Tahun baru semangat baru. Itulah slogan yang selalu kita dengar ketika
pergantian tahun tiba. Tahun 2016 merupakan tahun yang penuh warna dalam
pemerintahan Jokowi-JK. Beragam kebijakan telah dikeluarkan dengan berbagai
respon, ada yang pro maupun kontra. Tahun 2016 kita dihadapkan dengan paket
kebijakan ekonomi sampai dengan yang terbaru adalah Tax Amnesty. Awal tahun
2017 pemerintahan Jokowi-JK kembali mengeluarkan kebijakan yang membuat
rakyat menjadi semakin menderita. Kebijakan di awal tahun baru ini sangat
mengejutkan masyarakat dengan beberapa kenaikan harga komoditas.
Kenaikan harga BBM sudah menjadi hal yang lumrah sekarang di negeri
ini semenjak pencabutan subsidi kepada masyarakat. Penetapan harga dasar baru
BBM Jenis Umum yang mulai berlaku pada pukul 00.00 tanggal 5 Januari 2017
dengan kenaikan sebesar Rp 300 Rupiah dan harga yang berbeda-beda di setiap
wilayah, melalui Surat Keputusan Direktur Pemasaran PT Pertamina Nomor Kpts-
002/F00000/2017-S3 dan 003/F00000/2017-S3 tanggal 4 Januari 2017.
Kenaikan harga ini diikuti dengan kenaikan harga lain. Hal ini membuat
harga-harga di pasaran semakin meningkat. Menurut Fakhrul, peran pemerintah
untuk membenahi sisi suplai menjadi sangat penting, misalnya dengan
membenahi jalur distribusi diharapkan bisa meminimalisasi dampak kenaikan
harga BBM dan listrik. Bahana memperkirakan inflasi pada akhir tahun ini bisa
naik menjadi 3,8 persen, dengan adanya kenaikan harga BBM dan listrik, ucap
Fakhrul. Tantangan ke depan ini, tekanan inflasi berasal dari administered price
seperti penyesuaian harga bahan bakar minyak dan listrik, kata Ekonom Bahana
Securities Fakhrul Fulvian
Hal yang terpenting dalam kebijakan kenaikan harga BBM adalah akan
adanya multiplayer effect yang menyinggung harga-harga kebutuhan yang lain.
Hal yang terpenting lain adalah ketika harga barang naik akibat harga BBM maka
harga barang tersebut akan sulit turun, contohnya adalah harga tarif angkutan
umum.
Jika dilihat dampak dari seluruh kebijakan ini terhadap masyarakat maka
akan menekan perekonomian masyarakat. Ketika pendapatan tidak sesuai dengan
pengeluaran dan harga komoditas sehari-hari masyarakat yang tinggi maka akan
terdapat defisit dalam ekonomi rumah tangga masyarakat sehingga daya beli
masyarakat akan berkurang. Akibatnya angka kemiskinan pun akan semakin
bertambah.
Kabinet Arkananta
http://bisnis.liputan6.com/read/2556778/harga-bbm-bakal-berubah-lagi-1-oktober-
2016
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/10/07/194056726/tarif.listrik.untuk.
12.5.juta.pelanggan.pln.naik.oktober.2016
http://ekbis.sindonews.com/read/1167789/33/sri-mulyani-ekonomi-ri-2016-hanya-
tumbuh-5-0-1483427038
http://ekbis.sindonews.com/read/1168523/34/harga-cabai-makin-pedas-
omzet-pedagang-menyusut-1483660894
http://infonawacita.com
http://poskotanews.com/2016/01/02/ini-daftar-harga-kebutuhan-pokok-yang-
meroket-di-awal-2016/
http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2017/01/04/warga-keluhkan-kenaikan-
kenaikan-biaya-pengurusan-surat-kendaraan-389686
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/01/06/siapa-yang-pertama-
mengusulkan-kenaikan-biaya-stnk-bpkb?page=all
https://news.detik.com/berita/d-3388808/ini-penjelasan-kapolri-soal-kenaikan-
tarif-stnk
https://waktuku.com/pajak-kendaraan/
UU No 30 tahun 2009