandingan harga
produknya lebih tinggi.
Nilai tukar uang suatu negara akan membawa efek pada return dan portfolio
perusahaan-perusahaan investasi dan investor dari luar negeri. Misalnya, ketidakstabilan nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari waktu ke waktu menyebabkan ketidakstabilan harga
saham. Kondisi ini cenderung menimbulkan keraguan bagi investor. Hal ini dapat dilihat dari
harga sekuritas atau harga saham yang sedang terjadi, baik indeks harga saham sektoral
maupun Indeks Harga Saham Gabungan.
Manajer lebih menyukai bahwa pergerakan nilai tukar bisa diprediksi. Kurs yang bisa
diprediksi mengurangi kemungkinan perusahaan akan terkena dampak yang merugikan oleh
perubahan yang secara tiba-tiba dan tak terduga. Mereka juga mengurangi kebutuhan untuk
4
asuransi yang mahal (biasanya dengan lindung nilai mata uang) terhadap kemungkinan
pergerakan yang merugikan dalam nilai tukar. Daripada membeli asuransi, perusahaan akan
lebih baik menghabiskan uang mereka untuk kegiatan yang lebih produktif, seperti
pengembangan produk baru atau merancang metode produksi yang lebih efisien.
Valas merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang memiliki pengaruh
signifikan pada pertumbuhan ekonomi karena fluktuasinya berdampak pada perdagangan
antar negara. Hal ini membawa konsekuensi pada bagaimana menjaga kebijakan-kebijakan
pemerintah terkhususnya bank sentral untuk menstabilkannya sehingga tidak membawa
perubahan pada pola perdagangan suatu negara khususnya Indonesia, namun hal ini bukanlah
masalah sederhana yang dengan mudah diaplikasan karena dalam rangka menjaga stabilitas
valuta aisng maka banyak faktor yang harus dipertimbangkan.
Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata
uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah :
5
AS meningkat secara substansial sementara pendapatan nasional Inggris tetap tidak
berubah. Hal ini akan menyebabkan naiknya permintaan konsumen AS terhadap produk-
produk Inggris akibat kenaikan tingkat pendapatan di AS.
3. Suku bunga relatif
Perubahan dalam suku bunga relatif mempengaruhi investasi dalam sekuritas-sekuritas
asing, yang selanjutnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing, dan
nilai tukar. Misalkan suku bunga di AS meningkat sedangkan suku bunga di Inggris tetap
konstan. Dalam hal ini, korporasi-korporasi AS kemungkinan akan mengurangi
permintaan mereka terhadap pound karena suku bunga di AS sekarang lebih menarik
ketimbang suku bunga di Inggris (korporasi-korporasi AS akan menarik deposito mereka
yang ada di Inggris dan menempatkannya di bank-bank AS). Suku bunga di AS juga
menjadi lebih menarik bagi korporasi-korporasi Inggris yang kelebihan kas dengan
meningkatkan deposito mereka di AS. Terjadinya penanaman modal di AS cenderung
mengakibatkan naiknya nilai mata uang AS yang semuanya tergantung pada besarnya
perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan di luar negeri, maka perlu dilihat mana yang
lebih murah, di dalam atau di luar negeri. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu
akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam
negeri.
4. Kontrol pemerintah
Faktor berikutnya yang mempengaruhi nilai tukar adalah kontrol pemerintah. Pemerintah
dapat mempengaruhi nilai tukar ekuilibrium dengan berbagai cara, di antaranya melalui
(1) hambatan jual-beli valuta asing, (2) hambatan perdagangan, (3) intervensi (pembelian
dan penjualan valuta) dalam pasar valas, dan (4) pengubahan variabel - variabel makro
seperti inflasi, suku bunga dan tingkat pendapatan nasional. Misalkan, suku bunga di AS
meningkat relatif terhadap suku bunga di Inggris. Raksi yang diharapkan adalah
meningkatkan penawaran pound di Inggris untuk membeli dolar di AS (dalam rangka
mengambil keuntungan dari tingginya suku bunga di AS). Tetapi jika pemerintah Inggris
mengenakan pajak yang tinggi atas laba yang dihasilkan investor Inggris di luar negeri
hal ini bisa menurunkan minat investor Inggris menukar pound dengan dolar.
5. Ekspektasi
Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi atau nilai
tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat
terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Sebagai contoh, berita mengenai
akan melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual
6
dolar, karena memperkirakan nilai dolar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung
akan menekan nilai tukar dolar dalam pasar.
Hukum satu harga (law of one price) yang ada dalam pasar bebas kompetitif dari
biaya transportasi dan hambatan perdagangan ( seperti tarif), produk sama yang terjual
diberbagai negara berbeda harus dijual pada harga yang sama, ketika dijual dengan harga
mereka disamakan dalam mata uang yang sama. Misalnya, jika nilai tukar antara
poundsterling Inggris dan dolar adalah 1 = $1,50, jaket yang seharga $75 di New York harus
dijual dengan harga 50 di London (karena $75/1,50 = 50). Pikirkan apa yang akan terjadi
jika jaket yang berbiaya 40 di London ($60 dalam mata uang AS). Pada harga ini, pedagang
akan memutuskan untuk membeli jaket di London dan menjualnya di New York (contoh
arbitrase). Perusahaan ini awalnya dapat menghasilkan keuntungan senilai $15 untuk setiap
jaket karena membelinya dengan 40 ($60) di London dan menjualnya seharga $75 di New
York (kita asumsikan tidak ada biaya transportasi dan hambatan perdaganga). Namun,
peningkatan permintaan jaket di London akan menaikan harga mereka di London, dan
peningkatan penawaran jaket di New York akan menurunkan harga jaket di sana. Ini akan
berlanjut sampai harga yang menyamakan kedudukannya. Dengan dmikian, harga mungkin
disamakan ketika jaket dengan nilai 44 ($66) di London dan senilai $66 di New York
(dengan asumsi tidak ada perubahan dalam nilai tukar senilai 1 = $1,50).
Jika hukum satu harga berlaku untuk semua barang dan jasa, paritas daya beli nilai
tukar dapat ditemukan dari setiap set harga barang atau pun jasa. Dengan membandingkan
harga produk yang sama dalam mata uang yang berbeda, maka ada kemungkinan untuk
menentukan nilai tukar riil atau PPP yang akan ada jika pasar efisien. Sebuah pasar yang
efisien tidak memiliki hambatan terhadap arus bebas barang dan jasa. Versi yang lebih
ekstrem dari teori PPP yang menyatakan bahwa dengan pertimbangan pasar efisien yang
efektif yaitu pasar dimana beberapa hambatan perdagangan internasional ada, harga sebuah
keranjang barang kurang lebih setara di setiap negara. Untuk mengungkapkan teori PPP
dalam symbol-simbol, anggaplah P$ dalam harga dolar AS dari sekeranjang barang tertentu
7
dan P dalam harga yang sama dalam yen Jepang. PPP teori memprediksi bahwa nilai tukar
dolar/yen, E$/, seharusnya setara dengan:
E$/ = P$/P
Jadi, jika sekeranjang barang berharga $200 di Amerika Serikat dan 20.000 di Jepang, teori
PPP memprediksi bahwa nilai tukar dolar/yen harus senilai $200/20.000 atau $0,01 per yen
Jepang ($1=100).
Setiap tahun, majalah berita The Economist menerbitkan versi sendiri dari teorema
PPP, yang disebutnya sebagai Big Mac Index. Ekonom telah memilih Big Mac, salah satu
menu milik Mc Donalds sebagai wakil untuk sekeranjang barang karena diproduksi sesuai
ukuran resep yang kurang lebih sama di sekitar 120 negara. PPP Big Mac adalah nilai tukar
yang akan memiliki biaya hamburger yang sama di setiap negara. Menurut The Economist,
membandingkan nilai tukar aktual suatu negara dengan satu yang diprediksi oleh teorema
PPP berdasarkan pada harga relatif Big Mac adalah apakah sebuah mata uang di bawah nilai
atau tidak. Hal ini bukan perhitungan yang serius, seperti yang majalah berita The Economist
nyatakan, tetapi memberikan gambaran yang berguna dari teorema PPP.
Untuk menghitung indeks, para ekonom mengubah harga Big Mac di negara ke dalam
dolar dengan kurs saat ini dan membagi dengan harga rata-rata dari Big Mac di Amerika
($3,54). Menurut teorema PPP, harga harus sama. Jika tidak, itu berarti bahwa mata uang bisa
bernilai terlalu tinggi (overvalued) terhadap dolar atau bernilai terlalu rendah (undervalued).
Sebagai contoh, harga rata-rata dari Big Mac di kawasan euro adalah $4,50 dalam nilai tukar
euro/dolar. Pembagian ini dengan rata-rata dari Big Mac di Amerika Serikat adalah sebesar
1,27 (yaitu $4,50/$3,54), yang menunjukkan bahwa euro bernilai terlalu tinggi sebesar 27%
terhadap dolar AS. Langkah berikutnya dalam teori PPP adalah menyatakan bahwa nilai
tukar akan berubah jika harga relatif berubah. Sebagai contoh, bayangkan bila di Amerika
Serikat mengalami inflasi harga, sementara harga di Jepang meningkat sebesar 10% per
tahun. Pada awal tahun, sekeranjang barang senilai $200 di Amerika Serikat dan 20.000 di
Jepang sehingga nilai tukar dolar/yen menurut teori PPP harus senilai $1 = 100. Pada akhir
tahun, sekeranjang barang masih senilai $200 di Amerika Serikat, tetapi di Jepang harganya
senilai 22.000. Teori PPP memprediksi bahwa nilai tukar harus berubah sebagai hasilnya.
Lebih tepatnya pada akhir tahun.
E$/ = $200/22.000
8
Dengan demikian, 1 = $0,0091 (atau $1=110). Karena inflasi harga senilai 10%, yen
Jepang telah terdepresiasi sebesar 10% terhadap dolar. Satu dolar akan membeli 10% lebih
yen pada akhir tahun daripada awal tahun.
Kebutuhan perusahaan untuk memprediksi variasi nilai tukar berjangka/ pada masa
depan menimbulkan masalah apakah itu bermanfaat bagi perusahaan untuk berinvestasi
dalam valuta untuk membantu pengambilan keputusan. Dua gagasan ilmiah mengatasi
masalah ini. Gagasan pasar yang efesien berpendapat bahwa nilai tukar tunai berjangka
merupakan tindakan terbaik dalam memprediksi nilai tukar tunai pada masa depan dan karena
itu investasi dalam layanan peramalan akan membuang-buang uang. Gagasan ilmiah lain
mengatakan, pasar tidak efesien, yang berpendapat bahwa perusahaan dapat meningkatkan
perkiraan nilai tukar bursa valuta asing pada masa depan (seperti yang tertuang dalam nilai
berjangka) dengan berinvestasi pada jasa peramalan. Dengan kata lain gagasan-gagasan
ilmiah ini tidak memercayai nilai tukar berjangka yang merupakan penunjuk kemungkinan
terbaik dari nilai tukar tunai pada masa mendatang.
Nilai tukar ke depan atau berjangka merupakan prediksi kolektif para pelaku pasar
nilai tukar tunai pada tanggal yang ditentukan pada masa depan. Jika nilai tukar ke depan
adalah yang terbaik sebagai penunjuk nilai tukar tunai berjangka, akan tidak masuk akal bagi
perusahaan untuk menghabiskan uang tambahan untuk meramalkan pergerakan nilai tukar
jangka pendek. Banyak ekonom percaya bursa valuta asing efisien dalam menetapkan nilai
tukar ke depan. Sebuah pasar yang efisien (efficient market) adalah satu pasar dimana harga
mencerminkan informasi publik yang tersedia. (hal ini mencerminkan semua informasi yang
tersedia tentang kemungkinan perubahan nilai tukar pada masa depan, perusahaan tidak bias
mengalahkan pasar dengan berinvestasi dalam layanan peramalan).
Apabila bursa valuta asing efisien, nilai tukar ke depan harus menjadi perkiraan objektif
tentang nilai tukar tunai berjangka. Ini tidak berarti prediksi akan akurat dalam situasi
tertentu. Ini berarti ketidak akuratan tidak akan konsisten di atas di bawah nilai tukar tunai
berjangka, mereka tida bisa diprediksi. Banyak uji coba empiris telah membahas hipotesis
9
pasar efisien. Meskipun sebagian besar tampaknya membenarkan hipotesis tersebut (yang
menunjukkan bahwa perusahaan harusnya tidak membuang-buang uang mereka pada
peramalan), beberapa studi baru-baru ini telah menentang hal itu. Ada beberapa bukti bahwa
nilai tukar berjangka tidak bisa menjadi petunjuk mengenai nilai tukar tunai berjangka dan
bahwa prediksi yang lebih akurat dari nilai tukar tunai berjangka dapat dihitung dari
informasi publik yang tersedia.
Penggunaan bukti terhadap hipotesis pasar yang efisien, beberapa ekomon percaya
bahwa bursa valuta asing tidak efisien. Sebuah pasar yang tidak efisien di mana harga tidak
mencerminkan semua informasi yang tersedia. Sebuah pasar yang tidak efisien (inefficient
market), nilai tukar ke depan, tidak bisa dijadikan petunjuk yang baik untuk nilai tukar tunai
ke depan.
Jika ini benar, mungkin bermanfaat untuk bisnis internasional yang berinvestasi
dalam layanan peramalan (seperti yang banyak dilakukan). Keyakinan merupakan prakiraan
nilai tukar yang profesional mungkin memberikan prediksi yang lebih baik disbanding yang
dilakukan nilai tukar ke depan. Namun, rekam jejak dari layanan peramalan profesional tidak
sebaik itu. Misalnya, layanan peramalan tidak bisa memprediksi krisis mata uang pada 1997
yang melanda Asia Tenggara.
Dengan asumsi market school tidak efisien adalah benar bahwa perkiraan bursa valuta
asing dari nilai tukar tunai berjangka dapat ditingkatkan, basis apa yang harus disiapkan
untuk meramlkan? Disini ada dua pemikiran. Satu menganut analisa fundamental, sementara
yang lain menganut analisa teknis.
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental mengacu pada teori ekonomi untuk membangun model
ekonometrik canggih untuk memprediksi pergerakan nilai tukar. Variabel yang terkandung
dalam model sejenis mencakup hal-hal yang telah kita bahas, seperti tingkat pertumbuhan
relatif uang yang beredar, tingkat inflasi, dan suku bunga. Selain itu mereka mungkin
termasuk variabel yang berhubungan dengan posisi neraca pembayaran. Defisit pada
10
rekening neraca pembayaran saat ini (di mana impor barang dan jasa lebih besar daripada
ekspor) menciptakan tekanan yang dapat mengakibatkan depresiasi mata uang negara di
bursa valuta asing.
2. Analisis Teknis
Analisis teknis menggunakan harga dan volume data untuk menentukan tren masa
lalu, yang diperkirakan akan terus berlanjut ke masa depan. Pendekatan ini tidak bergantung
pada pertimbangan fundamental ekonomi. Analisis teknis didasarkan pada premis bahwa
terdapat tren dan gelombang pasar yang bisa dianalisis serta tren dan gelombang sebelumnya
dapat digunakan untuk memprediksi tren dan gelombang pada masa depan. Karean tidak ada
alasan teoritis untuk asumsi prediktabilitas ini, banyak ekonom membandingkan analisis
teknis untuk meramal. Meskipun ada skeptisisme ini, analisis teknis tengah mengalami
kemajuan dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam peramalan fundamental bisa juga digunakan teori paritas daya beli (PPP).
Namun pada kenyataannya, penggunaan teori PPP ini tetap tidak dapat menghasilkan
peramalan yang akurat dengan alasan sebagai berikut: (1) Ketidakpastian pengaruh fluktuasi
inflasi pada pola perdagangan, demikian juga pada tingkat bunga, (2) data ynag digunakan
untuk mengukur harga relative pada dua Negara tidak akurat, (3) hambatan perdagangan
dapat mengganggu pola perdagangan, (4) faktor lain seperti perbedaan tingkat bunga antar
negara juga mempengaruhi tingkat inflasi. Alasan-alasan ini membuktikan bahwa perbedaan
inflasi semata tidaklah cukup untuk melakukan peramalan. Namun, perbedaan inflasi tetap
merupakan satu faktor yang penting guna melakukan peramalan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun beberapan simpulan yang dapat ditarik dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Dalam hubungan transaksi perdagangan antar negara (ekspor dan impor) nilai tukar
tersebut mempunyai peranan yang sangat penting, di era globalisasi hampir seluruh
negara di dunia terlibat dalam kegiatan ekonomi perdagangan bebas.
2. Gerakan-gerakan yang tidak menguntungkan dalam nilai tukar dapat menimbulkan
biaya bagi perusahaan domestik dan internasional. Nilai tukar yang stabil
meningkatkan akurasi perencanaan keuangan dan membuat perkiraan arus kas yang
lebih tepat. Nilai tukar yang bisa diprediksi mengurangi kemungkinan perusahaan
akan terkena dampak yang merugikan oleh perubahan yang secara tiba-tiba dan tak
terduga.
3. Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata
uang dalam negeri terhadap mata uang asing yaitu laju inflasi relatif, tingkat
pendapatan relativf, suku bunga relatif, kontrol pemerintah dan ekspektasi.
4. Hukum satu harga (law of one price) yang ada dalam pasar bebas kompetitif dari
biaya transportasi dan hambatan perdagangan ( seperti tarif), produk sama yang
terjual diberbagai negara berbeda harus dijual pada harga yang sama, ketika dijual
dengan harga mereka disamakan dalam mata uang yang sama.
5. Dengan membandingkan harga produk yang sama dalam mata uang yang berbeda,
maka ada kemungkinan untuk menentukan nilai tukar riil atau PPP yang akan ada jika
pasar efisien.
6. Kebutuhan perusahaan untuk memprediksi variasi nilai tukar berjangka/ pada masa
depan menimbulkan masalah apakah bermanfaat bagi perusahaan untuk berinvestasi
dalam valuta untuk membantu pengambilan suatu keputusan.
12
Daftar Pustaka
13