Anda di halaman 1dari 24

askep anemia aplastik

Sabtu, 01 Oktober 2011


gangguan sistem hematologi askep anemia aplastik

MAKALAH SISTEM HEMATOLOGI


ANEMIA APLASTIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai oleh penurunan produksi
eritroid, mieloid dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada
darah tepi, serta tidak dijumpai adanya sistem keganasan hematopoitik ataupun kanker metastatik
yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga system
hematopoisis. Aplasia yang hanya mengenai system eritropoitik disebut anemia hipoplastik
(ertroblastopenia), yang hanya mengenai system granulopoitik disebut agranulositosis sedangkan
yang hanya mengenai sistem megakariositik disebut Purpura Trombositopenik Amegakariositik
(PTA). Bila mengenai ketiga sistem disebut Panmieloptisis atau lazimya disebut anemia aplastik.
Menurut The International and Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut anemia aplastik bila :
Kadar Hemoglobin ? 10 gr/dl atau Hematokrit ? 30; hitung trombosit ? 50.000/mm3; hitung
leukosit ? 3500/mm3 atau granulosit ? 1.5 x 109/I.(1)
Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fanconi genetik dan dyskeratosis congenital,
dan sering berkaitan dengan anomali fisik khas dan perkembangan pansitopenia terjadi pada
umur yang lebih muda, dapat pula berupa kegagalan sumsum pada orang dewasa yang terlihat
normal. Anemia aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas, dengan onset hitung darah
yang rendah secara mendadak pada dewasa muda yang terlihat normal; hepatitis seronegatif atau
pemberian obat yang salah dapat pula mendahului onset ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini
tidak sulit. Biasanya penurunan hitung darah moderat atau tidak lengkap, akan menyebabkan
anemia, leucopenia, dan thrombositopenia atau dalam beberapa kombinasi tertentu.
Dalam makalah ini penulis membahasa tentang konsep teori serta Asuhan keperawatan pada
anemia aplastik.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Apa Pengertian dari Anemia aplastik?
2. Apa Etiologi dari anemia aplastik?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada anemia aplastik?
4. Apa saja manifestasi dari anemia aplastik?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia aplastik ?
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi &
Imunologi yang berjudul Askep Anemia Aplastik .Tujuan khusus penulisan makalah ini
adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun
pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1 Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau
berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik dalam
darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemopoetik dalam sumsum tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang disebabkan oleh
disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh
sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik dalam
darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang mengarah
pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam
sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
2.2 Etiologi
a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
- Bahan kimia : benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
- Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-
kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
- Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
- Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
- Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.
- Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)
2.3 Patofisiologi
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini, patofisiologi anemia
aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang dapat menerangkan patofisiologi
penyakit ini yaitu :
1. kerusakan sel hematopoitik
2. kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
3. proses imunologik yang menekan hematopoisis
Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 34, atau
dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik dikenal sebagai, longterm
culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture (LTMC), jumlah sel induk/ CD 34
sangat menurun hingga 1-10% dari normal. Demikian juga pengamatan pada cobble-stone area
forming cells jumlah sel induk sangat menurun. Bukti klinis yang yang menyokong teori
gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada 60-80% kasus. Hal
ini membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekonstruksi sumsum
tulang pada pasien anemia aplastik. Beberapa sarjana menganggap gangguan ini dapat
disebabkan oleh proses imunologik.
Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk hematopoitik tergantung
pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari sel stroma yang menghasilkan berbagai
sitokin perangsang seperti GM-CSF,G-CSF dan IL-6 dalam jumlah normal sedangkan sitokin
penghambat seperti ? (IFN-?), tumor necrosis factor-? (TNF-?), protein macrophage
inflamatory 1? (MIP-1?), dan transforming growth factor ?2 (TGF-?2) akan meningkat. Sel
stroma pasien anemia aplastik dapat menunjang pertumbuhan sel induk, tapi sel stroma normal
tidak dapat menumbuhkan sel induk yang berasal dari pasien. Berdasar temuan tersebut, teori
kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang sebagai penyebab mendasar anemia apalstik makin
banyak ditinggalkan.
Anemia aplasia sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma atau produksi faktor
pertumbuhan.
Kerusakan akibat Obat.
Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi seperti dosis tinggi
pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi idiosinkronasi yang paling sering pada dosis
rendah obat, perubahan metabolisme obat kemungkinan telah memicu mekanisme kerusakan.
Jalur metabolisme dari kebanyakan obat dan zat kimia, terutama jika bersifat polar dan memiliki
keterbatasan dalam daya larut dengan air, melibatkan degradasi enzimatik hingga menjadi
komponen elektrofilik yang sangat reaktif (yang disebut intermediate); komponen ini bersifat
toxic karena kecenderungannya untuk berikatan dengan makromolekul seluler.
Sebagai contoh, turunan hydroquinones dan quinolon berperan terhadap cedera jaringan.
Pembentukan intermediat metabolit yang berlebihan atau kegagalan dalam detoksifikasi
komponen ini kemungkinan akan secara genetic menentukan namun perubahan genetis ini hanya
terlihat pada beberapa obat; kompleksitas dan spesifitas dari jalur ini berperan terhadap
kerentanan suatu loci dan dapat memberikan penjelasan terhadap jarangnya kejadian reaksi
idiosinkronasi obat.

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
Lemah dan mudah lelah
Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri
Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
Pucat
Pusing
Anoreksia
Peningkatan tekanan sistolik
Takikardia
Penurunan pengisian kapler
Sesak
Demam
Purpura
Petekie
Hepatosplenomegali
Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)

2.5 Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi sebagai berikut
:
1. Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan
lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan tetapi,hal ini sulit dilakukan
karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
2. Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia.
Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengatasi infeksi
- Hygiene mulut
- Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat/.
- Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
b. Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau tanda payah jantung
atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g% tidak perlu sampai
normal karena akan menekan eritropoesis internal
c. Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau trombosit <
20.000/mm3.
3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :
a. Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3
mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang dialami berupa
virilisasi dan gangguan fungsi hati.
- Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
- GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil.
4. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut :
a. Terapi imunosuprersif
-Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline (ATG) dapat
menekan proses imunologis
- Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi
b. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan harapan
kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
2.6 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi organ
3. Gagal jantung

2.7 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Aplastik


A. Pengkajian
1. Anamnesa
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS,
diagnosa medis.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema aplastik, serta penyakit
yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia
aplastik yang cenderung diturunkan secara genetik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
- Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
- Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
- Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
- Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang menunjukkan
keletihan
b. Sirkulasi
- Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
- Palpitasi (takikardia kompensasi)
- Hipotensi postural
- Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T
- Bunyi jantung murmur sistolik
- Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku
- Sclera biru atau putih seperti mutiara
- Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi
kompensasi)
- Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
- Rambut kering, mudah putus, menipis
c. Integritas Ego
- Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah
- Depresi
d. Eliminasi
- Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunan haluaran urine
- Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
- Penurunan masukan diet
- Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
- Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
- Adanya penurunan berat badan
- Membrane mukusa kering,pucat
- Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
- Stomatitis
- Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
- Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
- Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
- Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
- Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
- Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
- Hemoragis retina
- Epistaksis
- Gangguan koordinasi, ataksia
g. Nyeri/kenyamanan

- Nyeri abdomen samar, sakit kepala

h. Pernapasan
- Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
- Takipnea, ortopnea dan dispnea
i. Keamanan
- Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen
- Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
- Transfusi darah sebelumnya
- Gangguan penglihatan
- Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
- Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
- Limfadenopati umum
- Petekie dan ekimosis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan).
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

C. NCP
Nn0 Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
11 Perubahan perfusi Peningkatan perfusi - Awasi tanda -
Memberikan
jaringan b.d jaringan vital kaji pengisian
informasi tentang
penurunan KH : kapiler, warna
derajat/keadekuatan
komponen seluler Klien menunjukkan kulit/membrane perfusi jaringan dan
yang diperlukan perfusi adekuat, mukosa, dasar
membantu
untuk pengiriman misalnya tanda vital kuku. menetukan
oksigen/nutrient ke stabil. - Tinggikan kepala kebutuhan
sel. tempat tidur sesuai
intervensi.
toleransi. -
Meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
Catatan :
kontraindikasi bila
- Awasi upaya ada hipotensi.
pernapasan ;
auskultasi bunyi - Gemericik
napas perhatikan menununjukkan
bunyi adventisius. gangguan jajntung
karena regangan
jantung
lama/peningkatan
- Selidiki keluhan kompensasi curah
nyeri jantung.
dada/palpitasi. - Iskemia seluler
mempengaruhi
- Hindari jaringan miokardial/
penggunaan botol potensial risiko
penghangat atau infark.
botol air panas. - Termoreseptor
Ukur suhu air jaringan dermal
mandi dengan dangkal karena
thermometer. gangguan oksigen
- Kolaborasi
pengawasan hasil
pemeriksaan - Mengidentifikasi
laboraturium. defisiensi dan
Berikan sel darah kebutuhan
merah pengobatan /respons
lengkap/packed terhadap terapi.
produk darah
sesuai indikasi.
- Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi. - Memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan.
22 Intoleransi Dapat - Kaji kemampuan - Mempengaruhi
aktivitas b.d mempertahankan ADL pasien. pilihan
ketidakseimbangan /meningkatkan intervensi/bantuan
antara suplai ambulasi/aktivitas. - Kaji kehilangan
oksigen KH : atau gangguan - Menunjukkan
(pengiriman) dan - melaporkan keseimbangan, perubahan
kebutuhan. peningkatan toleransi gaya jalan dan neurology karena
aktivitas (termasuk kelemahan otot defisiensi vitamin
aktivitas sehari-hari) B12 mempengaruhi
- menunjukkan keamanan
penurunan tanda pasien/risiko cedera
intolerasi fisiologis,- Observasi tanda-
misalnya nadi, tanda vital - Manifestasi
pernapasan, dan sebelum dan kardiopulmonal dari
tekanan darah masih sesudah aktivitas. upaya jantung dan
dalam rentang normal paru untuk
membawa jumlah
- Berikan oksigen adekuat ke
lingkungan jaringan
tenang, batasi - Meningkatkan
pengunjung, dan istirahat untuk
kurangi suara menurunkan
bising, kebutuhan oksigen
pertahankan tirah tubuh dan
baring bila di menurunkan
indikasikan regangan jantung
- Gunakan teknik dan paru
menghemat
energi, anjurkan - Meningkatkan
pasien istirahat aktivitas secara
bila terjadi bertahap sampai
kelelahan dan normal dan
kelemahan, memperbaiki tonus
anjurkan pasien otot/stamina tanpa
melakukan kelemahan.
aktivitas Meingkatkan harga
semampunya diri dan rasa
(tanpa terkontrol.
memaksakan diri).

33 Perubahan nutrisi Kebutuhan nutrisi - Kaji riwayat- Mengidentifikasi


kurang dari terpenuhi nutrisi, termasuk defisiensi,
kebutuhan tubuh KH : makan yang memudahkan
b.d kegagalan- Menunujukkan disukai intervensi
untuk mencerna peningkatan - Observasi dan- Mengawasi
atau ketidak /mempertahankan catat masukkan masukkan kalori
mampuan berat badan dengan makanan pasien atau kualitas
mencerna nilai laboratorium kekurangan
makanan /absorpsi normal. - Timbang berat konsumsi makanan
nutrient yang- Tidak mengalami badan setiap hari. - Mengawasi
diperlukan untuk tanda mal nutrisi. penurunan berat
pembentukan sel- Menununjukkan badan atau
darah merah perilaku, perubahan- Berikan makan efektivitas intervensi
pola hidup untuk sedikit dengan nutrisi
meningkatkan dan atau frekuensi sering- Menurunkan
mempertahankan berat dan atau makan kelemahan,
badan yang sesuai. diantara waktu meningkatkan
makan pemasukkan dan
- Observasi dan mencegah distensi
catat kejadian gaster
mual/muntah, - Gejala GI dapat
flatus dan dan menunjukkan efek
gejala lain yang anemia (hipoksia)
berhubungan pada organ.
- Berikan dan
Bantu hygiene
mulut yang baik -; Meningkatkan nafsu
sebelum dan makan dan
sesudah makan, pemasukkan oral.
gunakan sikat gigi Menurunkan
halus untuk pertumbuhan
penyikatan yang bakteri,
lembut. Berikan meminimalkan
pencuci mulut kemungkinan
yang di encerkan infeksi. Teknik
bila mukosa oral perawatan mulut
luka. khusus mungkin
diperlukan bila
- Kolaborasi pada jaringan
ahli gizi untuk rapuh/luka/perdarah
rencana diet. an dan nyeri berat.
- Membantu dalam
- Kolaborasi ; rencana diet untuk
pantau hasil memenuhi
pemeriksaan kebutuhan
laboraturium individual
- Meningkatakan
efektivitas program
- Kolaborasi; pengobatan,
berikan obat termasuk sumber
sesuai indikasi diet nutrisi yang
dibutuhkan.
- Kebutuhan
penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan atau
adanyan masukkan
oral yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.

44 Risiko tinggi Infeksi tidak terjadi. Tingkatkan cuci mencegah


terhadap infeksi KH : tangan yang baik ; kontaminasi
b.d tidak - mengidentifikasi oleh pemberi silang/kolonisasi
adekuatnya perilaku untuk perawatan dan bacterial. Catatan :
pertahanan mencegah/menurunkan pasien pasien dengan
sekunder risiko infeksi. anemia
(penurunan - meningkatkan berat/aplastik dapat
hemoglobin penyembuhan luka, Pertahankan berisiko akibat flora
leucopenia, atau bebas drainase purulen teknik aseptic normal kulit.
penurunan atau eritema, dan ketat pada menurunkan risiko
granulosit (respons demam. prosedur/perawata kolonisasi/infeksi
inflamasi n luka bakteri
tertekan). Berikan perawatan
kulit, perianal dan menurunkan risiko
oral dengan kerusakan
cermat kulit/jaringan dan
infeksi
Motivasi meningkatkan
perubahan ventilasi semua
posisi/ambulasi segmen paru dan
yang sering, membantu
latihan batuk dan memobilisasi sekresi
napas dalam untuk mencegah
pneumonia
membantu dalam
Tingkatkan pengenceran secret
masukkan cairan pernapasan untuk
adekuat mempermudah
pengeluaran dan
mencegah stasis
cairan tubuh
misalnya pernapasan
dan ginjal.
Pantau/batasi membatasi
pengunjung. pemajanan pada
Berikan isolasi bakteri/infeksi.
bila Perlindungan isolasi
memungkinkan dibutuhkan pada
anemia aplastik, bila
respons imun sangat
terganggu.
Pantau suhu adanya proses
tubuh. Catat inflamasi/infeksi
adanya menggigil membutuhkan
dan takikardia evaluasi/pengobatan
dengan atau tanpa .
demam
Amati indikator infeksi
eritema/cairan lokal. Catatan :
luka pembentukan pus
mungkin tidak ada
bila granulosit
tertekan.
Ambil specimen membedakan
untuk adanya infeksi,
kultur/sensitivitas mengidentifikasi
sesuai indikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi
pilihan pengobatan
Berikan antiseptic mungkin digunakan
topical ; antibiotic secara propilaktik
sistemik untuk menurunkan
kolonisasi atau
untuk pengobatan
proses infeksi local
54 Konstipasi atau Membuat/kembali pola - Observasi warna - Membantu
Diare berhubungan normal dari fungsi feses, konsistensi, mengidentifikasi
dengan penurunan usus. frekuensi dan penyebab /factor
masukan diet; KH: Menunjukkan jumlah pemberat dan
perubahan proses perubahan intervensi yang
pencernaan; efek perilaku/pola hidup, - Auskultasi bunyi tepat.
samping terapi yang diperlukan usus - bunyi usus secara
obat. sebagai penyebab, umum meningkat
factor pemberat. pada diare dan
- Awasi intake dan menurun pada
output (makanan konstipasi
dan cairan). - dapat
mengidentifikasi
dehidrasi,
kehilangan
- Dorong berlebihan atau alat
masukkan cairan dalam
2500-3000 ml/hari mengidentifikasi
dalam toleransi defisiensi diet
jantung - membantu dalam
memperbaiki
konsistensi feses
bila konstipasi.
- Hindari makanan Akan membantu
yang membentuk memperthankan
gas status hidrasi pada
- Kaji kondisi kulit diare
perianal dengan - menurunkan distress
sering, catat gastric dan distensi
perubahan kondisi abdomen
kulit atau mulai - mencegah
kerusakan. ekskoriasi kulit dan
Lakukan kerusakan
perawatan perianal
setiap defekasi
bila terjadi diare.
- Kolaborasi ahli
gizi untuk diet
siembang dengan
tinggi serat dan
bulk.
- serat menahan
enzim pencernaan
dan mengabsorpsi
air dalam alirannya
sepanjang traktus
intestinal dan
- Berikan pelembek dengan demikian
feses, stimulant menghasilkan bulk,
ringan, laksatif yang bekerja sebagai
pembentuk bulk perangsang untuk
atau enema sesuai defekasi.
indikasi. Pantau - mempermudah
keefektifan. defekasi bila
(kolaborasi) konstipasi terjadi.
- Berikan obat
antidiare, misalnya
Defenoxilat
Hidroklorida
dengan atropine
(Lomotil) dan obat - menurunkan
mengabsorpsi air, motilitas usus bila
misalnya diare terjadi.
Metamucil.
(kolaborasi).
65 Kurang Pasien mengerti dan Berikan informasi memberikan dasar
pengetahuan memahami tentang tentang anemia pengetahuan
sehubungan penyakit, prosedur spesifik. sehingga pasien
dengan kurang diagnostic dan rencana Diskusikan dapat membuat
terpajan/mengingat pengobatan. kenyataan bahwa pilihan yang tepat.
; salah interpretasi KH : terapi tergantungMenurunkan
informasi ; tidak - Pasien menyatakan pada tipe dan ansietas dan dapat
mengenal sumber pemahamannya proses beratnya anemia. meningkatkan
informasi. penyakit dan kerjasama dalam
penatalaksanaan program terapi
penyakit. Tinjau tujuan danansietas/ketakutan
- Mengidentifikasi persiapan untuk tentang
factor penyebab. pemeriksaan ketidaktahuan
- Melakukan tiindakan diagnostic meningkatkan stress,
yang perlu/perubahan selanjutnya
pola hidup. meningkatkan beban
jantung.
Pengetahuan
menurunkan
ansietas.
Kaji tingkat megetahui seberapa
pengetahuan klien jauh pengalaman
dan keluarga dan pengetahuan
tentang klien dan keluarga
penyakitnya tentang penyakitnya
Berikan dengan mengetahui
penjelasan pada penyakit dan
klien tentang kondisinya
penyakitnya dan sekarang, klien akan
kondisinya tenang dan
sekarang. mengurangi rasa
cemas
diet dan pola makan
Anjurkan klien yang tepat
dan keluarga membantu proses
untuk penyembuhan.
memperhatikan
diet makanan nya mengetahui
Minta klien dan seberapa jauh
keluarga pemahaman klien
mengulangi dan keluarga serta
kembali tentang menilai keberhasilan
materi yang telah dari tindakan yang
diberikan dilakukan

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

KASUS
Tuan A,masuk rumah sakit pada tanggal 3 Desember 2009, jam 10.00 WIB.Mengeluhkan sakit
kepala pada bagian tengkuknya, badan sering terasa lemas, dan sering kesemutan pada saat
istirahat.Setelah dilakukan pemeriksaan didapat TD 110/ 60 mmhg, SH 34.5oC, Nadi 80x/
menit,HB 3,6 g/dl. Dengan RR normal, BB menurun, sedangkan pada skelera mata memutih,
kuku membentuk koilonikia(kuku melengkung seperti sendok).

A. ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
S1 : - Tn A mengeluh sakit kepla Penurunan komponen Perubahan Perfusi
- Mudah lelah seluler yang diperlukan Jaringan
- Kesemutan untuk pengiriman
- kedinginan oksigen/nutrient ke sel
- mata berkunang kunang
O : - Hb Turun 3,6 g/ dl
- Ekstremitas atas dan bawah
dingin
- Suhu 36o C
- kulit pucat
- Gelisah
2S : - Tn A mengeluh badan Penurunan keinginan Perubahan nutrisi
meras lemas untuk makan sekunder kuran dari kebutuhan
O : - keadaan umum terhadap anoreksia tubuh
lemah
- porsi yang disediakan
3
sendok yang dimakan
- tugor jelek
3 S : - Tn a mengatakan susah Gangguan fungsi Gangguan rasa
tidur perfusi selebral nyaman atau nyeri
- nyeri pusing
O : - Tn a tampak menguap saat
ditanya
- mata merah
- tidur lebih kurang 5 jam
- mata cekung
- meringis

4 S : - Tn A mengeluh lelah dan Ketidak seimbangan 02 Intoleransi aktivitas


lemah
O: - sebagian aktivitas dibantu
orang lain
- Hb = 3,6

5 S : - Tn A mengeluh apakah Kurang informasi Kurang pengetahuan


akan cepat sembuh dan tentang penyakit nya tentang penyakit
kapan bs pulang tentang kondisi
O : - cemas atau gelisah proknosis
- TnA sering bertanya
tentang penyakit nya

B. NCP
NO Diagnosa
Tujuan dan KH : Intervensi Rasional
keperawatan
1 Perubahan perfusiPerubahan perfusi observasitanda- memberi informasi
jaringan b/d ketidak jaringan teratasi. tandavital tentang derajat atau
seimbangan 02 .DiKH : ke adekuatan perfusi
tandai dengan Tn A1.kualitas pengisian jaringan dan
mengeluh kepala kapiler kembali baik. membantu
sakit , mudah lelah,2. HB normal 14-16 menentukan
kesemutan, g/dl kebutuhan intervensi
kedinginan, mata tinggikan tempat meningkatkan
berkunang-kunang, tifur sesuai toleransi ekspansi paru dan
ekstremitas dingin, memaksimalkan
kulit pucat,gelisah, oksigenasi untuk
suhu 36 C kebutuhan seluler
observasi upaya dipsnea gemeritik
pernapasan menunjukan gejala
karena regangan di
jantung atu
peningkatran
kompensasi curah
jantung
selidiki keluhan iskemia seluler
nyeri dada mempengaruhi
jaringan miokardinal
atau potensial infak
2 Gangguan rasa Istirahat dan tidur tn Kaji perubahan diharapkan
nyaman nyeri b/d a dapat terpenuhi istirahat atau mengetahui dan
perfusi selebral KH : gangguan istirahat dapata mengambil
ditandai dengan, Tn1 Tn A tampak segar langkah agra tn a
A mengatakan susah2 Tn A tidak menguap dapat istirahat dengan
utk tidur nyeri atau waktu ditanya tenang
pusing, mata merah,3 Mata tidak merah kaji intensitas tinggi dengan mengetahui
tidur lebih kurang 5 lagi tingkat nyeri dapat
jam, mata cekung.,4 Cekung mata hilang menentukan
hb 36 g/dl intervensi yang akan
di lakukan
ajarkan teknik diharapkan derngan
relaksasi dan relaksasi nyeri atau
distraksi pusing berkurang
jelaskan penyebab agar Tn.A mengerti
nyeriatau pusing ,memahami penyebab
rasa/pusing
mengganggu istirahat
dan tidur

3 Intoleransi aktivitas tn a dapat - observasi tanda vital Diketahui keadaan


b/d ketidak mealakukan tindakan- anjurkan tn A untuk Tn.A
seimbangan 02 aktivitas ttanpa menggunakan teknik Mendorng pasien
ditandai dengan, tn a bantuan orang lain penghematan energi untuk banyak
mengeluh lemah, KH : membatasi
sebagian aktivitas 1. makan menyuap - anjurkan tn a untuk penyimpangan energi
dibantu orang lain, tanpa bantuan arang menghentikan dan mencegah
hb 3,6 g/dl lain aktivitas bila ada kelemahan
palpitasi, kelemahan, regangan atau stres
pusing,. kardio pulmonal
berlebihan dapat
menimbulkan
dekompensasi atau
kegagalan
4 Perubahan nutrisi Nutrisi tn.a terpenuhi- kaji status nyeri dapat diketahui
kurang dari KH : intake makanan yang
kebutuhan b/d tn.A 1. keadaan umum masuk sehingga
mengatakan bahwa membaik kekurangan akan
badan tersa lemah, 2. porsi yang masukan zat gizi juga
keadaan umum disediakan habis dapat diketahui
lemah, porsi yang - jelaskan pd tn. dapat menjelaskan
disediakan 3 sendok Penting nya makan kepada tn.a penting
yang habis, tugor bagi tubuh nya makanan bagi
kulit jelek tubuh agar
pengetahuan nya
bertambah dan di
harapkan tn. A
makan .
- berikan makanan - dengan makanan
yang merangsang yang merangsang
nafsu makan dan nafsu makan,
dikolaborasikan diharapkan tn.a da
dengan ahli gizi selera untuk makan
dan kebutuhan nutrisi
terpenuhi
- motivasi tn. A untuk - dengan motivasi tn.
makan A mau makan dan
menghabiskan porsi
yang dihidangkan
5 Kurang pengetahuan tn.a mengerti, cemas, berikan penjelasan tn.a dan keluarga
tentang kondisi gelisah, hilang pada tn.a dan mengerti dan adpt
prognosis b/d kurang KH : keluarga tentang mengurangi rasa
informasi tentang
1. tn..a tenang penyakit nya cemas/ gelisah tn.a
penyakit nya
2. 2. tn.a tidak maupun keluarga
ditandai dengan tn.a bertanya-tanya lagi jelaskan tentang Dengan penjelasan
mengeluh tentang
3. penyembuhan tn.a prosedur perawatan diharapakan Tn.A
penyakitnya dan tentang penyakit nya dan pengobatan yang dan keluaraga dapat
bertanya kapan bisa bertambah dijalankan mengetahui tindakan
pulang, tn.a gelisah, beri support mental yang akan dilakun
bertanya tentang Agar Tn.A
penyakit nya mempunyai semangat
dalam menghadapi
penyaakitnya

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik
dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam
sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
Penyebab dari anemia aplastik adalah :
a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
- Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
- Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-
kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
- Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
- Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
- Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.
- Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)

3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta
: EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to
Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology.Edisi ke-2. New
York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1.
Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

makasih dah Mau Mampir


Thanks So Much

SALAM SEMANGAT PERAWAT STIKBA..

Diposting oleh nurse aa di 01.56 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Pengikut
Mengenai Saya

Arsip Blog
nurse aa 2011 (1)
hi cuy, ak mahasiswa stikba jambi o Oktober (1)
angkatan 2009.. ak mesih study gangguan sistem hematologi
menuju perawat askep anemia aplastik
profesional...doakan saja ya,,, ak
ada sedikit ilmu,ini untuk
kalian,,,,semoga bermanfaat.... ak
asli bungo,tepat nya di kuamang
city kalo mw liat kota ak yang
indah,damai, tentram dan tertata
rapi, mampir la cuy
Lihat profil lengkapku
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai