Agama Dan Kebudayaan - RidwanGrafer
Agama Dan Kebudayaan - RidwanGrafer
RidwanGrafer
Download
Jual Beli (http://ridwangrafer.blogspot.co.id/)
Makalah myUNPAM
BAB I Followers
PENDAHULUAN Pengikut (1)
sebenarnya agama dan kebudayaan mempunyai kedudukan masing-masing dan tidak dapat
Translate
disatukan, karena agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun
Pilih Bahasa
keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat.
Diberdayakan oleh Terjemahan (https://tra
Geertz (1992:13), mengakatan bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis dalam benak
manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu atau kelompok Popular Posts
individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan PENGARUH ROKOK TERHADAP
KESEHATAN MAHASISWA UNIVERSITAS
budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.Dapatlah disimpulkan
PAMULANG
bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang (http://ridwangrafer.blogspot.co.id/2016/0
1/pengaruh-rokok-terhadap-
diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup kesehatan.html)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif.
belakang Di masa sekarang ini, merokok
merupakan suatu pemandangan yang
sangat tidak asing. Keb...
Demi terjaganya esistensi dan kesucian nilai nilai agama sekaligus memberi pengertian, disini Agama dan kebudayaan
(http://ridwangrafer.blogspot.co.id/2016/0
penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan Apa itu Budaya, yang tersusun berbentuk 1/agama-dan-kebudayaan.html)
BAB I
makalah dengan judul Agama dan Budaya. Penulis berharap apa yang diulas, nanti dapat menjadi
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah
paduan pembaca dalam mengaplikasikan serta dapat membandingkan antara Agama dan Budaya. Agama dan kebudayaan adalah dua hal
yang...
Pasar Monopoli
(http://ridwangrafer.blogspot.co.id/2016/0
1/pasar-monopoli.html)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Pasar sebagai kumpulan jumlah pembeli
dan penjual individual mempunyai
karakteristik-karak...
My Pro le
BAB II (http://ridwangrafer.blogspot.co.id/2016/0
1/my-pro le.html)
PEMBAHASAN
(http://ridwangrafer.blogspot.co.id/2016/0
1/my-pro le.html)
Haloo Guys Pertama pertama nihh.. gue
A.PENGERTIAN AGAMA DAN BUDAYA akan memperkenalkan diri gue dulu
nihh.... nama gue umar ridwan bisa
v Pengertian Agama dipanggil umar ajah kali yaa h...
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dangama berarti kacau.
Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam Recent Posts
pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan
Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai
Unordered List
kata benda berfungsi memelihara integritas dari seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya
Blog Archive
dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ketidak kacauan itu disebabkan oleh
2016
penerapan peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai (http://ridwangrafer.blogspot.co.id/2016
dan diberlakukan. /) (4)
January
Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris) yang berasal dari kata
(http://ridwangrafer.blogspot.co.id/20
religio (bahasa Latin), yang berakar pada kata religare yang berarti mengikat. Dalam pengertian 16/01/) (4)
yang menakutkan tapi sekaligus mempesonakan Dalam pertemuan itu manusia tidak berdiam diri, ia Agama dan kebudayaan
harus atau terdesak secara batiniah untuk merespons.Dalam kaitan ini ada juga yang mengartikan (http://ridwangrafer.blogspot.co.id
/2016/01/agama-dan-
religare dalam arti melihat kembali kebelakang kepada hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan kebudayaan.html)
tuhan yang harus diresponnya untuk menjadi pedoman dalam hidupnya. Pasar Monopoli
(http://ridwangrafer.blogspot.co.id
v Pengertian Budaya /2016/01/pasar-monopoli.html)
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan My Pro le
(http://ridwangrafer.blogspot.co.id
tanah, mengolah, memelihara ladang.
/2016/01/my-pro le.html)
Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu
keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan,
About Me
dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
(https://plus.google.com/
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya 10902348972504002067
5)
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar
(http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan-manfaat-penerapannya-pada-
UMAR RIDWAN
lingkungan-sekitar). (HT TPS://PLUS . GOOGLE. COM/10
9023489725040020675)
Follow 7
Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu (http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu) dan
Buddha (http://id.wikipedia.org/wiki/Buddha) di Nusantara (http://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara) jauh
sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat
mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi (http://id.wikipedia.org/wiki/Masehi) ditandai dengan
berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai (http://id.wikipedia.org/wiki/Kutai), sampai pada
penghujung abad ke-15 Masehi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia)).
menghadapi dominasi politik, ekonomi dan militer negara-negara Barat, terutama AS.
Kebudayaan-kebudayaan independen dan agama-agama penentang kezaliman, selalu berperan
bagaikan benteng yang kokoh, yang selalu menghasung rakyat untuk menghadapi serangan para
imperialis. Sebagaimana dapat disaksikan, dengan mengambil inspirasi dari ajaran agama, terutama
agama Islam, atau dalam rangka mempertahankan nilai-nilai nasionalisme, suatu bangsa bangkit
menentang kekuatan-kekuatan asing.
Alasan lain usaha Barat untuk membasmi kebudayaan-kebudayaan lain dan ajaran agama
ialah watak penjajah mereka. Saat ini liberalisme Barat berperan sebagai alasan dan pendorong
politik-politik permusuhan Barat terhadap bangsa-bangsa lain. Meluasnya berbagai macam idiologi
seperti materialisme, individualisme, freesex, dan berbagai macam lainnya di Barat, telah
menyebabkan mereka tidak lagi berpikir sehat dalam berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain, tapi
mereka berusaha menguasai, memaksakan kebudayaan mereka dan menyingkirkan kebudayaan-
kebudayaan lain. Terutama sekali bahwa idelogi liberalisme Barat, menyebarkan pandangan
materialisme dan atheisme, yang jelas bertentangan dengan agama dan kebudayaan asli berbagai
bangsa. Media-media massa Barat menyebut nilai-nilai manusiawi dan agama serta kebudayaan
Timur sebagai penyebab kemunduran dan berlawanan dengan kemajuan. Sebaliknya, liberalisme
Barat mereka unggulkan sebagai idiologi moderen dan menyebutnya sebagai batas akhir perjalanan
sejarah. Hal ini disampaikan oleh Francis Fukuyama, pemikir AS di awal dekade 1990.
Teori Benturan Peradaban yang dipaparkan oleh Samuel Huntington, pemikir lain dari AS,
menunjukkan bahwa para ahli teori Barat, dalam rangka menyukseskan dan memaksakan pandangan-
pandangan mereka, mencanangkan perang antara peradaban dan kebudayaan Barat melawan
peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa lain. Berbagai media massa Barat pun melancarkan
propaganda luas terus menerus, menyerang nilai-nilai agama, kemanusiaan, dan nasionalisme, seperti
perlawanan menentang penjajahan, perjuangan menegakkan keadilan, perdamaian dan sebagainya.
Serangan propaganda ini dilakukan dengan metode-metode yang sangat halus, sehingga tidak terasa
oleh masyarakat pada umumnya. Media-media ini, dalam berbagai filem, berita dan laporan, secara
tidak langsung, menyerang dan melecehkan kebudayaan dan peradaban bangsa-bangsa lain.
Pelecehan terhadap kesucian-kesucian agama dan kehormatan nasional, termasuk diantara metode
lain yang digunakan oleh media-media Barat, dengan tujuan merendahkan kesucian-kesucian
tersebut dalam pandangan masyarakat umum.
Serangan terhadap kebudayaan negara-negara berkembang melalui jaringan global internet
dan permainan-permainan komputer, juga banyak dilakukan. Bahkan lambang dan simbol-simbol di
pakaian dan peralatan-peralatan hidup, iklan-iklan perdagangan dan hal-hal lain yang dikemas untuk
menggambarkan kesejahteraan dan kemewahan, juga dimanfaatkan sebagai cara untuk
menyebarluaskan kebudayaan Barat dan mengikis keyakinan-keyakinan agama dan nasionalisme
bangsa lain. Dalam proses propaganda ini, masalah hubungan seks ilegal dan dekadensi moral,
mendapat tempat istimewa. Karena para pengelola media-media tersebut mengetahui dengan baik
bahwa agama-agama dan adat istiadat Timur menentang kebebasan seks dan amoralisme. Untuk itu
menyebarnya budaya negatif seperti ini di dunia Timur, akan melemahkan negara-negara di kawasan
ini.
Dalam masalah ini, serangan-serangan kebudayaan Barat, menjadikan generasi muda sebagai
sasaran utamanya. Menampilkan pahlawan-pahlawan palsu sebagai teladan, merupakan metode lain
media massa Barat untuk menyerang kebudayaan bangsa lain. Setiap bangsa berbudaya, pasti
memiliki pahlawan-pahlawan tersendiri di dalam sejarah mereka. Sementara pahlawan-pahlawan
yang dibuat oleh media Barat adalah pahlawan-pahlawan palsu, tidak langgeng, bahkan sebagian
besarnya membawa watak-watak negatif, seperti suka kekerasan, pengumbar hawa nafsu seksual dan
sebagainya. Jika kalangan remaja dan pemuda suatu bangsa telah menerima pahlawan-pahlawan
palsu itu sebagai teladan dan model mereka, berarti mereka telah terjatuh ke perangkap musuh dan
akan ikut membantu mereka memusnahkan kebudayaan pribumi dan menyebarkan nilai
nilaidestruktif di tengah
Masyarakat(http://indonesian.irib.ir/index.php/politik/63-sosial/655-memahami-serangan-budaya-
barat.html (http://indonesian.irib.ir/index.php/politik/63-sosial/655-memahami-serangan-budaya-barat.html)).
Perbedaan Budaya Barat dengan Budaya Timur (lokal)
Mengapa terjadi perbedaan sikap budaya barat dengan budaya timur? Rohiman Notowidagdo
(1996, hlm. 45-50) menjelaskan bahwa teknologi komunikasi sudah modern dan canggih, sikap
ketidaktahuan antara Barat dan Timur tetap menyeliputi pengetahuan budaya dan spiritual yang
dimiliki. Adanya orientalisme (ilmu tentang dunia timur ) tidak dapat membantu terjadinya harmoni
antara barat dan timur. Justru sebaliknya, banyak orientalis barat yang meneliti dan mempelajari
tentang budaya timur tidak memberikan gambaran objektif, tetapi digunakan untuk memperkuat
penetrasi politik barat di timur.
Selanjutnya. Beliau menjelaskan lagi bahwa terjadinya disharmoni antara barat dan timur
disebabkan pikiran barat tentang timur yang penuh dengan bayangan negative stereotip dan
prasangka, akibatnya alam pikiran Barat dan Timur tidak pernah bertemu. Dalam pikiran timur, barat
digambarkan sebagai materealisme, kapitalisme, barat membayangkan timur sebagai kemiskinan,
kebodohan, statis, fatalis, dan kontemplatif. Tentu saja gambaran yang demikian
menimbulkan sikap berlawanan yang akhirnya mewujudkan
permusuhan (konflik), disharmoni, persaingan, dan perang.
Menurut pandangan Barat, manusia adalah ukuran bagi segalanya, manusia mempunyai
kemampuan untuk menyempurakan kehidupannya
sendiri, dengan bertitik tolak dari rasio, intelektual, dan empiris. Pikiran Barat cenderung
menekankan pada dunia objektif, hasil pemikiran
mereka membuahkan sains dan teknologi. Filsafat Barat dipusatkan pada wujud dunia rasio.
Oleh karena itu, pengetahuan mempunyai dasar empiris yang kuat. Dalam tradisi agama Barat, dunia
empiris mempunya arti. Kini ternyata bahwa sikap aktif dan rasional di dunia Barat unggul. Cara
berfikir dan hidup Barat lebih terikat pada kemajuan materiil. Barat hidup dalam dunia teknik dan
ilmiah, menggunakan cara berfikir analitis rasional, yaitu filsafat positivisme. Keidupan Barat
didasarkan pada 3 (tiga) nilai penting, yaiu martabat manusia, kebebasan, dan teknologi.
Menurut anggapan Timur, budaya timur bersumber pada agama-agama yang lahir di dunia
Timur, manusia Timur menghayati hidup yang meliputio seluruh eksistensinya. Berfikir secara Timur
tidak bertujuan menunjang usaha manusia untuk menguasai dunia dan hidup secara teknis, karena
manusia Tiomur lebih menyukai intuisi dari pada akal budi. Inti kepribadian manusia timur tidak
terletak pada inteleknya, tetapi pada hatinya. Dengan hatinya mereka menyatukan budi dan intuisi
serta intelegensi dan perasaan. Dengan kata lain, mereka menghayati hidup tidak hanya dengan
otaknya.
Bagi manusia Timur, berpikir kontemplatif dipandang sebagai puncak perkembangan rohani
manusia. Sikap budaya Timur lebih menekankan pada disiplin mengendalikan diri, sederhana, tidak
mementingkan dunia. Hidup orang timur menyatu dengan alam, harmoni dengan alam, tidak
memaksakan diri mengekploitasi alam, karena alam adalah bagian yang tidak terpisah dari kehidupan
manusia. Jka alam binasa, manusia pun akan binasa. Untuk menjaga hubungan harmonis, muncul
ekspresi konkret dalam hubungan mistik manusia dengan alam. Manusia Timur menginginkan
kekayaan hidup immaterial, tenang, dan tentram, bukan kekayaan benda
Secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta serta akal budi manusia untuk
memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Atau,
kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan (pikiran, kata, dan tindakan) manusia yang digunakan
untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya. Kebudayaan
berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan lingkungan hidup dan kehidupan serta sikon
manusia berada.
Kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan
terus menerus bertambah seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia
mengembangkan kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut makhluk
yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya. Sebagian makhluk berbudaya,
bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek moyangnya,
melainkan termasuk mengembangkan hasil-hasil kebudayaan.
Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam interaksinya
mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi. Tradisi iasanya
dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit modifikasi akibat pengaruh luar ke
dalam komunitas yang menjalankan tradisi tersebut. Misalnya pengaruh agama-agama ke dalam
komunitas budaya (dan tradisi) tertentu; banyak unsur-unsur kebudayaan (misalnya puisi-puisi,
bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir) di isi formula keagamaan sehingga menghasilkan
paduan antara agama dan kebudayaan.
tempat minta tolong. Oleh karena itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan
kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan
kekuatan gaib itu sendiri.
Keyakinan Manusia : bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada
adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang
dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang
pula.
Respons yang bersifat Emosionil dari manusia : Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut,
seperti yang terdapat dalam agama agama primitif, atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam
agama agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam
agama primitif, atau pemujaan yang terdapat dalam agama agama monoteisme. Lebih lanjut lagi
respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang besangkutan.
Paham adanya yang kudus (saered) dan suci : dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang
mengandung ajaran ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat tempat tertentu.
2.Unsur-Unsur Budaya
Adapun Unsur Kebudayaan yang bersifat universal yang dapat kita sebut sebagai isi pokok tiap
kebudayaan di dunia ini, adalah sebagai berikut :
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari hari misalnya : pakaian, perubahan, alat rumah
tangga, senjata dan sebagainya.
Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi. Misalnya : Pertanian, peternakan, sitem produksi.
Semua bentuk kebudayaan ada di dunia mempunyai kesamaan unsure yang bersifat universal. Dalam
hal ini koentjaraningrat menyebutkan ada tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal, yaitu:
system religi dan upacara keagamaan
system dan organisasi kemasyarakatan
system pengetahuan
bahasa
kesenian
system mata pencaharian hidup
system teknologi dan peralatan
Kebudayaan manusia itu hanya dapat diperoleh dalam anggota masyarakat, yang dalam pewarisannya
hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar. Adapun wujud kebudayaan dapat bersifat material (
jasmaniah) dan non material ( rohaniah).
Agama Budaya
Agama yang dibudayakan adalah ajaran suatu agama yang dimanifestasikan dalam kehidupan
sehari-hari oleh penganutnya sehingga menghasilkan suatu karya/budaya tertentu yang
mencerminkan ajaran agama yang dibudayakannya itu. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa
membudayakan agama berarti membumikan dan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari. Memandang agama bukan sebagai peraturan yang dibuat oleh Tuhan untuk
menyenangkan Tuhan, melainkan agama itu sebagai kebutuhan manusia dan untuk kebaikan
manusia. Adanya agama merupakan hakekat perwujudan Tuhan.
Seperti dalam mengideologikan agama, pembudayaan suatu agama dapat mengangkat citra
agama apabila pembudayaan itu dilakukan dengan tepat dan penuh tanggung jawab sehingga mampu
mencerminkan agamanya. Sebaliknya dapat menurunkan nilai agama apabila dilakukan dengan tidak
bertanggung jawab.
Agama dan Budaya
Budaya menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.
Jadi budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan,
minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat adalah budaya. Tapi
kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang terdapat dalam fikiran
yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat, ethos kerja dan pandangan hidup.
Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia yang immaterial bahwa
mitologis hubungan kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan. Interaksi sosial dan
keagamaan berpola kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan, menghayati dan membayangkan
Tuhan.Lebih tegas dikatakan Geertz , bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis dalam
benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu atau kelompok
individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan
budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.
Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi
manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi
dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi
yang objektif.
Hubungan Agama dan Kebudayaan
Kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan
terus menerus bertambah seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia
mengembangkan kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut makhluk
yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya. Sebagian makhluk berbudaya,
bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek moyangnya;
melainkan termasuk mengembangkan (hasil-hasil) kebudayaan.
Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam interaksinya
mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi. Tradisi biasanya
dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit modifikasi akibat pengaruh luar ke
dalam komunitas yang menjalankan tradisi tersebut. Misalnya pengaruh agama-agama ke dalam
komunitas budaya (dan tradisi) tertentu; banyak unsur-unsur kebudayaan (misalnya puisi-puisi,
bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir) di isi formula keagamaan sehingga menghasilkan
paduan atau sinkretis antara agama dan kebudayaan.
Kebudayaan dan berbudaya, sesuai dengan pengertiannya, tidak pernah berubah; yang
mengalami perubahan dan perkembangan adalah hasil-hasil atau unsur-unsur kebudayaan. Namun,
ada kecenderungan dalam masyarakat yang memahami bahwa hasil-hasil dan unsur-unsur budaya
dapat berdampak pada perubahan kebudayaan.
Perbedaan antara agama dan budaya tersebut menghasilkan hubungan antara iman-agama dan
kebudayaan. Sehingga memunculkan hubungan (bukan hubungan yang saling mengisi dan
membangun) antara agama dan budaya.
Akibatnya, ada beberapa sikap hubungan antara Agama dan Kebudayaan, yaitu:
Sikap Radikal: Agama menentang Kebudayaan. Ini merupakan sikap radikal dan ekslusif, menekankan
pertantangan antara Agama dan Kebudayaan. Menurut pandangan ini, semua sikon masyarakat
berlawanan dengan keinginan dan kehendak Agama. Oleh sebab itu, manusia harus memilih Agama
atau Kebudayaan, karena seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Dengan demikian, semua
praktek dalam unsur-unsur kebudayaan harus ditolak ketika menjadi umat beragama.
Sikap Akomodasi: Agama Milik Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan keselarasan antara Agama dan
kebudayaan.
Sikap Perpaduan: Agama di atas Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan adanya suatu keterikatan antara
Agama dan kebudayaan. Hidup dan
kehidupan manusia harus terarah pada tujuan ilahi dan insani; manusia harus mempunyai dua tujuan
sekaligus.
Sikap Pambaharuan: Agama Memperbaharui Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan bahwa Agama harus
memperbaharui masyarakat dan segala sesuatu yang bertalian di dalamnya. Hal itu bukan bermakna
memperbaiki dan membuat pengertian kebudayaan yang baru; melainkan memperbaharui hasil
kebudayaan. Oleh sebab itu, jika umat beragama mau mempraktekkan unsur-unsur budaya, maka
perlu memperbaikinya agar tidak bertantangan ajaran-ajaran Agama. Karena perkembangan dan
kemajuan masyarakat, maka setiap saat muncul hasil-hasil kebudayaan yang baru. Oleh sebab itu, upaya
pembaharuan kebudayaan harus terus menerus. Dalam arti, jika masyarakat lokal mendapat pengaruh
hasil kebudayaan dari luar komunitasnya, maka mereka wajib melakukan pembaharuan agar dapat
diterima, cocok, dan tepat ketika mengfungsikan atau menggunakannya.
Karena adanya aneka ragam bentuk hubungan Agama dan Kebudayaan tersebut, maka solusi terbaik
adalah perlu pertimbangan pengambilan keputusan etis-teologis (sesuai ajaran agama). Dan untuk
mencapai hal tersebut tidak mudah.
mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah
jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaranislam dengan bahasa budaya
setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi tradisi
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam upacara-upacara adat dan dalam
penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa al-Quran/arab sudah banyak masuk kedalam bahasa daerah
bahkan kedalam bahasa Indonesia yang baku.Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya
merupakan bagian dari ajaran islam
Sistem budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat manusia tidak lepas dari nilai-nilai
yang dibangunnya sendiri. Berbagai bentuk nilai-nilai budaya tersebut sangat berpengaruh bagi
kehidupan masyarakatnya. Karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep yang hidup di
dalam akal pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap
bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagi suatu pedoman yang
memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat tadi Nilai-nilai tersebut ada
yang berpengaruh langsung, dan ada pula yang berpengaruh tidak langsung terhadap kehidupan
manusia. Menurut Kluckhohn dalam koentjaraningrat (1981: 191-193) dijelaskan, bahwa semua
sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia sebenarnya mengenai lima masalah dalam
kehidupan manusia. Kelima masalah pokok itu adalah: Masalah hakekat dari hidup manusia, hakekar
dari karya manusia, hakekat dan kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, hakekat dari hubungan
manusia dengan alam sekitar.
orang-orang yang ruku. (Q.S Al- Baqarah:43) Dalam bidang perniagaan : Artinya : Hendaklah kamu
berniaga karena sembilan persen daripada rezeki itu adalah di dalam perniagaan (H.R. Ahmad) .
Dalam bidang pertanian : Artinya : Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu
dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau
binatang, bahkan mendapat pahala sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim) Perintah-perintah di atas
tersebut bukan termasuk kebudayaan karena ia adalah wahyu dari Allah SWT. Tetapi apabila kita
hendak melaksanakan perintah di atas, semisal: "dirikanlah sembahyang" maka pasti timbullah
pemikiran kita,
bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain. Dan dari
pemikiran tersebut terwujudlah usaha atau tindakan yang akhirnya menghasilkan sebuah kebudayaan.
v Budaya Menurut Islam
Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi alam semesta.
Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini. Allah swt
sendiri telah menyatakan hal ini, sebagaimana yang tersebut dalam ( QS Toha : 2 ):
http://4.bp.blogspot.com/-8UWm9mdylaw/ULGMF-
yA2jI/AAAAAAAAAFM/qgFGBShwUBw/s1600/Untitled.jpg
(http://4.bp.blogspot.com/-8UWm9mdylaw/ULGMF-yA2jI/AAAAAAAAAFM/qgFGBShwUBw/s1600/Untitled.jpg)
2. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
Artinya bahwa umat manusia yang mau mengikuti petunjuk Al Quran ini, akan dijamin oleh
Allah bahwa kehidupan mereka akan bahagia dan sejahtera dunia dan akherat. Sebaliknya siapa saja
yang membangkang dan mengingkari ajaran Islam ini, niscaya dia akan mengalami kehidupan yang
sempit dan penuh penderitaan.
Ajaran-ajaran Islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia ini, tentunya mencakup
segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada satupun bentuk kegiatan yang dilakukan manusia,
kecuali Allah telah meletakkan aturan-aturannya dalam ajaran Islam ini. Kebudayaan adalah salah
satu dari sisi pentig dari kehidupan manusia, dan Islampun telah mengatur dan memberikan batasan-
batasannya(lhttp://ahmadzain.wordpress.com/2006/12/08/relasi-antara-islam-dankebudayaan/
Walahu alam)
Melalui pendefinisian kebudayaan seperti itu, akan memungkinkan agama dapat dikaji, sebab
agama bukanlah wujud dari gagasan atau produk pemikiran manusia atau kelakuan atau hasil
kelakuan. Definisi kebudayaan sebagai kelakuan dan hasil kelakuan adalah produk kebudayaan.
Agama bukan semata-mata produk kelakuan atau hasil kelakuan. Pengertian strukturalisme mengenai
kebudayaan juga kurang tepat untuk melihat agama, sebab agama bukan hanya sebagai produk
kognitif. Oleh karena itu, digunakanlah pandangan atau perspektif yang melihat agama sebagai
system kebudayaan.
Menanggapi terhadap agama sebagai system kebudayaan, Suparlan menyatakan bahwa pada
hakikatnya agama adalah sama dengan kebudayaan, yaitu suatu system symbol atau suatu system
pengetahuan yang menciptakan, menggolong-golongkan, meramu atau merangkaikan dan
menggunakan symbol untuk berkomunikasi dan untuk menghadapi lingkungannya. Namun
demikian, ada perbedaannya bahwa symbol di dalam agama adalah symbol suci.
Symbol suci di dalam agama tersebut, biasanya mengejawantah di
dalam tradisi masyarakat yang disebut sebagai tradisi keagamaan. Yang dimaksud dengan tradisi
keagamaan ialah kumpulan atau hasil perkembangan sepanjang sejarah: ada unsure baru yang masuk,
ada yang ditinggalkan juga. Hampir sama dengan pendapat Steenbrink yang mengedepankan dimensi
historis maka menurut konsepsi Fazlurrahman bahwa tradisi islam bisa terdiri dari element yang
tidak Islami dan tidak didapatkan dasarnya di dalam Al-Quran dan Sunnah. Jadi, perlu dibedakan
antara islam itu sendiri dengan sejarah islam yang termuat di dalam teks Al-Quran dan Al-Hadith
adalah ajaran yang merupakan sumber asasi, dan ketika sumber itu digunakan atau diamalkan disuatu
wilayah sebagai pedoman kehidupan maka bersamaan dengan itu, tradisi setempat juga bisa saja
mewarnai penafsiran masyarakat lokalnya. Karena penafsiran itu berasentuhan dengan teks suci,
maka symbol yang diwujudkannya juga merupakan sesuatu yang sakral.
Setiap tradisi keagamaan memuat symbol-simbol suci yang dengannya orang melakukan
serangkaian tindakan untuk menumpahkan keyakinan dalam bentuk ritual, penghormatan, dan
penghambaan. Salah satu contoh ialah melakukan acara lingkaran hidup dan upacara intensifikasi,
baik yang memiliki sumber asasi di dalam ajaran agama atau yang dianggap tidak memiliki sumber
asasi didalam ajaran agama. Tradisi keagamaan yang bersumber dari ajaran agama disebut Islam
Offisial atau Islam murni, sedangkan yang dianggap tidak memiliki sumber asasi di dalam ajaran
agama disebut sebagai Islam Popular atau Islam Rakyat (Syam.2005:17)
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara agama ( termasuk Islam ) dengan budaya,
kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini : mengapa manusia cenderung memelihara
kebudayaan, dari manakah desakan yang menggerakkan manusia untuk berkarya, berpikir dan
bertindak ? Apakah yang mendorong mereka untuk selalu merubah alam dan lingkungan ini menjadi
lebih baik ?
Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya merupakan
dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum,
tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya
sebagian ahli, seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya Filsafat Kebudayaan menyatakan bahwa
tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama merupakan
keyakinan hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut
Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia.
Sehingga keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu unsur
kebudayaan. Hal itu, karena para ahli Antropologi mengatakan bahwa manusia mempunyai akal-
pikiran dan mempunyai sistem pengetahuan yang digunakan untuk menafsirkan berbagai gejala serta
simbol-simbol agama. Pemahaman manusia sangat terbatas dan tidak mampu mencapai hakekat dari
ayat-ayat dalam kitab suci masing- masing agama. Mereka hanya dapat menafsirkan ayat-ayat suci
tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada.
Di sinilah, bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai tingkah laku
keagamaan, masih menurut ahli antropogi, bukanlah diatur oleh ayat- ayat dari kitab suci, melainkan
oleh interpretasi mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa para ahli kebudayaan mempunyai pendapat
yang berbeda di dalam memandang hubungan antara agama dan kebudayaan. Kelompok pertama
menganggap bahwa Agama merupakan sumber kebudayaaan atau dengan kata lain bahwa
kebudayaan merupakan bentuk nyata dari agama itu sendiri. Pendapat ini diwakili oleh Hegel.
Kelompok kedua, yang di wakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa kebudayaan tidak ada
hubungannya sama sekali dengan agama. Dan kelompok ketiga, yeng menganggap bahwa agama
merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri.
http://2.bp.blogspot.com/-
Jsf1oVdRw7g/ULGMNkoDpAI/AAAAAAAAAFQ/Mnnszg3ZVWQ/s400/Untitledi.jpg
(http://2.bp.blogspot.com/-Jsf1oVdRw7g/ULGMNkoDpAI/AAAAAAAAAFQ/Mnnszg3ZVWQ/s1600/Untitledi.jpg)
7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah.
8. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
9. kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Selain menciptakan manusia, Allah swt juga menciptakan makhluk yang bernama Malaikat,
yang hanya mampu mengerjakan perbuatan baik saja, karena diciptakan dari unsur cahaya. Dan juga
menciptakan Syetan atau Iblis yang hanya bisa berbuat jahat , karena diciptkan dari api. Sedangkan
manusia,
sebagaimana tersebut di atas, merupakan gabungan dari unsur dua makhluk
tersebut.
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa manusia ini mempunyai dua pembisik ; pembisik dari
malaikat , sebagi aplikasi dari unsur ruh yang ditiupkan Allah, dan pembisik dari syetan, sebagai
aplikasi dari unsur tanah. Kedua unsur yang terdapat dalam tubuh manusia tersebut, saling bertentangan
dan tarik menarik. Ketika manusia melakukan kebajikan dan perbuatan baik, maka unsur malaikatlah
yang menang, sebaliknya ketika manusia berbuat asusila, bermaksiat
dan membuat kerusakan di muka bumi ini, maka unsur syetanlah yang menang. Oleh karena itu, selain
memberikan bekal, kemauan dan kemampuan yang berupa pendengaran, penglihatan dan hati, Allah
juga memberikan petunjuk dan pedoman, agar manusia mampu menggunakan kenikmatan tersebut
untuk beribadat dan berbuat baik di muka bumi ini.
Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk berkarya,
berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa budaya merupakan hasil
karya manusia.
Sedang agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu suatu
pemberian Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing karya-karya manusia agar
bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat manusia. Islam mengajarkan
kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan
Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.
Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk berbudaya . Dan dalam
satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa
dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Teori seperti ini, nampaknya lebih dekat
dengan apa yang dinyatakan Hegel di atas.
Islam, sebagaimana telah diterangkan di atas, datang untuk mengatur dan membimbing
masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang
untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang
bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak
bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan
membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat
menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara Indonesia,
pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat
menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing
yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi
derajat kemanusiaan bangsa Idonesia .
Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :
Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqh disebutkan : al adatu
muhakkamatun artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian
dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu dicatat,
bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada ketentuannya dalam syareat, seperti ;
kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita
biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gram emas. Dalam Islam budaya itu syah-syah
saja, karena Islam tidak menentukan besar kecilnya mahar yang harus diberikan kepada wanita.
Menentukan bentuk bangunan Masjid, dibolehkan memakai arsitektur Persia, ataupun arsitektur Jawa
yang berbentuk Joglo.
Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka adat
istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum. Sebagai contoh adalah
apa yang di tulis oleh Ahmad Baaso dalam sebuah harian yang menyatakan bahwa menikah antar agama
adalah dibolehkan dalam Islam dengan dalil al adatu muhakkamatun karena nikah antar agama
sudah menjadi budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan dasar kaidah di atas. Pernyataan
seperti itu tidak benar, karena Islam telah menetapkan bahwa seorang wanita muslimah tidak
diperkenankan menikah dengan seorang kafir.
BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa, menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok
manusia yang membentuk masyarakat, dalam suatu ruang dan waktu
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/MozasTuIena/kebudayaan-dalam-islam
(http://www.slideshare.net/MozasTuIena/kebudayaan-dalam-islam)
http://almanhaj.or.id/content/2643/slash/0/pandangan-islam-terhadap-kebudayaan/
(http://almanhaj.or.id/content/2643/slash/0/pandangan-islam-terhadap-kebudayaan/)
http://www.academia.edu/4579804/AGAMA_DAN_BUDAYA
(http://www.academia.edu/4579804/AGAMA_DAN_BUDAYA)
http://harmianobloggers.blogspot.com/2010/03/kebudayaan-dan-agama.html
(http://harmianobloggers.blogspot.com/2010/03/kebudayaan-dan-agama.html)
Abdulkadir, Muhammad. 2005. Ilmu social Budaya Dasar, Bndar Lampung: Anggota IKAPI
Sujarwa. 1998. Manusian dan Fenomena Budaya, Yogyakarta: Pustaka Fajar
0 comments:
Post a Comment
(https://www.blogger.com/comment-iframe.g?
blogID=1068044523274503570&postID=4620774854723335337&blogspotRpcToken=6028222)
Publish Preview
Contact
(http://umarridwan10@gmail.com)umarr
idwan10@gmail.com