Anda di halaman 1dari 5

Ketika Bulan Tertusuk Cemara

Oleh: Putri Laras Mustika Sari (P17334114409)

Ketika bulan tertusuk cemara

Termenung diam saat gelap datang

Mata pun terpejam

Kulepas hari dari sebuah kisah

Tentangku, tentangnya

Ketika bulan tertusuk cemara

Meski waktu tak lagi denganku

Kuharap puing-puing itu masih ada

Tenggelam di dalam gelombang kenangan

Ketika bulan tertusuk cemara

Kau tahu, aku hanya bisa menunggu

Kau tahu, aku hanya bisa duduk sepi

Menanti setiap inchi

Langkahmu kembali
Deskripsi dalam bentuk cerpen untuk puisi berjudul Ketika Bulan Tertusuk
Cemara

Malam itu, ditengah dinginnya malam. Ia terdiam disudut halaman. Duduk


sendirian memangku tangan. Hatinya terasa gundah tak karuan, apalagi jika mengingat
kejadian tadi siang. Hubungannya dengan pria itu yang tiba-tiba harus selesai tanpa
alasan. Ia tidak mengerti apa kesalahannya sampai-sampai pria itu meninggalkannya
tanpa alasan.

Sudahlah, Ri. Tidak perlu dipikirkan lagi. Ucap Fina memecah lamunan Rima.

Fina. Kamu mengagetkanku saja. Jawab Rima

Aku lihat daritadi kamu melamun sendirian. Aku tahu apa yang kamu pikirkan

Iya, Fin. Aku masih mengintrospeksi diri apa yang salah denganku sampai Adi
pergi begitu saja.

Cukup, Ri. Tidak ada yang salah dengan kamu. Sekarang, kamu hanya perlu
ikhlas melepas semuanya. Mungkin ini memang jalan terbaik untuk kamu.

Dinginnya malam membuat rima kembali ke kamarnya. Melanjutkan lamunan


dibalik jendela, dibawah terangnya bulan purnama. Rima masih termenung. Hatinya
masih belum tenang. Masih banyak tanda tanya besar dalam hatinya yang belum
terjawab. Ia menghela napas panjang.

Bagaimanapun, aku harus ikhlas menerima semuanya. Ujar Rima dalam hati.

Ia menyadari satu hal, bahwa menghilangkan sesuatu yang pernah menetap itu
sangat tak mudah. Namun ia juga sadar, bahwa untuk menetapkan yang terbaik, ia
harus merelakan yang pernah ada. Jauh didalam hatinya, ia masih berharap pria itu
kembali padanya. Meskipun ia tahu harapan itu hanya sekedar harapan.
Rindu

Akarnya melekat menjadi Satu


Rasanya rimbun seperti tanaman perdu

Kadang buat haru

Kadang buat sendu

Atau bahkan manis seperti madu

Dimana hati ini bisa mengadu


Ingin sekali aku bertemu

Memeluk tanpa ragu


Bicara tanpa kelu

Berceloteh tanpa gagu

Oh Tuhan ku

Sampai kapan aku diam membatu


Diam menanti tanpa ditahu

Oh Tuhan ku
Jika memang nama kami untuk bersatu
Aku harap dia segera tahu

Bahwa rindu ini untuknya selalu


Deskripsi dalam bentuk cerpen untuk puisi berjudul Rindu
Vir, bagaimana kabarmu? Sendirian saja tanya Aldy sambil menghampiri Vira
yang tengah duduk memisahkan diri dari kumpulan teman-temannya yang lain.

Aldy? Vira terkaget heran. Jarang sekali Aldy menghampiri dirinya, apalagi
menanyakan kabar.

Aku.. kabarku baik. Kamu sendiri bagaimana? lanjut Vira masih gagu

Kabarku juga baik. Kuliah dimana sekarang?

Vira masih tak menyangka, reuni SMA tadi sore menghasilkan obrolan panjang
dengan Aldy. Aldy merupakan teman Vira saat masih duduk di bangku SMA. Sudah
lama Vira mengagumi Aldy. Namun perasaan itu hanya bisa dipendam oleh Vira karena
berbagai keterbatasan.

Tiba dirumah, Vira merebahkan diri di sofa ruang tamunya. Ia masih


membayangkan percakapannya dengan Aldy ditengah-tengah acara reuni SMA tadi
sore. Hingga ia tertidur pulas, bayang-bayang itu masih saja ada dalam pikirannya.
Sampai akhirnya, nada notifikasi handphonenya membangunkan dirinya. Vira
terbangun dan segera memeriksa layar handphonenya. Ia terperanjat sejenak. Ternyata
notifikasi itu berasal dari pesan yang dikirim Aldy. Kemudian ia membuka pesan
tersebut.

Aldy : Hai Vira. Lagi sibuk?

Vira : Engga kok. Ada apa Aldy? Tumben

Aldy : Aku telfon ya?

Handphone Vira pun berdering. Jantungnya berdebar ketika akan mengangkat


telepon dari Aldy. Perasaannya bahagia bisa sedekat ini dengan orang yang dahulu ia
kagumi. Sesekali ia tersenyum sendiri sambil berbicara dengan Aldy di ujung telepon.

Namun tak lama kemudian entah mengapa senyum di bibir Vira yang sedari tadi
tersungging manis di bibirnya lama kelamaan berubah menjadi datar. Wajahnya tak
seceria tadi, saat pertama mengangkat telepon dari Aldy. Kemudian Vira mengakhiri
pembicaraan di telepon malam itu.

Keesokan harinya, Vira berangkat kuliah seperti biasa. Entah mengapa ia seperti
tidak bersemangat pagi ini. Wajahnya murung seperti sedang memikirkan sesuatu.
Sesekali ia terlihat melamun memperhatikan orang-orang berlalu lalang di koridor
kampusnya. Tak lama, getar handphone Vira memecah keheningan. Dilihatnya layar
handphone. Ya, pesan dari Aldy.
Entah apa pesan dari Aldy tersebut, yang pasti Vira tak ingin membalasnya. Ada
perasaan kecewa pada Aldy. Ia pun bergegas menuju kelas karena kuliah akan segera
dimulai

Pulang ke rumah, masih dengan wajah yang murung ia merebahkan diri di sofa
kesayangannya. Ia kembali membayangkan dengan runtut mulai dari awal
pertemuannya dengan Aldy di acara reuni, hingga percakapan terakhir lewat telepon
tadi malam. Ia merenungkan apa yang Aldy ceritakan semalam hingga membuat dia
sedih seperti ini. Ya, ternyata semalam Aldy bercerita kepada Vira tentang seorang
wanita yang sedang dikaguminya. Hati Vira teriris, baru saja ia menanam harapan pada
Aldy namun harapan tersebut terkikis seketika.

Malam itu, ia merasa rindu yang tak bisa diungkapkan. Vira hanya bisa menanti
dan berharap rindu tersebut bisa tersampaikan.

Anda mungkin juga menyukai