Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai
kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan
pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila
terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local
akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody.
Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari
setengah kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang
dewasa meliputi :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan
ciriary dan iris.
2. Katarak, kekeruhan lensa
3. Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP).
4. Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit
biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata
tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada
mata dan menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konjungtivitis?
2. Apa etiologi dari konjungtivitis?
3. Apa saja klasifikasi dari konjungtivitis?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari konjungtivitis?
5. Bagaimana patofisiologi dari konjungtivitis?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari konjungtivitis?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari konjungtivitis?
8. Apa saja komplikasi dari konjungtivitis?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari konjungtivitis?
2. Mengetaui etiologi dari konjungtivitis?
3. Mengetahui klasifikasi dari konjungtivitis?
4. Memahami manifestasi klinis dari konjungtivitis?
5. Memahami patofisiologi dari konjungtivitis?
6. Mengerti penatalaksanaan dari konjungtivitis?
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari konjungtivitis?
8. Mengetahui komplikasi dari konjungtivitis?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan
dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata
merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink
eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan
lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri,
jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)

2.2 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius
seperti:
1. Bakteri
2. Klamidia
3. Virus
4. Jamur
5. Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi)
6. Imunologi (pada reaksi alergi)
7. Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya
adalah toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah stafilokokus,
streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau virus. Juga
dapat disebabkan oleh butir-butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan
kosmetika yang mengandung klorin, atau benda asing yang masuk kedalam mata.

2.3 Klasifikasi
a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang
paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-
musim tertentu saja dan biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan dengan
serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan
serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi setelah
kontak dengan bahan kimia beracun seperti hair spray, make up, asap, atau asap
rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan
dengan alergi konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga Pink Eye. Bentuk ini adalah
konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari haemophylus
influenza atau neiseria gonorhe.
c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut
yang berat dan mengancam penglihatan.
d. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular
dalam 24-48 jam.
e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru
lahir.

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda
asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata.
Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata
berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam
membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Alergi
a. Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
b. Rasa seperti terbakar
c. Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
d. Air mata sering keluar sendiri
e. Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2. Konjungtivitis Bakteri
a. Pelebaran pembuluh darah
b. Edema konjungtiva sedang
c. Air mata keluar terus
d. Adanya secret atau kotoran pada mata
e. Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3. Konjungtivitis Viral
a. Fotofobia
b. Rasa seperti ada benda asing didalam mata
c. Keluar air mata banyak
d. Nyeri prorbital
e. Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
f. Kemerahan konjungtiva
g. Ditemukan sedikit eksudat
4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut
a. Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
b. Mata merah
c. Iritasi
d. Nyeri palpasi
e. Biasanya terdapat kemosis
f. Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
5. Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
a. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
b. Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
c. Memberikan secret purulen padat secret yang kental
d. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
e. Perdarahan subkonjungtita dan kemotik
2.5 Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang
dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk
mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior
maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat,
ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor
penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien.
Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu
tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak
mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata
atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata
dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi,
mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap
menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi
antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel
konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel
atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan
hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari
stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan
fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata
pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya
didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda
asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata.
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah
jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan siliare berarti kornea
terkena.
2.6 Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide
(sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%.
Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%,
naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya
konjungtivitis dapat sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan
pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah
sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic
tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian
bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil
pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes
mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau
salep mata 4-5 kali sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
1) Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical
dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau
dengan garam fisiologik setiap jam.
2) Kemudian diberi salep penisilin setiap jam.
3) Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi, medika
menstosa.
4) Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-
20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
5) Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul
pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
6) Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
7) Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat
setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan
penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau
bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical
dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak
dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi).
Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan
memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu
memperbaiki gejala.
5. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore
Pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan
cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir
dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan
dengan diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore :
1) Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan
setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai
terlihat tanda-tanda perbaikan.
2) Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak
maka pemberian obat tidak akan efektif.
3) Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi
chlamdya yang banyak terjadi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Mata
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
2. Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat
pemeriksaan pandangan).
3. Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek
epitel kornea).
4. Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya
kebocoran kornea).
5. Pemeriksaan oftalmoskop
6. Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat
benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
b. Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes
simplek virus).
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan
alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

2.8 Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
7. adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang
dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
8. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
9. Dapat mengganggu penglihatan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA KONJUNGTIVITIS

3.1 Pengkajian
a. Biodata
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK, nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama: nyeri, rasa ngeres ( sseperti ada pasir dalam mata), gatal,
panas, dan merehan disekitar mata, epifora mata dan sekret banyak keluar
terutama pada konjungtiva purulen/ gonoblenore. Sifat keluhan : terus menerus,
hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri pada daerah meradang menjalar ke
daerah mana, waktu timbul pada sang dan malah hari.
c. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, terutama mata, alergi obat,
riwayat operasi mata.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga terdapat penferita penyakit menular (konjungtivitis)
e. Pemeriksaan Fisik
Data fokus:
Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6, mata merah, edema konjungtiva,
epifora, sekret banyak keluar terutama konjungtivtis purulen (gonoblenore)
Subjektif : nyeri, rasa ngeres, gatal dan panas.

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyaitnya
3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradagan
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
3.3 Intervensi Keperawatan

NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR
Manajemen Nyeri 1. Gunakan laporan Level Nyeri 1. Laporan nyeri : 5
2. Lamanya nyeri: 5
Def : dari pasien sendiri Def : 3. Kurang Istirahat : 5
sebagai pilihan 4. Mengekspresikan
Mengurangi nyeri atau Kekuatan dari nyeri wajah dari nyeri : 5
menurunkan tingkat pertama untuk yang diamati atau
nyeri ke level mengumpulkan dilaporkan.
kenyamanan yang
diterima pasien. informasi
pengkajian.
2. Minta pasien
untuk menilai
nyeri/ ketidak
nyamanan pada
skala nol sampai
10 ( 0 = tidak ada
nyeri/ketidaknya
manan, 10 =
nyeri yang
sanggat )
3. Gunakan lembar
alur nyeri untuk
memantau
pengurangan
nyeri dari
analgestik dan
kemungkinana
efek sampingnya.
4. Dalam mengkaji
nyeri pasien
gunakan kata
kata yang
konsisten dengan
usia dan tingkat
perkembangan
pasien.
5. Lakukan
pengkajian nyeri
yang
komprehensif
meliputi lokasi,
karakteristik,
kualitas intensitas
atau keparahan ,
dan faktor
presipitasinya.

6. Observasi
isyarat
ketidaknya
manan non
verbal,
khususnya
pada
mereka
yang tidak
mampu
mengkomu
nikasikann
ya secara
efektif
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KONJUNGTIVITIS

Kasus Semu
An.G laki-laki 8 tahun dibawa ibunya berobat ke poliklinik dengan keluhan utama kedua
matanya sangat gatal sejak 2 minggu yang lalu. Mata gatal sudah sering berulang sejak 4
tahun. Timbul terutama bila terkena debu rumah dan udara panas berdebu. Bila gatal
muncul, dia dibawa berobat ke dokter dan diberi obat tetes maka gatalnya sembuh. Gatal
kali ini lebih hebat, kelopak matanya bengkak dan matanya merah tetapi tidak ada
fotofobia. An. G juga selalu mengucek-gucek mata bila gatal datang sehingga matanya
berair. Keluarga An. G baru 1 bulan ini tinggal di Padang, mereka baru pindah dari kota
bogor yang berhawa sejuk. Setelah dilakukan pemeriksaan visus pada kedua mata,
hasilnya mata kanan 6/6 dan kiri 6/6, kedua palpebra edema. Pada konjugtiva bulbi
terdapat conjuctival injection. Pada forniks inferior terlihat secret yang mukoid

4.1 Pengkajian
a. Data Pasien :
Nama : An.G
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Alamat : Bogor
Agama :-
Diagnosa medis : konjugtivitis alergi
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan merasakan gatal pada matanya sejak 2 minggu
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan matanya gatal pada 2 minggu, selama gatal pasien
menguceknya hingga matanya berair. Sebelumnya ibu pasien sudah membawanya
periksa ke dokter di berikan obat tetes maka gatalnya sembuh. Namun kambuh
lagi sekarang gatalnya lebih hebat. Hingga kelopak matanya bengkak
dan matanya merah tetapi tidak ada fotofobia.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak pernah menderita
penyakit seperti ini
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah ada yg menderita penyakit seperti
ini
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum, dan Tekanan Darah, Nadi dan RR
Keadaan Umum : Tampak lemah, cemas
Kesadaran : Composmentis
Status Gizi : Cukup
Visus : 6/6 (pada mata kanan dan mata kiri)
Nadi : 110x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
RR : 20x/ menit
Suhu : 37,60C

Pemeriksaan Fisik Per Sistem


a. Sistem Pernafasan
Inspeksi : Bentuk hidung, leher dan dada simetris, tidak terdapat
sekret, mukosa hidung kering, tidak ada pernapasan cuping
hidung,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada hidung, pernapasan 20x/Menit,
tidak ada benjolan atau massa.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak terdengar suara nafas tambahan

b. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Tidak ada retraksi otot dada
Palpasi : Tidak ada pembesaran area jantung
Perkusi : Perkusi jantung pekak
Auskultasi : bunyi jantung reguler
c. Sistem Perncernaan
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran, reflek menelan baik
Palpasi : Tidak teraba pembesaran hepar atau lien
Perkusi :-
Auskultasi : terdengar peristaltik usus 8x/menit
d. Sistem Persepse Sensori
Mata :
Inspeksi : Kedua palpebra edema, pada konjugtiva bulbi terdapat
conjuctival injection, pada forniks inferior terlihat secret yang mukoid,
Hidung :
Mampu membedakan berbagai macam aroma, tidak ada sekret.
Telinga :
Tampak simetris, tidak terdapat udem telinga, tidak ada sekret dan
bau pada telinga, mampu membedakan bunyi, Telinga tampak bersih,
tidak ada nyeri tekan pada telinga.
e. Sistem Saraf
Nervus I (olvactorius) : Fungsi penciuman baik.
Nervus II ( Optikus ) : mata gatal, kemerahan dan bengkak
Nervus III, IV, VI : (Okulomotorius, troklearis, abdusen ) :fungsi
kontraksi terhadap cahaya baik
Nervus V (Trigeminus) : Dapat merasakan usapan
Nervus VII (fasialis) : Mampu merasakan rasa asin, manis dan pahit
Nervus VIII (Auditorius) : Klien mengatakan bisa mendengar
dengan baik.
Nervus IX (Glasofaringeus): Mampu menelan
Nervus X (Vagus) : Mampu bersuara
Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan mengangkat bahu
Nervus XII (Hipoglosus) : Mampu menggerakan lidah

f. Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas Atas :
Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4
Ekstremitas Bawah :
Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4
g. Sistem Integumen
Warna rambut hitam, penyebaran merata, bersih, tidak mudah rontok, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada udema.
h. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
i. Sistem Perkemihan
Tidak teraba adanya pembesaran ginjal, tidak ada distensi kandung kemih.
NS.
DIAGNOSIS : Nyeri akut
(NANDA-I)

Pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
DEFINITION: kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau
lambat intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau dapat diprediksi dan berlangsung <
6 bulan.

DEFINING
CHARACTER 1. Perubahan selera makan
2. Perubahan tekanan darah
ISTICS
3. Perubahan frekuensi jantung
4. Perubahan frekuensi pernapasan
5. Laporan isyarat
6. Diaforesis
7. Perilaku distraksi(mis.berjalan mondar
mandir,mencari orang lain dan atau aktivitas
lain)
8. Mengekspresikan perilaku(mis.gelisah,
merengek, menangis, waspada, iritabilitas,
mendesah)
9. Masker wajah(mis.mata kurang bercahaya,
tampak kacau, gerakan mata berpencar atau
tetap pada satu fokus, meringis)
10. Perilaku berjaga-jaga/melindungi area nyeri
11. Fokus menyempit(mis.gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berpikir, penurunan intereaksi
dengan orang dan lingkungan)
12. Indikasi nyeri yang dapat diamati
13. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14. Sikap tubuh melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Fokus pada diri sendiri
17. Gangguan tidur
18. Melaporkan nyeri secara verbal

RELATED
Agens cedera(mis., biologis, zat kimia, fisik,
FACTORS:
psikologis)
ASSESSMENT

Subjective data entry Objective data entry


Pasien mengatakan nyeri pada - Tanda-tanda Vital :
- Suhu : 36,7 C
kedua matanya
- Nadi: 80x/menit
- RR : 18 x/menit
- Tekanan Darah : 100/70 mmHg
- Tinggi Badan : 110 cm
- Berat Badan : 18 kg
- Skala nyeri :6
DIAGNOSIS

Ns. Diagnosis (Specify):


Client Nyeri akut
Diagnostic Related to:
Statement: Nyeri akut berhubungan dengan Agens
cedera; Biologis

1. Intervensi

NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR
Manajemen 1.Gunakan PainControl Describes
Nyeri laporan dari Definisi: causal faktor
pasien sendiri Personal (5)
Def: sebagai action to Uses diary to
Menguranginyeri pilihan controlpain monitor
dan menurunkan pertama untuk symptoms

tingkat nyeri mengumpulka over time ( 3 )


n informasi Uses
yang dirasakan
pasien. pengkajian. preventive
7. Minta pasien
measures ( 4 )
untuk menilai
Uses non
nyeri/ ketidak
analgesic relief
nyamanan pada
measures ( 4 )
skala nol
sampai 10 ( 0 = Report pain
tidak ada controlled ( 5 )
nyeri/ketidakny
amanan, 10 =
nyeri yang
sanggat )
8. Gunakan lembar
alur nyeri untuk
memantau
pengurangan
nyeri dari
analgestik dan
kemungkinana
efek
sampingnya.
9. Dalam mengkaji
nyeri pasien
gunakan kata
kata yang
konsisten
dengan usia dan
tingkat
perkembangan
pasien.
10. Lakukan
pengkajian
nyeri yang
komprehensif
meliputi lokasi,
karakteristik,
kualitas
intensitas atau
keparahan , dan
faktor
presipitasinya.
11. Observasi
isyarat
ketidaknyamana
n non verbal,
khususnya pada
mereka yang
tidak mampu
mengkomunikas
ikannya secara
efektif

2. Implementasi

No. diagnose
masalah Tgl/jam Tindakan
kolaboratif
Nyeri Akut 10 1. Mengunakan laporan dari pasien sendiri
Februari sebagai pilihan pertama untuk
2015 mengumpulkan informasi pengkajian.
2. Meminta pasien untuk menilai nyeri/
10.00
ketidak nyamanan pada skala nol sampai
10 ( 0 = tidak ada nyeri/ketidaknyamanan,
10 = nyeri yang sanggat )
3. Mengunakan lembar alur nyeri untuk
memantau pengurangan nyeri dari
analgestik dan kemungkinana efek
sampingnya.
4. Mengkaji nyeri pasien menggunakan kata
kata yang konsisten dengan usia dan
tingkat perkembangan pasien.
5. Melakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
kualitas intensitas atau keparahan , dan
faktor presipitasinya.
6. Mengobservasi isyarat ketidaknyamanan
non verbal, khususnya pada mereka yang
tidak mampu mengkomunikasikannya
secara efektif

3. Evaluasi

Masalah Tgl/jam Catatan perkembangan Paraf


kep/kolaboratif
Nyeri Akut DS : Pasien mengatakan masih
terasa gatal
DO :
Keadaan Umum :Tampak
lemah, cemas
Kesadaran: Composmentis
Status Gizi:Cukup
Visus : 6/6 (pada mata kanan
dan mata kiri)
Nadi: 110x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
RR : 20x/ menit
Suhu : 37,60C
A : Masalah sudah teratasi
sebagian
P : Rencana tindakan
keperawatan 2,3,4
dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye.
(Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan
dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur),
alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)
4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai