Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN PENYAKIT DALAM FEBRUARI 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN REFARAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN

FILARIASIS

MUHAMMAD MUNAWWAR MASRUR BIN ADNAN C11112860


MUHAMMAD FARHAN BIN ZARMAN C11113842

PEMBIMBING

DR. SUDIRMAN KATU, SP.PD,KTI

DR. RISNA HALIM, SP.PD

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
Pendahuluan

Filariasis limfatik adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh infeksi oleh
nyamuk dan parasit cacing filaria Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan B.
timori. Ini adalah penyakit kuno, terdapat konsekuensi sosial dan ekonomi bagi
individu yang terkena, keluarga dan masyarakat. Paling buruk gejala penyakit
kronis umumnya muncul pada orang dewasa, pada pria lebih sering daripada
perempuan, dan bias terdapat kerusakan pada sistem limfatik, lengan, kaki atau
alat kelamin, yang menyebabkan penderita merasa nyeri. Telah diwujudkan
Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (GPELF) pada tahun 2000.
Tujuan utama dari GPELF adalah untuk mencegah transmisi filariasis limfatik
melalui pemberian obat massal. Filariasis limfatik ditularkan oleh berbagai empat
jenis nyamuk yaitu Anopheles, Culex, Aedes dan Mansonia 1,3 .

Epidemiologi

Filariasis ( penyakit kaki gajah ) atau juga dikenal dengan elephantiasis


adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup
dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk.
Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan
akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat
kelamin baik perempuan maupun laki laki. Penyakit filariasis diperkirakan
seperlima penduduk dunia atau 1,1 milyar penduduk berisiko terinfeksi,terutama
didaerah tropis dan beberapa daerah subtropics.Penyakit ini dapar menyebabkan
kecacatan,stigma sosial,hambatan psikososial dan penurunan produktivitas kerja
penderita,keluarga dan masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi
yang besar.Dengan demikian tahun 2000 hingga 2009 di laporan kasus kronis
filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 kabupaten per kota.Penyakit
filariasis terutama ditemukan di daerah khatulistiwa dan merupakan masalah di
daerah bukit yang tidak terlalu tinggi.Di Indonesia, filariasis tersebar luas,daerah
endemis terdapat di banyak pulau di seluruh nusantra seperti Sumatera dan
sekitarnya,Jawa,Kalimatan,Sulawesi,Maluku dan Irian Jaya2,3.
Patogensis

Bentuk anatomi dan morfologi mikrofilaria caing filariasis penting untuk


membedakan penyebab filariasis kerna bentuknya khas untuk masing-masing
spesies dengan memperhatikan ukran panjnagnya ,adanya selubung (sheath) dan
susunan intinya.Selain itu mikrofilaria lebih mudah di dalam darah dibandingkan
dengan caing dewasanya yang hidup dalam jaringan2.

Daur hidup filaria

Pada umunya hospes definitive filarial adalah manusia kecuali Brugia malayi dan
Onchocerca volvulus yang merupakan parasite zoonotic.Bertindak sebagai hospes
perantara adalah serangga pengisap darah yaitu nyamuk atau lalat pengisap
darah.Filaria dewasa hidup di dalam saluran limfa dan pembuluh limfa sedangkan
larva caing (mikrofilaria) hidup di dalam darah tepi penderita.

Daur periodik

Sesuai dengan ditemukan mikrofilaria di dalam darah tepi ,dikenal 2 :

i) Periodic noktural : mikrofilaria hanya ditemukan di dalam darah pada


waktu malam hari
ii) Subperiodik diurnal : mikrofilaria hanya ditemukan di dalam darah pada
waktu siang hari , malam hari jarang ditemukan
iii) Subperiodik noktural : mikrofilaria hanya ditemukan di dalam darah pada
waktu malam hari, jarang ditemukan siang hari

Wuchererua bancrofti2

Wuchererua bancrofti dewasa berbentuk seperti rambut putih ssu.Panjang


tubh cacing jnatan sekitar 4 cm,ekor yang melngkung.Panjang cacing betina
sekitar 10 cm,mempunyai ekor yang runcing.Manusia merupakan satu-satunya
hosps defintif cacing ini.Nyamuk genus Culex,Aedes dan Anopheles sebagai
vector penular filariasis bancrofti.Daur hidupnya bersifat periodic nokturna
sehingga mikrofilaria dijumpai di dalam darah tepi pada malam hari.Apabila
nyamuk menggit manusia lain makan ia akan memindahkab llarva L3(stadium
inefektif) cara aktif ke saluran limfa paha,skrotum atau saluran limfa perut dan
hidup di tempat tersebut.Cacing dewasa betina berkopulasi dengan cacing jantang
untuk melahirkan mikrofilaria yang segera masuk ke sistem sirkulasi darah
perifer.Wuchererua bancrofti dewasa maupun mikrofilaria dapat menimbulkan
patologis.Akibat iritasi mekanis dan sekresi toksik yang dikeluarkan cacing betina
maka akan menimbulkan limfangitis dan kadang-kadang terjadi sumbatan atau
obstruksi limfatik pada lairan limfa akibat terjadi fibrosis saluran limfa dan
proliferasi dan elephantiasis serta hidrokel.Apabila varises saluran limfa atau
ginjal pecah,cairan limfa dapat masuk ke dalam aliran urin penderita melalui
membrane mukosa traktus urinarius.Urin akna menjadi berwarna putih susu dan
mengadung lemak,albumin dan fibrinogen.Urin yang putih seperti susu atau
kiluria kadang-kadang mengandung mikrofilaria.Pada filiaris bancrofti
elefantiasis yang kronik dapat mengenai kedua lengan , tungkai , payudara , buha
zakar atau vulva , yang hanya dapat diobati dengan operasi.

Brugia2

Terdapat dua jenis cacing Brugia yang menyebabkan filariasis yaitu Brugia
malayi dan Brugia timori. Bentuk dewasa cacing Brugia mirip dengan bentuk
cacing dewasa Wuchererua bancrofti sehingga ssulit dibedakan .Brugia malayi
betina panjangnya 55mm dan betina 23 cm.Bentuk ekor mikrofilariasis mengecil
dan mempunyai dua inti terminal.Hospes definitive Brugia termasuk parasit
zoonotik dan manusia.Periodiknya bermacam-macam , ada yang noktural
periodic, nocturnal subperiodic atau non-periodic sedangkan periodik nokturna.

Gejala klinis

Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat
dan muncul lagi setelah bekerja berat.

Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan


paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.

Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde
lymphangitis).
Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah
bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.

Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema).

Filariasis abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar


getah bening dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah,
pembesaran tungkai, lengan, buah dada (Mamae), buah zakar yang terlihat
agak kemerahan dan terasa panas (Early lymphodema).
Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran yang menetap
(Elephantrasis) pada tungkai, lengan, buah dada (Mamae), buah zakar
(Elephantiasis skroti).
Tidak Seperti malaria, dan demam berdarah, filariasis dapat ditularkan
oleh berbagi jenis nyamuk diantaranya spesies nyamuk dari genus
anopheles, culex, mansonia, aedes dan arnigeres. Karna inilah yang
menyebabkan filariasis dapat menular dengan cepat 2,4.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan mikroskopik sampel darah

Antigen test untuk W. bancrofti

Test Antibody

Deteksi mikroskopis microfilariae darah menetapkan diagnosis. Konsentrat


disaring atau disentrifugasi darah lebih sensitif daripada darah tebal film. Sampel
darah harus diperoleh ketika microfilaremia di waktu puncak pada malam
dimana W. bancrofti endemik, namun siang hari di banyak Kepulauan Pasifik
dimana B. malayi dan B. timori terjadi.Biasnaya cacing dapat divisualisasikan
dalam limfatik yang melebar menggunakan ultrasonografi; gerakan mereka telah
disebut sebagai tarian filarial.Beberapa tes darah tersedia:

Deteksi Antigen: Rapid-format immunochromatographic tes untuk W.


bancrofti antigen.
Diagnosis molekul: Polymerase chain reaksi assays untuk W.
bancrofti dan B. malayi

Detekdi antibody :Atau, enzim immunoassay tes untuk antisfilarial IgG1


and IgG4

Patients dengan filarial infeksi biasany berlaku peningkatan filarial IgG4 dalam
darah 4,5 .

Tatalaksana

Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki


gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh
penderita, sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.

Dietilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat


filariasis yang ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat
makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Pengobatan diberikan oral sesudah makan
malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan
diekskresi melalui air kemih. Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup
parah (sudah membesar) karena tidak terdeteksi dini, selain pemberian obat-
obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.

Penggunaan DEC selama 12 hari dengan dosis 6 mg/kgBB (total dosis 72


mg) merupakan patokan standar yang telah dilaksanakan di negara-negara dengan
filariasis. Sebenarnya dengan dosis tunggal 6 mg/kgBB selama sehari juga sudah
mampu membunuh parasit-parasit yang ada di tubuh. Penggunaan selama 12 hari
merupakan sarana supresi mikrofilaremia secara cepat. Namun biasanya
penggunanan DEC dosis tunggal dikombinasikan dengan albendazole atau
ivermectin dengan hasil mikrofilarisidal yang efektif.

Efek samping dari DEC ialah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala,
mual, hingga muntah. Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung dari jumlah
parasit yang beredar di dalam darah serta sering menimbulkan gejala
hipersensitivitas akibat antigen yang dilepaskan dari debris sel-sel parasit yang
sudah mati. Reaksi hipersensitivitas juga bisa terjadi akibat inflamasi dari
lipoprotein lipolisakarida dari organisme intraseluler Wolbachia, seperti yang
disebutkan di atas. Selain DEC, ivermectin juga memiliki efek samping yang
serupa dengan gejala ini 1,2,4

Edukasi

Eedukasi dan promosi pada masyarakat sekitar untuk memberantas


nyamuk dengan geraka pencegahan terhadap penyakit filariasis / kaki gajah dapat
dilakukan dengan jalan :

1. Berusaha menghindari diri dari gigitan nyamuk

2. Membersihkan air pada rawa-rawa yang merupakan


tempat perindukan nyamuk

3. Mengeringkan / genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk

4. Membakar sisa-sisa sampah (berupa kertas dan plastik)

5. Minimal melakukan penyemprotan sebulan sekali

Pencegahan penyakit kaki gajah / filasiasis bagi penderita penyakit filariasis


diharapkan untuk memeriksakan kedokter agar mendapatkan penanganan obat
obatan sehingga tidak menyebabkan penularan kepada masyarakat lainnya.

Perlu adanya pendidikan dan pencegahan serta pengenalan penyakit kaki


gajah / filariasis di wilayah masing masing sangatlah penting untuk memutus
mata rantai penularan penyakit ini.Membersihkan lingkinggan sekitar adalah hal
terpenting untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut
1,5
.
Prognosis

Prognosis penyakit ini tergantung dari jumlah cacing dewasa dan


mikrofilaria dalam tubuh penderita, potensi cacing untuk berkembang biak,
kesempatan untuk infeksi ulang dan aktivitas RES. Pada kasus-kasus dini dan
sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah endemik.
Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat,
serta pemberantasan vektornya.Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema
pada tungkai,prognosis buruk 1,5.
Daftar pustaka

1. Lymphatic filariasis,WHO 2013

2. Sagung Seto,Buku Ajar Parasitologi Kedokteran 2011,halaman 217

3. Masrizal,Penyakit Filaria,Jurnal kesehatan masyarakat,2013

4. Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi Pertama. 2002. Jakarta. Bagian


Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Herdiman T. Pohan.

5. Filariasis dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi III. 2004.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai