Makalah HTI
Makalah HTI
Cover
Oleh:
Rajib H. Potale
21315229
ii
Daftar Isi
Cover .......................................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
Bab I ...........................................................................................................................1
1. Undang Undang Pemilu ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Undang Undang Pemilu Dari Tahun ke Tahun ..........................................2
UU Nomor 7 Tahun 1953..............................................................................2
UU Nomor 18 Tahun 1955............................................................................2
UU Nomor 15 Tahun 1969............................................................................2
UU Nomor 4 Tahun 1975..............................................................................2
UU Nomor 2 Tahun 1980..............................................................................3
UU Nomor 1 Tahun 1985..............................................................................3
UU Nomor 3 Tahun 1999..............................................................................3
UU Nomor 4 Tahun 2000..............................................................................3
UU Nomor 12 Tahun 2003............................................................................3
UU Nomor 20 Tahun 2004............................................................................3
UU Nomor 10 Tahun 2008............................................................................3
UU Nomor 8 Tahun 2012..............................................................................4
Bab II..........................................................................................................................5
2. Hukum Adat Minangkabau .................................................................................5
2.1 Asal Usul Suku Minangkabau .......................................................................7
2.2 Subyek Hukum dalam Hukum Waris adat Minangkabau .............................9
2.3 Sistem Pewarisan dalam Hukum Adat Minangkabau .................................10
iii
Bab III ......................................................................................................................12
3. Hukum Batas Negara .........................................................................................12
3.1 Menyisakan Masalah Hukum ......................................................................14
3.2 Harapan Baru ...............................................................................................15
4. Pasal 340 KUHPidana & Pasal 1152 KUHPerdata ...........................................16
Bab IV ......................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................17
4.2 Saran ............................................................................................................17
Daftar Pustaka ..........................................................................................................18
iv
Bab I
Tujuan pemilu menurut ketentuan Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Tujuan pemilu legislatif tahun 2009 menurut ketentuan Pasal 1 angka (2)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 adalah untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota dalam Negara
1
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Komisi Pemilihan Umum untuk selanjutnya disebut KPU adalah suatu lembaga
yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk menyelenggarakan pemilihan
umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri sebagaimana diatur pada Pasal
22E, Angka 5 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
UU Nomor 2 Tahun 1980
Tentang: Perubahan Atas Undang Undang Nomor 15 tahun 1969 Tentang
Pemilihan Umum Anggota Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang Undang Nomor 4 tahun 1975.
3
UU Nomor 8 Tahun 2012
Tentang: Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah Dengan Rahmat Tuhan Maha Esa.
4
Bab II
6
2.1 Asal Usul Suku Minangkabau
Kata Minangkabau mengandung banyak pengertian. Minangkabau
dipahamkan sebagai sebuah kawasan budaya, di mana penduduk dan
masyarakatnya menganut budaya Minangkabau. Kawasan budaya Minangkabau
mempunyai daerah yang luas. Batasan untuk kawasan budaya tidak dibatasi oleh
batasan sebuah propinsi. Berarti kawasan budaya Minangkabau berbeda dengan
kawasan administratif Sumatera Barat.
Minangkabau dipahamkan pula sebagai sebuah nama dari sebuah suku
bangsa, suku Minangkabau. Mempunyai daerah sendiri, bahasa sendiri dan
penduduk sendiri. Minangkabau dipahamkan juga sebagai sebuah nama kerajaan
masa lalu, Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyung. Sering disebut
juga kerajaan Pagaruyung, yang mempunyai masa pemerintahan yang cukup lama,
dan bahkan telah mengirim utusan - utusannya sampai ke negeri Cina. Banyaknya
pengertian yang dikandung kata Minangkabau, maka tidak mungkin melihat
Minangkabau dari satu pemahaman saja.
Membicarakan Minangkabau secara umum mendalami sebuah suku bangsa
dengan latar belakang sejarah, adat, budaya, agama, dan segala aspek kehidupan
masyarakatnya. Mengingat hal seperti itu, ada dua sumber yang dapat dijadikan
rujukan dalam mengkaji Minangkabau, yaitu sumber dari sejarah dan sumber dari
tambo. Kedua sumber ini sama penting, walaupun di sana sini, pada keduanya
ditemui kelebihan dan kekurangan, namun dapat pula melengkapi menelusuri
sejarah tentang Minangkabau, sebagai satu cabang dari ilmu pengetahuan, maka
mesti didasarkan bukti - bukti yang jelas dan otentik. Dapat berupa peninggalan -
peninggalan masa lalu, prasasti - prasasti, batu tagak (menhir), batu bersurat,
naskah - naskah dan catatan tertulis lainnya. Dalam hal ini, ternyata bukti sejarah
lokal Minangkabau termauk sedikit. Banyak catatan dibuat oleh pemerintahan
Hindia Belanda (Nederlandsche Indie), tentang Minaangkabau atau Sumatera West
7
Kunde, yang amat memerlukan kejelian di dalam meneliti. Hal ini disebabkan,
catatan - catatan dimaksud dibuat untuk kepentingan pemerintahan Belanda,
atau keperluandagangoleh Maatschappij KoningkliykeVOC.
Tambo atau uraian mengenai asal usul orang Minangkabau dan menerakan
hokum - hukum adatnya, termasuk sumber yang mulai langka di wilayah
Minangkabau sekarang. Sungguhpun, penelusuran tambo sulit untuk dicarikan
rujukan seperti sejarah, namun apa yang disebut dalam tambo masih dapat
dibuktikan ada dan bertemu di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
Tambo diyakini oleh orang Minangkabau sebagai peninggalan orang - orang
tua. Bagi orang Minangkabau, tambo dianggap sebagai sejarah kaum.Walaupun, di
dalam catatan dan penulisan sejarah sangat diperhatikan penanggalan atau tarikh
dari sebuah peristiwa, serta di mana kejadian, bagaimana terjadinya, bila masanya,
dan siapa pelakunya, menjadikan penulisan sejarah otentik. Sementara tambo tidak
terlalu mengutamakan penanggalan, akan tetapi lebihkepada peristiwanya. Tambo
lebih bersifat sebuah kisah, sesuatu yang pernah terjadi dan berlaku. Tentu saja,
bila kita mempelajari tambo kemudian mencoba mencari rujukannya sebagaimana
sejarah, kita akan mengalami kesulitan dan bahkan dapat membingungkan. Sebagai
contoh; dalam tambo Minangkabau tidak ditemukan secara jelas nama
Adhytiawarman, tetapi dalam sejarah nama itu adalah nama raja Minangkabau
yang pertama berdasarkan bukti - bukti prasasti. Dalam hal ini sebaiknya sikap kita
tidak memihak, artinya kita tidak menyalahkan tambo atau sejarah. Sejarah adalah
sesuatu yang dipercaya berdasarkan bukti - bukti yang ada, sedangkan tambo
adalah sesuatu yang diyakini berdasarkan ajaran - ajaran yang terus
diturunkan kepada anak kemenakan.
8
2.2 Subyek Hukum dalam Hukum Waris adat Minangkabau
9
mementingkan serta mengutamakan keluarga, kebersamaan, kegotong-royongan,
musyawarah dan mufakat dalam membagi waris benar-benar mewarnai dari
hukum waris adat.
a. Asas Unilateral
Yang dimaksud asas unilateral yaitu hak kewarisan yang hanya berlaku dalam
satu garis kekerabatan, dan satu garis kekerabatan disini adalah garis kekerabatan
ibu.Harta pusaka dari atas diterima dari nenek moyang hanya melalui garis ibu
kebawah diteruskan kepada anak cucu melalui anak perempuan.Sama sekali tidak
ada yang melalui garis laki-laki baik keatas maupun kebawah.
b. Asas Kolektif
10
Asas ini berarti bahwa yang berhak atas harta pusaka bukanlah orang
perorangan, tetapi suatu kelompok secara bersama-sama.Berdasarkan asas ini
maka harta tidak dibagi-bagi dan disampaikan kepada kelompok penerimanya
dalam bentuk kesatuan yang tidak terbagi.Dalam bentuk harta pusaka tinggi adalah
wajar bila diteruskan secara kolektif, karena pada waktu penerimaannya juga
secara kolektif, yang oleh nenek moyang juga diterima secara kolektif. Harta
pusaka rendah masih dapat dikenal pemiliknya yang oleh si pemilik diperoleh
berdasarkan pencahariannya. Harta dalam bentuk inipun diterima secara kolektif
oleh generasi berikutnya.
c. Asas Keutamaan
11
Bab III
Seolah lepas dari perhatian masyarakat umum, pada tanggal 22 Oktober 2008
DPR dalam rapat paripurna telah menyepakati Rancangan Undang-undang tentang
Wilayah Negara dan mengesahkannya menjadi Undang-undang. Bila tidak berubah
maka ini akan menjadi Undang-undang No. 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah
Negara. Sangat disayangkan karena materi Undang-undang ini yang begitu penting
ternyata tidak banyak menarik perhatian pers dan akademisi.
Keadaan ini mungkin bisa dimaklumi bila menilik lebih jauh isi Undang-
undang tersebut, banyak diantara pasal-pasalnya hanya merupakan penegasan atas
hak yang sebenarnya telah dimiliki oleh negara Indonesia melalui beberapa
instrumen hukum yang telah ada.
Indonesia telah meratifikasi United Nation on the Law of the Sea (UNCLOS)
1982 melalui Undang-undang No. 17 Tahun 1985. Didalamnya telah diatur secara
tegas mengenai wilayah perairan, ruang udara diatasnya dan tanah dibawahnya di
mana negara memiliki kedaulatan dan hak-hak berdaulat. Demikian juga mengenai
cara penarikan garis batas antar negara yang berdampingan atau berhadapan dan
jenis kewenangan yang diberikan dalam wilayah negara.
Aturan yang kurang lebih sama mengenai kedaulatan wilayah negara Indonesia
sebenarnya juga telah dimuat dalam Undang-undang No. 6 Tahun 1996 Tentang
Perairan Indonesia yang mencabut Perpu No. 4 Prp. 1960 tentang Perairan
Indonesia karena dianggap tidak sesuai lagi dengan rezim hukum negara kepulauan
yang dianut Indonesia.
12
Namun seolah hanya mengulang, Undang-undang tentang Wilayah Negara
yang baru ini kembali mengatur mengenai hal-hal yang telah diatur sebelumnya
dalam kedua instrumen hukum diatas. Mengenai wilayah negara misalnya,
ditegaskan kembali dalam Pasal 4 yaitu meliputi wilayah darat, wilayah perairan,
dasar laut, dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh
sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. Tidak ada konsep yang baru
mengenai wilayah negara yang diatur dalam Undang-undang ini.
Demikian juga mengenai cara-cara penetapan batas negara, batas negara dan
hak-hak Indonesia di ZEE dan Landas Kontinen dalam Undang-undang ini
ternyata sudah dapat ditemui dalam UNCLOS 1982, Peraturan Pemerintah No. 38
Tahun 2002 Tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal
Kepulauan Indonesia, Undang Undang No. 1 Tahun 1973 Tentang Landas
Kontinen Indonesia dan Undang-undang No. 5 Tahun 1983 Tentang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984
Tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati di ZEE Indonesia.
Dengan tidak adanya konsep baru tentang wilayah negara, nampaknya wajar bila
salah satu tujuan dari lahirnya Undang-undang ini menurut Menteri Dalam Negeri
diharapkan dapat menjadi payung hukum terhadap peraturan-peraturan
sebelumnya. Sayangnya payung hukum ini justru lahir belakangan daripada
peraturan yang dipayunginya, suatu hal yang agak tidak lazim. Sehingga
keadaannya bagaikan menyediakan payung setelah badan kebasahan oleh hujan.
13
3.1 Menyisakan Masalah Hukum
Salah satunya adalah ketentuan dalam Pasal 10 ayat (1) huruf f yang memberikan
kewenangan kepada pemerintah untuk memberikan izin lintas damai kepada kapal-
kapal asing untuk melintasi laut teritorial.
Ketentuan ini jelas bertentangan dengan UNCLOS 1982 yang sama sekali tidak
memberikan hak kepada negara pantai untuk mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan izin terhadap lintas damai bahkan negara pantai dilarang
menetapkan persyaratan yang berakibat penolakan atau pengurangan hak lintas
damai (Pasal 24 ayat (1)(a)).
14
Permasalahannya adalah hukum internasional manakah diantara sumber-sumber
hukum internasional diatas yang akan dijadikan dasar dalam Undang-undang
Wilayah Negara ini? Tidak ada penjelasan lebih lanjut dan batasan dalam Undang-
undang ini, artinya dimungkinkan bagi Indonesia untuk menggunakan seluruh
sumber hukum internasional dalam menetapkan batas wilayahnya. Pertanyaan
selanjutnya, bagaimana bila hukum internasional ini ternyata merugikan dan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada?
15
Permasalahan kesejahteraan masyarakat diperbatasan yang selama ini dianggap
turut memberi andil dalam melemahkan kedaulatan negara juga telah diatur.
Pemerintah akan membentuk Badan Pengelola Nasional dan Daerah untuk
mengelola kawasan perbatasan yang salah satu tugasnya menetapkan kebijakan
program pembangunan di perbatasan.
Pasal 1152 KUHPerdata : Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang
dibiarkan tetap dalam kekuasaan ini si berutang atau si pemberi gadai, ataupun
yang kembali atas kemauan si berpiutang.
16
Bab IV
4.1 Kesimpulan
Tujuan pemilu menurut ketentuan Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Kata Minangkabau mengandung banyak
pengertian. Minangkabau dipahamkan sebagai sebuah kawasan budaya, di mana
penduduk dan masyarakatnya menganut budaya Minangkabau. Kawasan budaya
Minangkabau mempunyai daerah yang luas. pada tanggal 22 Oktober 2008 DPR
dalam rapat paripurna telah menyepakati Rancangan Undang-undang tentang
Wilayah Negara dan mengesahkannya menjadi Undang-undang. Bila tidak berubah
maka ini akan menjadi Undang-undang No. 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah
Negara.
4.2 Saran
Penulisan makalah yang mengenai Undang undang pemilu, Hukum adat
minangkabau, hukum batas Negara, dan pasal kuhpidana 340 dan kuhperdata 1152
ini masih jauh dari sempurna.Saya selaku pembuat makalah ini sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar pada penyusunan berikutnya
semakin baik.Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dari semua kalangan.
17
Daftar Pustaka
M.S, Amir.2006.Adat Minangkabau.Jakarta:PT. Mutiara Sumber Widya
http://www.rumahpemilu.org/in/read/91/Undang-undang-Pemilu-dan-Undang-undang-Terkait-Pemilu
https://imanprihandono.wordpress.com/2008/12/09/undang-undang-wilayah-negara-payung-setelah-
basah/
https://anggun90.wordpress.com/2009/02/20/pasal-340-kuhp/
https://kuliahade.wordpress.com/2010/06/18/hukum-perdata-hak-kebendaan-yang-bersifat-jaminan/
18